Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Darah

2.8 Bahan Kimia di Dalam Tembakau dan Rokok

Menurut Robert 1988 dalam Sitepoe 2000, terdapat lebih dari 3040 jenis bahan kimia yang dijumpai di dalam daun tembakau kering. Bahan-bahan ini berasal dari pertumbuhan daun tembakau itu sendiri, misalnya bersumber dari tanah, udara dan bahan kimia yang digunakan semasa penanaman tembakau maupun semasa proses pembuatan rokok. Hal ini bermaksud, komposisi kimia pada daun tembakau juga dipengaruhi oleh cara pemprosesan dan kawasan tempat penanaman tembakau tersebut. Menurut Robert 1988 dalam Sitepoe 2000, pada waktu rokok dibakar, maka akan terbentuk pula bahan kimia lain hasil reaksi dari proses pembakaran yang terjadi. Asap rokok mainstream dikatakan mengandung 4000 jenis bahan kimia. Bahan kimia ini dibedakan menjadi fase partikulat dan fase gas. Fase partikulat terdiri daripada nikotine, nitrosamine, N nitrosonornikotin, polisiklik hidorkarbon, logam berat dan karsinogenik amine. Sedangkan, fase yang dapat menguap atau seperti gas adalah karbon monoksida, karbon dioksida, benzene, amonia, formaldehid, hidrosianida dan lain-lain.

2.9 Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin Darah

Dalam penelitiannya, Nodenberg 1990 menyatakan kadar hemoglobin darah rata- rata pada perokok adalah 156±0.4 gL dan pada bukan perokok adalah 153±0.5 gL. Maka, dia mengambil kesimpulan penelitiannya bahwa merokok menyebabkan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah. Hasil penelitian ini disokong lagi dengan maklumat yang dinyatakan oleh Adamson 2005 yang menyatakan terjadinya peningkatan kadar hemoglobin darah pada perokok berat. Peningkatan ini terjadi karena reflek dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akibat digeser oleh karbon monoksida yang mempunyai afinitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat. Maka, tubuh akan meningkatkan proses hematopoiesis lalu meningkatkan produksi hemoglobin, akibat dari rendahnya tekanan parsial oksigen, PO 2 di dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara Bjork 2000 mendapatkan hal yang sebaliknya di dalam penelitiannya. Studi epidemiologi yang dilakukan menunjukkan bahawa merokok adalah faktor resiko kepada terjadinya sindroma myelodisplastik dan anemia refraktori. Penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan resiko relatif terhadap anemia refraktori odd ratio,OR 2.5; 95 confidence interval, CI=1.2-5.6. Maka, dapat dikatakan bahawa merokok bisa menyebabkan terjadinya penurunan kadar hemoglobin darah. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL