Dalam proses pengomposan terjadi perubahan seperti 1 karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak, dan lilin menjadi CO
2
dan air, 2 zat putih telur menjadi amonia, CO
2
, dan air, 3 peruraian senyawa organik menjadi senyawa yang dapat diserap tanaman. Dengan perubahan tersebut kadar karbohidrat akan
hilang atau turun dan senyawa N yang larut amonia meningkat. Dengan demikian CN semakin rendah dan relatif stabil mendekati CN tanah
Indriani, 2007. Ada dua mekanisme proses pengomposan berdasarkan ketersediaan
oksigen bebas, yakni pengomposan secara aerobik dan anaerobik.
a. Pengomposan secara Aerobik
Pada pengomposan secara aerobik, oksigen mutlak dibutuhkan. Mikroorganisme yang terlibat dalam proses pengomposan membutuhkan oksigen
dan air untuk merombak bahan organik dan mengasimilasikan sejumlah karbon, nitrogen, fosfor, belerang, dan unsur lainnya untuk sintesis protoplasma sel
tubuhnya Simamora dan Salundik, 2006. Dalam sistem ini, kurang lebih 23 unsur karbon C menguap menjadi
CO
2
dan sisanya 13 bagian bereaksi dengan nitrogen dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerobik tidak timbul bau busuk. Selama proses
pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul panas akibat pelepasan energi Sutanto, 2002.
Hasil dari dekomposisi bahan organik secara aerobik adalah CO
2
, H
2
O air, humus, dan energi. Proses dekomposisi bahan organik secara aerobik dapat
disajikan dengan reaksi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Mikroba aerob Bahan organik
CO
2
+ H
2
O + Humus + Hara + Energi Djuarnani dkk, 2005.
b. Pengomposan secara Anaerobik
Dekomposisi secara anaerobik merupakan modifikasi biologis pada struktur kimia dan biologi bahan organik tanpa kehadiran oksigen hampa udara.
Proses ini merupakan proses yang dingin dan tidak terjadi fluktuasi temperatur seperti yang terjadi pada proses pengomposan secara aerobik. Namun, pada proses
anaerobik perlu tambahan panas dari luar sebesar 30 C Djuarnani dkk, 2005.
Pengomposan anaerobik akan menghasilkan gas metan CH
4
, karbondioksida CO
2
, dan asam organik yang memiliki bobot molekul rendah seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam laktat, dan asam suksinat.
Gas metan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif biogas. Sisanya berupa lumpur yang mengandung bagian padatan dan cairan. Bagian padatan ini
yang disebut kompos. Namun, kadar airnya masih tinggi sehingga sebelum digunakan harus dikeringkan Simamora dan Salundik, 2006.
Pembuatan kompos pada prinsipnya cukup mudah bisa dilakukan dengan cara membiarkan bahan organik hingga malapuk atau menambahkan aktivator
untuk mempercepat proses pengomposan. Pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
a. Pembuatan Kompos secara Tradisional - Siapkan bahan organik 4 karung yang akan dijadikan kompos lalu dicacah
hingga ukuran lebih kecil ± 5 cm
Universitas Sumatera Utara
- Campurkan kotoran ternak 6 karung, top soil 12 karung, dan dolomit 12
karung, lalu siram dengan air sedikit demi sedikit sambil diaduk merata dengan kadar air 40-60
- Letakkan tumpukan bahan tersebut diatas semen, lalu tancapkan bambu yang
sudah dilubangi untuk memberikan sirkulasi udara
- Tumpukan harus dibalik setiap minggu dan disiram apabila bahan teralu
kering. Setelah 1.5-2 bulan kompos sudah matang, keringanginkan kemudian digilingdiayak lalu dikemas dan kompos siap untuk dijual
Simamora dan Salundik, 2006.
b. Pembuatan Kompos dengan Bantuan Aktivator