Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB

vi

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK
DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI
LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA
MAHASISWI IPB

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

vi

vi

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pola

Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan Olahraga dengan Komposisi
Lemak Tubuh dan Kebugaran pada Mahasiswi IPB adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014

Ellsa Fauziah Trieyani
NIM I14114022

__________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

vi


ABSTRAK
ELLSA FAUZIAH TRIEYANI. Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber
Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Dengan Komposisi Lemak Tubuh Serta
Kebugaran Pada Mahasiswi IPB. Dibimbing oleh LEILY AMALIA FURKON.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diprediksikan pada tahun
2020 sebanyak 60% kematian disebabkan akibat kebugaran jasmani yang rendah.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan pola konsumsi pangan dan
kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh serta kebugaran mahasiswi
IPB. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional. Contoh merupakan 34
orang mahasiswi IPB yang bersedia menjadi contoh serta dalam keadaan sehat.
Rata-rata status gizi contoh adalah normal, asupan energi, protein, lemak,
karbohidrat, serta mineral contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan
dengan contoh yang tidak suka olahraga. Sebagian besar contoh berolahraga
dengan jenis olahraga jogging dengan durasi 30 menit per minggu. Komposisi
lemak tubuh contoh yang tidak olahraga lebih rendah dibandingkan dengan
contoh yang berolahraga. Terdapat hubungan signifikan antara frekuensi
konsumsi pangan sumber lemak (p=0.000, r=0.628) dengan komposisi lemak
tubuh. Demikian juga terdapat hubungan yang signifikan antara asupan lemak
(p=0.001, r=0.530), durasi olahraga (p=0.000, r=0.717) dengan kebugaran.
Kata kunci: pangan sumber lemak, komposisi lemak tubuh, kebugaran


ABSTRACT
ELLSA FAUZIAH TRIEYANI. Relationship of Food Consumption Patterns And
Habits Sports Source Fat With Body Fat Composition And Fitness In IPB student.
Supervised by LEILY AMALIA FURKON.
According to the World Health Organization ( WHO )it is predicted that
2020 around 60 % of deaths is caused by low physical fitness. The purpose of this
study was to analyze the relationship pattern of food consumption and exercise
habits with the composition of the IPB students body fat and fitness. The design of
this study was cross sectional. Examples were 34 IPB students who were willing
to be examples and in good health. Average nutritional status was normal, intake
of energy, protein, fat, carbohydrate, and mineral examples like sports more than
in the sample who do not like sports. Most of the examples of the type of exercise
jogging exercise with a duration of 30 minutes per week . Body fat composition
examples are not sports lower than the example that exercise. There is a
significant relationship between the frequency of consumption of food sources of
fat (p=0.000, r=0.628) and body fat composition. Similarly, there is a significant
relationship between fat intake (p=0.001, r=0.530 ), exercise duration (p = 0.000
, r = 0.71 ) with fitness.
Key word : food sources of fat, body fat composition, fitness


vi

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN SUMBER LEMAK
DAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KOMPOSISI
LEMAK TUBUH DAN KEBUGARAN PADA
MAHASISWI IPB

ELLSA FAUZIAH TRIEYANI

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014


vi

vi

Judul

Nama
NIM

: Hubungan Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak dan Kebiasaan
Olahraga dengan Komposisi Lemak Tubuh dan Kebugaran pada
Mahasiswi IPB
: Ellsa Fauziah Trieyani
: I14114022

Disetujui oleh

Leily Amalia Furkon STP MSi
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Hubungan Pola Konsumsi Pangan
Sumber Lemak Dan Kebiasaan Olahraga Dengan Komposisi Lemak Tubuh Dan
Kebugaran Pada Mahasiswi IPB” ini dapat diselesaikan.
Penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada Leily
Amalia Furkon, STP, MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, arahan serta saran selama penyusunan skripsi ini. Terima
kasih keapada dr Naufal Muharam Nurdin, S.Ked selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan masukan untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. Terima
kasih juga penulis sampaikan kepada mahasiswi IPB yang telah bersedia dijadikan

contoh dalam skripsi ini.
Terima kasih yang tulus ikhlas terutama kepada Papa, Mama, Gilang, dan
Majid atas segala doa, kasih sayang, dukungan dan semangat yang selalu
diberikan. Serta terima kasih kepada seluruh keluarga dan semua saudara yang
tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan semangat kepada
penulis. Terima kasih pula kepada teman-teman alih jenis angkatan 5, asyita graha
1, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah
memberikan semangat dan membantu selama pengumpulan data sampai
terselesaikannya karya ilmiah ini.
Terima kasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
per satu atas bantuan, doa dan dukungannya yang diberikan selama
menyelesaikan studi di IPB. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014
Ellsa Fauziah Trieyani

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


2

Manfaat Penelitian

2

Kerangka Pemikiran

2

METODE PENELITIAN

4

Desain, Waktu dan Tempat

4

Jumlah dan Cara Penarikan contoh


4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

5

Pengolahan dan Analisis Data

8

Definisi Operasional

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

10

Karakteristik Contoh


10

Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan

12

Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak

15

Aktivitas Fisik

17

Kebiasaan Olahraga

18

Komposisi Lemak Tubuh

19

Tingkat Kebugaran

20

Hubungan Antar Variabel dengan Komposisi Lemak Tubuh

21

Hubungan Antar Variabel dengan Kebugaran

23

SIMPULAN DAN SARAN

26

Simpulan

26

Saran

27

DAFTAR PUSTAKA

27

LAMPIRAN

29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

37

vi

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.

Jenis dan cara pengumpulan data
Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL
Sebaran karakteristik contoh berdasarkan usia, status gizi, besar uang
jajan, biaya pengeluaran pangan, dan biaya pengeluaran non pangan
Kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE)
Rata-rata asupan energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan
Asupan pangan sumber lemak dan kandungan energi serta zat gizi
per berat sekali konsumsi
Berat dan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak per minggu
Rata-rata PAL contoh
Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis, dan durasi
olahraga
Komposisi lemak tubuh contoh
Tingkat kebugaran contoh
Hubungan frekuensi pangan sumber lemak dengan komposisi lemak
tubuh
Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan komposisi
lemak tubuh
Hubungan kebiasaan olahraga dengan komposisi lemak tubuh
Hubungan asupan energi dengan komposisi lemak tubuh
Hubungan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak dengan
kebugaran
Hubungan berat konsumsi pangan sumber lemak dengan kebugaran
Hubungan asupan lemak dengan kebugaran
Hubungan asupan energi dengan kebugaran
Hubungan kebiasaan olahraga dengan kebugaran
Hubungan aktivitas fisik dengan kebugaran
Hubungan komposisi lemak tubuh dengan kebugaran

4
5
7
8
10
12
12
15
16
17
18
19
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26

DAFTAR GAMBAR
1.

Kerangka pemikiran hubungan pola konsumsi pangan sumber lemak
dan kebiasaan olahraga terhadap komposisi lemak tubuh dan
kebugaran pada mahasiswi Institut Pertanian Bogor

3

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.

Hasil uji ststistik Korelasi Pearson
Hasil uji statistik Korelasi Spearman
Hasil uji statistik Korelasi Spearman
Kuesioner penelitian

29
29
29
30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan
sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik
yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta kecerdasan yang
baik. Bukti empiris menunjukkan bahwa kualitas SDM sangat ditentukan oleh
status gizi yang baik, dan status gizi yang baik ditentukan antara lain oleh jumlah
asupan pangan yang dikonsumsi. Hal ini sejalan dengan WHO (1999) yang
menyatakan bahwa gizi adalah pilar utama dari kesehatan dan kesejahteraan
sepanjang siklus kehidupan.
Pola hidup masyarakat di zaman modern saat ini cenderung untuk tidak
banyak melakukan aktivitas fisik. Hal ini perlu diwaspadai karena kebiasaan ini
dapat berdampak pada kesehatan. Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran
energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Obesitas merupakan salah satu
faktor risiko penyakit degeneratif kardiovaskular, diabetes melitus, dan beberapa
jenis kanker. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diprediksikan pada
tahun 2020 sebanyak 73% kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular, atau
sebanyak 60% kematian disebabkan akibat kebugaran jasmani yang rendah.
Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu
faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Olahraga terbukti pula dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kebugaran seseorang. Kesehatan yang
baik adalah suatu keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga
memiliki tingkat kebugaran yang optimal.
Kebugaran merupakan suatu kondisi seseorang dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari tanpa kelelahan yang berlebihan, serta memiliki kemampuan
untuk hal yang bersifat mendadak. Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan
memerlukan tingkat kebugaran yang cukup dari empat komponen jasmani yaitu
kebugaran jantung, paru dan peredaran darah, lemak tubuh, kekuatan otot dan
kelenturan sendi (Efendi 2012).
Lemak merupakan sumber energi untuk latihan aerobik intensitas ringansedang (30)
Rendah : < Rp 566.666,6
Sedang : Rp 566.666,7– Rp 1.133.333,1
Tinggi : > Rp 1.133.332,2-Rp
2.000.000

2.

Uang jajan
(Rupiah/bulan)

3.

Pengeluaran pangan
(Rupiah/hari)

1.
2.
3.

Rendah : < Rp 12.647
Sedang : Rp 12.467 – Rp 29.587
Tinggi : > Rp 29.587

4.

Pengeluaran non
pangan
(Rupiah/hari)

1.
2.
3.

Rendah : < Rp 4.417,9
Sedang : Rp 4.417,9 – Rp 19.729
Tinggi : > Rp 19.729

1.
2.
3.
4.
5.

Defisit tingkat berat : 25

1

5

0

0

Total

20

100

14

100

Status gizi
Kurus
Normal
Gemuk
Total

3
16
1
20

15
80
5
100

1
11
2
14

7.1
78.6
14.3
100

Rendah ( Rp 19.729)
Total

Contoh dalam penelitian ini adalah 34 mahasiswi Institut Pertanian Bogor
yang sehat dan bersedia menjadi contoh penelitian. Usia minimum contoh yang
berpartisipasi dalam penelitian ini yakni 20 tahun dan usia maksimum 26 tahun.
Adapun rentang usia yang mendominasi pada contoh yang suka olahraga dan
tidak suka olahraga adalah 21-25 tahun sebesar 95% dan 92.9%. Rentang usia
contoh dalam penelitian ini dikategorikan sebagai dewasa awal. Masa dewasa

11

awal merupakan masa dari puncak perkembangan fisik dan masa dimana motivasi
untuk meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima
(Santrock 2002).
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau dapat dikatakan bahwa status gizi merupakan indikator baikburuknya penyediaan makanan sehari-hari (Irianto 2007 ). Pengukuran status gizi
dilakukan dengan menggunakan indikator IMT, yaitu cara yang sederhana untuk
memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan
dan kelebihan berat badan, dengan menggunakan IMT dapat diketahui apakah
seseorang
berat
badannya
berada
di
bawah
batas
minimum
(underweight/kekurusan) atau berat badannya berada di atas maksimum
(overweight/kegemukan). Sebagain besar contoh penelitian yang suka olahraga
dan tidak suka olahraga masuk dalam kategori status gizi normal.
Uang jajan merupakan bagian dari pengalokasian pendapatan keluarga
yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu, untuk memenuhi
keperluan harian, mingguan, atau bulanan. Perolehan uang jajan sering menjadi
suatu kebiasaan, sehingga anak diharapkan untuk belajar mengelola dan
bertanggung jawab atas uang jajan yang dimiliki (Napitu 1994). Semakin banyak
uang yang dimiliki memungkinkan semakin baiknya kualitas makanan yang
diperoleh. Data uang jajan per bulan tertinggi sebesar Rp 2.000.000,00 dan
terendah sebesar Rp 300.000,00. Uang jajan contoh yang suka olahraga dan tidak
suka olahraga umumnya termasuk dalam kategori sedang (Rp 566.666,7- Rp
1.133.333,2), yaitu masing-masing sebesar 55% dan 64.3%. Uang jajan yang
didapat digunakan untuk keperluan sehari-hari, sehingga jika uang saku yang
didapat sedikit maka kebebasan memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan
juga akan semakin terbatas (Marzuki 2006).
Uang jajan per bulan digunakan untuk pengeluaran pangan dan
pengeluaran non pangan per harinya. Pengeluaran pangan terdiri dari pengeluaran
untuk makanan, minuman dan jajanan. Semakin sedikit uang saku yang didapat
maka kebebasan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan non pangan akan
terbatas. Sebagian besar pengeluaran pangan contoh yang suka olahraga dan tidak
suka olahraga termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar Rp 12.647,5-Rp
29.587,7/hari. Contoh menggunakan uang jajan per bulan untuk pengeluaran
pangan rata-rata sebesar 66.9%-78.3%. Dapat diketahui bahwa sebagian besar
contoh yang suka olahraga dan yang tidak suka olahraga menggunakan uang jajan
perbulan lebih dari 50% untuk biaya pengeluaran pangan. Hal ini berarti bahwa
alokasi uang jajan mahasiswi untuk keperluan lainnya, seperti hiburan, rekreasi,
pakaian baru, dan lain-lain menjadi terbatas.
Pengeluaran non pangan merupakan alokasi dana contoh untuk keperluan
pendidikan, transportasi, iuran asrama, pembelian pulsa, dan biaya keorganisasian
tetapi tidak untuk pembayaran kontrakan atau SPP. Berdasarkan data tersebut,
dilakukan perhitungan dan pengelompokan pada biaya pengeluaran non pangan
contoh. Biaya pengeluaran non pangan sebagian besar contoh yang suka olahraga
dan tidak suka olahraga termasuk dalam kategori sedang yaitu sebesar Rp
4.417,9-Rp 19.729/hari. Contoh menggunakan uang jajan per bulan untuk
pengeluaran non pangan rata-rata sebesar 23.3%-52%.

12

Kebutuhan, asupan energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi
(Almatsier 2001). Kebutuhan energi dan zat-zat gizi dipengaruhi oleh faktor,
seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Berikut merupakan
kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE).
Tabel 6 Kebutuhan energi berdasarkan Total Energy Expenditure (TEE)
Kebutuhan
Energi (kkal)

Suka olahraga
1851.3±160.0

Tidak suka olahraga
1770.5±180.9

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata kebutuhan energi
contoh yang suka olahraga lebih tinggi dai contoh yang tidak suka olahraga, yaitu
sebesar 1851.3 kkal. Hal ini dapat terjadi karena aktivitas fisik contoh yang suka
olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga.
Aktivitas fisik merupakan salah satu bagian dari Total Energy Expenditure (TEE).
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat-zat gizi
esensial, yang berdasarkan pengetahuan ilmiah yang dinilai cukup untuk
meemenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat. Penilaian untuk analisis tingkat
konsumsi gizi dilakukan dengan membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual
(nyata) kecukupan gizi yang dinyatakan dalam persen (Hardinsyah & Briawan
1994). Angka Kecukupan Energi menggunakan angka Total Energy Expenditure
masing-masing contoh. Berdasarkan WNPG 2004, zat gizi sehari adalah protein
50 gr/hari, kalsium 800 mg/hari, zat besi 26 mg/hari, vitamin A 500 RE/hari,
vitamin B1 1.0 mg/hari, dan vitamin C 75 mg/hari.
Tabel 7 Rata-rata asupan Energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan
Tingkat Kecukupan

Energi (kkal)

Protein (g)

Lemak (g)

Defisit Berat
Defisit Sedang
Defisit Ringan
Normal
Lebih
Total
Rata-rata
Defisit Berat
Defisit Sedang
Defisit Ringan
Normal
Lebih
Total
Rata-rata
Kurang
Normal
Lebih
Total

Suka olahraga
n
%
9
45
1
5
3
15
7
25
0
0
20
100
946.1±324.0

10
1
3
4
2
20

864.8± 374.0

50
5
15
20
10
100

33.7± 13.0

16
4
0
20
31.5±13.9

Tidak suka olahraga
n
%
8
57
1
7.1
2
14.2
3
21.4
0
0
14
100
9
3
0
2
0
14

64.3
21.4
0
14.3
0
100

28.6± 10.6

80
20
0
100

2
12
0
14
34.6± 13.2

14.3
85.7
0
100

13

Tabel 7 (lanjutan) Rata-rata asupan Energi dan zat gizi serta tingkat kecukupan
Tingkat Kecukupan

Karbohidrat (g)

Vitamin A (RE)

Vitamin B1 (mg)

Vitamin C (mg)

Kalsium (mg)

Besi (mg)

Kurang
Normal
Lebih
Total
Rata-rata
Kurang
Cukup
Total
Rata-rata
Kurang
Cukup
Total
Rata-rata
Kurang
Cukup
Total
Rata-rata
Kurang
Cukup
Total
Rata-rata
Kurang
Cukup
Total
Rata-rata

Suka olahraga
n
11
9
0
20

%
55
45
0
100

223.4±109.8

13
7
20

250.3± 99.8

65
35
100

344.0±206.9

13
7
20

0.7± 0.6

10
4
14

71.4
28.6
100

13
1
14

92.9
7.1
100

43.1± 119.5

55
45
100

607.1± 334.7

14
6
20

42.9
57.1
100

0.5± 0.4

70
30
100

61.4± 104.5

11
9
20

6
8
14
379.3± 181.3

65
35
100

0.6± 0.6

14
6
20

Tidak suka
olahraga
n
%
6
42.9
8
57.1
0
0
14
100

5
9
14

35.8
64.2
100

686.3±335.1

70
30
100

7
7
14

50
50
100

0.8± 0.6

Rata-rata asupan energi contoh yang suka olahraga lebih tinggi
dibandingkan dengan contoh yang tidak suka olahraga, dengan rata-rata asupan
energi contoh yang suka olahraga sebesar 946.1±324.0 kkal/hari. Rata-rata tingkat
kecukupan gizi pada contoh yang suka olahraga dan tidak suka olahraga termasuk
dalam kategori defisit berat yaitu sebesar 45% dan 57%. Rendahnya asupan pada
contoh dalam penelitian ini karena pada dasarnya mahasiswi menjaga dan
membatasi asupan makananya utuk mempertahankan penampilan atau body
image. Body image adalah suatu konsep pribadi seseorang tentang penampilan
fisiknya. Masing-masing orang memiliki penilaian sendiri akan bentuk tubuhnya.
Hasil penelitian Kusumajaya dkk (2007) menjelaskan bahwa persepsi wanita
terhadap body image dapat menentukan pola makan serta status gizinya. Selera
makan wanita juga sangat berubah-ubah dari hari ke hari. Wanita pada umumnya
ingin mempunyai bentuk badan yang langsing sehingga mereka tidak mau makan
pagi (Hurlock (1991). Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai
cadangan energi jangka pendek dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan jangka
panjang (IOM, 2002).
Rata-rata asupan protein pada contoh yang suka olahraga lebih tinggi yaitu
sebesar 33.7 gr/hari dibandingkan dengan contoh yang tidak suka berolahraga
yaitu sebesar 28.6 gr/hari. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penelitian Permaisih (2003) yang menyatakan bahwa asupan gizi pada wanita di

14

Indonesia biasanya kurang zat gizi makro seperti protein. Apabila hal ini
berlangsung terus menerus akan berdampak kurang baik, daya tahan tubuh
menurun, rentan terhadap penyakit, daya kreativitas dan daya fisik menurun dan
sebagainya (Almatsier 2003).
Rata-rata asupan lemak pada contoh yang tidak suka olahraga lebih tinggi
yaitu sebesar 34.6 gr/hari dibandingkan dengan contoh yang suka berolahraga
yaitu sebesar 31.5 gr/hari. Rata-rata asupan karbohidrat pada contoh yang tidak
suka olahraga lebih tinggi yaitu sebesar 250.3 gr/hari dibandingkan dengan contoh
yang suka berolahraga yaitu sebesar 223.4 gr/hari.
Rata-rata asupan vitamin A pada contoh yang suka olahraga sebesar
344.0±206.9 RE/hari, sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga sebesar
379.3± 181.3 RE/hari. Dapat disimpulkan bahwa rata-rata asupan vitamin A pada
contoh yang tidak suka olahraga lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang
suka olahraga.
Rata-rata asupan vitamin B1 pada contoh yang suka olahraga sebesar 0.6±
0.6 mg/hari, sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga memiliki rata-rata
asupan vitamin B1 yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.5± 0.4 mg/hari. Vitamin B1
memegang peranan penting dalam tubuh, yaitu dalam proses transformasi energi,
sintesis pentosa dan bentuk koenzim tereduksi dari niasin (Almatsier 2009). Ratarata asupan vitamin C pada contoh yang suka olahraga lebih tinggi dibandingkan
dengan contoh yang tidak suka olahraga yaitu sebesar 61.4± 104.5 mg/hari,
sedangkan pada contoh yang tidak suka olahraga memiliki rata-rata asupan
vitamin C sebesar 43.1± 119.5 mg/hari.
Rata-rata asupan kalsium contoh yang suka olahraga sebesar 607.1± 334.7
mg/hari, sedangkan rata-rata asupan kalsium contoh yang tidak suka olahraga
sebesar 686.3±335.1 mg/hari. Tercukupinya kebutuhan kalsium pada contoh yang
tidak suka olahraga diduga karena pada contoh rutin dalam mengkonsumsi pangan
sumber kalsium seperti susu.
Rata-rata asupan zat besi contoh yang suka olahraga sebesar 0.7± 0.6
mg/hari, dengan tingkat kecukupan sebesar 75.4%. Contoh yang tidak suka
olahraga memiliki rata-rata asupan zat besi yang lebih tinggi dibandingkan dengan
contoh yang suka olahraga yaitu sebesar 0.8± 0.6 mg/hari,
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahi bahwa sebagian besar contoh baik
yang suka olahraga maupun yang tidak suka olahraga memiliki kecukupan energi
dalam kategori defisit berat, dengan masing-masing persentase sebesar 45% dan
57%. Sedangkan contoh yang memiliki tingkat kecukupan energi normal yaitu
masing-masing sebesar 25% dan 21.4%. Begitu juga pada tingkat kecukupan
protein, sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan dalam kategori defisit
berat. Tingkat kecukupan lemak contoh yang suka olahraga sebesar 80% termasuk
dalam kategori kurang. Sedangkan untuk contoh yang tidak suka olahraga
sebanyak 85.7% memiliki tingkat kecukupan lemak dalam kategori normal. Hal
ini terjadi karena contoh yang suka olahraga sangat menjaga dan membatasi
asupan pangan lemak. Sebagian besar tingkat kecukupan karbohidrat contoh yang
suka olahraga berada dalam kategori kurang, sedangkan untuk contoh yang tidak
suka olahraga memiliki tingkat kecukupan karbohidrat dalam kategori normal.
Tingat kecukupan kalsium pada contoh yang suka olahraga sebesar 65%
termasuk dalam kategori kurang, sedangkan contoh yang tidak suka olahraga
sebesar 57.1 termasuk dalam kategori tingkat kecukupan lemak yang cukup.

15

Seagian besar kedua contoh memiliki tingkat kecukupan vitamin B1 dan vitamin
C yang termasuk dalam kategori kurang. Tingkat kecukupan kalsium pada contoh
yang tidak suka olahraga lebi baik dibandingkan dengan yang suka olahraga, yaitu
dengan persentase sebesar 64.2% termasuk dalam kategori normal. Hal ini dapat
terjadi karena pada contoh yang tidak suka olahraga lebih sering mengkonsumsi
susu dibandingkan dengan contoh yang suka olahraga.
Pola Konsumsi Pangan Sumber Lemak
Tabel 8 Asupan pangan sumber lemak dan kandungan energi serta zat gizi per
berat sekali konsumsi
Bahan pangan

Be
Rat
(g)

Energi
(kkal)

Prote
in (g)

Lem
ak
(g)

Kh
(g)

Kalsium
(mg)

Besi
(mg)

Vit. A
(RE)

Vit.
B1
(mg)

Vit.C
(mg)

Corned beef
Bakwan
Blackforest
Margarin
Ayam
Telur bebek
Daging sapi
Telur ayam
Ikan
Susu
Es krim
Alpukat
Nugget
Telur puyuh
Keju
Babat
Santan
Biskuit

60
80
100
10
55
55
50
55
150
30
72
110
30
30
10
30
10
80

144.6
217.6
363.0
72.0
493.8
128.3
103.5
110.0
264.8
144.0
100
251.3
269.3
69.8
32.6
33.9
12.2
208.0

9.6
3.4
4.5
0.1
5.8
6.5
9.4
6.3
20.4
8.2
1
0.6
3.2
3.1
2.3
5.3
0.2
4.0

15.0
14.2
13.5
8.1
8.0
7.1
7.0
5.7
5.4
5.1
5
4.4
4.4
3.2
2.0
1.3
1.0
0.8

0
17.4
54.0
0.0
0
0.4
0
0.3
0
36
12
5.2
0
0.3
1.3
0
0.8
68.8

6.0
0
42.0
2.0
4.5
27.7
5.5
26.7
24.0
301.3
0
6.7
2.4
14.3
77.7
3.6
2.5
0

2.4
5.8
2.3
0
05
1.4
1.4
1.3
1.2
0.2
0.1
0.6
0.3
0.8
0.2
0.3
0.0
0.6

0
0
28.4
26.7
42.9
232.1
6
169.9
70.5
0
0
30.8
23.4
58.8
25.7
0
0
0

0
0
0.0
0
0.0
0.1
0.1
0.0
0.1
0
0
0.1
0.0
0.0
0
0.0
0
0.5

0
0
0
0
0
0
0
0
0
2.0
0
8.7
0
0
0.1
0
0.2
0

Lemak merupakan zat gizi penghasil energi terbesar, besarnya lebih dari
dua kali energi yang dihasilkan karbohidrat dan protein. Namun, lemak
merupakan sumber energi yang tidak ekonomis pemakaiannya. Oleh karena
metabolisme lemak menghabiskan oksigen lebih banyak dibanding karbohidrat.
Lemak atau trigliserida di dalam tubuh diubah menjadi asam lemak dan gliserol.
Selain penghasil energi, lemak merupakan alat pengangkut vitamin yang larut
dalam lemak dan sebagai sumber asam lemak yang esensial, misalnya asam lemak
linoleat (Primana 2000).
Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui kandungan lemak tertinggi pada
pangan sumber lemak. Pangan sumber lemak yang memiliki kandungan lemak
tertinggi corned beef yaitu sebesar 15 gram. Corned beef merupakan daging sapi
yang diawetkan dalam air garam dan kemudian dimasak dengan cara direbus.
Kandungan lemak terendah terdapat pada biskuit, yaitu sebesar 0.8 gram dengan
berat 80 gram per konsumsi.

16

Tabel 9 Berat dan frekuensi konsumsi pangan sumber lemak per minggu
Berat per minggu

Frekuensi per minggu
Tidak suka
Suka olahraga
Tidak suka olahraga
Suka olahraga
olahraga
Rata-rata±SD
Rata-rata±SD
Rata-rata±SD
Rata-rata±SD
Corned beef 0± 0
17.1±64.1
0±0
0.3±1.1
Bakwan
253.0± 238.9
203.5±195.3
4.2±4.6
3.5±3.9
Blackforest 164.5± 231.9
105.3±99.1
2.9±4.5
1.6±1.5
Margarin
27.0± 34.1
30.0±40.5
2.1±2.1
2.7±3.9
Ayam
332.5± 311.3
311.6±303.7
6.6±6.2
6.2±6.0
Bahan
makanan

Telur bebek 3.4± 7.5

5.8±8.8

0±0

0.1±0.1

Daging sapi
Telur ayam
Ikan
Susu
Es krim
Alpukat
Nugget
Telur puyuh
Keju
Babat
Santan
Biskuit

65.1±67.4
129.6±67.0
194.2±152.9
120.3±101.7
16±67.8
78.2±169.3
0±0
8.9±18.1
19.2±41.8
31.6±46.1
10.0±13.3
88.2±114.4

1.5±1.9
3.6±2.9
2.3±2.0
5.4±4.4
0±0
0.8±1.1
0.3±1.5
0±0.1
0.9±1.6
1.2±3.1
3.5±7.6
2.1±2.4

1.3±1.3
6.2±1.2
2.5±2.0
3.6±2.7
0.2±1.0
0.5±1
0±0
0.1±0.3
1.0±1.9
1.0±1.5
0.8±1.0
2.3±2.3

76.2± 95.5
199.3± 160.8
205.3± 236.4
204.3± 166.0
0± 0
112.8± 188.6
7.7± 31.3
1.5± 2.9
9.5± 16.9
39.3± 96.5
36.5± 76.1
102.2± 171.1

Frekuensi makanan merupakan salah faktor penentu dalam kebiasaan
makan, frekuensi makan bisa menjadi penduga tingkat kecukupan konsumsi gizi,
artinya semakin tinggi frekuensi makan maka peluang terpenuhinya kecukupan
gizi juga semakin besar (Khomsan 1993). Penentuan frekuensi dan berat
konsumsi pangan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ). Data
food frequency terdiri dari frekuensi dan berat konsumsi pangan sumber lemak,
seperti corned beef, bakwan, blackforrest, margarin, ayam, telur bebek, daging
sapi, telur ayam, ikan, susu, es krim, alpukat, nugget, telur puyuh, keju, babat,
santan, dan biskuit.
Rata-rata berat konsumsi pangan sumber lemak, yaitu corned beef pada
contoh yang suka olahraga tidak ada yang mengkonsumsi. Sedangkan pada
contoh yang tidak suka olahraga berat konsumsi corned beef sebesar 17.1±64.1
gram per minggu. Ayam merupakan bahan pangan yang memiliki berat konsumsi
paling tinggi pada kedua contoh yaitu masing-masing sebesar 204.3±166.0 dan
120.3±101.7 gram per minggu. Begitu juga pada frekuensi pangan sumber lemak
yang paling tinggi dikonsumsi pada kedua contoh adalah ayam, dengan masingmasing frekuensi sebanyak 6.6±6.2 dan 6.2±6.0 kali per minggu. Hal ini terjadi
diduga sebagian besar contoh mengkonsumsi ayam sebagai lauk hewani karena
mudah didapatkan. Corned beef merupakan pangan sumber lemak yang memiliki
kandungan lemak tertinggi, namun frekuensi konsumsi corned beef lebih rendah
dibandingkan dengan frekuensi konsumsi ayam.

17

Aktivitas fisik
Tabel 10 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) contoh suka olahraga dan tidak
suka olahraga
Suka Olahraga

Kategori PAL

Tidak Suka Olahraga

Ringan (1.40-1.69)

n
20

%
100

n
14

%
100

Sedang (1.70-1.99)

0

0

0

0

Berat (2.00-2.40)

0

0

0

0

Total

20

100

14

100

Rata-rata±SD

1.3±0.08

1.3±0.07

Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. FAO (2001) menyatakan bahwa
aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam
penghitungan pengeluaran energi. Berdasarkan FAO (2001), besarnya aktivitas
fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical
Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang
dikeluarkan per kilogram berat badan dalam 24 jam.
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui rata-rata aktivitas fisik pada contoh
yang suka olahraga dan tidak suka olahraga. Sebanyak 20 contoh dengan
persentase 100% memiliki aktivitas fisik dengan kategori ringan. Hal ini juga
terjadi pada contoh yang tidak suka olahraga yaitu sebanyak 14 contoh dengan
persentase 100%. Contoh merupakan mahasiswi yang sebagian besar aktivitas
setiap hari adalah kuliah dan mengerjakan tugas. Selain itu berbagai sarana dan
fasilitas memadai hingga gerak atau aktivitas menjadi semakin terbatas. Sehingga
dapat berakibat mengahambat gerak atau aktivitas.

Kebiasaan olahraga
Tabel 11 Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis olahraga, dan
durasi olahraga
Variabel

Suka Olahraga
n
%

Tidak Suka Olahraga
n
%

Frekuensi olahraga per minggu (kali)
0
1
2
3
5

0
12
4
3
1

0
60
20
15
5

14
0
0
0
0

100
0
0
0
0

Total

20

100

14

100

Rata-rata ± SD

1.7±1.0

0±0

18

Tabel 11 (lanjutan) Kebiasaan olahraga contoh berdasarkan frekuensi, jenis
olahraga, dan durasi olahraga
Variabel
Jenis Olahraga
Tidak olahraga
Badminton
Berenang
Jogging
Lari
Plank
Sepeda
Sit up
Total

Suka Olahraga
n
%

Tidak Suka Olahraga
n
%

0
4
3
5
4
1
3
2
22

0
20
15
25
20
5
15
10
100

14
0
0
0
0
0
0
0
14

100
0
0
0
0
0
0
0
100

Kurang (60 menit/kali olahraga)

1

4.5

0

0

Total
Rata-rata ± SD

22

100
40.5±42.4

14

100

Durasi Olahraga (menit/kali
olahraga)

0±0

Olahraga telah mendapat tempat dalam dunia kesehatan sebagai salah satu
faktor penting dalam usaha pencegahan penyakit. Olahraga terbukti pula dapat
meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat kebugaran seseorang. Slamet (2008)
menyatakan bahwa olahraga adalah kegiatan yang bersifat fisik mengandung sifat
permainan serta berisi perjuangan dengan diri sendiri dengan orang lain. Olahraga
jug