Hasil Penelitian

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Penelitian Siklus I Dari hasil pos test yang dilaksanakan pada siklus I menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral selama satu putaran untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada siswa kelas persiapan belum mencapai hasil yang maksimal. Dari hasil pengamatan peneliti, faktor penyebab kurang tercapainya hasil seperti yang diharapkan adalah

a. Pada saat pelaksanaan kegiatan belajar siswa masih kurang aktif terhadap apa yang akan dilakukan oleh guru

b. Masih kurangnya perhatian siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral

Evaluasi tindakan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode oral disesuaikan dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu pada kelas persiapan. Berdasarkan hasil evaluasi penilaian terhadap kemampuan mengucapkan konsonan bilabial siswa masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Nilai dari pos test pada siklus I belum maksimal karena hasil evaluasi dikatakan berhasil atau tuntas apabila mencapai 85% dari siswa yang memperoleh nilai 6.5. Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 10. Data Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tuna rungu Pre Test dan Test Siklus I

NO SUBYEK

NILAI

Pre Test

Test Siklus I

TABEL 11. Analisis Hasil Pre Test

NO NILAI

Sangat Baik

Cukup Baik

4 <65 Kurang Baik

7 100 % Jumlah

TABEL 12. Analisis Hasil Test Siklus I

NO NILAI

Sangat Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

7 100 %

Berdasarkan tabel tersebut diatas terlihat adanya peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu kelas persiapan mengalami perkembangan. Secara umum kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu sudah mengalami peningkatan, namun masih perlu adanya perbaikan lebih lanjut. Perkembangan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu antara sebelum dan susudah tindakan pada siklus I dapat dilihat dalam grafik berikut:

100%

80%

60% Pre Test

40% Pos Test Perbandingan

20%

0%

Sgt baik

Baik

Ckp baik

Krg Baik

Gambar 2. Grafik Perkembangan Hasil Test Antara Sebelum Dan Susudah Tindakan Pada Siklus I Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan adalah sebesar 100 % siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori kurang baik, siswa tergolong kategori cukup baik, baik,dan sangat baik belum ada. Setelah diadakan tindakan, ternyata kemmapuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu mengalami perubahan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Post-Test yang menunjukkan bahwa 14 % siswa tergolong baik, berarti ada peningkatan sebesar 14 % dibandingkan dengan pre-Test , 43 % tergolong kategori cukup baik, berarti ada peningkatan 43 % dibanding dengan hasil pre-Test, dan 43 % siswa tergolong kategori kurang baik, berarti ada penurunan sebesar 57 % dibandingkan dengan pre-Test. Sementara siswa yang mendapat nilai dalam kategori sagat baik belum ada. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus I ini sebesar 57%

Peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial ini terjadi setelah ke tujuh subyek diberi tindakan dengan menggunakan metode oral dalam kegiatan pembelajaran.

2. Hasil Penelitian Siklus II Penggunaan metode oral dengan memodifikasi pemberian reward dalam kegiatan pembelajaran dapat mengembangkan atau meningkatkan kemampuan pengucapan konsonan bilabial anak tuna rungu kelas persiapan SLB Negeri Kedungsari Magelang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 13. Hasil Test Siklus Kedua

TABEL 14. Analisis Hasil Test Siklus II

NO NILAI

KATEGORI

JUMLAH PROSENTASE

Sangat Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Berdasarkan perolehan skor tersebut di atas terlihat adanya peningkatan pada semua subyek yaitu nilai ketuntasan secara klasikal mencapai 86% ini berarti sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah Berdasarkan perolehan skor tersebut di atas terlihat adanya peningkatan pada semua subyek yaitu nilai ketuntasan secara klasikal mencapai 86% ini berarti sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah

Tabel 15. Data Rekapitulasi Hasil Penilaian Kemampuan mengucapkan konsonan bilabial Anak Tunarungu Pada Siklus I dan Siklus II

NO Subyek

Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Tabel 16. Analisis Hasil Test Siklus I dan Siklus II

Siklus II NO

Siklus I

Nilai

Kategori

Jml Prosentase Jml Prosentase

Sangat Baik

Cukup Baik

Kurang Baik

Berdasarkan tabel di atas terlihat adanya peningkatan skor penilaian kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada 7 subyek. Ini berati bahwa kemampuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu kelas persiapan mengalami peningkatan. Peningkatan kemampuan mengucapkan konsonan bilabial pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dalam grafik berikut:

25% Siklus I 20% Siklus II

Sgt baik

Baik

Ckp baik

Krg Baik

Gambar 3. Grafik Perkembangan Hasil Test Antara Siklus I dan Siklsu II

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I sebelum diadakan tindakan adalah 43 % siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori kurang baik, 43 % siswa tergolong kategori cukup baik, 14 % siswa tergolong kategori baik,sedangkan yang tergolong sangat baik belum ada. Setelah diadakan tindakan pada siklus II, ternyata kemmapuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Test siklus II yang menunjukkan bahwa 14 % siswa tergolong sangat baik baik, berarti ada peningkatan Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa hasil belajar siswa pada siklus I sebelum diadakan tindakan adalah 43 % siswa memperoleh hasil belajar tergolong kategori kurang baik, 43 % siswa tergolong kategori cukup baik, 14 % siswa tergolong kategori baik,sedangkan yang tergolong sangat baik belum ada. Setelah diadakan tindakan pada siklus II, ternyata kemmapuan mengucapkan konsonan bilabial anak tunarungu mengalami peningkatan. Hal ini bisa dilihat dari hasil Test siklus II yang menunjukkan bahwa 14 % siswa tergolong sangat baik baik, berarti ada peningkatan

29 % siswa tergolong kategori cukup baik, berarti ada penurunan sebesar 14 % dibandingkan dengan Test siklus I . Sementara siswa yang mendapat nilai dalam kategori kurang baik ada 14%, berarti ada penurunan 29% dibandingkan test siklus I. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh pada siklus II ini sebesar 86%.

Dokumen yang terkait

PENGARUH VARIASI TEKANAN PENGEPRESAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT TEPUNG KANJI - KULIT KACANG TANAH (Cassava Starch) - (Arachis Hypogaea)

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang keberadaannya paling melimpah di atas permukaan bumi, yaitu meliputi 70 dari permukaan bumi dan berjumlah kira-kira 1,3 - 1,4 juta ribu km3 . Namun dari sekian besar

0 0 94

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG - Perencanaan dan perancangan interior amusement centre di Surakarta ( restaurant, bar dan kafe area )

0 2 40

BAB I PENDAHULUAN - Tradisi marawis di pasar kliwon (studi tentang budaya masyarakat Arab di Surakarta)

1 4 88

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Identifikasi bakat olahraga siswa putra kelas VII SMP se-Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo Tahun Ajaran 2007/2008

0 0 45

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Hubungan dosis pupuk kandang ayam dan konsentrasi em-4 terhadap pertumbuhan kacang tunggak (vigna unguiculata l. walp.)

1 4 33

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Penerapan model garch dan jaringan saraf tiruan backpropagation dalam peramalan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan)

0 1 36

Perancangan desain tekstil fasion untuk membangun citra positif anak muda Melalui lirik lagu band Gigi

1 2 19

Implementasi Sistem Pembelajaran Moving Class Pada SMA Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran 20082009

0 0 15

47 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis pengembangan agroindustri berbahan baku akar wangi di kabupaten garut

0 5 81