EKSISTENSI DAN IDENTITAS DI MEDIA BARU
EKSISTENSI DAN IDENTITAS DI MEDIA BARU
Dessy Trisilowaty
ASBTRAK
Eksistensi yang diciptakan dalam keriuhan media sosial tidak tercipta begitu saja. Meski diikat oleh kebutuhan informasi yang sama dan menimbulkan interaksi yang intens kemudian menjadi sepakat terbentuknya sebuah komunitas, semuanya memiliki kekuatan masing-masing. Hal ini terbukti saat seseorang mengupload sebuah foto tentang diri sendiri. Dalam waktu yang sama maka akan terjadi hal serupa dan dilakukan oleh orang yang ada di dalam komunitas yang bersangkutan. Komunitas disini yang dimaksudkan adalah keadaan media sosial yang seringkali memicu orang lain melakukan hal yang sama.
ABSTRACT
Existence created in the hubbub of social media is not created simply. Despite being bound by the same information needs and causing intense interaction and then agreeing to form a community, everything has its own power. This is proven when someone uploads a photo of themselves. In the same time it will happen the same thing and done by people who are in the community in question. The community here is meant is the state of social media that often trigger others to do the same thing.
PENDAHULUAN
secara langsung dan dipertontonkan di media sosial yang tentu disaksikan oleh ribuan
Fenomena baru terjadi di masyarakat, sebuah jaringan pedofilia online yang dikelola pasang mata.
Peristiwa beberapa tahun yang lalu yang oleh empat orang melalui akun media sosial Facebook ‘Official Loly Candys Group 18+’ menyangkut ariel dan video porno mungkin
juga masih terekam dalam ingatan kita telah ditangkap Polda Metro Jaya. Awalnya bahwa ini merupakan bagian dari mudahnya akun ini dilaporkan oleh komunitas ibu-ibu mengakses informasi di jaman sekarang. eksis yang tidak sengaja menemukannya lalu Tidak hanya hal tersebut, seorang jurnalis merasa resah dengan konten yang menyesak- pernah menyebutkan bahwa kenyataan kan. Anak anak usia sangat belia menjadi munculnya video porno tersebut membuka korban pria dewasa dan ini dibuatkan akun di beberapa peluang untuk mendongkrak oplah media sosial dengan jumlah anggota fantastis penerbitan media massa. Salah satunya 7.497, begitu pula dengan postingan yang adalah didapatkannya sebuah informasi yang mereka perbarui setiap hari dan bermuatan pornografi anak usia 2-10 tahun sebagai mungkin masyarakat menganggapnya tabu,
namun hal tersebut tetaplah sebuah informasi obyeknya. yang masyarakat atau lebih tepatnya ‘pasar’ Beberapa minggu lalu juga dikejutkan akan menyukainya. Hal ini terkait informasi dengan kenyataan bunuh diri di media sosial yang tidak mudah dibendung diakibatkan oleh facebook secara live. Peristiwa bunuh diri saja salah satu kemampuan media baru. Sehingga sudah sangat mengejutkan apalagi dilakukan
88 Komunikasi, Vol. XI No. 01, Maret 2017: 86-92
penting atau tidaknya sebuah informasi menjadi hal yang tidak lagi prioritas bagi kita.
EKSISTENSI DI MEDIA SOSIAL
Teknologi dan informasi seolah telah Manovich (2001:38) menjelaskan dua
menjadi guide dalam hidup kita dan sulit tipologi yang mendekati interactivity dalam
untuk dilepaskan sehingga muncul anggapan perspektif media baru yakni ke dalam tipe
lebih baik tertinggal dompet daripada ter- ‘terbuka’ (open) dan tipe ‘tertutup’ (closed).
tinggal smarthphone kita. Kemampuannya Dalam tipe ‘terbuka’ khalayak tidak sekedar
dalam menyediakan pengetahuan sekaligus disodorkan pilihan tetapi bisa menentukan
menjelajah dunia hingga pelosok negeri sangat cara mengakses media baru sesuai dengan apa
memberikan peluang terhadap menyempitnya yang diinginkan. Namun tipe ‘tertutup’ hanya
ide dalam kepala kita saat tak lagi berselera membatasi khalayak untuk mengkonsumsi
dengan dunia nyata. media sesuai dengan struktur atau pilihan
Kemunculan media baru yang sempat
yang sudah dibuat.
menyita perhatian masyarakat karena memberi- Timbunan informasi yang tiada henti
kan suasana yang mengasyikkan tentu saja di media baru memiliki kekuatan tersendiri
merupakan alternatif yang wajib dicoba. yang mampu menciptakan interaksi pengguna
Kegiatan baru ini mengalihkan perhatian kita satu sama lain. Mereka yang sama-sama
sejenak terhadap aktivitas sehari-hari yang mengaksesnya dapat merasakan sebuah ikat-
terkadang mencapai titik kejenuhan. Tetapi an dimana informasi itulah yang bersifat
serunya media baru bukanlah satu satunya mengikat. Merasa dalam kondisi yang sama
jalan keluar untuk memberikan hiburan atau dan memiliki keterikatan sehingga menimbul-
jalan lain dalam berkomunikasi. Ia lebih kan kekuatan informasi itu sendiri untuk terus
memberikan konsekuensi nyata dan sama dibutuhkan dan terus menerus dicari. Rantai ini
sekali baru diluar yang kita pernah bayangkan. bisa semakin menguat saat masyarakat tidak
Fenomena yang telah disebutkan di lagi menyadari mana yang sangat prioritas dan
paragraf sebelumnya merupakan beberapa informasi mana yang bersifat menghibur saja.
resiko yang kita dapatkan dalam mengakses Keadaan ini bisa diakibatkan oleh
media sosial. Copycat yang bisa saja terjadi menurunnya daya sadar kita karena terpapar
karena begitu seringnya terinternalisasi oleh secara berlebihan oleh informasi. Alih-alih
percakapan dalam grup. Whatsapp maupun membutuhkannya untuk selalu ‘update’ ter-
grup chat lainnya yang seringkali membuat nyata dapat mengurung kita dalam situasi yang
kita merasa terdikte oleh nilai-nilai eksternal lebih rumit dengan tidak dapat menguasai diri
yang semu. Mengikutinya dan kita tidak sadar sendiri karena merasa mulai nyaman untuk
bahwa itu bersifat sementara dan mudah terus menikmati informasi yang mampu
terlupakan. Justru komunikasi di dunia nyata menciptakan interaktivitas sesama pencari
kita mulai melupakan bagaimana keunikan
informasi.
proses dan hasil yang didapatkan dapat Situasi ini dapat menimbulkan sebuah
memperkaya bahasa nonverbal secara ‘real’. keadaan yang disebut dengan takut keting-
Bukan lagi terbatas pada ikon yang mampu galan akan akses informasi meski itu bukan-
menciptakan kebaruan namun perdebatan lah merupakan hal yang urgent untuk segera
tiada henti juga menanti, diakibatkan oleh didapatkan. Disini mulai timbul keadaan
kesalahan pemahaman teks.
Eksistensi dan Identitas di Media Baru (Dessy Trisilowaty)
tertekan yang dapat mengakibatkan individu Bagi beberapa orang mungkin pressure kurang mampu mengendalikan diri sehingga
lebih digunakan sebagai sebuah semangat terbawa oleh situasi dimana ia berada. Tentunya
untuk terus memperbaiki diri. Namun dilain lingkungan di dalam media sosial yang selama
pihak ada beberapa orang yang menganggap ini ia ikuti yang akan memberikan tuntutan
hal tersebut sebuah kegagalan yang tidak layak untuk terus menyatakan bahwa seseorang
untuk dipublikasikan sehingga ujungnya adalah eksis.
sebuah kasus bunuh diri yang telah disebutkan Problem keamanan ini akan menghebat
di paragraf sebelumnya. Hal ini menjadi sebuah saat pressure secara sadar dilakukan oleh
boomerang yang harus disadari oleh setiap sumber komunikasi (komunikator atau komu-
individu. Kemampuan mengendalikan diri dan nikan secara bergantian karena sifat interaktif
mengenali diri sendiri untuk bersikap lebih new media). Pressure lepas etika inilah yang
bijak dalam media sosial merupakan hal yang akan memojokkan salah satu pihak hingga
sangat penting mengingat efek selanjutnya saat kemudian di antara mereka diselimuti ketidak-
menggunakan berlebihan adalah fatal. nyamanan untuk melanjutkan komunikasi
Eksistensi dalam media sosial ini (Manovich, 2002, dan Levinson, 2009).
lebih banyak ditunjukkan dengan foto- Eksistensi yang diciptakan dalam foto yang melibatkan kegiatan pribadi keriuhan media sosial tidak tercipta begitu
seolah menunjukkan hal tersebut pernah saja. Meski diikat oleh kebutuhan informasi
dilakukan dikunjungi dan lain sebagainya. yang sama dan menimbulkan interaksi yang
Terlepas dari maksud dari dipostingnya foto, intens kemudian menjadi sepakat terbentuknya
hal tersebut merupakan sebuah kepuasan sebuah komunitas, semuanya memiliki tersendiri bagi kebanyakan orang untuk kekuatan masing-masing. Hal ini terbukti
menunjukkannya kepada publik. Saat telah saat seseorang mengupload sebuah foto terjadi secara berlebihan dan mendapatkan tentang diri sendiri. Dalam waktu yang sama
komentar yang kurang menyenangkan maka akan terjadi hal serupa dan dilakukan
maka disinlah letak pressure yang mampu oleh orang yang ada di dalam komunitas
memunculkan etika kurang baik dalam sebuah yang bersangkutan. Komunitas disini yang
media sosial. Contohnya saja, saat ini siapa dimaksudkan adalah keadaan media sosial
yang tidak mengenal selfie, wefie atau foto yang seringkali memicu orang lain melakukan
menggunakan ponsel yang dilakukan sendiri hal yang sama.
maupun berramai-ramai. Semakin sering Saling berlomba memberikan informasi
melakukannya dan mempostingnya di media tentang diri sendiri di media sosial yang meng-
sosial, merupakan kebanggaan sendiri dalam akibatkan sebuah pressure bahkan jika tekanan
diri seseorang. Tetapi beberapa orang mungkin tersebut seolah terdengar sebagai pujian. lupa bahwa dalam media sosial justru berisi Kemudahan seseorang yang menimbulkan satu
bermacam-macam orang yang tidak dikenal hal yang membahagiakan belum tentu disikapi
namun mampu memberikan kritik untuk foto yang sama dengan orang lain. Pada dasarnya
yang bahkan tidak di posting untuk dikritik. orang lain juga menginginkan hal yang sama. Saat tidak mampu mendapatkannya maka