Partisipasi Petani Peserta terhdap Program Sistem Pertanian Terpadu (Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERaADAP PROGRAM
SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)
W s u s Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau)

OLEH :
ROZA YULIDA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

.

ROZA YULIDA. 2002. Partisipasi Petani Peserta Terhadap Program Sistem
Pertanian Terpadu (SPT) (Kasus Desa Tambak Kecamatan Langgam Kabupaten
Pelalawan Propmsi Riau). Dibimbmg oleh SUMARDJO dan DJOKO SUSANTO.
Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai
pihak baik pemerintah, swasta maupun LSM yang menjadikan masyarakat setempat
sebagai sasaran dari program yang dilaksanakan, namun umumnya program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan kurang berdampak nyata, sehingga
partisipasi masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan tersebut masih

rendah. Salah satu program pemberdayaan yang akhir-akhir ini cukup banyak
mendapatkan perhatian adalah program Sistem Pertanian Terpadu (SPT).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) menjelaskan tmgkat partisipasi
petani peserta (anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak; dan (2)
menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani peserta
(anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu desa yang telah melaksanakan
program SPT yaitu wilayah Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi
Riau. Populasi penelitian ini adalah seluruh petani peserta (anggota SPT) yang
terlibat dalam kegiatan SPT di Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi
Riau yang berjumlah 50 orang. Instrumen atau alat ukur yang digunakan sebagai
pengumpulan data penelitian ini adalah kuisioner atau bentuk angket tertutup sebagai
alat pengumpulan data primer, dan daftar pedoman wawancara untuk kepentingan
kelengkapan penjelasan data primer termasuk untuk kepenthgan observasi. Untuk,
menguji hipotesis digunakan analisis Korelasi tau-b Kendall's.
Dari hasil penelitian diketahui tingkat partisipasi anggota SPT terkategori
sedang (40%) atau dapat dikatakan dari keempat tahap paritispasi, tingkat partispasi
anggota cenderung masih rendah. Anggota baru dapat dikatakan berpartisipasi tinggi
jika anggota SPT mampu melakukan perencanaan, mampu melaksanakan, mampu
m e d a a t k a n hasil dan mampu menilai usahataninya dengan baik.

Kecenderungannya partisipasi anggota tmggi pada tahap pelaksanaan (52%), namun
anggota masih kurang maksimal m e d a a t k a n hasil (50%) kegiatan SPT, dan
kurang mampu untuk melakukan perencanaan (44%) apa yang terbaik bagi
usahataninya, serta tidak mampu melakukan penilaian (62%) terhadap apa yang telah
dilakukan untuk kegiatan pengembangan usahataninya.
Karakteristik internal anggota berhubungan nyata positif dengan partisipasi
anggota terhadap SPT, kecuali karakteristik umur tidak berhubungan nyata dengan

partisipasi anggota. Karakteristik internal petani peserta (anggota SPT) yang
berhubungan nyata positif dengan partisipasi, meliputi: (1) pendidhu formal; (2)
pendidikan non formal; (3) luas lahan garapan; (4) tingkat pendapatan; (5)
pengalaman usahatani; dan (6) tingkat kekosmopolitan.
Karakteristik eksternal anggota berhubungan nyata positif dengan partisipasi
anggota terhadap program SPT. Karakteristik eksternal petani peserta (anggota SPT)
yang berhubungan nyata positif dengan partisipasi, meliputi: (1) kondisi lingkungan,
(2) intensitas penyuluhan; (3) ketepatan saluran penyuluhan; (4) jumlah sumber
informasi; (5) keterjangkauan harga; dan (6) ketersediaan saprodi.
Persepsi anggota yang menganggap sistem pertanian terpadu sebagai suatu
inovasi berhubungan nyata positif dengan partisipasi anggota SPT. Ciri sifat inovasi
yang dikaji dan berhubungan nyata positif meliputi; (1) keuntungan relatif; (2)

keselarasan; (3) dapat dicoba dan (4) cepat hasil terlihat, sedangkan sifat inovasi (5)
kerumitan berhubungan nyata negatif dengan partisipasi anggota.
Sikap anggota SPT berhubungan nyata positif dengan partisipasi. Sikap
anggota yang berhubungan nyata positifyaitu dari sikap kesetujuan pribadi anggota.
Karakteristik internal dan karakteristik eksternal anggota berhubungan nyata
positif dengan persepsi sifat inovasi yang terdiri dari sifat inovasi keuntungan relat*
keselarasan, dapat dicoba dan cepat hasil terlihat menurut anggota kecuali sifat
inovasi kerumitan berhubungan nyata negatif:
Karakteristik internal dan karakteristik eksternal anggota juga berhubungan
nyata positif dengan sikap kesetujuan pribadi anggota, namun karakteristik internal
dan eksternal anggota tidak berhubungan nyata dengan sikap kesetujuan sosial
anggota, kecuali karakteristik internal pengalaman usahatani anggota berhubungan
nyata positif.
Persepsi anggota yang menganggap program SPT sebagai suatu inovasi
berhubungan nyata positif dengan sikap kesetujuan pribadi anggota, kecuali sifat
inovasi kerumitan berhubungan nyata negatif.
Untuk meningkatkan partisipasi anggota terhadap Sistem pertanian Terpadu
perlu diperhatikan faktor-faktor yang berhubungan nyata positif dan faktor-faktor
yang berhubungan nyata negatif: Terutama faktor intensitas penyuluhan dan
keterjangkauan harga saprodi serta ketersediaan saprodi yang berhubungan sangat

tinggi dengan partisipasi anggota SPT.

SURAT PERNYATAAN
Bahwa sesungguhnya sebuah &ya

ilmiab yang disusun atas dasar pemikiran

dan rancangan ilmiah adalah hak pniadi, maka dengan ini saya :
Nama

: Roza Yulida

NIM

: P.05500003

Program Studi

: Ilmu Penyuluhan Pembangunan pada Program Pascasajana


Institut Pertanian Bogor,
dengan ini menyatakan bahwa tesis saya yang bejudul 'Rrtisipasi Petani Peserta

-

Terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu (Kasus Dew Tambak Kec. Langgam
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)" adalah benar merupakan hasil karya send-iri
dan belum pernah dipublikasikan. Semua informasi dan data lengkapnya telah
teranghium di dalam tesis ini.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana
mestinya.

Bogor,
Pembuat

Nopember 2002
pernvataan
. y-

PARTISIPASI PETANI PESERTA TERHADAP PROGRAM

SISTEM PERTANIAN TERPADU (SPT)
(Kasus Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau)

ROZA YULIDA

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Penyuluhan Pembangunan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: PARTISIPASI PETANI PESERTA TERHADAP PROGRAM

SISTEM PERTANIAN TERPADU (Kasus Desa Tambak
Kec. Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau)

Nama

: ROZAYULIDA

NRP

: P.05500003

Program Studi

: Ilmu Penyuluhan Pembangunan

Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir. S
Ketua

Dr. Qoko Susanto. SKM. APU
Anggota


2. Ketua Program Studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan

'Margono Slamet

Tanggal Lulus : 2 1 Oktober 2002

Program Pascasajana

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bangkinang Propmsi Riau tanggal 17 Nopember 1974
sebagai anak ke 5 dari delapan bersaudara, pasangan ayah Azhar dan ibu Syamsinar.
Pendidikan Sarjana ditempuh pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian
(Agrobislis), Fakultas Pertanian Universitas

Riau, lulus pada tahun 1998.

Kesempatan untuk melanjutkan ke Program Magister pada Program Studi Ilmu

Penyuluhan Pembangunan diperoleh pada Tahun 2000.

Beasiswa pendidikan

diperoleh dari Pemerintah Daerah Riau.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar pada Fakultas Pertanian Program Studi
Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Lancang Kuning Pekanbaru Riau sejak

Tahun 1999.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2002 ini ialah 'Tartisipasi Petani Peserta
Terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu (SPT) (Kasus Desa Tambak Kecamatan
Langgam Kabupaten Pelalawan Propmsi Riau)".
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sumardjo, MS dan Bapak
Dr. Djoko Susanto, SKM, APU selaku pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan dan bimbmgan mulai dari proses perencanaan penelitian hingga selesainya
penulisan tesis ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Ir.

Elyas Direktur Program Pemberdayaan Masyarakat Riau (PPMR), Bapak Ir. Hartono
Field Officer Desa Tambak, Bapak h. Wildan Pen*

Pertanian Lapangan Desa

Tambak, serta Bapak Udin salah seorang anggota SPT Desa Tambak, serta temanteman di PPMR yang telah banyak membantu selama pengumpulan data. Penulis
juga

menyampaikan terima kasih untuk mahasiswa pascasarjana Program Studi

Penyuluhan Pembanguuan Angkatan Tahun 2000, atas saran dan kerjasama yang
selama ini terjalin akrab dan penuh kekeluargaan.
Ungkapan rasa syukur dm terirna kasih untuk Ayahnda M a r dan Ibunda
Syamsinar, Kakak-kakak dan Adik-adik tercmta, serta sehuvh keluarga, atas segala
do'a dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2002

Penulis


...

DAFTAR TABEL...........................................................................................

m

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

v

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... vi

Latar Belakang ................................................................................ 1
Perurnusan Masalah ........................................................................

4

Tujuan Penelitian .............................................................................

5

Manfaat Penelitian ...........................................................................

6

TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................. 7
Persepsi ........................................................................................... 7
Sikap ............................................................................................... 10
Partisipasi ........................................................................................ 13
Karakteristik Internal ...................................................................... 16
Karakteristik Eksternal .................................................................... 18
Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal, Persepsi, Sikap.

. . .

dan Partislpasi................................................................................. 21
Sistem Pertanian Terpadu (SPT) Tanpa Limbah Terbuang Program
Pemberdayaan Masyarakat Riau....................................................... 22
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS ................................................. 27
Kerangka Berpikir ........................................................................... 27
Hipotesis ........................................................................................

32

.

METODE PENELITIAN ............................................................................... 33
Rancangan Penelitian ......................................................................
Lokasi Penelitian .............................................................................
Populasi ..........................................................................................
Instrumen Penelitian ........................................................................
Pengumpulan Data ...........................................................................
Kesahihan clan Keterandalan ............................................................
Analisis Data ...................................................................................
D e W Operasional.........................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 45
Keadaan Umum Wilayah Penelitian..................................................
Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak ......................................
Karakteristik Internal Petani Peserta (Anggota SPT) Sistem Pertanian
Terpadu...........................................................................................
Karakteristik Eksternal Anggota Sistem Pertanian Terpadu..............
Persepsi Anggota SPT Terhadap Sistem Pertanian Terpadu .............
Sikap Anggota SPT terhadap Sistem Pertanian Terpadu ..................
Partisipasi Anggota SPT terhadap Sistem Pertanian Terpadu ...........

Faktor-Fakt or yang Berhubungan dengan Partisipasi

...................

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

86

Kesimpulan...................................................................................... 86
Saran ............................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 89

Halaman
1. Ragam Sumber Informasi yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi..............

20

2. Sebaran Umur Anggota SPT........................................................................... 52
3. Sebaran Pendidikan Formal Anggota SPT....................................................... 52
4. Sebaran Pendidikan Non Formal Anggota SPT...........................................

53

5 . Sebaran Luas Lahan Anggota SPT ............................................................

54

6. Sebaran Pendapatan Anggota SPT ............................................................

55

7. Sebaran Pengalaman Usahatani Anggota SPT ........................................

56

8. Sebaran Kekosmopolitan Anggota SPT .....................................................

57

9. Sebaran Kondisi Lingkungan Menurut Anggota SPT .................................

58

10. Sebaran Penilaian Anggota SPT tentang Intensitas Penyuluhan .................

59

11. Sebaran Ketepatan Saluran Penyuluhan Menurut Anggota SPT .................

60

12. Sebaran Penhian Anggota SPT tentang Jumlah Surnber Informasi ...........

61

13. Sebaran Penilaian Anggota SPT tentang Keterjangkauan Harga Saprodi....

62

14. Sebaran Peniliaian Anggota tentang Ketersediaan Sarana Produksi ............

63

15. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Keuntungan Kelatif Program SPT

64

16. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Keselarasan Program SPT..........

65

17. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Kerumitan Program SPT............

65

18. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Dapat Dicoba program SPT.......

66

19. Sebaran Persepsi Anggota SPT tentang Cepat Hasil Terlihat Program SPT

67

20. Persepsi Anggota SPT terhadap Program SPT di Desa Tambak Kecamatan
Langgam Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau................................................. 68
2 1 . Sebaran Sikap Kesetujuan Pribadi Anggota SPT terhadap Program SPT........ 69
22. Sebaran Sikap Kesetujuan Sosial Anggota SPT terhadap Program SPT.......... 70
23 . Sikap Anggota SPT terhadap Program Sistem Pertanian Terpadu di Desa
Tambak Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau................................................

71

24. Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Perencanaan Program SPT..............

71

25 . Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Pelaksanaan Program SPT..............

72

26. Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam P e d a a t a n Hasil Sistem Pertanian
73
Terpadu............................................................................................................
27 . Sebaran Partisipasi Anggota SPT dalam Penilaian Sistem Pertanian Terpadu

74

28. Tmgkat Partisipasi Anggota SPT terhadap Program SPT di Desa Tambak
Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau.............................................................

75

29. Hubungan antara Karakteristik Internal Anggota dengan Partisipasi Anggota
Terhadap SPT di Desa Tambak..................................................................... 76
30 . Hubungan antara Karakteristik Eksternal Anggota dengan Partisipasi Anggota
Terhadap SPT di Desa Tambak...........................................................................
78
3 1 . Hubungan antara Persepsi Anggota dkgan Partisipasi Anggota Terhadap
SPT di Desa Tambak.......................................................................................80
32 . Hubungan antara Sikap Anggota dengan Partisipasi Anggota Terhadap SPT
di Desa Tambak...............................................................................................81
33 . Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal dengan Persepsi Anggota
terhadap Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak..........................................82
34. Hubungan antara Karakteristik Internal dan Eksternal dengan Persepsi Anggota
terhadap Sistem Pertanian Terpadu di Desa Tambak........................................ 84
35 . Hubungan antara Persepsi Anggota dengan Sikap Anggota terhadap Sistem
Pertanian Terpadu di Desa Tambak................................................................

85

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sistem Pertanian Terpadu (SPT) tanpa Limbah Terbuang (Integrated Farming
System with Zero Waste............................................................................
26

2. Bagan Kerangka Berpikir Partisipasi Masyarakat Peserta Terhadap Program
Sistem Pertanian Terpadu (SPT) .................................................................. 3 1

DAFI'AR LAMPIRAN
Halaman
1. Identitas Petani peserta (anggota SPT) Desa Tambak ................................. 92
2. Peta Lokasi Penelitian (Kab. Pelalawan Kec. Langgam Desa Tambak).........

93

Latar Belakang
Hal yang sangat mendasar yang terdapat dalam Undang-Undang Otonomi
Daerah adalah upaya pemberdayaan masyarakat, upaya menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas pengembangan peran serta masyarakat secara aktif (Ginting, 2000).
Menurut Ginting (2000) pentingnya partisipasi masyarakat, khususnya dalam
rangka otonomi daerah dapat dilihat dalam penjelasan Undang-Undang No.22 Tahun
1999 tentang Pemerintah daerah di mana dicantumkan bahwa penyelenggaraan
Otonomi Daerah dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat,

pemerataan

dan

keadilan

serta

memperhatikan

potensi

dan

keanekaragaman daerah. Penerapan prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dan
pemerataan tidak dengan sendirinya dapat tenvujud. Untuk menerapkan prinsipprinsip ini diperlukan berbagai upaya yang mengarah pada peningkatan sumber daya
manusia, khususnya pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Peran serta atau
partisipasi masyarakat misalnya hanya dapat diwujudkan apabila mereka telah
memiliki kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk itu. Karena itu, perlu
sejumlah upaya yang dilakukan secara sistematis dalam memberdayakan masyarakat.
Banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai
pihak baik pemerintah, swasta maupun LSM yang menjadikan masyarakat setempat
sebagai sasaran dari program yang dilaksanakan, namun umumnya program
pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan kurang berdampak nyata, partisipasi

masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan tersebut masih rendah. Pada
saat program pemberdayaan yang dilaksanakan habis masa pelaksanaannya, maka
masyarakat yang semula ikut berpartisipasi kembali kepada cara kehidupannya
semula. Masyarakat seringkali hanya sebagai objek dari banyaknya program
pemberdayaan yang dilaksanakan, tanpa memikirkan apa yang dirasakan oleh
masyarakat tersebut.
Salah satu kabupaten di Riau adalah Kabupaten Pelalawan yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang nomor 53 tahun 1999 yang merupakan hasil pemekaran
Kabupaten Kampar dan diresmikan Mendagri tanggal 12 Oktober 1999. Peresmian
operasionalnya dilakukan oleh Bapak Gubernur Riau pada tanggal 5 Desember 1999
dengan ibukota Pangkalan Kerinci, dengan jumlah penduduk sampai akhir tahun
1998 sebanyak 213.393jiwa dengan kepadatan rata-rata 17 jiwa/km2, dengan luas

wilayah + 12.490,42km2 yang sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah
dan daerah perbukitan. Ditinjau dari aspek pemerintahan Kabupaten Pelalawan terdiri
dari 4 kecamatan definitif, 6 kecamatan pembantu, 4 kelurahan dan 83 desa serta 3
desa persiapan. Dari 87 desakelurahan 45 desa di antaranya merupakan desa IDT
(Laporan Bupati Pelalawan, 2000).
Walaupun potensi sumber daya alam di Kabupaten Pelalawan cukup besar,
namun belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena terbatasnya modal dan
teknologi serta prasarana p enunjang lainnya sehingga kondisi kesejahteraan
masyarakat relatif masih rendah.
Salah satu perusahaan yang beroperasi di Riau adalah Perusahaan Riau
Andalan Pulp and Paper (RAPP) yang telah beroperasi sejak tahun1992, khususnya di

.

Kabupaten Pelalawan yang juga merupakan perusahaan pulp and paper terbesar di
Asia Tenggara. Melihat dari cukup pesatnya perkembangan perusahaan ini dengan
memanfaatkan potensi sumberdaya alam di Kabupaten Pelalawan sudah seharusnya
perusahaan ini memperhatikan masyarakat sekitarnya tempat perusahaan beroperasi.
Sehingga perusahaan tidak hanya mengambil keuntungan dari potensi sumber daya
yang ada tetapi juga dapat membangun masyarakat sehingga kesejahteraan bersama
antara pihak perusahaan dan masyarakat setempat dapat diciptakan.
Sebagai salah satu bentuk kepeduliannya pihak perusahaan (RAPP) telah
membentuk suatu wadah yang dinamakan Program Pemberdayaan Masyarakat Riau
(PPMR) atau yang

sebelumnya dinamakan dengan program Commurzity

Developmerzt (Program pengembangan masyarakat). Program ini merupakan suatu
mekanisme layanan sumber daya dukung untuk membantu masyarakat agar mereka
dapat mengentaskan dirinya sendiri.
Eksistensi PPMR lebih difokuskan pada proses pendampingan masyarakat
untuk identifikasi permasalahan dasar dan menemukan unggulan komparatif berupa
potensi diri dan lingkungannya. Dukungan PPMR, adalah berupa upaya
memunculkan kreatititas kelompok basis masyarakat lokal dalam bentuk aneka
kegiatan pemecahan masalah berdasarkan sumber daya yang dimiliki.
Tujuan dari program pemberdayaan ini adalah : (1) Meningkatkan
sumberdaya alam dan lingkungannya secara arif dan berkelanjutan,

(2)

Memberdayakan masyarakat untuk menganalisis diri dan lingkungannya serta
mengaktualisasikan kreatifitasnya untuk pemenuhan kebutuhan dan pemecahan
masalah yang dihadapi, dan (3) Menciptakan tatanan hubungan perusahaan dan

masyarakat yang berkeadilan, demokratis dan harmonis antara keduanya. Dengan
strategi yang dilakukan adalah ; (1) Menciptakan iklim yang kondusif bagi
masyarakat untuk lebih berpartisipasi aktif dalam pembangunan wilayahnya dan
mampu memanfaatkan secara optimal, (2) Pendampingan bagi kelompok terentan
sebagai pendidikan masyarakat, untuk tercapainya perubahan diri dan kelompok
secara mendasar @ndamental

change), mampu

melaksanakan

penyesuain

(adaptability), serta terealisirnya berkelanjutan (sustainability) pada setiap kegiatan
yang dirintis.
Salah satu program pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini cukup
banyak mendapatkan perhatian baik dari pemerintah setempat, media massa maupun
media elektronik adalah program sistem pertanian terpadu (SPT) yang dilaksanakan
oleh PT. RAPP dalam wadah PPMR. Salah satu desa yang telah melaksanakan
program tersebut adalah Desa Tambak Kec. Langgam Kab. Pelalawan Propinsi Riau.
Maka menjadi sangat menarik untuk dikaji bagaimana partisipasi masyarakat
setempat yang yang mengikuti program tersebut atau petani peserta (anggota SPT) .
terhadap program SPT tersebut, dimana program ini dilaksanakan pada saat
partisipasi masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat cenderung masih
rendah.

Perumusan Masalah
Pemberdayaan masyarakat yang diusahakan tidak akan dapat dilaksanakan
tanpa adanya partisipasi dari masyarakat yang akan diberdayakan, karena memang

sasaran dari program pemberdayaan adalah masyarakat setempat, tempat program itu
dilaksanakan.
Namun seringkali program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
tidak melihat dari sisi masyarakat itu sendiri. Pelaksanaannya cenderung pada apa
yang diinginkan oleh pihak-pihak yang menginghkan pelaksanaan program tersebut.
Oleh karena itulah banyak program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan
kurang dirasakan dampaknya oleh masyarakat yang melaksanakannya. Partisipasi
ma syarakat sering kali hanya sebatas selama program tersebut masih berlangsung
atau dapat dikatakan partisipasi masyarakat masih rendah.
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program

SPT di Desa Tambak.
2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani peserta

(anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak.
Tujuan Penelitian
1. Menjelaskan tingkat partisipasi petani peserta (anggota SPT) terhadap program

SPT di Desa Tambak.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani

peserta (anggota SPT) terhadap program SPT di Desa Tambak.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai :
1. Bahan ma sukan bagi pelaksana dan pengelola kegiatan program sistem pertanian

terpadu (SPT) dalam menentukan kebijakaq untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat dan pengembangan kegiatan selanjutnya.
2. Bahan acuan untuk mengadakan penelitian lanjut tentang SPT, terutama dalam
upaya perencanaan dan pelaksanaan model pengemb angannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Persepsi
Persepsi adalah proses menerima informasi atau stimuli dari lingkungan dan
mengubahnya ke dalam kesadaran psikologis (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
Menurut Desiderato (1976) dalam Rakhmat (2000) persepsi adalah
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Thoha (1999) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah proses
kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan
penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya
suatu pencatatan yang benar tentang situasi.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) prinsip umum persepsi adalah; (1)
Relativitas, yaitu persepsi kita bersifat relatif, walaupun suatu obyek tidak dapat kita
perkirakan yang tepat tetapi setidaknya kita dapat mengatakan yang satu melebihi
yang lainnya. Persepsi orang terhadap bagian-bagian dari suatu pesan sangat
ditentukan oleh bagian yang mendahului pesan itu; (2) Selektivitas, persepsi kita
sangat selektif, panca indra menerima stimuli dari sekelilingnya dengan melihat
obyek, mendengar suara, mencium bau dan sebagainya. Karena kapasitas memproses
informasi terbatas, tidak semua stimuli dapat ditangkap, tergantung pada faktor fisik

dan psikologis seseorang. Pengalaman masa lampau juga mempengaruhi pilihan
terhadap persepsi; (3) Organisasi, persepsi kita terorganisir, kita cenderung menyusun
pengalaman kita dalam bentuk yang memberi arti, dengan mengubah yang berserakan
dan menyajikannya dalam bentuk yang bermakna, antara lain berupa gambar dan
latar (belakang). Dalam sekejab panca indra akan melakukan seleksi dan sosok yang
menarik mungkin akan menciptakan suatu pesan. Penafsiran mengenai gambar sering
ditentukan oleh latar (belakang); (4) Arah, melalui pengamatan seseorang dapat
memilih dan mengatur serta menafsirkan pesan. Penataan adalah sangat penting bagi
pembuat pesan untuk mengurangi tafsiran yang diberikan oleh stimulus; dan (5)
Perbedaan kognitif, persepsi seseorang bisa berlainan satu sama lain dalam situasi
yang sama karena adanya perbedaan kognitif. Setiap proses mental, individu bekerja
menurut caranya sendiri tergantung pada faktor-faktor kepribadian, seperti toleransi
terhadap ambiguitas (kemenduaan), tingkat keterbukaan atau ketertutupan fikiran,
sikap otoriter dan sebagainya.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999) sejurnlah studi telah menganalisis
hubungan antar ciri-ciri suatu inovasi dan tingkat adopsinya. Sebagian besar studi
tersebut menggunakan pertimbangan obyektif, atau menganggap bahwa petani
mempunyai persepsi yang sama. Hal ini menyebabkan hasil studi tidak mencapai
kesimpulan yang sama, tetapi semuanya menunjukkan adanya beberapa ciri penting,
sebagai berikut:(l) Keuntungan relatif, apakah inovasi memungkinkan petani
mencapai tujuannya dengan lebih baik, atau dengan biaya yang lebih rendah daripada
yang telah dilakukan sebelumnya. Keuntungan relatif ini dipengaruhi oleh pemberian
insentif kepada petani, misalnya menyediakan benih dengan harga subsidi. Insentif

demikian bisa memotifasi petani untuk mencoba suatu inovasi, tetapi sulit bagi petani
untuk melihat manfaat yang disebabkan oleh berbagai kemungkinan; (2)
Kompatibilitaskeselarasan, kompatibilitas berkaitan dengan nilai sosial budaya dan

kepercayaan, dengan gagasan yang diperkenalkan sebelurnnya, atau dengan
keperluan yang dirasakan oleh petani; (3) Kompleksitas, inovasi sering gaga1 karena
tidak diterapkan secara benar. Beberapa diantaranya memerlukan pengetahuan atau
keterampilan khusus, adakalanya lebih penting memperkenalkan sekumpulan paket
inovasi yang relatif sederhana tetapi saling berkaitan, walaupun kaitan-kaitan tersebut
sulit dipahami; (4) Dapat dicoba, petani cenderung untuk mengadopsi inovasi jika
telah dicoba dalam skala kecil di lahannya sendiri dan terbukti lebih baik daripada
mengadopsi inovasi dengan cepat dalam skala besar. Inova si tersebut menyangkut
banyak resiko. Kemudahan untuk dicoba ada hubungannya dengan kemudahan
memilah. Program pengembangan pertanian sehamsnya meningkatkan sistem inovasi
yang dapat dicoba ; (5) Dapat diamati, Pengamatan petani seringkali menjadi sebab
untuk memulai suatu diskusi. Agen penyuluhan yang ingin memperoleh kepercayaan .
dari petani hams mulai mempromosikan inovasi yang telah berhasil. Untuk i t -hams
dicari inovasi yang dapat diserap dengan cepat. Dalam jangka waktu tertentu inovasi
yang berdampak pada pendapatan petani akan memperoleh perhatian bahkan tanpa
bantuan agen penyuluhan sekalipun.
Selain itu Jahi (1988) menyatakan bahwa laju adopsi yang berbeda dapat
diterangkan oleh lima karakteristik inovasi berikut h i ; (I) keuntungan relatif(relatrf
advarztage), pengadopsi hams menganggap inovasi tersebut lebih baik daripada apa
yang telah ada, meskipun keuntungan relatifini mungkin saja memiliki landasan yang

obyektif atau tidak; (2) kesesuaian inovasi dengan tata nilai maupun pengalaman
yang ada (compatability), inovasi hams sesuai dengan kepercayaan, tata nilai, dan
norma-norma sosial yang ada; (3) kerumitan untuk mempelajari dan menggunakan
inovasi tersebut (complexity), inovasi hendaknya juga tidak memiliki ciri complexity,
yang menunjukkan tingkat kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi
itu; (4) kesempatan untuk mencoba inovasi itu secara terbatas (triability), suatu
inovasi akan lebih mudah didifusikan bila dapat dicoba dalam suatu skala terbatas,
sebelum sepenuhnya diadopsi; dan (5) cepatnya hasil inovasi itu dapat diamati
(observability), jika hasil inovasi itu dapat cepat terlihat, maka calon-calon
pengadopsi lainnya tidak perlu lagi menjalani tahap percobaan, melainkan dapat terus
ke tahap adopsi.
Sikap

Rachmat (2000) menyimpulkan beberapa ha1 mengenai definisi sikap, yaitu;
(1) sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam

menghadapi obyek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap obyek sikap.
Obyek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau
kelompok.; (2)

sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Sikap bukan

sekedar rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan apakah orang hams pro atau
kontra terhadap sesuatu;menentukan apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan;
menyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang hams dihindari (Sherif dan
Sherif, 1956) dalam Rachmat (2000); (3) sikap relatif lebih menetap; (4) sikap

mengandung aspek evaluatif: artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak
menyenangkan; dan (5) sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi
merupakan hasil belajar.
Gibson dan Ivancevich (1997) menyatakan bahwa sikap (attitude) adalah
kesiap-siagaan mental yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai
pengaruh tert entu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, obyek dan situasi
yang berhubungan dengannya.
Winkel ( 1991) menyatakan sikap (attitude) merupakan kecenderungan
seseorang untuk menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap
obyek itu, berguna atau berharga baginya atau tidak. Bila obyek dinilai baik untuk
saya, dia mempunyai sikap positif, bila dinilai obyek jelek untuk saya, dia
mempunyai sikap negatif
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), sikap dapat didefinisikan sebagai
perasaan, fikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen
mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap .
adalah pengetahuan, perasan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak. Lebih
mudahnya sikap adalah kecondongan evaluatifterhadap suatu objek atau subjek yang
memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek
sikap. Keyakinan bahwa perilaku membawa akibat tertentu beserta penilaian terhadap
akibat tersebut merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk bersikap.
Menurut

Syah (1999) dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau

kecenderungan mental. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap
suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu.

Dari uraian Gibson dan Ivancevich (1997) berdasarkan teori Rosenberg dan
Wibowo (2000) berdasarkan teori Triandis, menyatakan bahwa sikap memiliki tiga
komponen, yaitu;
(1) Komponen kognitif dari suatu sikap berisi ide, anggapan-anggapan, pengetahuan,
keyakinan dari orang yang bersangkutan mengenai obyek sikap. Unsur penting
dari kognisi adalah kepercayaan evaluatif dari seseorang. Kepercayaan evaluatif
diwujudkan dalam bentuk kesan baik atau tidak baik yang dirniliki oleh orang
terhadap obyek atau orang.
(2) Komponen afektif dari suatu sikap meliputi seluruh emosi atau perasaan orang

yang bersangkutan terhadap obyek sikap. Dengan adanya komponen ini obyek
sikap dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau
tidak disukai.
(3) Komponen perilaku berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk

bertindak menghadapi sesuatu dengan cara tertentu. Apabila orang memiliki
kognisi yang positif dan perasaan yang juga positifterhadap obyek tertentu, maka
ia akan cenderung mendekati (membantu, mendukung dan semacamnya) obyek
tersebut. Sebaliknya, bila ia memiliki kognisi yang negatif dan perasaan yang
negatif pula maka ia akan cenderung untuk menjauhi, merusak, atau menentang
obyek sikapnya.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan bagaimana
seseorang memutuskan untuk menolak atau menerima sesuatu dari hasil penilaiannya
terhadap obyek atau peristiwa tersebut.

Menuut Van den Ban dan Hawkins (1999) untuk pengambilan keputusan yang
tepat, perlu diketahui apakah situasi yang diinginkan telah tercapai. Janis ( 1977)
dalam Van den Ban dan Hawkins (1999) tentang proses pengambilan keputusan ada

beberapa ha1 yang menjadi pertimbangan petani dalam pengambilan keputusan
(Decisioit-making) yaitu (1) keuntungan yang didapat dan kerugian untuk diri sendiri;
(2) keuntungan yang dapat dirasakan dan kerugian untuk orang lain; (3) kesetujuan

diri atau ketidaksetujuan diri; dan (4) kesetujuan sosial atau ketidaksetujuan sosial.
Partisipasi.
Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), partisipasi memiliki konotasi
yang berbeda-beda untuk berbagai orang, di antaranya adalah sebagaimana terumus
dalam pokok-pokok berikut:
(1) Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program penyuluhan dengan cara
menghadiri rapat-rapat, mendemontrasikan metode baru untuk usaha tani
mereka, mengajukan pertanyaan pada petugas penyuluhan, dsb.
(2) Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluh oleh kelompok-kelompok petani,

seperti pertemuan-pertemuan tempat petugas penyuluh memberikan ceramah,
mengelola kursus-kursus demontrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis
oleh petugas penyuluh dan peneliti untuk petani, dsb.
(3) Petani atau wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam
pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan
metode, dan dalam evaluasi kegiatan.

Partisipasi melalui pengikutsertaan petani dapat menjadi cara yang lebih
efisien untuk mencapai tujuan program penyuluhan yang telah dirumuskan.
Memberikan kesempatan yang lebih kepada petani untuk mempengaruhi masa depan
mereka sendiri dapat pula menjadi tujuan, sebagaimana memberi kekuasaan lebih
kepada masyarakat.
Wardojo dalam Vitayala dkk ( 1995) mengatakan bahwa pengertian partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, secara sederhana adalah keikutsertaan masyarakat
baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan. Keikutsertaan tersebut terbentuk
sebagai akibat terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat
lain di dalam pembangunan. Sebagai bentuk kegiatan, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan mencakup partisipasi dalam pembuatan keputusan, perencanaan
kegiatan, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan
hasil pembangunan.
Jika dilihat dari aspek-aspek yang terlibat dalam partisipasi serta apabila
dihubungkan dengan kolompok (masyarakat), maka partisipasi dapat diartikan
sebagai keterlibatan mentavpikiran dan emosi seseorang di dalam situasi kelompok,
yang mendorongnya untuk memberi sumbangan kepada kelompok, dalam upaya
mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab terhadap upaya yang bersangkutan
sehingga membantu berhasilnya program (Ginting, 2000)
Kemampuan berpartisipasi dalam anggapan dasarnya tersimpul implikasi
bahwa ia merupakan hasil dari suatu proses khas yang menyangkut dorongan atau
mot% sikap, kecerdasan, pengetahuan, keterampilan serta penggunaan metode, sarana
dan alat yang menjadi kelengkapan dalam berbuat (Ginting, 2000)

,

Menurut Ginting (2000) Besarnya dorongan atau motif berpartisipasi banyak
bergantung pada kemampuan yang bersangkutan melihat kesempatan untuk
berpartisipasi serta keuntungan yang mungkin diperoleh. Untuk itu biasanya perlu
diupayakan ketersediaan sumber-sumber penunjang yang memungkinkan seseorang
berpartisipasi. Kesempatan berpartisipasi dalam proses pembangunan tidak akan
datang begitu saja, apabila masyarakat terasing jauh dari aset, modal dan keuntungan
pembangunan.
Yadav ( 1980) dalam Mardikanto ( 1994) mengidentifikasikan partisipasi
sebagai; (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan; (2) partisipasi dalam
pelaksanaan program dan proyek-proyek pembangunan; (3) partisipasi dalam
pemantauan dan evaluasi program dan proyek-proyek pembangunan; serta (4)
partisipasi dalam berbagai manfaat pembangunan.
Untuk tumbuhnya partisipasi sebagai suatu tindakan yang nyata, diperlukan
tiga persyaratan yang menyangkut hal-ha1 sebagai berikut; ( I ) adanya kemauan untuk
berpartisipasi, secara psikologis, kemampuan berpartisipasi dapat muncul oleh
adanya motif intrinsik (dari dalam diri sendiri) maupun ekstrinsik (karena
rangsangan, dorongan atau tekanan dari luar); (2) kemampuan untuk berpartisipasi,
adanya kemauan untuk berpartisapasi belum tentu akan menjamin partisipasi yang
diharapkan jika yang bersangkutan tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk
dapat berpartisipasi dalam pembangunan yang bersangkutan; dan (3) kesempatan
untuk berpartisipa si, adanya kemauan dan kemampuan untuk berpartisipa si yang
dimiliki oleh warga masyarakat untuk berpartisipasi saja, sebenarnya belum

menjamin tumbuhnya partisipasi, jika kepada mereka tidak diberikan dan ditunjukkan
adanya kesempatan untuk berpartisipasi ( Mardikanto, 1994).
Dan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi atau
keikutsertaan seseorang dalam suatu program dipengaruhi oleh beberapa aspek, yaitu
adanya kesempatan, adanya kemauan dan adanya kemampuan untuk berpartisipasi
dalam kegiatan tersebut.
Dalam konteks pembangunan, jika sejumlah faktor penunjang telah ada dan
tersedia atau dapat disediakan oleh yang bersangkutan, maka partisipasi lebih mudah
digerakkan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat diartikan sebagai
keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut dalam kegiatan-kegiatan
pembangunan, ikut serta memanfaatkan dan menikmati hasil-had pembangunan
(Gintmg, 2000)
Karakteristik Internal
Lionberger (1960) dalam Mardikanto (1993) mengemukakan beberapa faktor .
yang mempengaruhi kecepatan seseorang untuk mengadopsi movasi meliputi:
(1) Luas usaha tani, semakin luas biasanya semakin cepat mengadopsi, karma
memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik. Ukuran usahatani selalu
berhubungan positif dengan adopsi inovasi. Menurut Soekartawi (1988) banyak
teknologi maju baru yang memerlukan skala operasi yang besar dan sumber dan
sumberdaya ekonomi yang tinggi untuk keperluan adopsi inovasi tersebut.
(2) Tmgkat pendapatan, seperti halnya tingkat luas usahatani, petani dengan tingkat
pendapatan semakin tmggi biasanya akan semakin cepat mengadopsi inovasi.

Menurut Soekartawi (1988) pendapatan usahatani yang tmggi seringkali ada
hubungannya dengan tingkat &si

inovasi pertanian. Kemauan untuk

melakukan percobaan atau perubahan dalam &si

inovasi pertanian yang cepat

sesuai dengan kondisi pertanian yang dimiliki oleh pet&

maka umumnya ha1

ini menyebabkan pendapatan petani yang lebih tmggi. Dengan demikian petani
akan kembali mvestasi kapital untuk adopsi movasi selanjutnya. Sebaliknya
banyak kenyataan yang menunjukkan bahwa para petani yang berpenghasilan
lebih rendah lambat dalam melakukan &si movasi.
(3) Umur, semakin tua (di atas 50 tahun), biasanya semakin lamban mengadopsi
inovasi, dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh warga masyarakat setempat. Menurut Soekartawi (1988) petanipetani yang lebih tua tampaknya kurang cenderung melakukan &si

inovasi

pertanian daripada mereka yang relatif umur muda. Beberapa studi menunjukkan
difbsi movasi yang paling tinggi adalah mereka yang pada usia setengah tua.
(4) Aktivitas mencari informasi dan ide-ide baru. Golongan masyarakat yang aktif

mencari informasi dan ide-ide baru, biasanya selalu lebih inovatif dibanding
orang-orang yang pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap
sesuatu yang baru.
(5) Pendidikan. Menurut Rogers (1983)

pendidikan tampaknya menjadi suatu

faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Penggunaan media
yang tinggi juga melengkapi mereka dengan tmgkat pengetahuan yang lebih
tmggi dalam beberapa topik. Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif
lebih cepat dalam melaksanakan adopsi movasi. Begitu pula sebaliknya mereka

yang berpendidikan lebih rendah, mereka agak sulit untuk melaksanakan adopsi
movasi dengan cepat (Soekartawi, 1988). Menurut Mardikanto (1994) proses
adopsi teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan petani

clan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini disebabkan adopsi teknologi
baru hanya akan dapat berkembang dengan cepatnya apabila masyarakat (petani)
yang menerimanya cukup mempunyai dasar pendidikdpengetahuan dan
keterampilan untuk menerapkannya sesuai dengan persyaratan yang hams
ditaatinya.
Karakteristik Eksternal
( 1) Kondisi lingkungan

Menurut Rakhmat (2000) kaum determinisme lingkungan sering menyatakan
bahwa keadaan alam mempengaruhi gaya hidup dan perilaku. Banyak orang
menghubungkan kemalasan bangsa Indonesia pada matapencarian bertani dan
matahari yang selalu bersinar setiap hari. Sebagian pandangan mereka telah diuji .
dalam berbagai penelitian, seperti efek temperatur pada tmdakan kekerasan,
perilaku interpersonal, dan suasana emosional.
(2) Penyuluhan. Menurut

Mardikanto (1993) beberapa aspek penyuluhan yang

berpengaruh adalah:

-

Saluran komunikasi yang digunakan, jika movasi dengan mudah dan jelas dapat
disampaikan lewat media masa, atau sebaliknya jika kelompok sasaran dengan

mudah menerima movasi yang disampaikan melalui media masa, maka proses
adopsi akan berlangsung relatif lebih cepat dibanding dengan movasi yang harus

disampaikan lewat media antar pribadi. Sebaliknya, jika inovasi tersebut sulit
disampaikan lewat media masa atau sasarannya belum mampu

memanfaatkan

media masa, inovasi yang disampaikan lewat media antar pribadi akan lebih cepat
diadopsi oleh masyarakat sasarannya. Menurut Soekartawi (1988) inovasi yang
disampaikan secara individual akan berjalan secara lebih cepat bila dibandingkan
dengan inovasi tersebut dilakukan secara massal.

-

Penyuluh, kecepatan adopsi juga dipengaruhi oleh aktivitas yang dilakukan oleh
penyuluh,

khususnya

tentang

upaya

yang

dilakukan

penyuluh

untuk

mempromosikan inovasinya. Semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, proses
adopsi akan semakin cepat pula. Demikian juga, jika penyuluh mampu
berkomunikasi secara efektif dan trampil menggunakan saluran komunikasi yang
paling efektq proses adopsi pasti akan berlangsung lebih cepat dibanding dengan
yang lainnya. Menurut Soekartawi (1988) semakin giat penyuluh pertanian
melakukan promosi tentang adopsi inovasi maka semakin cepat pula adopsi inovasi
yang dilakukan oleh petani. Menurut Mosher ( 199 1) peranan penyuluh yang paling .
sering diabaikan ialah peranannya sebagai teman yang memberikan dorongan
kepada petani yang ingin mencoba salah satu atau beberapa metoda baru, akan
tetapi yang merasa dikelilingi oleh petani-petani tetangga yang mendesaknya untuk
mengikuti cara-cara yang biasa saja atau yang menunggu kesempatan untuk
mengejeknya jika metoda baru itu gagal. Peranan peyuluh sebagai pendorong
semangat mereka yang lebih berani itu terutama penting dalam tahap-tahap
pertama pembangunan.

-

Ragam sumber informasi. Menurut Mardikanto (1993) kecepatan adopsi inovasi
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok sasaran penyuluhan pada tiap
tahapan

adopsi juga

sangat

drpengaruhi

oleh

ragam

informasi

yang

menyampaikannya seperti terdapat pada Tabel 1.
Tabel. 1 Ragam sumber informasi yang mempengaruhi kecepatan adopsi
wtan
jenjang
1.
2.
3.
4.

Kesadaran
mediamasa
temanltetangga
penyuluh
pedagang

Sumber informasi yang efektif untuk tahap adopsi
Tumbuh minat
Menilai
Mencoba
m d a masa
temadtetangga
penyuluh
pedagang

temadtetangga
penyuluh

temadtetangga
penyuluh

Adopsi

Pe@Wg

pedagang

temadtetangga
penyuluh
media rnasa

media masa

media masa

pedagang

Menurut Soekartawi (1988) sumber informasi juga sangat berpengaruh
terhadap proses adopsi inovasi. Sumber informasi dapat berasal dari media massa,
tetangga, teman, petugas penyuluh pertanian, pedagang, pejabat desa atau dari
informan lain.
(3) Sarana produksi. Menurut Mosher (1991) penyediaan bahan-bahan dan alat-alat

produksi yang

dapat dibeli, diambil dengan mudah oleh para petani d m .

tersedianya alat-alat angkutan yang baik dan ekonomis yang dapat memperlancar
usahatani mempakan syarat mutlak yang hams ada bagi pelaksanaan
pembahaman pertanian. Tiap bahan atau alat hams memiliki lima sifat supaya
petani mau membelinya dan tems membeli lagi dari tahun ke tahun ; (1)
efektivitas dari segi teknis; ( 2) mutunya dapat drpercaya; (3) harganya tidak
rnahal; (4) hams tersedia setempat dan setiap waktu petani memerlukannya; dan
(5) hams dijual dalam ukuran atau takaran yang cocok.

Hubungan antara karakteristik internal dan eksternal, persepsi,
sikap dan partisipasi

Thoha (1999) menyatakan bahwa persepsi timbul karena adanya dua faktor
baik internal maupun eksternal. Faktor internal antaranya tergantung pada proses
kepercayaan dan tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. Faktor eksternal berupa
lingkungan.
Sikap-sikap barn yang didasarkan pada pengalaman responden atau pemikiran
sistematis ternyata lebih memungkinkan membawa perubahan perilaku daripada
sikap-sikap yang dangkal. Sikap petani lebih besar kemungkinannya

berkaitan

dengan perilaku mereka jika mereka telah mencoba sendiri sebuah inovasi atau
mengumpulkan informasi mengenainya dari sumber-sumber terpercaya daripada
sekedar mendengarkan pembahasan menarik dari radio. Perilaku

tidak hanya

drpengaruhi oleh harapan pribadi, tetapi juga oleh harapan sosial.
Menurut Soekartawi (1988) kebanyakan petani kecil agak lamban dalam
mengubah sikapnya terhadap perubahan ini. Hal ini disebabkan oleh sumberdaya
yang mereka miljki, khumsuya sumberdaya lahan, terbatas sekali. Sehingga mereka
sulit untuk mengubah sikapnya untuk adopsi inovasi karena mereka khawatir kalau
adopsi inovasi tersebut ternyata gagal. Sebab sekali adopsi inovasi itu gagal, mereka
akan sulit untuk mendapatkan atau mencukupi makan anggota keluarganya.
Keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, mengharuskan mereka
mampu memahami arti dan d a a t pembangunan bagi dirinya. Karena itu
masyarakat perh memiliki persepsi yang jelas tentang hubungan antara pelaksanaan
pembangunan dengan kemungkinan memperoleh manfaatnya, serta dalam bentuk

perbaikan taraf hidup, baik perorangan maupun kelompok. Persepsi seperti ini dapat
dibentuk melalui penyuluhan yang diberikan secara sistimatis (Gintmg, 2000).
Menurut Anwar dan Reksowardoyo (1984) perilaku manusia dapat
dipengaruhi oleh tiga unsur yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Jadi untuk
menimbulkan perubahan perilaku dapat dilakukan melalui perubahan salah satu dari
ketiga unsur, atau dengan melalui perubahan dua dari ketiga unsur itu, atau melalui
perubahan ketiga unsur tersebut. Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketiga
unsur tersebut memiliki kaitan yang erat. Perubahan satu unsur akan mengarah pada
perubahan pada unsur yang lam. Misalnya, seorang atau kelompok masyarakat
menolak pengembangan satu inovasi di wilayahnya. Sikap penolakan bisa timbul dari
ketidaktahuan tentang tujuan dan manfaat inovasi atau karena tidak ikut dalam
pelaksanaan inovasi itu. Apabila mereka diberi pengertian tentang manfaat inovasi
tersebut biasanya akan terbentuk sikap positif dan bila diikutsertakan kemungkinan
m