- Campurkan kotoran ternak 6 karung, top soil 12 karung, dan dolomit 12
karung, lalu siram dengan air sedikit demi sedikit sambil diaduk merata dengan kadar air 40-60
- Letakkan tumpukan bahan tersebut diatas semen, lalu tancapkan bambu yang
sudah dilubangi untuk memberikan sirkulasi udara
- Tumpukan harus dibalik setiap minggu dan disiram apabila bahan teralu
kering. Setelah 1.5-2 bulan kompos sudah matang, keringanginkan kemudian digilingdiayak lalu dikemas dan kompos siap untuk dijual
Simamora dan Salundik, 2006.
b. Pembuatan Kompos dengan Bantuan Aktivator
Aktivator merupakan bahan yang terdiri dari enzim, asam humat dan mikroorganisme kultur bakteri yang dapat mempercepat proses pengomposan.
Contoh aktivator yang beredar di pasaran ; EM4, Orgadec, dan Stardec. Adapun teknik pembuatannya antara lain ;
- cacah jerami padi 200 kg hingga ukurannya lebih kecil, lalu campur dengan
dedak 10 kg dan sekam padi 200 kg, diaduk merata, siram campuran bahan dengan larutan EM4 500 mL + air 20 liter dan molase 20 sendok makan,
diaduk merata sampai kadar airnya 30-40
- Tumpukkan campuran bahan di atas tempat kering dengan ketinggian 40-50
cm, lalu tutup dengan plastikterpal, suhu kompos dipertahankan 40-50 C
dengan cara mengaduk-aduk bahan tersebut agar suhunya tidak tinggi
- Setelah 10 hari kompos sudah matang dan siap untuk digunakan
Simamora dan Salundik, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Proses dekomposisi senyawa organik oleh mikroba merupakan proses berantai. Senyawa organik yang bersifat heterogen bercampur dengan kumpulan
jasad hidup yang berasal dari udara, tanah air atau sumber lainnya, dan didalamnya akan terjadi proses mikrobiologis. Aktivitas mikroba dalam
mendekomposisikan bahan organik akan menggunakan senyawa organik untuk keperluan aktivitasnya. Hasil lainnya akan berbentuk buangan yang secara
keseluruhan dinamakan kompos dengan komposisi yang lengkap Suriawiria, 2003.
c. Pembuatan Kompos dengan Cacing Tanah Vermicomposting
Vermikompos merupakan proses penguraian sampah-sampah organik yang dilakukan oleh cacing sehingga dihasilkan kotoran cacing pupuk yang
dikenal dengan kascing Murbandono, 2000. Adapun teknik pembuatannya antara lain ;
- Siapkan campuran media dan pakan jadi sebanyak 10 kgbak serta cacing
tanah sebanyak 200 gbak
- Masukkan media dan pakan jadi ke dalam bak produksi, lalu semprotkan air
sambil diaduk merata dengan kadar air 10-20
- Biarkan campuran pakan dan media selama 6-12 jam sehingga menjadi dingin.
Masukkan seluruh cacing yang sudah disiapkan ke dalam media
- Semprotkan air 1-3 hari sekali agar media dan pakan selalu dalam kondisi
lembab
- Dilakukan pembalikan dan pengadukan seminggu sekali - Hentikan penyemprotan 10 hari menjelang panen dan pengadukan tetap
dilakukan 2 hari sekali agar media tetap gembur
Universitas Sumatera Utara
- Panen seluruh cacing dan telurnya setelah 60 hari pembudidayaan dan media
siap untuk digunakan sebagai pupuk organik Musnamar, 2006.
Cacing tanah yang digunakan adalah Lumbricus rubellus, atau bisa digunakan cacing tanah lokal yang ada di kebun, pekarangan, dan tumpukan
sampah. Untuk pertumbuhan yang baik cacing tanah menyukai pH antara 6,5-7,5, suhu 22-28
C, kelembaban 40-60, ketinggian atau kedalaman media maksimal 25 cm dan berada di tempat teduh atau tidak terkena sinar matahari langsung
Mulat, 2003. Aktifitas, pertumbuhan, metabolisme, respirasi, dan reproduksi cacing tanah sangat dipengaruhi oleh oleh perbedaan temperatur dan kesuburan
cacing tanah sangat dipengaruhi oleh temperatur Anas, 1990. Untuk dapat bernapas, cacing tanah hanya mengandalkan kulitnya karena
tidak memiliki alat pernapasan. Oksigen yanag digunakan untuk proses metabolisme tubuh diambil dari udara dengan bantuan pembuluh darah yang
terdapat di bagian bawah kutikula. Pembuluh darah itu pun dapat berfungsi melepaskan karbondioksida CO
2
sebagai sisa hasil metabolisme. Namun, agar proses bernapas pada cacing tanah dapat berlangsung dengan baik, kelembaban
lingkungannya harus cukup tinggi Palungkun, 1999.
Faktor yang Mempengaruhi Pengomposan
a. Ukuran Bahan