Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt.) Pada Berbagai Kombinasi Pupuk Organik Dan Pupuk Anorganik

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG

MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) PADA BERBAGAI

KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

MHD SADLI NASUTION 060301029

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG

MANIS (Zea mays sacharata Sturt.) PADA BERBAGAI

KOMBINASI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

SKRIPSI

OLEH :

MHD SADLI NASUTION 060301029/AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011


(3)

Judul Skripsi : Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt pada berbagai kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik Nama : Mhd Sadli Nasution

NIM : 060301029

Departemen : Budidaya Pertanian Program studi : Agronomi

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS. Ketua

Ferry Ezra Sitepu, SP., MP. Anggota

Mengetahui,

Ir. T. Sabrina, M. Agr., Sc., Ph.D Ketua Departemen Agroekoteknologi


(4)

ABSTRAK

MHD SADLI NASUTION: Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik., dibimbing oleh HAPSOH dan FERRY EZRA SITEPU.

Kondisi lahan pertanian sekarang ini cukup memprihatinkan dimana tidak sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan pupuk kimia secara terus menerus yang menyebabkan produktivitasnya juga menurun. Pemberian pupuk kimia harus diimbangin dengan pemberian pupuk organik. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah kandungan bahan organik tanah yang semakin lama semakin berkurang. Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga efisiensinya juga akan menurun. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, Guano, night soil, tepung tulang tepung ikan, tepung dara dan kascing. Kascing adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan yang dilakukan oleh cacing tanah yang berupa campuran kotoran cacing tanah dengan sisa-sisa media atau pakan selama budidaya cacing tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancang acak kelompok non faktorial dengan 6 perlakuan, yaitu K1: pupuk kascing 100% (80 g/tanaman); K2: pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N, P, K 25% (0,25 g/tanaman urea, 0,12 g/tanaman TSP, 0,12 g/tanaman KCL); K3: pupuk kascing 50% (40 g/tanaman) + pupuk N, P, K 50% (0,5 g/tanaman urea, 0,25 g/tanaman TSP, 0,25 g/tanaman KCL); K4: pupuk kascing 25% (20 g/tanamn) + pupuk N, P, K 75% (0,75 g/tanaamn urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCL); K5: pupuk N, P, K 100% (1 g/tanaman urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,5o g/tanaamn KCL); K6: kompos pembanding 100% (80 g/tanaman) / kascing + (5% Rock Phosphat). Parameter yang diamti adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur panen (hari), bobot basah akar (g), bobot basah batang atas (g), bobot kering akar (g), bobot kering batang atas (g), panjang tongkol (cm), produksi per sampel (g), produksi per plot (g).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap semua parameter terkecuali luas daun bendera, umur berbungan dan umur panen.

Kata kunci: jagung, pupuk organik, kascing


(5)

ABSTRACT

MHD SADLI NASUTION: Growth and production of sweet corn at the some combination of organic and anorganic fertilize, supervised by HAPSOH and FERRY EZRA SITEPU.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Perdagangan pada tanggal 16 Mei 1988 dari ayah Drs. Syafruddin Nasution, dan ibu N Lubis. Penulis merupakan putra sulung dari empat bersaudara.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematang Sianatar dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian Universita Sumatera Utara melalui jalur ujian tertulis Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis memilih program studi Agronomi, Departemen Budidaya Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium Dasar Agronomi (2010-2011) dan juga anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HIMADITA). Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Monaco, Kab. Serdang Bedagai pada bulan Juni – Juli 2010.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik.”

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah banyak memberi dukungan kepada penulis baik

moril maupun materil. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Hapsoh, MS., sebagai ketua komisi pembimbing dan Ferry Ezra Sitepu, SP., MP., sebagai anggota komisi pembimbing yang telah

memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada sdri Femmy Kusuma Wardhani yang membantu penulis.

Disamping itu penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua staf pengajar dan pegawai di departemen Budidaya Pertanian, serta semua teman-teman angkatan 2006 program studi Agronomi dan adik-adik angkatan 2010 program studi Agroekoteknologi yang telah banyak membantu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat.


(8)

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 4

Syarat Tumbuh... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Pupuk Kascing ... 8

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan lahan ... 13

Persiapan media tanam ... 13

Penanaman ... 13

Pemupukan ... 13

Pengaplikasian kascing ... 13

Pemeliharaan tanaman ... 14

Penyiraman ... 14

Penyiangan ... 14

Penjarangan ... 14

Pengendalian hama dan penyakit ... 14

Panen ... 14

Pengamatan Parameter ... 15


(9)

Diameter batang (cm) ... 15

Luas daun bendera (cm2) ... 15

Umur berbunga (hari) ... 15

Umur panen (hari) ... 15

Bobot basah akar (g) ... 16

Bobot basah batang atas (g) ... 16

Bobot kering akar (g) ... 16

Bobot kering batang atas (g) ... 16

Panjang tongkol (cm) ... 16

Produksi per sampel (g) ... 16

Produksi per plot (g) ... 16

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 17

Pembahasan ... 31

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 34

Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 37


(10)

DAFTAR TABEL

NO. Hal.

1. Rataan tinggi tanaman jagung 2, 4, 6 MST(cm) ... 17

2. Rataan diameter batang jagung 2, 4, 6 MST (batang) ... 20

3. Rataan luas daun jagung (cm2) ... 21

4. Rataan umur berbunga jagung (hari) ... 22

5. Rataan umur panen jagung (hari) ... 22

6. Rataan bobot basah akar jagung (g) ... 23

7. Rataan bobot basah batang atas jagung (g) ... 24

8. Rataan bobot kering akar jagung (g) ... 25

9. Rataan bobot kering batang atas jagung (g) ... 26

10. Rataan panjang tongkol jagung (g) ... 27

11. Rataan produksi jagung per sampel (g) ... 28


(11)

DAFTAR GAMBAR

NO. Hal.

1. Histogram tinggi tanaman jagung 2 MST ... 18

2. Histogram tinggi tanaman jagung 4 MST ... 18

3. Histogram tinggi tanaman jagung 6 MST ... 19

4. Histogram diameter batang jagung 2 MST ... 20

5. Histogram diameter batang jagung 4 MST ... 20

6. Histogram diameter batang jagung 6 MST ... 21

7. Histogram bobot basah akar jagung ... 24

8. Histogram bobot basah batang atas jagung ... 25

9. Histogram bobot kering akar jagung ... 26

10. Histogram bobot kering batang atas jagung ... 27

11. Histogram panjang tongkol jagung ... 28

12. Histogram produksi jagung per sampel ... 29


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Hal.

1. Deskripsi jagung varietas sweet boy ... 37

2. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 2 MST (cm) ... 38

3. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST ... 38

4. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 4 MST (cm) ... 38

5. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST ... 38

6. Data pengamatan tinggi tanaman jagung 6 MST (cm) ... 39

7. Sidik ragan tinggi tanaman jagung 6 MST ... 39

8. Data pengamatan diameter batang jagung 2 MST (cm) ... 39

9. Sidik ragam diameter batang jagung 2 MST ... 39

10. Data pengamatan diameter batang jagung 4 MST (cm) ... 40

11. Sidik ragam diameter batang jagung 4 MST ... 40

12. Data pengamatan diameter batang jagung 6 MST (cm) ... 40

13. Sidik ragam diameter batang jagung 6 MST ... 40

14. Data pengamatan luas daun jagung (cm2) ... 41

15. Sidik ragam luas daun jagung ... 41

16. Data pengamatan umur berbunga jagung (hari) ... 41

17. Sidik ragam umur berbunga jagung ... 41

18. Data pengamatan umur panen jagung (hari) ... 42

19. Sidik ragam umur panen jagung ... 42

20. Data pengamatan bobot basah akar jagung (g) ... 42

21. Sidik ragam bobot basah akar jagung ... 42


(13)

23. Sidik ragam bobot basah batang atas jagung ... 43

24. Data pengamatan bobot kering akar jagung (g) ... 43

25. Sidik ragam bobot basah kering akar jagung ... 43

26. Data pengamatan bobot kering batang atas jagung (g) ... 44

27. Sidik ragam bobot kering batang atas jagung ... 44

28. Data pengamatan panjang tongkol (cm) ... 44

29. Sidik ragam panjang tongkol ... 44

30. Data pengamatan produksi per sampel (g) ... 45

31. Sidik ragam produksi per sampel ... 45

32. Data pengamatan produksi per plot (g) ... 45

33. Sidik ragam produksi per plot ... 45

34. Perhitungan pupuk ... 46

35. Foto lahan peneltian ... 47


(14)

ABSTRAK

MHD SADLI NASUTION: Pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik., dibimbing oleh HAPSOH dan FERRY EZRA SITEPU.

Kondisi lahan pertanian sekarang ini cukup memprihatinkan dimana tidak sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan pupuk kimia secara terus menerus yang menyebabkan produktivitasnya juga menurun. Pemberian pupuk kimia harus diimbangin dengan pemberian pupuk organik. Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah kandungan bahan organik tanah yang semakin lama semakin berkurang. Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga efisiensinya juga akan menurun. Pupuk organik terdiri dari pupuk kandang, pupuk hijau, Guano, night soil, tepung tulang tepung ikan, tepung dara dan kascing. Kascing adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan yang dilakukan oleh cacing tanah yang berupa campuran kotoran cacing tanah dengan sisa-sisa media atau pakan selama budidaya cacing tersebut. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Mei 2011 menggunakan rancang acak kelompok non faktorial dengan 6 perlakuan, yaitu K1: pupuk kascing 100% (80 g/tanaman); K2: pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N, P, K 25% (0,25 g/tanaman urea, 0,12 g/tanaman TSP, 0,12 g/tanaman KCL); K3: pupuk kascing 50% (40 g/tanaman) + pupuk N, P, K 50% (0,5 g/tanaman urea, 0,25 g/tanaman TSP, 0,25 g/tanaman KCL); K4: pupuk kascing 25% (20 g/tanamn) + pupuk N, P, K 75% (0,75 g/tanaamn urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCL); K5: pupuk N, P, K 100% (1 g/tanaman urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,5o g/tanaamn KCL); K6: kompos pembanding 100% (80 g/tanaman) / kascing + (5% Rock Phosphat). Parameter yang diamti adalah tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur panen (hari), bobot basah akar (g), bobot basah batang atas (g), bobot kering akar (g), bobot kering batang atas (g), panjang tongkol (cm), produksi per sampel (g), produksi per plot (g).

Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap semua parameter terkecuali luas daun bendera, umur berbungan dan umur panen.

Kata kunci: jagung, pupuk organik, kascing


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis adalah sayuran yang disukai karena rasanya enak, kandungan

karbohidrat, protein, vitamin serta kadar gulanya relatif tinggi tetapi kandungan

lemaknya rendah. Selain untuk sayuran, jagung manis dikonsumsi setelah direbus atau

dibakar (Iskandar, 2008).

Kondisi lahan pertanian saat ini cukup memprihatinkan dimana tidak sedikit tanah pertanian yang sudah rusak oleh karena penggunaan lahan dan pupuk kimia secara terus-menerus yang menyebabkan produktivitas jagung menurun. Penberian pupuk kimia harus diimbangi dengan pemberian pupuk organik. Pupuk kimia berperan menyediakan nutrisi dalam jumlah yang besar bagi tanaman, sedangkan bahan organik cenderung berperan menjaga fungsi tanah agar unsur hara dalam tanah mudah di manfaatkan oleh tanaman untuk menyerap unsur hara yang disediakan pupuk kimia. Penggunaan pupuk kimia dan bahan organik secara seimbang akan meningkatkan produktivitas tanah sehingga mendukung pertumbuhan tanaman jagung (Indriani, 2004)

Permasalahan yang dihadapi sekarang adalah, kandungan bahan organik dalam tanah semakin lama semakin berkurang, bahan organik sering disebut sebagai bahan penyangga tanah. Tanah dengan kandungan bahan organik rendah akan berkurang kemampuannya mengikat pupuk kimia sehingga efisiensinya menurun akibat sebagian besar pupuk hilang melalui pencucian, fiksasi atau penguapan (Musnamar, 2003).


(16)

Pupuk organik mempunyai beberapa keunggulan, yaitu dapat meningkatkan kandungan bahan organik di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, meningkatkan aktivitas kehidupan biologi tanah dan meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah. Pupuk organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman. Pupuk organik terdiri pupuk kandang, pupuk kascing, pupuk hijau, guano, night soil, tepung tulang, tepung ikan dan tepung darah (Hasibuan, 2006).

Kascing adalah kompos yang di peroleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Kascing merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah.Oleh karena itu kascing merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain yang kita kenal selama ini (http:vermikompos.com, 2010).

Kandungan nutrisi kascing (N, P dan K) dapat mencapai dua kali lipat dibandingkan dengan kompos (kotoran ayam dankotoran kerbau) dan kascing juga lebih kaya akan zat pengatur tumbuh (ZPT) tanaman dan mikroba tanah. Keseluruhan kandungan bahan-bahan kascing,kimiawi maupun hayati membuat jumlah nutrisi yang tersedia dan dapat diserap tanaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kompos biasa (http://mygreenfarm.com, 2010).

Aktivitas cacing tanah ini secara konstan dapat meningkatkan pH pada tanah asam.Ini karena, cacing dapat mengeluarkan kapur dalam bentuk kalsium karbonat (CACO3) atau dolomite pada lapisan di bawah permukaan tanah.Cacing juga dapat menurunkan pH pada tanah yang berkadar garam tinggi (http:vermikompos.com, 2010).


(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan

anorganik.

Hipotesa Penelitian

Kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)

Kegunaan Penelitian

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah

perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh menyamping. Akar yang tumbuh relatif dangkal ini merupakan akar adventif dengan percabangan yang amat lebat. Akar penyokong memberikan tambahan topangan untuk tumbuh tegak dan membantu penyerapan hara. Akar ini tumbuh di atas permukaan tanah, tumbuh rapat pada buku-buku dasar dan tidak bercabang sebelum masuk ke tanah (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Batang jagung manis berbantuk padat (solid). Batang mempunyai jumlah ruas antara 8-21 ruas tetapi pada umumnya 14 ruas. Tinggi batang bergantung pada varietasnya, yang normal antara 2-3 meter. Penampang batang 2-3 cm, dimana kelopak daun membungkus batang (Tobing, dkk, 1995).

Daun memiliki lebar agak seragam dan tulang daunnya terlihat jelas dengan banyak tulang daun kecil sejajar dengan panjang daun. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Lembar daun berselang-seling dan bentuknya seperti rumput (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Jagung manis memiliki bunga jantan dan betina yang terpisah dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku poaceae yang disebut floret. Pada jagung manis, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae. Bunga jantan tumbuh dibagian pucuk tanaman berupa


(19)

karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku diantara batang dan pelepah daun. Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih awal dari bunga betinanya (protandri)

Biji jagung letaknya teratur, berbaris pada tongkol sesuai dengan letakbunga. Biji dibungkus oleh perikarp yang terdiri dari embrio dan endosperm. Embrio terdiri dari plumula, radikula, dan skutellum. Bentuk biji ada yang bulat,berbentuk gigi sesuai dengan varietasnya. Warna biji bervariasi antara lain kuning, putih, merah/orange dan merah hampir hitam (Tobing, dkk, 1995).

Kandungan gizi jagung manis menurut

pada tabel 1.

Tabel 1. Kandungan gizi jagung manis

No Zat Gizi (Tiap 100 g bahan) Jagung manis

1. Energi (cal) 96.0

2. Protein (g) 3.5

3. Lemak (g) 1.0

4. Karbohidrat (g) 22.8

5. Kalsium (mg) 3.0

6. Fosfor (mg) 11.1

7. Besi (mg) 0.7

8. Vitamin A (SI) 400

9. Vitamin B (mg) 0.15

10. Vitamin C (mg) 12.0


(20)

Syarat Tumbuh

Iklim

Walaupun asal tanaman jagung manis berada di daerah tropis tetapi karena banyak sekali tipe-tipe dan variasi sifat-sifat yang dimilikinya sehingga jagung manis dapat menyebar luas dan dapat tumbuh baik pada berbagai iklim (Tobing, dkk, 1995).

Untuk pertumbuhannya tanaman jagung Manis dapat hidup baik pada suhu

antara 26,5 - 29,50C. Bila suhu diatas 29,50C maka air tanah cepat menguap

sehingga mengganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman. Sedangkan suhu dibawah 16, 50C akan mengurangi kegiatan respirasi (Irfan, 1999).

Tanaman akan tumbuh normal pada curah hujan yang berkisar 250-500 mm pertahun. Curah hujan kurang atau lebih dari angka yang di atas akan menurunkan produksi. Air banyak dibutuhkan pada waktu perkecambahan dan setelah berbunga. Tanaman membutuhkan air lebih sedikit pada pertumbuhan vegetatif dibanding dengan pertumbuhan generatif. Setelah tongkol mulai kuning, air tidak diperlukan lagi. Idealnya tanaman jagung manis membutuhkan curah hujan 100-125 mm perbulan dengan distribusi merata (Tobing, dkk, 1995).

Kekurangan air dalam waktu singkat pada umumnya dapat di toleransi dan hanya berpengaruh kecil terhadap perkembangan biji. Namun, kekurangan air yang berkepanjangan setelah penyerbukan dapat secara nyata menurunkan bobot kering biji. Pada kondisi tersebut, pertumbuhan biji sebagian disokong oleh mobilisasi asimilat yang tersimpan di batang (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).


(21)

Tanaman jagung manis menghendaki penyinaran sinar matahari yang penuh. Di tempat-tempat yang teduh, pertumbuhan jagung manis akan merana dan tidak mampu membentuk tongkol (Najiyati dan Danarti, 1995).

Tanah

Jagung manis dapat tumbuh pada beragam jenis tanah, sehingga hal utama yang menyebabkan produksi tidak baik pada pertanaman di daerah tropis adalah produktivitas tanah yang rendah. Untuk meingkatkan produksi dapat dilakukan dengan pembukaan areal baru (Leagreid, et all, 1999).

Pada tanah berpasir, tanaman jagung manis hibrida bisa tumbuh dengan baik dengan syarat kandungan unsur hara tersedia dan mencukupi. Pada tanah berat atau sangat berat, misalnya tanah grumosol, jagung manis hibrida masih dapat tumbuh dengan baik dengan syarat tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) diperhatikan. Adapun tanah yang paling baik untuk ditanami jagung manis hibrida adalah tanah lempung berdebu, lempung berpasir atau lempung (Warisno, 1998).

Tanaman jagung manis tidak membutuhkan persyaratan yang khusus karena tanaman ini dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah bila tanah tersebut subur, gembur, kaya akan bahan organik dan drainase maupun aerase baik. Jagung manis dapat tumbuh pada semua jenis tanah , dengan syarat drainase baik serta persediaan humus dan pupuk tercukupi. Keasaman tanah yang baik untuk pertumbuhan 5,5 – 7,0 (Tobing, dkk, 1995).


(22)

Pupuk Kascing

Kascing adalah kotoran atau feses cacing tanah.Istilah lain dari cascing adalah

atau kasting dan vermicast atau vermicompost.Kascing mengandung unsure hara yang

lengkap,baik unsure makro maupun mikro,yang berguna bagi pertumbuhan tanaman

(Agritekno.com, 2010).

Penggunaan kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah (Isnaini, 2006).

Hasil dari vermincomposting disebut dengan vermikompos (kascing).

Vermikompos mengandung nitrogen; fosfor; mineral; hormon auksin, giberelin dan

sitokinin; serta beberapa enzim protease, lipase, selulase dan kitinase yang cukup

tinggi. Jenis cacing tanah yang biasa digunakan pada pembutan kompos adalah

Lumbricus rubellus. Cascing jenis ini dapat hidup dalam populasi yang padat.

Lumbricus rubellus sering ditemukan di bawah timbunan dedaunan atau timbunan

kotoran ternak. Cacing ini tidak hidup jauh di dalam tanah seperti jenis cacing

lainnya, tetapi lebih sering hidup di lapisan yang mendekati permukaan tanah

(Djuarnani,dkk,2005).

Menurut (2010) kascing memiliki beberapa

keunggulan, yaitu:

1. Kascing mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti N, P,

K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang

digunakan.Kascing merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah.Dengan adanya


(23)

menguraikan bahan organik dengan lebih cepat.Oleh karena itu selain dapat

meningktkan kesuburan tanah,kascing juga dapat membantu proses penghancuran

limbah organik.

2. Kascing berperan memperbaiki kemampuan menahan air, membantu

menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan

pH tanah.

3. Kascing mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%.Hal ini karena

struktur kascing yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan

menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut.Cacing tanah

berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. Yaitu dengan

bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut

terdapat di dalam kascing sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk

dibawa ke seluruh bagian tanaman.

Kascing berasal dari kotoran hewan yang diurai oleh cacing. Cacing akan

memakan habis seluruh kotoran yang tersedia. Lumbricus rebellus mampu

meningkatkan kadar unsur hara pada kotoran sapi jauh melebihi hasil penguraian

dengan bakteri. Sebagai contoh hasil uji lab kadar N sebesar 1,79% jauh dibandingkan

dengan kompos yang hanya 0,09%. Kascing juga mempunya kelebihan lain yaitu

kandungan hormon dan antibiotik. Kedua kandungan ini berasal dari tubuh cacing.

Hormon dalam kascing sangan baik dalam pertumbuhan tanaman (Agritekno.com,


(24)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu

Penelitian direncanakan dilahan Fakulktas Pertanian Universitas Sumatera

Utara dengan ketinggian ± 25 meter diatas di atas permukan laut. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2011.

Bahan dan alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung

Varietas Sweet Boy (Lampiran 1), pupuk kascing, pupuk rock phosphate, top soil,

pupuk urea, pupuk TSP, pupuk KCL, insektisida Decis 2 cc/l, fungsida Dithane M-45

2 cc/l, polibeg 10 kg.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ini adalah Leaf

Area meter (LAM), cangkul, gembor, meteran, handsprayer, kalkulator, timbangan

analitik.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok)

dengan 6 perlakuan 4 ulangan. Sebagai perlakuan adalah dosis pupuk kascing,

pupuk N,P,K dengan 5 taraf, yaitu :

K1 : pupuk kascing 100% (80 g/tanaman)

K2 : pupuk kascing 75% (60 g/tanaman) + pupuk N,P,K 25% (0,25 g/tanaman Urea, 0,12 g/tanaman TSP,0,12 g/tanaman KCl

K3 : pupuk kascing 50% ( 40 g /tanaman) + pupuk N,P,K 50% (0,50 g/tanaman Urea, 0,25 g/tanaman TSP, 0,25 g/tanaman KCl


(25)

K4 : pupuk kascing 25% (20 g/tanaman) + pupuk N,P,K 75% (0,75 g/tanaman Urea, 0,35 g/tanaman TSP, 0,35 g/tanaman KCl

K5 : pupuk N,P,K 100% (1g/tanaman Urea, 0,50 g/tanaman TSP, 0,50 g/tanaman KCl)

K6 : kompos pembanding (100%) (80 g/tanaman)/kascing+(5%Rock Phosfat)

Jumlah ulangan : 4 ulangan

Jumlah plot/blok : 6 plot

Jumlah plot seluruhnya : 24 plot

Panjang plot : 200 cm

Lebar plot : 100 cm

Jarak antar blok : 50 cm

Jarak antar plot : 30 cm

Jumlah polibeg /plot : 4 polibeg Jumlah tanaman/polibeg : 1 tanaman

Jumlah sampel/plot : 3 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya : 72 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 96 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + Єij Dimana:


(26)

µ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian pupuk kascing pada taraf ke-j

Єij = Pengaruh galat pada blok ke-i komposisi pupuk N,P,K pada taraf ke-j

Jika dari sidik ragam diperoleh efek komposisi pupuk kascing yang berbeda

nyata akan dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda


(27)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan

Areal pertanaman yang digunakan, dibersihkan dari gulma dan sampah-sampah. Dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 200 cm x 100 cm, parit pembatas blok dengan ukuran 50 cm dan parit pembatas plot dengan ukuran 30 cm.

Persiapan media tanam

Media tanam yang digunakan adalah tanah top soil. Sebelum dimasukkan ke dalam polibeg, media terlebih dahulu dibersihkan dari sampah atau kotoran lain, kemudian media yang telah bersih dikeringanginkan.

Penanaman

Pada setiap polibeg yang telah disiapkan, dilakukan pembuatan lubang tanam dengan cara menugal sedalam 3–5 cm. Setiap lubang ditanam dua biji jagung lalu ditutup dengan tanah.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan hanya sebagai pupuk dasar yaitu dengan dosis 1,0 g Urea/tanaman, 0,5 g TSP/tanaman dan 0,3 g KCL/tanaman diberikan setelah tanaman berumur 3 hari setelah tanam. Pupuk ditaburkan disekeliling tanaman.

Pengaplikasian Kascing

Pengaplikasian pupuk kascing dilakukan pada saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam. Pupuk kascing dibenamkan kedalam lubang tanam dengan jumlah yang sesuai dengan perlakuan


(28)

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor, dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan sore hari namun disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Penyiangan

Penyiangan areal penanaman dilakukan dengan cara manual dan dengan menggunakan cangkul. Pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST, dengan cara memotong satu tanaman yang pertumbuhannya kurang baik dengan pisau. Di setiap polibeg ditinggalkan satu tanaman yang pertumbuhannya jagur.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida dengan merek dagang Sepin dengan dosis 1 g/liter air. Pengendalian dilakukan pengendalian dilakukan pada saat tanaman berumur 7 MST.

Panen

Panen dilakukan pada saat jagung manis menunjukkan kriteria panen yaitu rambut tongkol berwarna kecoklatan dan kelobot berwarna kuning dan jika kelobot dikupas biji berwarna kuning mengkilap. Panen dilakukan dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya atau dengan mematahkan tangkai buah jagung.


(29)

Pengamatan Parameter Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman mulai diukur dari leher akar sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan interval 2 minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST.

Diameter batang (mm)

Pengukuran diameter batang dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST dengan interval dua minggu sekali sampai muncul bunga jantan 75%, yaitu hingga umur 7 MST. Pengukuran diameter batang dilakukan sebanyak 2 kali dari sisi yang berbeda.

Luas daun (cm2)

Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan Leaf Area Meter (LAM) daun yang diukur merupakan daun ke-6 dengan cara bagian daun dipotong dari pangkal daun kemudian daun yang diukur diletakan pada bidang ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul. Umur berbunga (hari)

Diamati umur berbunga dari masing-masing perlakuan, dengan kriteria tanaman sampel telah mengeluarkan bunga jantan (malai) secara sempurna. Umur panen (hari)

Diamati umur panen dari masing-masing perlakuan, dilakukan pada saat panen ketika tanaman telah memasuki kriteria matang panen.


(30)

Bobot basah akar (g)

Ditimbang bobot segar akar tanaman sampel, setelah akar dibersihkan dari tanah yang menempel dan dipisahkan dari tajuknya. Pengukuran

dilakukan setelah panen. Bobot basah batang atas (g)

Ditimbang bobot basah dari batang atas tanaman, setelah batang atas dipisahkan dari akar, malai dan tongkol jagung. Pengukuran dilakukan setelah panen.

Bobot kering akar (g)

Dilakukan dengan cara mengovenkan akar tanaman pada suhu 700 selama 24

jam, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

Bobot kering batang atas (g)

Dilakukan dengan cara mengovenkan akar tanaman pada suhu 700 selama 24

jam, kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

Panjang tongkol (cm)

Diukur panjang tongkol dari masing-masing sampel dengan menggunakan penggaris. Pengukuran dilakukan setelah tongkol dibersihkan dari kelobotnya.

Produksi per sampel (g)

Dihitung bobot seluruh produksi tanaman sampel. Perhitungan dilakukan setelah panen dan dibersihkan setiap tongkol jagung dari kelobotnya. Produksi per plot (g)

Dihitung bobot seluruh produksi per plot percobaan. Perhitungan dilakukan setelah panen dan dibersihkan setiap tongkol jagung dari kelobotnya.


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 2 – 33) menenjukkan bahwa kombinasi pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah batang atas, bobot kering akar, bobot kering batang atas, panjang tongkol, produksi per sampel, produksi per plot dan memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap parameter luas daun, umur berbunga dan umur panen.

1. Tinggi tanaman (cm)

Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari tinggi tanaman pada 2, 4 dan 6 MST dan dapat dilihat pada Lampiran 2 - 7. Hasil analisi sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman pada 2, 4 dan 6 MST data dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan tinggi tanaman jagung (cm) 2, 4 dan 6 MST pada berbagai kombinas pupuk organik dan anorganik

Perlakuan Tinggi tanaman (cm)

2 MST 4 MST 6 MST

K1 K2 K3 K4 K5 K6 47.67a 44.76ab 44.17ab 38.58b 31.33bc 30.61c 93.52a 96.64a 94.35a 87.94a 68.80b 61.41b 156.69a 149.24a 149.63a 145.50a 119.65ab 113.99b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada 2 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (47,67a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (30,61c cm). Pada 4 MST rataan tinggi tanaman tertinggi


(32)

terdapat pada perlakuan K2 (96,64a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (61,41b cm). Pada 6 MST rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (156,69a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (113,99b cm).

Gambar 1. Histogran tinggi tanaman jagung 2 MST

Gambar 2. Histogram tinggi tanaman jagung 4 MST

0 10 20 30 40 50 60

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan ti nggi t a na m a n (c m) 0 20 40 60 80 100 120

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan ti nggi t a na m a n (c m)


(33)

Gambar 3. Histogram tinggi tanaman jagung 6MST

2. Diameter batang (cm)

Hasil pengamatan analisis sidik ragam dari diameter batang pada 2, 4 dan 6 MST dan dapat dilihat pada Lampiran 8 - 13. Hasil analisi sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Rataan diameter batang pada 2, 4 dan 6 MST data dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rataan diameter batang jagung 2, 4 dan 6 MST (cm) pada berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik

Perlakuan Diameter batang (cm)

2 MST 4 MST 6 MST

K1 K2 K3 K4 K5 K6 0.71a 0.70a 0.68a 0.58ab 0.43b 0.34b 1.57a 1.57a 1.54a 1.43a 1.09b 0.86b 1.97a 1.96a 1.95a 1.93a 1.62a 1.59a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada 2 MST rataan diameter batang (cm) terlebar terdapat pada perlakuan K1 (0.71a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (0,34b cm). Pada 4 MST rataan diameter batang terlebar

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan ti nggi t a na m a n ( cm )


(34)

terdapat pada perlakuan K1 (1,57a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (0,86b cm). Pada 6 MST rataan diameter batang (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (1,97a cm) dan terendah terdapat pada perlakuan K6 (1,59a cm).

Gambar 4. Histogram diameter batang jagung 2 MST

Gambar 5. Histogram diameter batang jagung 4 MST

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan d ia m et er b a tan g (c m) 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2 1,4 1,6 1,8

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan d ia m et er b a tan g (c m)


(35)

Gambar 6. Histogram diameter batang jagung 6 MST

3. Luas daun (cm2)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari luas daun bandera (cm2) dapat dilihat dari Lampiran 14 - 15. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap luas daun bender. Rataan luas daun bendera dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan luas daun bendera jagung (cm2) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Luas daun (cm2)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 339.66 399.61 360.83 341.97 351.40 365.03

Dari Tabel 3 diketahui bahwa rataan luas daun bendera (cm2) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (399.61 cm2) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K4 (341.97 cm2).

4. Umur berbunga (hari) 0 0,5 1 1,5 2 2,5

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan d ia m et er b a tan g (c m)


(36)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari umur berbunga (hari) dapat dilihat dari Lampiran 16 - 17. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur berbunga. Rataan umur panen dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan umur berbunga jagung (hari) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Umur berbunga (hari)

K1 K2 K3 K4 K5 K6

66.00 65.75 65.83 65.75 65.42 65.50

Dari Tabel 4 diketahui bahwa rataan umur berbunga (hari) tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (66,00 hari) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (65,42 hari).

5. Umur panen (hari)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari umur panen (hari) dapat dilihat dari Lampiran 18 - 19. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh tidak nyata terhadap parameter umur panen. Rataan umur panen dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan umur panen jagung (hari) pada pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Umur panen (hari)


(37)

K2 K3 K4 K5 K6

75.25 75.25 75.00 75.00 75.00

Dari Tabel 5 diketahui bahwa rataan umur panen (hari) tertinggi terdapat pada perlakuan K1 (75,75 hari) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K4, K5 dan K6 (75,00 hari).

6. Bobot basah akar (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot basah akar (g) dapat dilihat dari Lampiran 20 - 21. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar. Rataan bobot basah akar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan bobot basah akar jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Bobot basah akar (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6

220.54b 250.83a 218.36b 202.21b 187.26b 201.37b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot basah akar (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (250,83a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (187,26b g).


(38)

Gambar 7. Histogram bobot basah akar jagung

7. Bobot basah batang atas (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot basah batang atas (g) dapat dilihat dari Lampiran 19 - 20. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap bobot basah batang atas. Rataan bobot basah batang atas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan bobot basah batang atas jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Bobot basah batang atas (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 135.40b 166.24a 153.86a 145.15a 135.07b 142.93a

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 6 diketahui bahwa rataan bobot basah akar (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (166,24a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (135,07b g).

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan b ob ot b a sa h ak ar (g)


(39)

Gambar 8. Histogram bobot basah batang atas jagung

8. Bobot kering akar (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot kering akar (g) dapat dilihat dari Lampiran 24 - 25. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar. Rataan bobot kering akar dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan bobot kering akar jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Bobot kering akar (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 110.91b 135.32a 112.78b 108.94b 99.89b 104.01b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 8 diketahui bahwa rataan bobot kering akar (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (135,32a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (99,89b g).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan b ob ot b a sa h b at a n g a ta s (g)


(40)

Gambar 9. Histogram bobot kering akar jagung

9. Bobot kering batang atas (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari bobot kering batang atas (g) dapat dilihat dari Lampiran 26 - 27. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap bobot kering batang atas (g). Rataan bobot basah akar dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan bobot kering batang atas jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Bobot kering batang atas (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 74.51b 86.51a 74.87b 75.18b 65.85b 68.67b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 9 diketahui bahwa rataan bobot kering batang atas (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (86,51a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (65,85b g).

0 20 40 60 80 100 120 140 160

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan b ob ot ke ri ng a ka r (g)


(41)

Gambar 10. Histogram bobot kering batang atas jagung

10. Panjang tongkol (cm)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari panjang tongkol (cm) dapat dilihat dari Lampiran 28 - 29. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol. Rataan panjang tongkol dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan panjang tongkol jagung (cm) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Panjang tongkol (cm)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 17.26c 18.91a 19.22a 17.77b 15.52d 17.46c

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 10 diketahui bahwa rataan panjang tongkol (cm) tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (19,22a cm) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (15,52d cm).

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan b ob ot ke ri ng b a ta ng a ta s (g)


(42)

Gambar 11. Histogram panjang tongkol jagung

11. Produksi per sampel (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per sampel (g) dapat dilihat dari Lampiran 30 - 31. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap produksi per sampel. Rataan produksi per sampel dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rataan produksi per sampel jagung (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Produksi per sampel (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 85.12c 156.01a 108.03b 127.27b 54.51e 71.25d

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 11 diketahui bahwa rataan produksi per sampel (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (156,01a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (54,51e g).

0 5 10 15 20 25

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan p a nj a ng tongko l (c m)


(43)

Gambar 12. Histogram produksi jagung per sampel

12. Produksi per plot (g)

Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam dari produksi per plot (g) dapat dilihat dari Lampiran 32 - 33. Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pemberian kombinasi pupuk organik dan pupuk anorganik berpengaruh nyata terhadap produksi per plot. Rataan produksi per plot dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan produksi jagung per plot (g) pada pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik

Perlakuan Produksi per plot (g)

K1 K2 K3 K4 K5 K6 359.26d 564.41a 406.16c 522.17b 270.13f 298.13e

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5%.

Dari Tabel 12 diketahui bahwa rataan produksi per plot (g) tertinggi terdapat pada perlakuan K2 (564,41a g) sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan K5 (270,13f g).

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan p rodu ks i p er s a m p el (g)


(44)

Gambar 13. Histogram produksi jagung per plot

Pembahasan

0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

K1 K2 K3 K4 K5 K6

perlakuan

p

rodu

ks

i

pe

r pl

o

t


(45)

Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt) Pada Berbagai Kombinasi Pupuk Organik dan Anorganik.

Hasil analisis sidik ragam (Lampiran 3-33) menunjukan bahwa pemberian beberapa kombinasi terhadap pemberian pupuk organik dan anorganik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm), diameter batang (cm), bobot basah tajuk atas (g), bobot kering tajuk atas (g), bobot basah dan tajuk bawah (g), bobot kering dan tajuk bawah (g), panjang tongkol (cm), produksi per sampel (g),produksi per plot (g). Tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap parameter luas daun (cm2), umur berbunga (hari), umur panen (hari).

Pemberian pupuk kascing hingga dosis 80 g/tanaman masih meningkatkan parameter tinggi tanaman dan diameter batang yang berarti penambahan dosis pupuk organik (kascing) masih dapat meningkatkan tinggi tanaman dan diameter batang. Hal ini karena semakin banyak bahan organik yang terdapat dalam tanah, maka ketersediaan unsur hara dalam tanah juga akan meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan unsur-unsur hara bermanfaat. Bahan organik mengandung asam humus yang membantu membebaskan unsur-unsur yang terikat, sehingga mudah diserap oleh tanaman.

Pemberian pupuk kascing hingga dosis 80 g/tanaman masih meningkatkan parameter panjang tongkol, diameter tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot. Hal ini berarti penambahan dosis pupuk kascing masih dapat meningkatkan produksi tanaman, karena pada pemberian pupuk


(46)

kascing dengan dosis yang berbeda akan mendapatkan panjang tongkol, diameter tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot yang berbeda, dimana semakin banyak dosis pupuk kascing yang diaplikasikan ke tanah, maka semakin tinggi kandungan unsur haranya dan semakin terpenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Pupuk kascing mengandung unsur hara seperti N, P, K, dan C-Organik yang dibutuhkan oleh tanaman. Pertumbuhan tanaman yang semakin baik akan meningkatkan pertumbuhan panjang tongkol, diameter tongkol, produksi per sampel dan produksi per plot pada tanaman jagung dimana unsur hara tersebut diserap tanaman untuk mendukung proses fotosintesis dan pembentukan sel atau pembesaran sel tanaman yang secara langsung berpengaruh meningkatkan pertumbuhan tanaman.

Dari hasil uji Duncan dengan taraf 5% pada parameter produksi per sampel menunjukan perbedaan yang nyata. Dilihat dari notasi hurufnya dimana tertinggi ada pada K2 (156,01a) dan terendah ada pada K5 (54,51e). Perbedaan hasil yang didapat ini diduga karena ketersediaan unsur hara dan serapan hara tersebut oleh tanaman untuk proses fotosintesis dan penimbunan bahan makanan pada K2 (kombinasi 75% kascing dan 25% NPK) sesuai dan pas untuk pertanaman jagung. Sesuai dengan http://vermikompos.com (2010) yang menyatakan beberapa keunggulan kascing salah satunya adalah kascing merupakam sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikrroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, kascing juga dapat membantu memperbaiki kemampuan menahan air, membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah dan menetralkan pH tanah.


(47)

Bobot basah akar dan bobot kering akar juga terlihat perbedaan yang nyata antara pemberian pupuk kascing dengan dosis 100% per tanaman dengan 75%, 50%, 25%, dan tanpa kascing (N,P,K 100%). Hal ini diduga karena kemampuan kascing memperbaikikeadaan tanah. Karena faktor tanah juga sangat mempengaruhi pertumbuhan akar dan sistem perakaran. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah, maka semakin bagus sifat fisik dan kimia tanah tersebut, sehingga semakin bagus untuk pertumbuhan akar. Apabila pertumbuhan akar semakin bagus maka perkembangan tajuk tanaman juga akan semakin bagus sehingga dapat meningkatkan produksi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnaini (2006) yang menyatakan bahwa penggunaan kompos dapat memberikan beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara makro dan mikro bagi tanaman, menggemburkan tanah, memperbaiki tekstur dan struktur tanah, meningkatkan porositas, aerase dan komposisi mikroorganisme tanah, memudahkan pertumbuhan akar tanaman, daya serap air yang lebih lama pada tanah.


(48)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kombinasi pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh yang nyata

pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)

pada parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot

basah batang atas, bobot kering akar, bobot kering batang atas, panjang

tongkol, produksi per sampel, produksi per plot.

2. Kombinasi pupuk organik dan anorganik memberikan pengaruh tidak nyata

pada pertumbuhan dan produksi jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.)

pada parameter luas daun, umur berbunga, umur panen.

3. Perlakuan terbaik yang ada di penelitian ini yaitu menggunakan 75% kascing

(60 g/tanaman) dan 25% N, P, K (0,25 g/tanaman Urea, 0,12 g/tanaman TSP,

0,12 g/tanaman KCL) ditinjau dari banyaknya hasil produksi tertinggi serta

nilai ekonomis harga dan ramah lingkungan.

Saran

Dari hasil penelitian ini disarankan menggunakan kombinasi perlakuan K2 dimana menggunakan pupuk organik (kascing) 75% dan pupuk anorganik (N, P, K) 25%.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus, 2007. Jagung. Dikutip dari www.wikipedia.org/wiki/jagung/html, Tanggal diakses15 September 2007 .

Djuarnani, N., Kristian, dan B.S. Setiawan, 2005. Cara Cepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

http://agritekno.com., 2010. Pupuk Kascing Tingkatkan Hasil Pertanian. Diakses pada tanggal 16 September 2010

http://mygreenfarm.com., 2010. Ramahnya kascing terhadap lingkungan. Diakses pada tanggal 16 september 2010

http://vermikompos.com., 2010. Vermikompos. Diakses tanggal 14 September 2010

http://litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/publikasi/deskripsipadi.pdf, 2010. Deskripsi varietas padi. Diakses pada tanggal 30 September 2010

Iskandar, D., 2008. Pengaruh Dosis Pupuk N, P dan K terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis di Lahan Kering Dikutip dari http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=8&ch=jsti&id=15. Tanggal Diakses 10 Oktober 2008. 2 pages.

Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian USU. Medan Indriani, Y. H. 2004. Membuat Kompos Secara Kilat. Penebar Swadaya. Jakarta Irfan, M. 1999. Respon Tanaman Jagung (Zea mays L.) terhadap Pengolahan

Tanah dan Kerapatan Tanam pada Tanah Andisol dan Ultisol. Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan. Hal. 7, 13.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Kreasi wacana. Yogyakarta.

Lengreid, M. Bockman, O.C and O Kaarstad, 1999. Agriculture Fertilizers and The Environment. CABI Publishing, New York.

Musnamar, E. I. 2007. Pupuk Organik Cair Padat Pembuatan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Najiyati, S. dan Danarti. 1995. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rahmi, A. dan Jumiati. 2007. Pengaruh Konsentrasi dan Waktu Penyemprotan Pupuk Organik C Super ACI terhadap Pertumbuhan dan


(50)

ejournal.unud.ac.id/abstrak/judul%202(2).pdf Diakses Tanggal 10 Oktober 2008. 2 pages.

Rubatzky, V. E. and Yamaguchi, 1998. World Vegetables. Van Nostrand Reinhold A division of International Thompson Publishing.

Tobing, M.P.L, Ginting, O. Ginting, S dan R.K Damanik, 1995. Agronomi Tanaman Makanan I. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(51)

Lampiran 1. Deskripsi Jagung Manis Varietas Sweet Boy (http://litbang.deptan.go.id)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

Nomor : 456/ Kpts / SR. 120/ 12/ 2005

Tanggal : 26 Desember 2005

Golongan varietas : Hibrida silang tunggal F 2139 X M 2139 Umur mulai berbunga : ± 45 hari setelah tanam

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 184 cm

Tinggi togkol : 89 cm

Kerebahan : Tahan

Batang : Hijau kokoh

Warna daun : Hijau gelap

Bentuk daun : Agak terkelai

Bentuk malai (tessel) : Agak terkulai

Warna sekam (glume) : Hijau pucat

Warna malai (anther) : Kuning pucat

Warna rambut : Kuning

Ukuran tongkol : Panjang = 18,9 cm dan diameter = 4,8 cm Jumlah tongkol per tanaman : 2

Warna biji : Kuning cerah dan mengkilat

Baris biji : lurus terisi penuh

Jumlah baris biji : 14- 16 baris Kadar gula : 14,10 Brix

Berat 1000 biji : 124,5 gram

Hasil : 18,0 ton /ha

Keterangan : Beradaptasi baik di dataran rendah sampai sedang

Pengusuk/ peneliti : PT Benihinti Suburintani / Nasib W.W,Putu Darsama dan Setiogir


(52)

Lampiran 2. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 50.40 46.53 45.50 48.23 190.67 47.67

K2 42.03 42.97 44.00 50.03 179.03 44.76

K3 45.00 42.73 44.33 44.60 176.67 44.17

K4 41.80 39.97 40.43 32.10 154.30 38.58

K5 31.23 30.20 29.57 34.30 125.30 31.33

K6 29.43 34.13 32.67 26.20 122.43 30.61

Total 239.90 236.53 236.50 235.47 948.40

Rataan 39.98 39.42 39.42 39.24 39.52

Lampiran 3. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 2 MST

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 1.865 0.622 0.057 tn 3.29

Perlakuan 5 1051.474 210.295 19.434 * 2.90

Galat 15 162.316 10.821

Total 23 1215.656

KK : 8.32

Lampiran 4. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 4 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 99.30 95.00 88.07 91.70 374.07 93.52

K2 96.23 97.67 93.23 99.43 386.57 96.64

K3 96.83 95.63 89.90 95.03 377.40 94.35

K4 96.93 88.63 83.47 82.73 351.77 87.94

K5 62.67 80.00 60.20 72.33 275.20 68.80

K6 51.17 66.80 64.47 63.20 245.63 61.41

Total 503.13 523.73 479.33 504.43 2010.63

Rataan 83.86 87.29 79.89 84.07 83.78

Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 4 MST

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 165.2646 55.08819 1.73 tn 3.29

Perlakuan 5 4456.645 891.329 28.05 * 2.90

Galat 15 476.60 31.77364

Total 23 5098.51


(53)

Lampiran 6. Data pengamatan tinggi tanaman jagung (cm) 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 153.13 179.90 144.10 149.63 626.77 156.69

K2 157.97 148.70 138.13 152.17 596.97 149.24

K3 151.17 150.37 139.60 157.40 598.53 149.63

K4 149.83 152.33 136.60 143.23 582.00 145.50

K5 107.83 139.20 97.03 134.53 478.60 119.65

K6 97.33 115.73 126.03 116.87 455.97 113.99

Total 817.27 886.23 781.50 853.83 3338.83

Rataan 136.21 147.71 130.25 142.31 139.12

Lampiran 7. Sidik ragam tinggi tanaman jagung 6 MST

SK dB JK KT Fhit Ftab5%

Ulangan 3 1025.988 341.9961 2.64 tn 3.29

Perlakuan 5 6291.841 1258.368 9.71 * 2.90

Galat 15 1944.40 129.6268

Total 23 9262.23

KK : 8.18

Lampiran 8. Data pengamatan diameter batang jagung (cm) 2 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 0.76 0.61 0.73 0.76 2.86 0.71

K2 0.58 0.63 0.70 0.88 2.79 0.70

K3 0.65 0.63 0.75 0.70 2.72 0.68

K4 0.56 0.51 0.73 0.51 2.31 0.58

K5 0.38 0.43 0.46 0.44 1.71 0.43

K6 0.25 0.42 0.42 0.28 1.37 0.34

Total 3.17 3.22 3.80 3.58 13.77

Rataan 0.53 0.54 0.63 0.60 0.57

Lampiran 9. Sidik ragam diameter batang jagung 2 MST

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 0.044035 0.014678 2.35 tn 3.29

Perlakuan 5 0.487876 0.097575 15.64 * 2.90

Galat 15 0.09 0.00624

Total 23 0.63

KK :1.37


(54)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 1.61 1.64 1.44 1.61 6.30 1.57

K2 1.65 1.28 1.67 1.69 6.30 1.57

K3 1.75 1.58 1.32 1.50 6.16 1.54

K4 1.33 1.43 1.66 1.29 5.71 1.43

K5 0.86 1.17 1.25 1.11 4.38 1.09

K6 0.62 1.05 0.90 0.87 3.43 0.86

Total 7.82 8.15 8.23 8.07 32.27

Rataan 1.30 1.36 1.37 1.34 1.34

Lampiran 11. Sidik ragam diameter batang jagung 4 MST

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 0.016113 0.005371 0.17 tn 3.29

Perlakuan 5 1.797175 0.359435 11.22 * 2.90

Galat 15 0.48 0.032026

Total 23 2.29

KK : 8.32

Lampiran 12. Data pengamatan diameter batang jagung (cm) 6 MST

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 1.76 2.08 1.99 2.05 7.88 1.97

K2 1.99 1.99 2.03 1.82 7.83 1.96

K3 2.08 2.03 1.72 1.97 7.80 1.95

K4 2.15 1.94 1.73 1.88 7.71 1.93

K5 1.61 1.98 1.15 1.76 6.50 1.62

K6 1.52 1.56 1.68 1.59 6.34 1.59

Total 11.11 11.59 10.29 11.07 44.06

Rataan 1.85 1.93 1.72 1.84 1.84

Lampiran 13. Sidik ragam diameter batang jagung 6 MST

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 0.142923 0.047641 1.44 tn 3.29

Perlakuan 5 0.646191 0.129238 3.92 * 2.90

Galat 15 0.49 0.032972

Total 23 1.28

KK :9.89

Lampiran 14. Data pengamatan luas daun jagung (cm2)


(55)

I II III IV

K1 326.59 402.23 299.47 330.36 1358.64 339.66

K2 408.74 424.75 377.14 387.80 1598.43 399.61

K3 382.10 350.11 355.88 355.24 1443.33 360.83

K4 302.32 429.89 289.46 346.21 1367.88 341.97

K5 288.76 340.96 386.60 389.28 1405.61 351.40

K6 233.59 460.43 402.30 384.77 1481.09 370.27

Total 1942.10 2408.37 2110.85 2193.66 8654.99

Rataan 323.68 401.40 351.81 365.61 360.62

Lampiran 15. Sidik ragam luas daun jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 18777.03 6259.009 2.62 tn 3.29

Perlakuan 5 9941.385 1988.277 0.83 tn 2.90

Galat 15 35823.64 2388.243

Total 23 64542.06

KK :1.35

Lampiran 16. Data pengamatan umur berbunga jagung (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 66.33 66.33 65.67 65.67 264.00 66.00

K2 66.00 65.33 66.00 65.67 263.00 65.75

K3 65.67 65.67 66.33 65.67 263.33 65.83

K4 65.67 66.33 65.67 65.33 263.00 65.75

K5 65.00 65.33 65.67 65.67 261.67 65.42

K6 66.00 65.33 65.00 65.67 262.00 65.50

Total 394.67 394.33 394.33 393.67 1577.00

Rataan 65.78 65.72 65.72 65.61 65.71

Lampiran 17. Sidik ragam umur berbunga jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 0.087963 0.029321 0.18 tn 3.29

Perlakuan 5 0.930556 0.186111 1.17 tn 2.90

Galat 15 2.38 0.158951

Total 23 3.40

KK :0.6

Lampiran 18. Data pengamatan umur panen jagung (hari)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata


(56)

K1 76.00 76.00 76.00 75.00 303.00 75.75

K2 75.00 75.00 76.00 75.00 301.00 75.25

K3 75.00 75.00 75.00 76.00 301.00 75.25

K4 75.00 75.00 75.00 75.00 300.00 75.00

K5 75.00 75.00 75.00 75.00 300.00 75.00

K6 75.00 75.00 75.00 75.00 300.00 75.00

Total 451.00 451.00 452.00 451.00 1805.00

Rataan 75.17 75.17 75.33 75.17 75.21

Lampiran 19. Sidik ragam umur panen jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 0.125 0.041667 0.12 tn 3.29

Perlakuan 5 1.708333 0.341667 1.00 tn 2.90

Galat 15 2.13 0.141667

Total 23 3.96

KK :0.5

Lampiran 20. Data pengamatan bobot basah akar jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 182.88 225.24 225.62 248.44 882.17 220.54

K2 228.88 237.85 263.15 273.46 1003.34 250.83

K3 213.96 196.06 215.76 247.65 873.43 218.36

K4 169.29 207.39 202.78 229.38 808.84 202.21

K5 161.70 190.93 193.15 203.27 749.04 187.26

K6 169.93 211.45 222.81 201.30 805.50 201.37

Total 1126.65 1268.92 1323.27 1403.48 5122.31

Rataan 187.78 211.49 220.54 233.91 213.43

Lampiran 21. Sidik ragam bobot basah akar jagung

SK dB JK KT Fhit Ftab5%

Ulangan 3 6792.84 2264.28 13.57 * 3.29

Perlakuan 5 9720.052 1944.01 11.65 * 2.90

Galat 15 2503.01 166.867

Total 23 19015.90

KK :6.05

Lampiran 22. Data pengamatan bobot basah batang atas jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV


(1)

K2 152.99 158.98 180.38 172.62 664.97 166.24

K3 143.01 131.04 156.04 185.33 615.42 153.86

K4 113.15 160.90 152.72 153.83 580.60 145.15

K5 108.08 127.62 143.66 160.94 540.30 135.07

K6 113.59 141.34 151.05 165.73 571.70 142.93

Total 753.06 870.43 914.58 976.51 3514.58

Rataan 125.51 145.07 152.43 162.75 146.44

Lampiran 23. Sidik ragam bobot basah batang atas jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 4451.348 1483.783 9.04 * 3.29

Perlakuan 5 2849.153 569.8307 3.47 * 2.90

Galat 15 2463.22 164.2146

Total 23 9763.72

KK :8.75

Lampiran 24. Data pengamatan bobot kering akar jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 96.59 118.96 102.97 125.13 443.64 110.91

K2 120.88 129.28 144.35 146.77 541.28 135.32

K3 113.01 103.55 115.14 119.41 451.11 112.78

K4 89.41 127.15 113.31 105.87 435.74 108.94

K5 85.40 100.84 94.23 119.08 399.55 99.89

K6 89.75 111.68 105.66 108.94 416.03 104.01

Total 595.04 691.46 675.66 725.19 2687.35

Rataan 99.17 115.24 112.61 120.87 111.97

Lampiran 25. Sidik ragam bobot kering akar jagung

SK dB JK KT Fhit Ftab5%

Ulangan 3 1524.116 508.0387 6.12 * 3.29

Perlakuan 5 3062.398 612.4797 7.38 * 2.90

Galat 15 1245.44 83.0296

Total 23 5831.96

KK :8.13

Lampiran 26. Data Pengamatan Bobot kering batang atas jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 66.81 82.29 71.93 77.00 298.02 74.51


(2)

K3 78.17 71.63 74.31 75.35 299.46 74.87

K4 61.85 87.95 71.73 79.21 300.73 75.18

K5 59.07 69.75 64.49 70.08 263.40 65.85

K6 62.08 77.26 64.99 70.33 274.66 68.67

Total 411.60 475.77 434.63 460.34 1782.33

Rataan 68.60 79.29 72.44 76.72 74.26

Lampiran 27. Sidik ragam bobot kering batang atas jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 400.6181 133.5394 5.73 * 3.29

Perlakuan 5 1013.706 202.7412 8.70 * 2.90

Galat 15 349.55 23.30361

Total 23 1763.88

KK :6.50

Lampiran 28. Data pengamatan panjang tongkol jagung (cm)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 16.33 15.70 17.64 19.36 69.03 17.26

K2 18.50 17.83 18.36 20.94 75.63 18.91

K3 18.33 18.03 19.44 21.07 76.88 19.22

K4 16.50 16.47 18.49 19.63 71.08 17.77

K5 14.00 13.37 16.32 18.39 62.08 15.52

K6 16.00 16.20 18.47 19.17 69.84 17.46

Total 99.67 97.60 108.71 118.55 424.53

Rataan 16.61 16.27 18.12 19.76 17.69

Lampiran 29. Sidik ragam panjang tongkol jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 45.91093 15.30364 56.13 * 3.29

Perlakuan 5 35.09704 7.019407 25.75 * 2.90

Galat 15 4.09 0.272624

Total 23 85.10

KK :2.95

Lampiran 30. Data pengamatan produksi per sampel jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 107.11 95.14 67.75 70.50 340.50 85.12

K2 145.94 141.64 162.75 173.72 624.06 156.01


(3)

K4 120.60 116.43 136.55 135.50 509.09 127.27

K5 49.24 50.06 57.43 61.30 218.03 54.51

K6 71.31 66.73 71.24 75.73 285.01 71.25

Total 591.36 571.48 609.88 636.10 2408.82

Rataan 98.56 95.25 101.65 106.02 100.37

Lampiran 31. Sidik ragam produksi per sampel jagung

SK dB JK KT Fhit Ftab5%

Ulangan 3 378.2155 126.0718 0.87 tn 3.29

Perlakuan 5 28249.32 5649.863 38.99 * 2.90

Galat 15 2173.45 144.8967

Total 23 30800.98

KK :1.19

Lampiran 32. Data pengamatan produksi per plot jagung (g)

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata

I II III IV

K1 326.67 347.86 370.65 391.87 1437.05 359.26 K2 551.65 554.68 557.55 593.77 2257.65 564.41 K3 362.77 393.65 425.45 442.76 1624.63 406.16 K4 501.37 512.65 534.87 539.78 2088.67 522.17 K5 245.86 265.35 277.45 291.86 1080.52 270.13 K6 253.54 285.75 310.55 342.66 1192.50 298.13 Total 2241.86 2359.94 2476.52 2602.70 9681.02

Rataan 373.64 393.32 412.75 433.78 403.38

Lampiran 33. Sidik ragam per plot jagung

SK dB JK KT fhit Ftab5%

Ulangan 3 11985.77 3995.256 34.68 * 3.29

Perlakuan 5 283320.7 56664.15 491.90 * 2.90

Galat 15 1727.90 115.1933

Total 23 297034.39


(4)

Lampiran 34. Perhitungan Pupuk

Jumlah Populasi = Luas lahan

Jarak tanam

= 10000 m

2

0,2m x 0,2m

= 10000m

2

0,04m

2

= 250000 jumlah populasi

Jumlah populasi

Dosis anjuran

Urea = 210

= 0,0084 Kg/ha

250000

= 0,84 g/tanaman

= 1 g/tanaman

TSP = 125

= 0,005

250000

= 0,50 g/tanaman

KCl = 75

= 0,3 g/tanaman


(5)

(6)

Lampiran 35. Foto lahan penelitian