Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

(1)

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH

LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

PADI NON HIBRIDA

(Sudi Kasus : Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darusslam)

SKRIPSI

Oleh :

MUHAMMAD SHOLEH 080309045

SEP-PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PARTISPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH

LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT)

PADI NON HIBRIDA

(Sudi Kasus : Desa Gelanggang Merak Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darusslam)

SKRIPSI

MUHAMMAD SHOLEH 080309045

PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Prof.Dr.Ir. H. Meneth Ginting, MADE) (Ir. Yusak Maryunianta, M.Si) NIP. 194007151968091001 NIP. 196206241986031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD SHOLEH (080309045/PKP) dengan judul skripsi

“PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA”.

Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program SL-PTT, karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT, tingkat partisipasi petani dalam program PTT, perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dan hubungan faktor sosial ekonomi petani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pertemuan) dengan tingkat partisipasi petani dalam program PTT. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengikuti program SL-PTT di daerah penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan uji t.

Dari hasil penelitian diperoleh perkembangan program SL-PTT dari segi perkembangan luas lahan, luas areal panen, produktivitas, jumlah produksi dan jumlah kelompok tani mulai tahun 2009 – 2012. Persentase kenaikan luas lahan yang menerapkan program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan jumlah kelompoktani yang mengikuti program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan luas areal panen 107%, persentase kenaikan produktivitas padi per hektarnya sebesar 11,1% dan persentase kenaikan jumlah produksi sebesar 130%; tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur adalah tinggi dengan berada di tangga Patnership level Citizen Power dan pada Kelompoktani Tunas Baru adalah rendah dengan berada di tangga Placation level

Degree of Tokenism; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur dan terdapat hubungan antara luas lahan, jumlah tanggungan dan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tunas Baru.


(4)

RIWAYAT HIDUP

MUHAMMAD SHOLEH, lahir di Gunting Saga pada tanggal 21 Agustus 1989. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Syafaruddin

dan Nuraman Tambunan.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah:

1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar di SD Dharma Patra Rantau dan tamat tahun 2001.

2. Tahun 2001 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Dharma Patra Ranta dan tamat tahun 2004.

3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menegah Umum di SMU Patra Nusa dan tamat tahun 2007.

4. Tahun 2008 diterima di Program Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

5. Bulan Juli-Agustus 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bagan Asahan Baru Kecamatan Tanjung Balai Kabupaten Asahan.

6. Bulan Juni-September 2013 melakukan penelitian skripsi di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan ridhaNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kemudian salawat beriring salam kepada junjungan alam Rasululah Muhammad SAW. Skripsi ini berjudul

“Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida“ (Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada

Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ir.Yusak Maryunianta M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membina, membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada warga desa, pengurus Kelompoktani dan PPL Pendamping SL-PTT di daerah penelitian serta seluruh instansi terkait dalam penelitian yang telah membantu penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda Syafaruddin dan ibunda Nuraman Tambunan, atas kasih sayang yang tak mungkin terbalaskan serta menjadi motivasi penulis selama hidup dan menjalani perkuliahan hingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Kepada adik adik ku Imam Syahputra, Fauza Amelia, Tia Syafira, Muhammad Arifin, kalian segalanya. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Esterina Hia yang sangat luar


(6)

dan ESAVATOR 08 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat. Terima Kasih.

Medan, Oktober 2013


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGAN TAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS... 7

Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran ... 23

Hipotesis Penelitian ... 26

METODE PENELITIAN ... 27

Metode Penentuan Daerah Penelitian... 27

Metode Penentuan Sampel ... 27

Metode Pengumpulan Data ... 28

Metode Analisis Data ... 28

Defenisi dan Batasan Operasional ... 34

Definisi ... 34

Batasan Operasional ... 36

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL ... 37

Deskripsi Daerah Penelitian ... 37

Keadaan Penduduk ... 38

Sarana dan Prasarana ... 40


(8)

Kelompoktani Tunas Baru... 43

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

Perkembangan Program SL-PTT di Daerah Penelitian ... 45

Karateristik Petani Sampel di Daerah Penelitian... 46

Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT di Daerah Penelitian ... 49

Perbedaan Tingkat Partisipasi Petani di Daerah Penelitian... 63

Hubungan Faktor Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Penerima SL-PTT dengan Tingkat Partisipasi ... 65

Kelompoktani Tani Makmur ... 65

Kelompoktani Tunas Baru... 67

KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

Kesimpulan ... 70

Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

1 Delapan Tangga Tingkat Partisipasi Masyarakat 19 2 Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam Program


(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1 Kecamatan Pelaksana Program SL-PTT Padi non Hibrida di

Kabupaten Aceh Tamiang, 2010 4

2 Metode Pengumpulan Data 28

3 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Matang Ara

Jawa Tahun 2011 38

4 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Matang

Ara Jawa Tahun 2011 38

5 Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Matang Ara Jawa

Tahun 39

6 Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Matang Ara

Jawa Tahun 2011 39

7 Sarana dan Prasarana di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011 40 8 Kategori Kelompok Tani di Desa Matang Ara Jawa 41 9 Karakteristik Petani Sampel Kelompok Tani Tani Makmur 42 10 Karakteristik Petani Sampel Kelompok Tani Tunas Baru 43 11 Perkembangan Program SL-PTT di Daerah Penelitian 45 12 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Tingkat Pendidikan 46 13 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Umur 47 14 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Pegalaman Bertani 48 15 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Jumlah Tanggungan 48 16 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Luas Lahan 49 17 Jumlah dan Presentase Sampel berdasarkan Frekuensi

Penyuluhan 49

18 Analisis Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan Petani

Kelompoktani Tani Makmur 51

19 Jumlah Skor Tingkat Partisipasi 52

20 Analisis Tingkat Kehadiran dalam Pertemuan Petani

Kelompoktani Tunas Baru 54

21 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Berdiskusi Petani

Kelompoktani Tani Makmur 55

22 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Berdiskusi Petani

Kelompoktani Tunas Baru 56

23 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Fisik Petani

Kelompoktani Tani Makmur 57

24 Analisis Tingkat Keaktifan dalam Kegiatan Fisik Petani

Kelompoktani Tunas Baru 58

25 Analisis Tingkat Kesediaan untuk Membayar Petani

Kelompoktani Tani Makmur 60

26 Analisis Tingkat Kesediaan untuk Membayar Petani

Kelompoktani Tunas Baru 61

27 Tingkat Partisipasi Kelompok Tani Makmur dalam Program

SL-PTT 61


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Sketsa/Peta Kabupaten Aceh Tamiang.

2. Sketsa/Peta Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang.

3a. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tani Makmur. 3b. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tunas Baru.

4a. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur.

4b. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada Kelompoktani Tunas Baru.

5a. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tani Makmur dengan Tingkat Partisipasi dalam Program SL-PTT.

5b. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tunas Baru dengan Tingkat Partisipasi dalam Program SL-PTT.


(12)

RINGKASAN

MUHAMMAD SHOLEH (080309045/PKP) dengan judul skripsi

“PARTISIPASI PETANI DALAM PROGRAM SEKOLAH LAPANG

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL-PTT) PADI NON HIBRIDA”.

Studi kasus penelitian di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Penelitian ini dibimbing oleh Prof.Dr.Ir.Meneth Ginting, MADE sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Yusak Maryunianta, M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan program SL-PTT, karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT, tingkat partisipasi petani dalam program PTT, perbedaan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dan hubungan faktor sosial ekonomi petani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan/pertemuan) dengan tingkat partisipasi petani dalam program PTT. Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengikuti program SL-PTT di daerah penelitian. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan uji t.

Dari hasil penelitian diperoleh perkembangan program SL-PTT dari segi perkembangan luas lahan, luas areal panen, produktivitas, jumlah produksi dan jumlah kelompok tani mulai tahun 2009 – 2012. Persentase kenaikan luas lahan yang menerapkan program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan jumlah kelompoktani yang mengikuti program SL-PTT sebesar 100%, persentase kenaikan luas areal panen 107%, persentase kenaikan produktivitas padi per hektarnya sebesar 11,1% dan persentase kenaikan jumlah produksi sebesar 130%; tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur adalah tinggi dengan berada di tangga Patnership level Citizen Power dan pada Kelompoktani Tunas Baru adalah rendah dengan berada di tangga Placation level

Degree of Tokenism; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tani Makmur dan terdapat hubungan antara luas lahan, jumlah tanggungan dan frekuensi mengikuti penyuluhan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada Kelompoktani Tunas Baru.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara berkembang memiliki produktifitas pertanian yang sangat rendah. Hal ini berdampak nyata terhadap situasi perekonomian nasional yaitu impor beras terus meningkat, inflasi menjadi tak terkendali, kekurangan pangan dan kesempatan kerja terbatas sehingga menimbulkan pengangguran. Pembangunan pertanian merupakan langkah awal dalam strategi pembangunan nasional jangka panjang (Chrisma, 1994).

Pembangunan pertanian menghendaki pertanian yang dinamis yaitu pertanian yang dicirikan antara lain oleh penggunaan tekhnologi baru yang berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan dan peran serta petani dan keluarganya dalam melaksanakan kegiatan usaha taninya (Ginting, 1999: 1).

Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para petani, daerah pedesaan tempat dimana mayoritas petani menjalani kehidupannya mempunyai beberapa permasalahan seperti tingkat pendidikan rendah, adanya sikap mental yang kurang mendukung dan masalah-masalah lainnya. Permasalahan tersebut meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat petani pedesaan yang satu sama lain saling berkaitan (Negara S, 2000).

Keberhasilan pembangunan pertanian tidak bisa terlepas dari partisipasi masyarakat tani. Pembangunan yang dilaksanakan pemerintah tentunya bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan


(14)

oleh pemerintah. Pembangunan tidak akan pernah mencapai tujuannya jika selalu meningkalkan masyarakat. Pembangunan akan dinilai berhasil jika pembangunan tersebut membawa sebuah perubahan kesejahteraan dalam masyarakat sehingga proses pembangunan merupakan proses tawar-menawar antara kebutuhan masyarakat dan keinginan pemerintah. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembangunan partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri (Murtiyanto, 2011).

Partisipasi petani dalam mengikuti kegiatan-kegiatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Wiwik dalam Iwan (2010), mengemukakan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi. Diantaranya adalah faktor-faktor yang berasal dari masyarakat itu sendiri, misal dari karaterisik sosial ekonomi petani sendiri.

Terlepas dari berbagai persoalan, banyak pihak menyadari bahwa kegiatan penyuluhan pertanian masih sangat diperlukan oleh petani. Kondisi pertanian rakyat masih lemah dalam banyak aspek, sementara tantangan yang dihadapi semakin berat, jadi sebenarnya mereka justru memerlukan kegiatan penyuluhan yang makin intensif, berkesinambungan dan terarah. Untuk mewujudkan kondisi penyuluhan pertanian seperti ini memang tidak mudah, dan tidak mungkin dapat dilakukan dalam waktu singkat. Meskipun demikian, upaya-upaya perbaikan yang nyata perlu segera dilakukan, karena jika tidak, kinerja penyuluhan pertanian yang memang sudah mengalami kemunduran besar akan semakin memburuk.

Salah satu metode penyuluhan yang berfungsi untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di desa dengan objek metode adalah Metode Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT) yang dicanangkan Pemerintah


(15)

guna meningkatkan kualitas dan produktifitas padi. Metode ini sangat membantu para petani padi dalam melakukan pengelolaan untuk hasil yang lebih baik (Mar,2010).

Peningkatan kapasitas sumberdaya manusia merupakan salah satu agenda besar dalam metode ini. Dengan metode SLPTT ini diharapkan muncul pendamping yang dapat mendampingi petani di lapangan dalam menemukan dan memecahkan masalah mereka. Dipilihnya pola ini karena model penyuluhan sebelumnya belum terbukti mampu memecahkan masalah di lapangan (Mar, 2010). Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjai lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Daerah penelitian mulai mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) pada tahun 2009 yang diberikan kepada para petani yang tergabung dalam anggota Kelompok Tani yang mengelola lahan pertanaman seluas 25 Ha dengan Laboratorium Lahan seluas 1 Ha sebagai sarana belajar bersama anggota Kelompok Tani.

Dibawah ini kita dapat melihat Tabel luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010, dimana Kecamatan Manyak Payed adalah Kecamatan yang memiliki Luas panen dan Produksi lebih besar ( Luas) dari Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang.

Tabel 1. Kecamatan Pelaksana Program SL-PTT Padi non Hibrida di Kabupaten Aceh Tamiang, 2010


(16)

NO Kecamatan Luas Panen (Ha) Provitas Rata-rata (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rantau Bandar Mulia Kejuruan Muda Bendahara Bandar Pusaka

Manyak Payed

Karang Baru Seruway Tamiang Hulu Tenggulun 241,1 270,4 144 366,8 97,2 986,1 661,6 562,8 293,2 269,5 53 56 53 54 55 56 55 54 55 53 1286,5 1510 763,2 1984,2 529,7 5621,7 3643,5 2907,4 1610,1 1418,6

Sumber: Dinas Pertanian Kab. Aceh Tamiang, 2012

Pelaksanaan program SL-PTT membutuhkan partisipasi petani dalam berbagai kegiatan yang diadakan. Pelaksanaan program ini membutuhkan partisipasi petani dalam berbagai kegiatan yang diadakan, karena pada dasarnya petanilah yang melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada dalam program. Untuk itu, penulis ingin mengetahui tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT padi non hibrida.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaiamana perkembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian selama tiga tahun terakhir?


(17)

2. Bagaimana karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) di daerah penelitian?

3. Bagaimana tingkat partisipasi petani dalam program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian? 4. Bagaimana perbedaan tingkat partisipasi di daerah penelitian?

5. Bagaimana hubungan karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT padi non hibrida (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program SL-PTT di daerah penelitian?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui perkembangan program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian selama tiga tahun terakhir.

2. Untuk mengetahui karakteristik petani padi sawah anggota Kelompok Tani (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui tingkat partisipasi petani terhadap program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi non hibrida di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui perbedaan tingkat partisipasi di daerah penelitian.


(18)

5. Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi petani dalam program Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan untuk dapat membantu petani dalam memperbaiki kelemahan dan kekurangan selama menjalankan proses agribisnis.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat kebijakan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih alternatif yang terbaik dalam mencapai tujuan (Mardikanto dan Sutarni, 1990).

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lama. Sedangkan seseorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).

Petani yang mengusahakan luas lahan yang lebih tinggi akan lebih mudah merespon metode-metode penyuluhan pertanian karena mereka ingin memperoleh hasil-hasil pertanian yang lebih meningkat dari sebelumnya. Petani yang sudah lebih lama bertani memiliki pengalaman yang lebih banyak daripada petani pemula, sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan terhadap anjuran penyuluh. Petani yang berusia lanjut berumur sekitar lebih dari 50 tahun biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian-pengertian yang dapat mengubah cara berfikir, cara bekerja dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru (Kartasapoetra, 1991).


(20)

Metode SLPTT merupakan metode dari Departemen Pertanian (Deptan) dengan cara memberi pengajaran kepada para petani mengenai pengendalian hama terpadu, sekolah lapang iklim, dan teknologi budidaya. Petani diajarkan melakukan pertanian terpadu meliputi pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan teknologi budidaya, dan pupuk secara terpadu (Mar, 2010).

Dalam Departemen Pertanian (2009) upaya pengembangan PTT secara nasional, Departemen Pertanian meluncurkan metode Sekolah Lapang PTT. Panduan SLPTT padi ini dimaksudkan sebagai:

1. Acuan dalam pelaksanaan SLPTT padi dalam upaya peningkatan produksi beras di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

2. Pedoman dalam koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan metode peningkatan produksi padi melalui SLPTT antara di tingkat pusat, provinsi dan

kabupaten/kota.

3. Acuan dalam penerapan komponen teknologi PTT padi oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola

usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi.

4. Pedoman dalam peningkatan produktivitas, produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani padi

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebuah tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan


(21)

sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboraturium Lapangan (LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani bagi anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada rekomendasi teknologi setempat (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud adalah kelompoktani yang dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani lainnya (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Aceh, 2012).

Dengan adanya metode SLPTT ini, diharapkan para petani mendapatkan ilmu yang sama mulai dari pemberian benih, pengendalian hama, penyediaan teknologi budidaya, dan pemberian pupuk. Dalam kegiatan SLPTT para petani akan dibimbing oleh para petugas penyuluh pertanian, diantaranya Petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (PPOPT) sehingga dapat lebih menuntun petani untuk mempelajari tata cara pertanian dengan baik guna peningkatan produksi pertanian (Mar, 2010).


(22)

Landasan Teori

Anggota masyarakat bukan merupakan objek pembangunan. Anggota masyarakat pedesaan sebagian besar terdiri dari petani yang sebagian besar dari padanya merupakan petani kecil dan bahkan sebagai buruh tani. Kedudukan petani yang lemah ini harus dirubah menjadi kuat, maju dan mandiri, sehingga peranannya dalam pembangunan menjadi subjek pembangunan. Bertambah pentingnya kedudukan anggota masyarakat tersebut dapat diartikan pula bahwa anggota masyarakat diajak unytuk berperan secara lebih aktif dan didorong untuk berpartisipasi, namun pemerintah tetap perlu dilibatkan (Adisasmita, 2006).

Pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah tentunya bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera sehingga posisi masyarakat merupakan posisi yang penting dalam proses pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi masyarakat merupakan hal yang sangat memepnagruhi keberhasilan proses pembangunan itu sendiri. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan hanyalah menjadikan masyarakat sebagai objek semata (Muryanto, 2011).

Mikkelsen dalam Usman (2008), mengemukakan bahwa pembangunan menjadi positif apabila ada partisipasi masyarakat dan sebaliknya kurangnya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan berarti adanya penolakan secara internal di kalangan anggota masyarakat itu sendiri dan secara eksternal terhadap pemerintah atau pelaksana program.


(23)

Menurut Umboh dalam Irawaty (2009), pembangunan masyarakat desa merupakan gerakan pembangunan yang didasarkan atas peran serta dan swadaya gotong-royong masyarakat. Atas dasar hal tersebut maka kesadaran, peran serta dan swadaya masyarakat perlu ditingkatkan agar partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan dirasakan sebagai suatu kewajiban bersama. Dengan partisipasi dan peran serta di sini bukan berarti masyarakat itu hanya berfungsi untuk memberikan dukungan dan keikutsertaan dalam proses pembangunan atau ikut berpartisipasi secara aktif (sense of participation), tetapi juga menikmati hasil-hasil pembangunan itu sendiri. Dengan demikian akan tercipta rasa memiliki (sense of belonging) dan rasa tanggung jawab (sense of responbility) dalam proses pembangunan menuju tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang, sebagaimana dirumuskan Van de Ban dan Hawkins (1999) dalam pokok-pokok tersebut:

1. Sikap kerja sama petani dalam melaksanakan program penyuluhan dengan cara menghadiri rapat-rapat penyuluhan, mendemonstrasikan metode baru untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen penyuluhan. 2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan oleh kelompok-kelompok

petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan memberi ceramah, mengelola kursus-kursus demonstrasi, menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan peneliti untuk petani.

3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program penyuluhan yang efektif.


(24)

4. Petani tau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa penyuluhan dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok sasaran, pesan-pesan dan metode, dan dalam evaluasi kegiatan.

5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang dibutuhkan jasa penyuluhan.

6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang memperkerjakannya.

Partisipasi berarti keikutsertaan seseorang ataupun sekelompok masyarakat dalam suatu kegiatan secara sadar. Menurut Jnabrabota Bhattacharyya dalam Ndraha (1987) mengartikan partisipasi sebagai pengambian bagian dalam kegiatan bersama. Partisipasi masyarakat idealnya terjadi apabila masyarakat memang mau secara sukarela mendukung kegiatan tersebut. Kegiatan mendukung seuatu kegiatan memang berkembang dari masyarakat di tingkat bawah sampai pada proses pengambilan keputusan.

Partisipasi tidak saja diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat yang menyumbangkan tenaga dan materil dalam merealisasikan suatu rencana, melainkan lebih luas lagi yaitu melibatkan masyarakat terutama yang akan memanfaatkan hasil pembangunan atau program pembangunan di dalam proses perencanaan. Partisipasi adalah tingkat keterlibatan anggota dalam mengambil suatu keputusan. Akan tetapi pengertiannya lebih luas dari itu yaitu meliputi proses perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi serta menikmati hasil pembangunan itu sendiri (Levis, 1996).

Partisipasi menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan, dilain pihak, juga dapat dikatakan bahwa pembangunan berarti kalau


(25)

dapat meningkatkan kapasitas masyarakat termasuk dalam berpartisipasi. Secara harfiah, partisipasi berarti “turut berperan serta dalam suatu kegiatan”, “keikutsertaan atau peran serta dalam suatu kegatan”, “peran serta aktif atau proaktif dalam suatu kegiatan”. Partisipasi dapat didefenisikan secara luas sebagai bentuk keterlibatan dan keikutsertaan masyarakat secara aktif dan sukarela, baik karena alasan-alasan dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya dalam keseluruhan proses kegiatan yang bersangkutan. Prinsip dalam partisipasi adalah melibatkan atau peran serta masyarakat secara langsung dan hanya mungkin dicapai jika masyarakat sendiri ikut ambil bagian sejak dari awal, proses dan perumusn hasil (Ginting, 2011).

Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan-keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan, yaitu:

1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta pengalaman mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program penyuluhan jika ikut bertanggung jawab di dalamnya.

3. Setiap orang berhak untuk dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian erosi tanah, perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi kelompok sasaran kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.


(26)

Partisipasi memungkinkan perubahan perubahan yang lebih besar dalam cara berfikir manusia. Perubahan dalam pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan perubahan-perubahan ini tidak akan bertahan jika mereka menuruti saran-saran agen penyuluhan dengan patuh daripada bila mereka ikut bertanggung jawab (Van de Ban dan Hawkins, 1999).

Bentuk partisipasi yaitu :

1. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan;

2. Partisipasi waktu adalah partisipasi yang diberikan dalam memberikan waktunya untuk menghadiri suatu kegiatan.

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program;

4. Partisipasi ide lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat. (Murtiyanto, 2011).

Menurut Davis (2005) yang dikutip oleh Stepan (2011), ada tiga unsur penting partisipasi, yaitu:

1. Bahwa partisipasi atau keikutsertaan sesungguhnya merupakan suatu keterlibatan mental dan perasaan, tidak hanya semata-mata keterlibatan secara jasmaniah;

2. Kesediaan memberi sesuatu sumbanga kepada usaha mencapai tujuan kelompok. Ini berarti, bahwa terdapat rasa senang, kesukarelaan untuk membantu kelompok;


(27)

3. Unsur tanggung jawab. Unsur tersebut merupakan segi yang menonjol dari rasa menjadi anggota kelompok tani.

Dalam makalahnya yang berjudul ” A Ladder of Citizen Participation

dalam Journal of the American Planning Association (1969), Sherry Arstein mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi. Kedelapan tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Manipulation

Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ‟stempel karet‟ dalam badan penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh pihak penguasa.

2) Therapy

Pada tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya.


(28)

3) Informing

Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun acapkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitaan, pamflet,dan poster.

4) Consultation

Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jejak pendapat, pertemuan warga, dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah merupakan suatu partisipasi palsu. Masyarakat pada dasarnya hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga dari seberapa banyak kuesioner dijawab. Dengan demikian, pemegang kekuasaan telah merasa memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat.


(29)

Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. Jika mereka tidak bertanggung jawab dan jika pemegang kekuasaan memiliki mayoritas kursi, maka mereka akan dengan mudah dikalahkan dan diakali.

6) Partnership

Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

7) Delegated Power

Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu, masyarakat


(30)

juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya akan tetapi dengan mengadakan proses tawar-menawar.

8) Citizen Control

Pada tingkat ini, masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.

Manipulasi dan terapi termasuk kedalam level non-participation, inisiatif pembangunan tidak bermaksud untuk memberdayakan masyarakat akan tetapi membuat pemegang kekuasaan untuk “menyembuhkan” atau “ mendidik” komunitas. Informasi dan konsultasi (tokenism), komunitas bisa mendapatkan informasi dan menyuarakan pendapat akan tetapi tidak ada jaminan kalau pendapat komunitas akan diakomodasi. Placation (level tertinggi tokenism), komunitas bisa memberikan saran kepada pemegang kekuasaan, akan tetapi kewenangan menentukan tetap ada pada pemegang kekuasaan. Partnership, membuat komunitas dapat bernegosiasi dan terlibat dalam pengambilan keputusan. Pendelegasian kewenangan dan kontrol, komunitas memegang mayoritas pengambilan keputusan dan kekuasaan pengelolaan. Secara jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:


(31)

Gambar 1. Delapan Tangga Tingk at Partisipasi Masyarak at

Hermanto dan Iwan (2010) mengemukkan bahwa partisipasi terhadap kegiatan yang dijalankan dalam sebuah program dipengaruhi oleh karateristik sosial ekonomi. Karateristik sosial ekonomi merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi yang berasal dari petani itu sendiri. Karateristik sosial ekonomi tersebut meliputi:

1. Tingkat Pendidikan

Tinggi rendahnya pendidikan petani akan menanamkan sifat yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melakukan anjuran penyuluh. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi sehingga sikap mental untuk menambah pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang (Kesuma, 2006).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.


(32)

Tingkat pendidikan manusia pada umumnya menunjukkan kreatifitas manusia dalam berfikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra, 1991).

2. Luas Lahan

Menurut Kuswardhani (1998) yang diikuti oleh Iwan (2010), luas lahan akan menentukan partisipasi petani terhadap proyek. Luas sempitnya lahan yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk mengelola lahan.

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula halnya dengan penerapan adopsi inovasi dari pada yang memiliki lahan sempit. Hal ini dikarenakan keefisienan dalam penggunaan sarana produksi (Kesuma, 2006).

Menurut Sokartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha. Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka semakin tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik. Sehingga usaha pertanian seperti ini lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.

3. Pengalaman Bertani

Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalm berusaha tani berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula atau petani baru.


(33)

Petani yang sudah lama berusaha tani akan lebih mudah menerapkan anjuran penyuluhan demikian pula dengan penerapan teknologi.

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda-beda oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal-hal baik untuk waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Umur

Umur berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam menerima sesuatu hal yang baru. Menurut Ajiswarman dalam Rona (1999), orang yang masuk pada golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai yang lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang bersifat baru. Orang yang berusia lebih tua memepunyai partisipasi yang lebih rendah dibandingkan dengan yang berusia muda.

Menurut Kesuma (2006), makin muda umur petani biasanya akan mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan anjuran dari kegiatan penyuluhan.

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).


(34)

Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut. Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semkin tinggi pula.

Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003).

6. Jumlah tanggungan

Semakin banyak jumlah anngota keluarga akan semakin besar pula beban hidup yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jimlah anggota keluarga akan memepngruhi kepeutusan petani dalam berusaha tani (Soekartawi, 1999).

Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.


(35)

Kerangka Pemikiran

SL-PTT merupakan program yang berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta percontohan bagi kawasan lainnya guna tercapainya peningkatan produktivitas tanaman pangan. Dalam hal ini petani berperan dan berpartisipasi sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pelaksanaan program SL-PTT. Petani sebagai subjek adalah petani sebagai pelaku penerima bantuan dan teknologi SL-PTT, dalam hal ini petani berpartisipasi dalam program SL-PTT yakni dalam penggunaan Bantuan dari SL-PTT untuk usaha produktif pertaniannya, yang meliputi benih, pupuk dan sarana produksi serta teknologi yang di bawa penyuluh dan peneliti.

Peran lain petani adalah sebagai jurutani dan pengelola. Petani sebagai jurutani yaitu memelihara tanaman guna mendapatkan hasil yang bermanfaat. Petani sebagai pengelola yaitu petani yang berperan untuk mengelola usahataninya, termasuk di dalamnya pengambilan keputusan ataupun penetapan pilihan atas usahatani yang mereka lakukan. Petani SL-PTT nantinya diharapkan mampu mengambil keputusan dasar pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga meningkatkan produksi dan pendapatannya. Sedangkan petani sebagai objek yaitu petani merupakan sasaran program yang berpartisipasi dalam menerima dan menggunakan bantuan dan teknologi dalam program SL-PTT serta bertanggungjawab dalam usahataninya.

Partisiapsi petani/kelompok tani pada program SL-PTT diharapkan dapat mendorong terwujudnya tujuan diadakannya program. Namun dalam


(36)

pelaksanaannya partisipasi petani dalam mengikuti setiap kegiatan dipengaruhi oleh karateristik sosial ekonomi petani. Karateristik yang mempengaruhi petani dalam berpartispasi adalah karateristik sosial ekonomi yang meliputi tingkat pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan, lama berusaha tani, umur dan frekuensi mengikuti penyuluhan.

Partisipasi tersebut akan mendorong beberapa aspek yang perlu ditingkatkan yaitu tingkat partisipasi dalam program SL-PTT serta hubungan karateristik sosial ekonomi petani dengan pelaksanaan SL-PTT. Dalam pelaksanaan program tersebut, terdapat masalah yang dihadapi di daerah penelitian. Dapat dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut:


(37)

Keterangan :

= Menyatakan Proses = Menyatakan Hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)

Tingkat Partisipasi Individu

Kelompok Tani I

Kelompok Tani II Petani

Petani

Karateristik Sosial Ekonomi Petani pelaksana program SL-PTT: 1. Tingkat Pendidikan 2. Umur

3. Pengalaman Bertani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas lahan

6. Frekuensi mengikuti penyuluhan (pertemuan)

Tingkat Partisipasi Kelompok


(38)

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian ini adalah:

1. Tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT Padi non Hibrida di daerah penelitian adalah sangat tinggi.

2. Terdapat hubungan karateristik sosial ekonomi petani program SL-PTT Padi non Hibrida (tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan) dengan tingkat partisipasinya dalam program SL-PTT Padi non Hibrida di daerah penelitian.


(39)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah produksi padi sawah yang yang telah mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SL PTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu) dengan produktivitas rata rata per ha sangat tinggi.

Metode Penentuan Sampel

Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah petani padi sawah. Metode sampel yang digunakan adalah metode Stratified Random Sampling. Sampel berada pada satu wilayah kerja penyuluhan pertanian yang terdiri dari 40 Kelompok Tani. Kelompok Tani yang telah mendapat Program Penyuluhan Pertanian SL PTT di daerah penelitian adalah sebanyak 4 Kelompok Tani yaitu 3 dari Kelompok Tani lama dan 1 dari Kelompok Tani baru. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 60 petani. Gay dalam Husein (2005) menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Sampel terdiri dari 30 petani di Kelompok Tani yang telah lama terbentuk dan 30 petani di Kelompok Tani yang baru terbentuk yang mendapatkan program penyuluhan pertanian SL PTT di daerah penelitian.


(40)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani anggota Kelompok Tani selaku responden dan PPL yang bertugas pada Kelompok Tani tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait dan beberapa buku-buku pendukung penelitian.

Tabel 2. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data

Primer :

Data Petani Sampel

Skunder :

Data Perkembangan SLPTT

Data Kelompok Tani

Kuesioner

BPP Kecamatan Manyak Payed

Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tamiang

BPP Kecamatan Manyak Payed

Dinas Pertanian Kabupaten Aceh Tamiang

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif yaitu dengan mengamati perkembangan Sekolah Lapang Pengelolaan


(41)

Tanaman Terpadu dalam jumlah penyuluh, jumlah kelompok tani, jumlah anggota kelompok tani dan fasilitas penunjang program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadudi daerah penelitian.

Untuk identifikasi masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif yaitu dengan menggunakan kuesioner yang dijawab oleh petani sampel.

Untuk identifikasi masalah 3, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriftif 8 tangga tingkatan partisipasi. Tingkat partisipasi kelompok diukur dari: a. Frekuensi kehadiran dalam pertemuan.

1. Hadir karena terpaksa termasuk (manipulation);

2. Hadir sekadar memenuhi undangan termasuk (therapy);

3. Hadir untuk memperoleh informasi tanpa menyampaikan pendapat (Informing);

4. Hadir untuk memperoleh informasi dan menyampaikan pendapat akan akan tetapipendapatnya tidak diperhitungkan (Consultation);

5. Hadir dan memberikan pendapat, namun hanya sedikit pendapat yang diperhitungkan (Placation);

6. Hadir dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara (partnership); 7. Hadir dan memiliki kewenangan untuk membuat keputusan (delegated

power);

8. Hadir dan mampu membuat keputusan (citizen control). b. Keaktifan kelompok dalam berdiskusi

1. Berdiskusi karena terpaksa (manipulation); 2. Berdiskusi ala kadarnya (therapy);


(42)

3. Mendapat informasi dan tidak diberi kesempatan untuk berdiskusi (Informing);

4. Mendapat informasi dan boleh berdiskusi akan tetapi hasil diskusi tidak diperhitungkan (Consultation);

5. Aktif berdiskusi akan tetapi hasil diskusi hanya sedikit yang diperhitungkan (Placation);

6. Aktif berdiskusi dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setara (partnership);

7. Aktif berdiskusi dan memiliki kewenangan membuat keputusan (delegated power);

8. Aktif berdiskusi dan mampu membuat keputusan (citizen control). c. Keterlibatan dalam kegiatan fisik

1. Terlibat karena dipaksa (manipulation); 2. Terlibat sekadarnya saja (therapy);

3. Terlibat tanpa mendapat kesempatan untuk menyampaikan ide-ide (Informing);

4. Terlibat dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi tidak diperhitungkan (Consultation);

5. Terlibat akan tetapi hanya sedikit ide yang diperhitungkan (Placation); 6. Terlibat dan mendapat pembagian tanggung jawab yang sama

(partnership);

7. Terlibat dan memiliki memiliki kewenangan melaksanakan ide (delegated power);


(43)

8. Terlibat dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar (citizen control).

d. Kesediaan membayar iuran atau sumbangan. 1. Membayar karena terpaksa (manipulation); 2. Membayar sekadarnya saja (therapy);

3. Membayar dan tidak berkesempatan menyampaikan ide pemanfaatannya (Informing);

4. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide, akan tetapi ide tidak diperhitungkan (Consultation);

5. Membayar dan berkesempatan menyampaikan ide akan tetapi hanya sedikit ide pemanfaatan dana yang dilaksanakan di lapangan (Placation);

6. Membayar dan mendapat pembagian tanggung jawab yang setaradalam pemanfaatan dana (partnership);

7. Membayar dan memiliki kewenangan melaksanakan ide pemanfaatannya (delegated power);

8. Membayar dan mampu membuat keputusan serta mampu mengakses dana dari luar (citizen control).

Delapan tangga Arstein diberi skor masing-masing berkisar 1-8sehingga skor minimum bagi setiap individu adalah 4x1=4. Adapun skor maksimum bagi setiap individu adalah 4x8=32. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui maka jarak interval untuk tingkat partisipasi individu adalah (32-4)/8=3.5. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi individu adalah: 1. Manipulation (4-8)


(44)

3. Informing (12-14,5) 4. Consultation (15,5-18) 5. Placation (19-21,5) 6. Partnership (22,5-25) 7. Delegated Power (26-28,5) 8. Citizen Control (29,5-32)

Bila jumlah responden adalah 30, maka skor minimum untuk tingkat partisipasi kelompok adalah 30x4=120 dan skor maksimumnya adalah 30x 32=960. Setelah skor minimum dan skor maksimum diketahui, maka jarak intervalnya adalah (960-120)/8=105. Dengan demikian dapat diketahui tingkat partisipasi kelompok adalah:

1. Manipulation (120-224) 2. Therapy (225-329) 3. Informing (330-434) 4. Consultation (435-539) 5. Placation (540-644) 6. Partnership (645-749) 7. Delegated Power (750-854) 8. Citizen Control (855-960)


(45)

Untuk identifikasi masalah 4, dianalisis dengan menggunakan korelasi Rank Spearman (rs) untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat partisipasinya.

Untuk melihat besarnya nilai dari derajat keeratan dapat menggunakan klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford dalam Supriana (2009), berikut ini:

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antar variabel diuji dengan menggunakan uji t dengan rumus:

t = r √� − √ − �2 Dimana :

t = nilai t hitung

r = koefisien korelasi spearman n = jumlah sampel penelitian Kriteria pengambilan keputusan adalah:

 thitung > ttabel = Tolak H0 berarti ada hubungan karateristik sosial ekonomi petani pelaksana SL-PTT Padi non Hibrida dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program SL-PTT Padi non Hibrida.

 thitung < ttabel = Tidak ada hubungan karatersitik sosial ekonomi petani pelaksana SL-PTT Padi non Hibrida dengan tingkat partisipasinya dalam pelaksanaan program SL-PTT Padi non Hibrida.


(46)

Defenisi dan Batasan Operasional

Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini, maka digunakan defenisi batasan operasional sebagai berikut:

Defenisi

1. Partisipasi adalah peran serta atau keterlibatan petani (petani pelaksana SL-PTT Padi non Hibrida).

2. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah sebuah tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

3. Laboraturium Lapangan (LL) adalah kawasan/area yang terdapat dalam kawasan SL-PTT yangberfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang, tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun dan diaplikasikan bersama oleh kelompok/petani.

4. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan, antara lain pupuk


(47)

kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk padat yang telah mengalami dekomposisi.

5. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah sejumlah tertentu benih varietas unggul bermutu padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, dan jagung hibrida yang disalurkan oleh pemerintah secara gratis kepada petani (kelompoktani) yang ditetapkan.

6. Komoditi Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman terpadu (SL-PTT) yang di teliti adalah Padi non Hibrida.

7. Kelompot tani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaankepentingan untuk meningktakan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida sarana produksi dan lain-lain.

8. Kelompok tani I adalah kelompok tani Tani Makmur yang berada di Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang. 9. Kelompok tani II adalah kelompok tani Tunas Baru yang berada di Desa

Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang. 10.Karateristik sosial ekonomi petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT

meliputi tingkat pendidikan, umur, pengalaman bertani, jumlah tanggungan, luas lahan dan frekuensi mengikuti penyuluhan.

11.Tingkat Pendidikan (X1) adalah lama pendidikan yang ditempuh petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT di bangku sekolah (tahun).

12.Umur (X2) adalah usia petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT yang dihitung dari tanggal lahirnya sampai dinyatakan pada saat kuesioner.


(48)

13.Pengalaman bertani (X3) adalah lama petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT telah bekerja dan bermata pencaharian sebagai petani (tahun), di bedakan dalam kategori (1) pemula 5 – 10 tahun, (2) berpengalaman 11 – 16 tahun, (3) sangat berpengalaman >16 tahun.

14.Jumlah Tanggungan (X4) adalah banyaknya orang dalam keluarga yang menjadi tanggungan responden (jiwa), dibedakan dalam ketegori (1) sedikit 1-2 jiwa, (2) sedang 3-4 jiwa, (3) banyak >4 jiwa.

15.Luas lahan (X5) adalah keseluruhan lahan yang dimiliki petani yang mengikuti kegiatan program SL-PTT dalam usaha pertanian, di bedakan dalam kategori: (1) ≤0,3 Ha, (2) >0,3-0,6 Ha, (3) >0,6 Ha.

16.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X6) adalah banyaknya atau rutinitas partisipan dalam mengikuti penyuluhan selama satu musim tanam, di bedakan dalam kategori: (1) sering ≥6 kali, (2) kadang-kadang 3-5 kali, (3) jarang 1-2 kali, (4) tidak pernah.

Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah Kelompok tani Tunas Baru dan Kelompok tani Tani Makmur di Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Sampel penelitian adalah petani yang tergabung dalam kelompok tani Tunas Usaha dan kelompok tani Bina Mandiri di Desa Matang Ara Jawa, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam.


(49)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

PETANI SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

Desa Matang Ara Jawa merupakan salah satu dari 36 (tiga puluh enam) desa yang ada di Kecamatan Manyak Payed Kabupaten Aceh Tamiang. Desa ini mempuyai luas wilayah ± 396 ha, yang terdiri dari: pemukiman seluas 46 ha, pekuburan seluas 0,4 ha, pekarangan 3 ha, sawah tadah hujan 143 ha, perkebunan 181 ha dan lainnya 21,6 ha. Desa Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed terdiri dari empat dusun yaitu: Dusun Alur Nyamuk, Dusun Cinta Damai, Dusun Gabungan, dan Dusun Rambutan.

Desa ini terletak pada ketinggian tanah di atas pemukaan laut berkisar 40 s/d 45 meter dengan suhu udara rata-rata 220C s/d 300C. Jarak antara Desa

Matang Ara Jawa dengan ibu kota Kabupaten Aceh Tamiang ± 11 km dengan waktu tempuh 45 menit.

Wilayah Desa Matang Ara Jawa Kecamatan Manyak Payed memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Neraca Kecamatan Manyak Payed


(50)

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Matang Ara Aceh Kecamatan Manyak Payed

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Matang Cincin Kecamatan Manyak Payed.

Keadaan Penduduk

Desa Matang Ara Jawa memiliki jumlah penduduk sebanyak 956 jiwa pada tahun 2011. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 459 48,01

2 Perempuan 497 51,99

Total 956 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Diketahui jumlah penduduk yang dominan di Desa Matang Ara Jawa adalah berjenis kelamin perempuan yakni sebanyak 497 jiwa atau sekitar 51,99 % dari keseluruhan jumlah penduduk.

Tabel 4. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Golongan Umur

Jumlah

Persentase (%) (Jiwa)

1 0-12 bulan 11 1,15

2 1-5 tahun 52 5,43

3 6-7 tahun 42 4,39

4 8-15 tahun 157 16,43

5 16-56 tahun 626 65,48

6 >56 tahun 68 7,12


(51)

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Selanjutnya keadaan penduduk menurut agama yang dianut penduduk Desa Matang Ara Jawa dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Agama di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Agama Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 956 100

Total 956 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa seluruh penduduk Desa Matang Ara Jawa beragama Islam yaitu 956 jiwa atau 100%.

Desa Matang Ara Jawa termasuk desa yang cukup luas yang dihuni beberapa suku (heterogen) dimana suku yang paling dominan adalah suku Jawa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011

No Suku Bangsa Jumlah

(Jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 813 85

2 Aceh 95 10

3 Lainnya 48 5

Total 2040 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Matang Ara Jawa, 2013

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa di Desa Matang Ara Jawa terdapat berbagai suku bangsa (heterogen). Dari beberapa jenis suku bangsa di atas dapat


(52)

Matang Ara Jawa sebanyak 813 jiwa atau 85 %. Sedangkan untuk suku-suku lainnya seperti suku Aceh sebanyak 95 jiwa atau 10 % dan suku selebihnya sebanyak 48 jiwa atau 5 %.

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana desa akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat suatu desa. Semakin baik fasilitas sarana dan prasarana pendukung yang ada di desa maka akan mempercepat laju kemajuan desa tersebut. Un tuk mengetahui lebih jelasnya fasilitas sarana dan prasarana yang ada di Desa Matang Ara Jawa dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Desa Matang Ara Jawa Tahun 2011 No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Masjid 1

2 Mushola 1

3 PAUD 1

4 SD 1

5 TPA 2

6 Balai Desa 1

7 Polindes 1

8 Mesin Pompa Air Bor 5

9 Mesin Pompa Air 2

10 Gudang Pupuk 1

11 Kilang Padi 2

12 Kandang Ternak 1

13 Lapangan Bulu Tangkis 1 14 Lapangan Bola Kaki 1 15 Lapangan Bola Voli 1


(1)

Lampiran 3a. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tani

Makmur

1

60

12

40

6

2.00

3

2

38

6

15

2

0.40

2

3

33

12

5

1

0.24

2

4

34

9

10

2

0.40

6

5

51

9

20

8

0.80

4

6

42

9

15

3

0.60

3

7

35

9

10

3

0.40

3

8

43

12

18

8

0.60

2

9

48

9

13

3

0.80

5

10

45

12

15

3

0.60

5

11

47

12

13

4

0.72

5

12

54

6

30

8

4.00

6

13

43

12

10

4

0.60

6

14

34

9

8

3

0.32

3

15

50

6

20

1

0.80

4

16

52

6

30

5

0.88

2

17

59

6

40

2

1.70

2

18

60

6

20

2

1.20

3

19

39

17

8

5

0.40

2

20

31

12

10

2

0.20

2

21

33

12

10

2

0.24

4

22

55

6

35

7

1.20

4

23

51

6

20

7

0.80

6

24

31

9

10

3

0.24

6

25

37

9

12

4

0.40

4

26

47

6

15

3

0.68

4

27

45

9

10

3

0.60

6

28

42

6

17

5

0.50

3

29

52

6

35

5

1.08

6

30

49

6

15

3

0.80

3

Pengalaman

Bertani (Tahun)

Jumlah

Tanggungan (Jiwa)

Luas Lahan

(Ha)

Frekuensi Mengikuti

Penyuluhan

No

Sampel

Umur

(Tahun)

Tingkat Pendidikan

(Tahun)


(2)

Lampiran 3b. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani Tunas

Baru

1

42

9

15

3

0.60

4

2

28

6

5

3

0.24

2

3

27

9

10

3

0.40

2

4

32

9

8

2

0.90

6

5

42

9

10

4

0.68

5

6

33

9

5

2

0.60

6

7

43

9

10

3

0.60

3

8

38

12

10

3

0.64

4

9

39

9

20

4

0.40

2

10

51

9

20

8

0.80

5

11

27

9

5

3

0.20

2

12

38

9

10

4

0.80

4

13

50

6

20

3

0.80

6

14

45

6

25

3

0.48

3

15

50

6

35

2

0.80

5

16

40

12

15

3

0.60

3

17

59

6

40

2

1.00

5

18

45

9

15

5

1.00

6

19

39

12

10

4

1.04

6

20

48

6

15

4

0.68

3

21

42

12

10

4

0.60

6

22

41

12

10

3

0.60

3

23

47

6

20

4

0.40

3

24

48

12

20

2

0.80

6

25

55

6

30

5

0.60

6

26

43

9

15

2

0.68

4

27

28

9

8

2

0.60

6

28

38

12

10

3

1.36

6

29

33

12

5

2

0.68

6

30

27

9

5

2

0.24

2

Pengalaman

Bertani (Tahun)

Jumlah

Tanggungan (Jiwa)

Luas Lahan

(Ha)

Frekuensi Mengikuti

Penyuluhan

No

Sampel

Umur

(Tahun)

Tingkat Pendidikan

(Tahun)


(3)

Lampiran 4a. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada

Kelompoktani Tani Makmur

1

7

7

7

8

29

2

5

4

4

5

18

3

5

4

4

5

18

4

5

5

4

5

19

5

6

7

6

7

26

6

6

6

5

6

23

7

5

5

4

5

19

8

6

6

5

6

23

9

6

7

6

7

26

10

6

6

5

6

23

11

7

7

7

7

28

12

8

8

7

8

31

13

6

6

6

6

24

14

5

5

4

5

19

15

6

7

6

7

26

16

7

7

6

7

27

17

7

7

7

7

28

18

6

6

6

7

25

19

6

6

5

6

23

20

6

7

6

7

26

21

6

7

6

7

26

22

7

7

7

8

29

23

4

3

4

4

15

24

4

3

4

4

15

25

6

6

5

5

22

26

6

6

6

7

25

27

6

6

6

6

24

28

6

6

5

6

23

29

7

7

7

7

28

30

6

6

5

5

22

Total

179

180

165

186

710

Total

No sampel

Tingkat

Kehadiran

Keaktifan

Berdiskusi

Kegiatan

Fisik

Kesediaan

Membayar


(4)

Lampiran 4b. Skor Tingkat Partisipasi Petani dalam Program SL-PTT pada

Kelompoktani Tunas Baru

1

5

5

4

5

19

2

4

2

3

4

13

3

4

2

3

4

13

4

6

7

6

7

26

5

6

6

5

6

23

6

5

5

4

5

19

7

5

5

4

4

18

8

5

5

5

5

20

9

4

4

3

4

15

10

5

6

5

6

22

11

3

2

2

3

10

12

5

6

5

6

22

13

6

7

6

7

26

14

4

4

3

4

15

15

6

6

5

6

23

16

5

5

4

5

19

17

5

7

6

7

25

18

5

6

6

7

24

19

7

8

7

8

30

20

5

5

5

6

21

21

5

5

4

5

19

22

5

5

4

4

18

23

4

4

3

4

15

24

6

6

5

7

24

25

5

5

4

5

19

26

5

5

5

6

21

27

5

5

5

5

20

28

6

7

6

7

26

29

6

6

5

6

23

30

3

2

2

3

10

Total

150

153

134

161

598

Total

No sampel

Tingkat

Kehadiran

Keaktifan

Berdiskusi

Kegiatan

Fisik

Kesediaan

Membayar


(5)

Lampiran 5a. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani

Tani Makmur dengan Tingkat Partisipasi dalam Program SL-PTT

Correlations

tanggungan f rekuensi partispasi

Spearman's rho Umur Correlation Coef f icient

.407

.110

**

.650

**

Sig. (2-tailed)

.026

.564

.000

N

30

30

30

pendidikan Correlation Coef f icient

-.021

**

-.085

-.108

**

Sig. (2-tailed)

.914

.654

.568

N

30

30

30

pengalaman Correlation Coef f icient

.416

**

-.002

**

.591

Sig. (2-tailed)

.022

.993

.001

N

30

30

30

luas lahan Correlation Coef f icient

.420

**

.163

**

.666

**

Sig. (2-tailed)

.021

.389

.000

N

30

30

30

tanggungan Correlation Coef f icient

1.000

*

.199

.275

*

Sig. (2-tailed)

.

.291

.142

N

30

30

30

Frekuensi Correlation Coef f icient

.199

1.000

.065

Sig. (2-tailed)

.291

.

.732

N

30

30

30


(6)

Lampiran 5b. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Kelompoktani

Tunas Baru dengan Tingkat Partisipasi dalam Program SL-PTT

Correlations

umur pendidikan pengalaman luas lahan tanggungan f rekuensi partisipasi

Spearman's rho

Umur Correlation Coef f icient

1.000

-.396

*

.878

**

.401

*

.298

.259

.358

Sig. (2-tailed)

.

.030

.000

.028

.110

.167

.052

N

30

30

30

30

30

30

30

pendidikan Correlation Coef f icient

-.396

*

1.000

-.420

*

.176

-.075

.229

.167

Sig. (2-tailed)

.030

.

.021

.351

.695

.223

.378

N

30

30

30

30

30

30

30

pengalaman Correlation Coef f icient

.878

**

-.420

*

1.000

.266

.265

.065

.221

Sig. (2-tailed)

.000

.021

.

.155

.157

.734

.240

N

30

30

30

30

30

30

30

luas lahan Correlation Coef f icient

.401

*

.176

.266

1.000

.006

.704

**

.968

**

Sig. (2-tailed)

.028

.351

.155

.

.973

.000

.000

N

30

30

30

30

30

30

30

tanggungan Correlation Coef f icient

.298

-.075

.265

.006

1.000

-.073

-.056

Sig. (2-tailed)

.110

.695

.157

.973

.

.702

.768

N

30

30

30

30

30

30

30

f rekuensi Correlation Coef f icient

.259

.229

.065

.704

**

-.073

1.000

.780

**

Sig. (2-tailed)

.167

.223

.734

.000

.702

.

.000

N

30

30

30

30

30

30

30

partisipasi Correlation Coef f icient

.358

.167

.221

.968

**

-.056

.780

**

1.000

Sig. (2-tailed)

.052

.378

.240

.000

.768

.000

.

N

30

30

30

30

30

30

30

*. Correlation is signif icant at the 0.05 lev el (2-tailed). **. Correlation is signif icant at the 0.01 lev el (2-tailed).