Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G. Bimaculatus) Dan Jangkrik Celiring (G. Mitratus) Di Kota Bekasi

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN JANGKRIK KALUNG
(G. bimaculatus) DAN JANGKRIK CELIRING
(G. mitratus) DI KOTA BEKASI

MUHAMMAD FAJAR SIDIQ

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Usaha
Pembibitan Jangkrik Kalung (G. bimaculatus) dan Jangkrik Celiring (G.
mitratus) di Kota Bekasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Muhammad Fajar Sidiq
NIM D14110080

ABSTRAK
MUHAMMAD FAJAR SIDIQ. Analisis Usaha Pembibitan Jangkrik Kalung (G.
bimaculatus) dan Jangkrik Celiring (G. mitratus) di Kota Bekasi. Dibimbing oleh
ASNATH M FUAH dan BURHANUDDIN.
Budidaya jangkrik di Indonesia sendiri masih belum berkembang secara
luas. Potensi yang menjanjikan secara ekonomi dan permintaan pasar yang selalu
ada, membuat ternak jangkrik dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
pasar. Pembibitan jangkrik merupakan faktor utama dalam peternakan janglrik.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui analisis usaha dan koefisien teknologi
dibidang usaha pembibit jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) dan jangkrik
celiring (Gryllus mitratus) di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, kota
Bekasi. Umur awal jangkrik bertelur 32 hari untuk jangkrik kalung dan celiring 40

sampai 45 hari, umur afkir jangkrik 50 hari dan 65 hari. Sex ratio yang digunakan
1:3 jantan:betina kepadatan kandang jangkrik kalung 1.7 cm2 ekor-1 dan jangkrik
celiring 1.4 cm2 ekor-1. Usaha pembibitan jangkrik di Kelompok Tani Perwira
memiliki potensi bisnis, dengan pendapatan bersih sebesar Rp 11 628 000 per
periode, R/C ratio 2.1 dan BEP unit kalung 113 ons, BEP unit celiring 75 ons.
Jika biaya tenaga kerja, pakan sayuran dan klaras Rp. 0, maka pendapatan bersih
Rp. 13 500 000 per periode, R/C ratio 2.6 dan BEP unit kalung 44 ons dan BEP
unit celiring 30 ons.
Kata kunci: analisis usaha, pembibitan jangkrik

ABSTRACT
MUHAMMAD FAJAR SIDIQ. Business Analysis Of Kalung And Celiring
Cricket Breeding At Bekasi city. S oleh ASNATH M FUAH and
BURHANUDDIN.
Crickets farming in Indonesia is still not extensively developed.
Economically, cricket enterprise is very promising business to meet market needs.
Cricket breeding is a major factor in cricket’s farming. This study was conducted
to determine the business analysis and analyses of technical and influencing
factors in breeding of kalung crickets (Gryllus bimaculatus) and celiring crickets
(Gryllus mitratus) in Perwira Village, North Bekasi District, Bekasi. The result

suggested that crickets layed eggs in 32-40 days in average, culling age was 50
days and 65 days for the two breeds respectively. Sex ratio was 1: 3 (male:
female), cage density of kalung crickets was 1.7 cm2 head-1 crickets celiring 1.4
cm2 head-1. Breeding crickets in the Perwira Village was economicaly beneficial,
with a net income of Rp 11 628 000 per period, R/C ratio of 2.1 and BEP unit of
kalung 113 ons and for celiring 75 ons. If the cost of labor, feed vegetables and
klaras was assumed as zero then the net income of Rp. 13 500 000 per period, R
/C ratio of 2.6 and a BEP unit 44 ons and 30 ons for kalung crickets and celiring
crickets respectively.
Key words: businees analysis, crickets breeding

ANALISIS USAHA PEMBIBITAN JANGKRIK KALUNG
(G. BIMACULATUS) DAN JANGKRIK CELIRING
(G. MITRATUS) DI KOTA BEKASI

MUHAMMAD FAJAR SIDIQ

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan

pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2015
ini ialah analisis usaha pembibitan jangkrik kalung (G. Bimaculatus) dan jangkrik
celiring (G. Mitratus) di Kota Bekasi. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu
Dr Ir Asnath M Fuah MS dan Bapak Dr Ir Burhanuddin MM selaku komisi
pembimbing atas saran, ilmu dan waktu dalam penulisan karya ilmiah ini serta Ibu
Ir Lucia Cyrilla ENSD MSi selaku dosen penguji seminar dan Dr Ir Afton
Atabany MSi selaku dosen penguji sidang atas sarannya dan Bapak Dr Jakaria SPt
MSi dan Bapak Winarno SPt penulis ucapkan terimaksih atas bimbingannya.

Ungkapan terimakasih disampaikan kepada Bapak (alm. Budiman), Ibu (Eli
Juita), kakak (Gema Taufik Maulana), dan bibi ( yang tidak henti memberikan
do’a, nasehat, kasih sayang, materil, moral dan dukungan yang selalu menyertai.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga, atas segala
do’a dan kasih sayangnya.
Penulis ucapkan terimakasih kepada Tri Arfani atas dukungan, kerjasama
dan bantuannya selama penelitian dan pengumpulan data ini dan khususnya
Rizky, Adita, Dinni, Taofiq, Andika, Bintang, Denny, Akhdiat, Mulya, Iqbal,
Ghulam, Hendi, Zuhriyansyah, Dary, Adrizal, Gidry dan sahabat IPTP 48,
KEPAL-D, dan HIMAPROTER atas bantuan, semangat dan dukungannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015

Muhammad Fajar Sidiq

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Ruang Lingkup Penelitian
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Bahan
Alat
Prosedur
Jenis dan Sumber Data
Parameter yang Diukur
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Usaha Pembibitan Jangkrik
Gambaran Umum Kelurahan Perwira
Prasarana Pembibitan Jangkrik
Pakan Jangkrik
Karakteristik Reproduksi Jangkrik
Karakteristik Usaha
Ketersediaan Bahan Baku

Analisis Koefisien Teknis
Umur Awal Indukan
Sex Ratio
Daya Tetas Telur
Kapasitas Kandang
Analisis Usaha
Analisis Pendapatan
Analisis R/C Ratio
Analisis BEP
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

ix
x
x
1
1
1
1

2
2
2
2
2
2
3
3
4
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
8

8
8
9
11
11
12
13
17

DAFTAR TABEL
1 Biaya tetap pembibit jangkrik kelompok tani Perwira dalam satu periode
2 Biaya variabel pembibitan jangkrik skala 20 kotak selama satu periode
3 Penerimaan usaha pembibitan jangkrik skala satu periode
4 Rata-rata penerimaan, biaya variabel, biaya tetap, total biaya, marjin
kotor dan pendapatan bersih pembibitan jangkrik perperiode

10
11
11
11


DAFTAR LAMPIRAN
1 Total biaya, total penerimaan, dan total pendapatan pembibitan jangkrik
dalam satu periode
2 R/C ratio pembibitan jangkrik
3 BEP unit telur jangkrik kalung dan celiring
4 Ratio jantan betina

14
15
15
16

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jangkrik merupakan jenis serangga yang berhabitat di alam, memiliki
siklus hidup yang pendek dan merupakan pakan hewan peliharaan ikan arwana
dan burung. Seiring perkembangan ekonimi dan kebutuhan, permintaan terhadap

jangkrik di pasar semakin meningkat terutama konsumen yang memelihara
burung dan ikan arwana, mengakibatkan ketersediaan jangkrik di alam menurun
dan terancam punah.
Saat ini jangkrik sudah dibudidayakan untuk memenuhi kebutuhan pasar,
dan dijadikan sebagai pendapatan alternatif peternak, karena modal untuk
mendirikan usaha jangkrik tergolong kecil, pemeliharaannya relatif singkat. Jesnis
jangkrik yang umum di budidayakan di Indonesia yaitu jangkrik kalung (Gryllus
bimaculatus), jangkrik celiring (Gryllus mitratus) dan jangkrik cendawang
(Gryllus testacius).
Budidaya jangkrik di Indonesia masih belum berkembang secara luas,
sehingga peluang untuk mendirikan usaha budidaya jangkrik masih terbuka.
Menurut Paimin et al. (1999), jika peternak yang memiliki 10 kotak pembibitan
maka keuntungan yang didapat sebesar Rp 3 698 968.75 atau sebesar 80.39% dari
biaya total sebesar Rp 4 601 031.25, dan usaha ini masih tergolong baru bagi
masyarakat Indonesia, oleh karna itu pembibitan merupakan sektor yang sangat
berpengaruh untuk keberlangsungan peternak-peternak yang akan memulai
bisnisnya dibidang jangkrik. Salah satu aspek penting didalam usaha budidaya
jangkrik yakni ekonomi yang berhubungan dengan kelayakan usaha budidaya
jangkrik. Analisis usaha dalam budidaya jangkrik sangat diperlukan untuk
keberlangsungan.
Budidaya jangkrik dijalankan oleh kelompok tani yang berlokasi di
Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi yang memiliki potensi
untuk dikembangkan karena sudah memiliki kelompok yang intensif. Jangkrik
yang dibudidayakan sudah memiliki 18 kandang yang terdiri dari satu kandang
pembibitan dan 17 kandang pembesaran dalam kurun waktu empat tahun. Namun,
usaha ini belum dianalisis kelayakan usahanya.
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis usaha dan sistem pemeliharaan
pembibitan jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) dan jangkrik celiring (Gryllus
mitratus) Kelompok Tani Perwira di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara,
Kota Bekasi.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah aktivitas pengelolaan usaha budidaya
pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira di Kelurahan Perwira, Kecamatan
Bekasi Utara, Kota Bekasi, dalam bentuk kelayakan usaha pembibitan jangkrik.
Analisis finansial mencakup analisis pendapatan, analisis R/C ratio dan Break

2
Event Point (BEP), koefisien teknis yang digunakan di Kelompok Tani Perwira
mencakup umur awal indukan, sex ratio, daya tetas telur, dan kepadatan kandang.
Selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap manajemen pemeliharaan,
sumberdaya lingkungan, dan aspek pasar.

METODE
Waktu Dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Februari hingga April 2015,
berlokasi pada unit usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira, di
Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, kota Bekasi.
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain adalah kuesioner yang dibuat berdasarkan
studi pustaka dan kunjungan awal ke peternak.
Alat
Alat-alat bantu lainnya mencakup alat tulis (buku, pensil, penggaris),
kamera digital, dan timbangan digital.
Prosedur
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
sekunder. Data primer berupa data harga jual output, harga input, komponen biaya
investasi, biaya tetap, biaya operasional dan data-data lain yang berkaitan dengan
proses pembibitan yang diperoleh dari hasil wawancara dan kuisoner dengan
pemilik usaha, pihak-pihak yang terkait serta laporan keuangan di Kelompok Tani
Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi.
Data sekunder merupakan kumpulan data yang telah diolah lebih lanjut,
dapat diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS),
situs-situs internet yang memiliki informasi yang dibutuhkan, serta literatur atau
kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini seperti laporan penelitian
terdahulu, buku, majalah, Fpakansurat kabar, dan sebagainya.
Analisa kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui gambaran
usaha pembibitan ditempat penelitian dari berbagai macam aspek, aspek yang
diamati adalah aspek pasar, aspek manajemen, aspek teknis, aspek ekonomis dan
aspek lingkungan.

3
Parameter yang Diukur
Umur Awal Induk dan Jantan, diperhitungkan berdasarkan lama waktu
yang dicapai untuk menghasilkan telur (panen terakhir), dengan melihat waktu
awal dan akhir bertelur.
Sex ratio, digunakan untuk menentukan perbandingan antara jantan dan
betina dalam 1 kotak pembibitan. Jangkrik diambli secara acak dalam 1 kotak
dengan 5 kali ulangan untuk mengetahui perbandingan jantan dan betina.
Pengambilan sampel menggunakan metode pengambilan acak sederhana (simple
random sampling).
Daya tetas telur, digunakan untuk mengetahui seberapa persentase
keberhasilan telur tersebut menetas. Daya tetas dihitung dari total jumlah telur
yang menetas dibagi dengan jumlah telur yang dihasilkan, dikalikan 100%.
Kepadatan kandang, merupakan jumlah ternak yang memenuhi luasan
tertentu pada setiap kandang. Kepadatan kandang berpengaruh terhadap jumlah
telur yang dihasilkan dalam pembibitan.
Analisis Data
Analisis usaha bertujuan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat
diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Menurut Hernanto
(1996) Analisis usaha dimaksud untuk mengetahui kinerja usaha secara
menyeluruh dengan melihat aspek-aspek pendapatan usaha tani, R/C ratio dan
Break Even Point.
Analisis pendapatan usaha ternak bertujuan untuk melihat tingkat
pendapatan pada setiap sekat-sekat volume kegiatan yang diusahakan dan
membandingkan pendapatan masing-masing usaha, dengan menggunakan
formulasi sebagai berikut (Soekartawi 1993):
Π = TP – TB
Keterangan :

Π
TP

= Pendapatan usaha ternak
= Total Penerimaan (penerimaan diperoleh dari hasil penjualan selama
periode yang ditentukan)
TB = Total Biaya (biaya yang dikeluarkan selama periode yang ditentukan)

R/C (Revenue Cost Ratio) adalah pembagian antara penerimaan usaha
dengan biaya dari usaha tersebut. Analisa ini digunakan untuk melihat
perbandingan total penerimaan dengan total biaya usaha. Jika nilai R/C ratio
diatas satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh manfaat sehingga
penerimaan lebih dari satu rupiah (Harmono dan Andoko 2005).
Ketika suatu usaha ingin diketahui untung atau tidaknya, maka dilakukan
perhitungan Revenue and Cost Ratio (R/C) dengan rumus:
R/C ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak
Total Pengeluaran Usaha Ternak
Keterangan:

R/C > 1, maka usaha tersebut mendapat keuntungan

4
R/C < 1, maka usaha mengalami kerugian
R/C = 1, maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi

Break Event Point (BEP) dapat diartikan suatu keadaan dimana dalam
operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi
(penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya). Analisa BEP tidak hanya
semata – mata untuk mengetahui keadaan perusahaan apakah mencapai titik BEP,
akan tetapi analisa BEP mampu memberikan informasi kepada pinjaman
perusahaan mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya
dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang
bersangkutan.
Matzh (1997) juga menjelaskan beberapa manfaat analisa BEP untuk
manajemen, yaitu : membantu pengendalian melalui anggaran, meningkatkan dan
menyeimbangkan penjualan, menganalisa dampak perubahan volume,
menganalisa harga jual dan dampak perubahan biaya, merundingkan upah,
menganalisa bauran produk, menerima keputusan kapitalisasi dan ekspansi
lanjutan, menganalisa margin of safety. Alat analisis yang dapat digunakan
sebagai dalam mencari tingkat break event point :

BEP dibagi menjadi dua perhitungan yaitu Rumus BEP untuk menghitung
berapa unit yang harus dijual agar terjadi break even point dan rumus BEP untuk
menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi break event
point.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Usaha Pembibitan Jangkrik
Gambaran Umum Lokasi dan Peternak
Pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira sebagai objek penelitian
terletak di Kelurahan Perwira, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi yang
merupakan salah satu Kelurahan dari 6 Kelurahan yang terletak di Kecamatan
Bekasi Utara Kota Bekasi. Letak peternakan di Gang Barokah 3 RT.001 RW.016.
Kisaran suhu di daerah Kecamatan Perwira 23.6 sampai 34.2oC sehingga cocok
untuk beternak jangkrik yang membutuhkan suhu berkisar 26oC sampai 32oC dan
kelembaban 75 sampi 80% (Sukarno 1999).
Kelompok Tani Perwira memiliki 17 kandang pembesaran yang dikelola
oleh anggota kelompok tani dan satu kandang pembibitan yang dikelola oleh
ketua kelompok. Awal mula peternakan ini didirikan pada tahun 2010 oleh
seorang pembibit sekaligus pembesaran yang saat ini menjadi ketua Kelompok
Tani Perwira. Budidaya jangkrik dipelajari dari buku-buku budidaya ternak
jangkrik. Bermodal dari pengetahuan tentang pemasaran jangkrik, dengan kondisi
usaha yang berfluktuasi, usaha jangkrik dapat bertahan hingga saat ini. Seiring

5
perkembangan yang terjadi, permintaan jangkrik menjadi banyak dan popular di
Kelurahan Perwira, sehingga pada akhirnya peternak yang melakukan pusat
pembibitan jangkrik memiliki anggota pembesaran jangkrik dan mendirikan
Kelompok Tani Perwira.
Prasarana Pembibitan Jangkrik
Peralatan yang digunakan untuk menunjang pembibitan jangkrik terdiri
dari kandang, kotak jangkrik, tempat bersembunyi, dan tempat bertelur. Pakan
jangkrik yang digunakan sayuran dan konsentrat ayam. Kotak jangkrik digunakan
sebagai tempat jangkrik kawin dan bertelur. Kotak yang digunakan untuk
pembibitan berukuran panjang 124 cm, lebar 122 cm dengan tinggi 60 cm.
Kandang jangkrik digunakan untuk menaungi beberapa kotak jangkrik agar
terhindar dari hujan, terik matahari secara langsung, predator seperti semut, tikus,
dan cicak.
Satu kotak pembibitan dimodifikasi lagi untuk keberlangsungan
pembibitan dengan cara pemberian lakban coklat disetiap pinggir mulut bagian
atas kotak agar jangkrik tidak dapat keluar dari kotak pembibitan, lalu disetiap
kaki kotak diberi kaleng yang diisi oli untuk menghindari predator semut. Setiap
kotak diberikan tiga nampan berisi pasir sebagai tempat jangkrik bertelur.
Media untuk tempat bertelur jangkrik harus lembab disebabkan induk
jangkrik mancari tempat lembab untuk meletakan telurnya (Kumala 1999), agar
telur tidak infertil telur jangkrik harus tetap lembab. Media yang digunakan untuk
bertelur yaitu media pasir yang halus dan sudah bersih dari kotoran. Pembibit di
Kelompok Tani Perwira menggunakan media pasir karena media ini dapat
digunakan beberapa kali periode dan jangkrik lebih menyukai tanah atau pasir
sebagai media bertelur (Kumala 1999). Banyaknya pasir yang digunakan
berdasarkan wadah tempat peneluran. Wadah yang digunakan yaitu nampan
plastik berdiameter 40 cm, dan ketebalan pasir tiga sampai empat centimeter. Satu
kotak pembibitan diberi 3 nampan plastik.
Pakan Jangkrik
Pakan jangkrik terdiri dari konsentrat dan sayuran. Sayuran digunakan
sebagai sumber pakan dan minum sehingga jangkrik tidak diberikan air minum.
Jenis sayuran yang diberikan yaitu daun singkong, gedebong pisang, sawi, daun
papaya dan dapat juga memanfaatkan limbah pasar atau limbah rumah tangga.
Pemberian pakan sayuran dilakukan dua kali sehari dan sisa pakan dibuang agar
tidak berjamur.
Pakan konsentrat merupakan pakan utama dari jangkrik, menurut Paimin
(1999), konsentrat digunakan untuk mempercepat pertumbuhan jangkrik, selain
itu hasil telur yang dihasilkan lebih banyak dan memiliki kualitas telur yang baik.
Kandungan protein didalam pakan berkisar antara 20% sampai 22%, agar
memiliki produktifitas yang baik (lunowo 2004). Jumlah konsentrat dan hijauan
yang diberikan untuk pembibitan jangkrik dalam satu periode sebanyak 25 kg
kotak-1 dan 10 kg kotak-1. Pemberian pakan konsentrat dua kali sehari tergantung
ketersediaan pakan yang ada di kotak, pakan yang cukup dapat menghindari kasus
kanibalisme.

6
Karakteristik Reproduksi Jangkrik
Pembibit di Kelompok Tani Perwira memiliki 8 kotak jangkrik celiring
(G. mitratus) dan 12 kotak jangkrik kalung (G. bimaculatus). Permintaan terhadap
jangkrik kalung lebih besar dibandingkan jangkrik celiring, karena siklus hidup
jangkrik kalung lebih cepat 7 sampai 10 hari dibandingkan dengan jangkrik
celiring. Siklus hidup jangkrik berawal dari telur yang berkisar antara 13 sampai
25 hari hingga menetas menjadi nimfa (Mansy 2000), lama waktu yang
diperlukan untuk menjadi jangkrik dewasa yang sudah siap kawin yaitu berkisar
47 sampai 64 hari, dan lama bertelur 15 sampai 23 hari sampai dengan afkir
(Januar 2001).
Indukan yang digunakan diperoleh dari kelompok tani pembesaran
jangkrik. Terdapat 17 kandang pembesaran yang siap dipilih sebagai indukan
unggul. Indukan dilihat dari performa dan bentuk fisiknya. Indukan yang unggul
memiliki performa yang lincah dan rakus, sedangkan dari bentuk fisiknya,
indukan harus besar merata. Setiap kotak diisi 8 kg jangkrik kalung dan jangkrik
celiring. Telur yang dihasilkan dari setiap kotak yaitu sebanyak 6 kg per-periode.
Pada dasarnya indukan betina dapat bertelur berkali-kali, namun jumlah telur
menurun seirung pertumbuhan umur, sampai mencapai masa afkir. Jangkrik yang
sudah afkir dibuang atau dikubur.
Telur dipanen 3 hari sekali untuk jangkrik kalung dan 4 kali sehari untuk
jangkrik celiring sampai mencapai usia afkir. Cara pemanenan telur menggunakan
wadah ember besar, air dan saringan. Pasir yang sudah dipanen dimasukan
kedalam ember dan diberi air hingga penuh lalu diaduk. Karena masa jenis telur
lebih ringan dibanding pasir maka telur akan mengambang kemudian disaring.
Metode ini lebih efesien dan menghemat waktu. Telur dianginkan agar telur tidak
basah, lalu dibungkus dengan kain agar suhu dan kelembaban dapat terjaga. Agar
kelembaban telur dapat terjaga peternak menyemprotkan air ke kain sesuai
kondisi cuaca sekitar. Ketika telur sudah berumur 5 hari telur dimasukan ke dalam
kain kecil dengan berat 4 ons. Telur yang dihasilkan memiliki daya tetas telur
95%. Kecepatan pertumbuhan jangkrik banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya temperatur, kelembaban, pakan dan cara pemeliharaan (Chapman
1975). Jangkrik di Indonesia umumnya hidup dengan baik dikisaran suhu 26
sampai 32oC (Sukarno 1999).
Jenis Jangkrik yang digunakan Kelompok Tani Perwira yaitu jangkrik
kalung (G. bimaculatus) dan celiring (G. mitratus). Terdapat banyak perbedaan
pada jenis jangkrik tersebut, dari ukuran badan, lama pemeliharaan, dan segi
ketahanan fisik. Pada umumnya di Kelompok Tani Perwira menggunakan
jangkrik kalung dikarenakan pertumbuhannya yang lebih cepat 7-10 hari dari
jangkrik celiring, sehingga dapat menghemat biaya pakan, ukurannyapun lebih
besar, tetapi ketahanan tubuhnya sangat rentan terkena penyakit. Jangkrik celiring
relatif mudah dipelihara karena tidak mudah terkena penyakit. Lama jangkrik
memproduksi telur 20 sampai 25 hari dengan jumlah telur satu kali periode
produksi kotak-1 sebanyak 6 kg.
Karakteristik Usaha
Pembibit jangkrik di Kelompok Tani Perwira menggeluti usaha
pembibitan jangkrik dengan satu tenaga kerja dan mepunyai 20 kotak pembibitan.

7
Sempitnya lahan yang dimiliki pembibit tidak dapat menambah kapasitas kotak
pembibitan dan tenaga kerja.
Penyewaan lahan sangat mahal dan sulit untuk mencari tenaga kerja yang
cukup ahli untuk membibitkan jangkrik. Pengurangan kotak dilakukan ketika
salah satu peternak pembesaran tidak beternak jangkrik. Penjualan telur saat ini
90% dijual kedalam kelompok tani dan 10% dijual keluar. Pembibit lebih
memprioritaskan menjual telur kepada kelompok budidaya yang membutuhkan.
Telur jangkrik dijual 4 ons dalam bentuk gulungan kain. Satu gulungan
kain dapat digunakan untuk satu kotak pembesaran. Harga per 4 ons bibit adalah
Rp 75 000 untuk jangkrik kalung dan Rp 80 000 untuk jangkrik celiring. Telur
dijual ke kelompok ternak pembesaran sisanya dijual kepada pembeli dari luar
kelompok ternak. Sistem pembayaran dapat dilakukan secara langsung ataupun
sesudah peternak pembesaran panen.
Ketersediaan Bahan Baku
Sumber daya lingkungan amat sangat perlu diperhatikan untuk menunjang
pembangunan suatu peternakan di daerah tersebut. Ketersediaan bahan yang
dibutuhkan menjadi salah satu aspek yang perlu diperhatikan, beberapa dukungan
dari masyarakat setempat dan pengelolaan kandang agar tidak mengganggu
masyarakat.
Bahan baku yang diperlukan untuk pembibitan yaitu pakan, indukan dan
klarasa. Indonesia merupakan iklim tropis yang dapat ditumbuhi pohon pisang,
terutama di daerah Bekasi yang kondisi suhunya panas yang dimana potensi
pohon pisang tumbuh sangat besar, sehingga pencarian klaras sangat mudah
didapatkan. Daerah sekitar Kelompok Tani Perwira merupakan perumahan
penduduk dan dekat dengan pasar tradisional, sehingga dapat dengan mudah
mencari limbah pasar sebagai pakan jangkrik. Limbah pasar yang dapat
dikonsumsi jangkrik diantaranya gedebong pisang, kubis, kol, daun singkong.
Ketersediaan pakan konsentrat disediakan oleh salah satu warga yang bekerja di
perusahaan pakan, sehingga mempermudah akses penyediaan pakan.
Indukan jangkrik diambil dari peternak pembesaran jangkrik, jika
ketersediaan indukan tidak mencukupi atau tidak memadai untuk menjadi
indukan, pembibit mencari indukan unggul ke peternakan lain yang ada.
Pergantian indukan unggul dilakukan secara berkala, biasanya satu tahun satu kali
agar anakan tidak mengecil yang bersifat inbreeding. Umumnya peternak
memiliki lahan disamping rumahnya yang bisa digunakan sebagai kandang ternak.
Karna lahan yang digunakan untuk beternak tidak memerlukan lahan yang begitu
luas (Paimin 1999)
Analisis Koefisien Teknis
Aspek koefisien teknis pembibitan jangkrik dapat ditinjau berdasarkan
tekhnik cara penanganan peternak menghasilkan telur yaitu dengan melihat sex
rasio, kepasitas kandang, umur afkir jangkrik dan daya tetas telur. Berikut ini
adalah analisis dari aspek koefisien teknis jangkrik.
\

8
Umur Awal Indukan
Tujuan dari penentuan umur awal indukan adalah menghemat penggunaan
pakan dan mengetahui batas afkir dari indukan. Penentuan umur awal indukan
dilakukan dari melihat timbul sayap pada jangkrik jantan. Sayap yang sudah
muncul pada jangkrik menentukan bahwa jangkrik siap berproduksi. Jangkrik
kalung mulai berproduksi kisaran umur 32 hari hingga afkir kisaran 50 hari,
sedangkan jangkrik celiring mulai berproduksi antara rentan waktu 40 sampai 45
hari dan afkir pada umur 65 hari. Widyaningrum (2001) waktu dimana G.
bimaculatus berproduksi maksimal yaitu pada hari ke 16 sedangkan G. mitratus
pada hari ke 20. Sistem pembibitan perperiodenya memerlukan lama waktu
kurang lebih satu bulan dan pembibit harus mencari indukan dua hari sebelum
jangkrik bereproduksi.
Sex Ratio
Sex ratio digunakan sebagai penentu jumlahnya jantan dan betina. Standar
produktifitas yang baik untuk pembibitan jangkrik yaitu jumlah jantan lebih
sedikit dibandingkan jumlah betina. Perbandingan yang dilakukan oleh Kelompok
Tani Perwira adalah 1:3. Berdasarkan penelitian Widyaningrum (2001), jumlah
telur berdasarkan perbandingan antara jantan dan betina 1:1 ; 1:5 dan 1:9 tidak
menunjukan perbedaan yang nyata.
Daya Tetas Telur
Daya tetas telur merupakan acuan seberapa kualitas telur yang dihasilkan
dari pembibit. Daya tetas telur dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya
pakan dan iklim. Musim penghujan daya tetas telur mencapai 65 sampai 75%
sedangkan pada musim panas daya tetas telur mencapai 90 sampai 95%.
Rendahnya daya tetas telur saat musim hujan disebabkan kelembaban telur yang
terlalu tinggi sehingga telur mudah berjamur. Kelembaban relatife yang
dibutuhkan untuk penetasan telur , menurut Sukarno (1999) berkisar antara 65%
sampai 80%, dengan suhu udara 26oC. Menurut Widyaningrum (2011) telur yang
berkualitas baik memiliki daya tetas yang tinggi, yaitu di atas 95%, sedangkan
yang berkualitas jelek di bawah 50%.
Kapasitas Kandang
Kapasitas kandang yang sesuai bertujuan untuk menekan angka mortalitas
dan memaksimalkan jumlah telur jangkrik. Kondisi kandang yang terlalu padat
dapat memicu kanibalisme (Clifford et al. 1977), semakin tinggi kepadatan
kandang maka mortalitas semakin banyak dan jumlah telur yang dihasilkan
menurun. Kepadatan jangkrik kalung di Kelompok Tani Perwira sebesar 1.7 cm2
ekor-1 dan jangkrik celiring 1.4 cm2 ekor-1. Sesuai dengan standar Astrik (2002)
kepadatan kandang jangkrik berkisar 1.5 cm2 ekor-1.
Analisis Usaha
Aspek koefisien ekonomis dalam usaha pembibitan jangkrik bertujuan
melihat seluruh nilai input dan output dengan menggunakan analaisis pendapatan,
Break Event Point, dan analisis R/C ratio.

9
Analisis Pendapatan
Nilai pendapatan pembibitan jangkrik dilihat dari nilai seluruh biaya
dikurangi dengan seluruh penjualan. Biaya yang digunakan untuk pembibitan
terdiri dari biaya variable dan biaya inventasi. Berikut adalah uraiannya:

a. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang di keluarkan satu kali dalam
biaya proyek untuk beberapakali penggunaan yang berfungsi menambah
barang produksi. Biaya investasi dalam pembibitan jangkrik terdiri dari
lahan pembibitan, kandang jangkrik dan kotak jangkrik. Total biaya
investasi yang di keluarkan dengan jumlah kotak jangkrik 20 adalah
sebesar Rp 13 000 000 dengan lahan milik pribadi. Biaya pembangunan
kandang Rp 8 000 000 dan harga satu kotak pembibitan Rp 250 000.
b. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi dalam satu periode (satu satuan waktu).
Biaya tetap yang dikeluarkan setiap beberapa tahunnya mengalami
kenaikan yang disebabkan oleh pengaruh inflasi. Besarnya biaya tetap
pada peternakan jangkrik tercantum pada Table 1.
Tabel 1 Biaya tetap pembibit jangkrik Kelompok Tani Perwira dalam
satu periode
Uaraian
Pasir
Saringan
Oli
Kaleng bekas
Ember
Kain
Semprotan
Lakban
Sabun cuci
Sikat
Nampan plastik
Tenaga kerja
Transportasi
Pulsa
Kotak jangkrik
Kandang

Biaya

Jumlah
1 engkel
1 unit
1L
80 unit
12 unit
20 M
1 unit
2 rol
1 unit
2 unit
60 unit
106 HKP
1 unit
1 unit
20 kotak
1 kandang
Total

35 000
5 000
833
3 333
18 000
33 333
5 833
3 333
17 000
3 333
30 000
1 272 000
250 000
100 000
208 333
166 667
2 152 000

10
Berdasarkan data pada Tabel 1 ada beberapa biaya yang
merupakan biaya penyusutan. Biaya penyusutan adalah alokasi jumlah
yang dapat disusutkan suatu aset selama umur manfaatnya (Kusanadi
2002). Biaya penyusutan didalam usaha pembibitan jangkrik yaitu
kandang, pasir, saringan, oli, kaleng, ember, semprotan, lakban, sikat,
nampan plastik dan kotak jangkrik, hal tersebut dikarenakan aktiva
memiliki pengunaan yang relatif tetap tiap periode dan kegunaan
ekonomisnya berkurang sesuai dengan berjalannya waktu (Baridwan dan
Zaki 2004)
c. Biaya Variabel
Biaya Variabel merupakan baiaya yang selalu bertambah ketika
ingin menambah jumlah produksi. Biaya variable pada pembibitan
jangkrik yaitu jangkrik indukan, klaras, konsentrat dan sayuran.
Tabel 2 Biaya variabel pembibitan jangkrik skala 20 kotak selama satu
periode
Biaya Variabel
Sayuran
Konsentrat
jangkrik indukan
a. jangkrik kalung
b. jangkrik celiring
Kelaras

Harga
1 000
7 000

Satuan
Kg
Kg

25 000
30 000
20 000

Kg
Kg
Kotak

Jumlah
200
500

Total
200 000
3 500 000

96
64
20
Total

2 400 000
1 920 000
400 000
8 420 000

Harga jual telur jangkrik tegantung dari jenis telur yang dijual,
yaitu telur jangkrik kalung dan jangkrik celiring. Besarnya penerimaan
hasil penjualan telur jangkrik dapat dilihat di Tabel 3.
Tabel 3 Penerimaan usaha pembibitan jangkrik skala satu periode
Uraian
Telur Jangkrik Kalung
Telur Jangkrik Celiring

Jumlah

Satuan

Harga

Total

720
480

Ons
Ons

17 500
20 000
Total

12 600 000
9 600 000
22 200 000

Pendapatan usaha pembibitan jangkrik di Kelompok Tani Perwira selama
satu pertiode sebesar Rp. 11 628 000. Hasil tersebut berdasarkan selisih antara
total penerimaan dengan total biaya pembibitan jangkrik berdasarkan perhitungan,
dapat dilihat di Tabel 4.

11

Tabel 4 Rata-rata penerimaan, biaya variabel, biaya tetap, total biaya, marjin
kotor dan pendapatan bersih pembibitan jangkrik perperiode
Uraian
A. Penerimaan (Rp)
B. Biaya variabel (Rp)
C. Biaya tetap (Rp)
D. Total biaya (B+C) (Rp)
E. Marjin kotor (A-B) (Rp)
F. Pendapatan bersih (A-D) (Rp)

Jumlah
22 200 000
8 420 000
2 152 000
10 572 000
13 780 000
11 628 000

Perhitungan tersebut menggunakan biaya pakan sayuran, klaras dan upah
tenaga kerja. Kelompok Tani Perwira menggunakan pakan sayuran yang diambil
dari limbah pasar dan limbah rumah tangga, klaras diambil dari pohon pisang liar
disekitar kelurahan perwira dan biaya tenaga kerja dilakukan oleh peternak itu
sendiri, sehingga kost yang dikeluarkan untuk biaya pakan sayuran, klaras dan
tenaga kerja sama dengan nol dengan pendapatan dari pembibit jangkrik
perperiode sebesar Rp 13 500 000.
Analisis Revenue/Cost Ratio
Revenue/Cost ratio untuk melihat perbandingan total penerimaan dengan
total biaya usaha. Soeharjo dan Patong (1973) menjelaskan bahwa usahatani
dikatakan menguntungkan apabila nilai R/C rasio lebih besar dari 1 dan
sebaliknya suatu usahatani dikatakan belum menguntungkan apabila nilai R/C
rasio kurang dari 1. Pada usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira R/C
ratio sebesar 2.1. Hal tersebut adalah setiap Rp 1 biaya yang di keluarkan akan
mendapat penerimaan sebesar Rp 2.1. Nilai R/C ratio ketika pendapatan pembibit
sebesar Rp 13 500 000 adalah 2.6.
Analisis Break Event Point (BEP)
Break Even Point (BEP) menurut Munawir (2002) adalah suatu keadaan
dimana dalam operasi perusahaan, perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak
menderita rugi (penghasilan yang dinilai menggunakan total biaya), sehingga
dapat menentukan jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen
pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan
keuntungan atau profit. BEP juga terdiri dari dua bagian yaitu BEP harga dan BEP
unit. BEP harga jangkrik per ons Rp 2 889 dengan demikian pembibit akan
mengalami Break Even Point jika harga per ons telur sebesar Rp 2 899. BEP unit
pada pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira yaitu BEP unit kalung 113 ons
dan BEP unit celiring 75 ons dengan demikian pembibit jangkrik Kelompok Tani
Perwira harus menjual 113 ons telur jangkrik kalung dan 75 ons telur jangkrik
celiring agar peternakan tersebut berada dalam Break Event Point. Nilai BEP
ketika pendapatan sebesar Rp 13 500 000 BEP unit jangkrik kalung 44 ons dan
BEP unit jangkrik celiring 30 ons.

12

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Usaha pembibitan jangkrik Kelompok Tani Perwira, Kota Bekasi memiliki
nilai ekonomi tinggi yang ditentukan oleh nilai R/C ratio lebih dari satu sehingga
layak untuk dijalankan dan dikembangkan. Usaha ini mampu meningkatkan
pendapatan peternak karena memiliki sistem pembibitan yang cukup baik untuk
menghasilkan telur yang optimum pada skala usaha yang layak.
Saran
Perlu diupayakan pemanfaatan jangkrik afkir sebagai pakan ternak atau olahan
pangan, dan penyediaan alternatif pakan pengganti konsentrat untuk indukan.

13

DAFTAR PUSTAKA
[ASTRIK] Asosiasi Peternak Jangkrik. 2002. Company Profile. Yogyakarta (ID).
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Ed ke-8. Yogyakarta (ID). BPFE
Chapman RF. 1975. The Insect Structure and Funtion. Elsewier.
Clifford CW, Richard MR, Woodring JP. 1977. Rearing methods for obtaining
house crickets Acheta domesticus of known age, sex, and instar. Annals of
The Entomological Society of America. 70(1): 69–73.
Harmono, Andoko. 2005. Budidaya dan Peluang Bisnis. Jakarta (ID). Agromedia
Pustaka.
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta (ID). Penebar Swadaya.
Janwar FD. 2001. Pertumbuhan dan mortalitas jangkrik cliring pada masa
pembesaran dengan kepadatan dan jenis pakan tambahan yang berbeda.
[skripsi]. Fakultas Peternakan. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Kumala L. 1999. Sukses Budidaya Jangkrik. Surabaya (ID). Penerbit Arkola.
Kusnadi. 2002. Akutansi Keuangan Menengah. Malang (ID). Universitas
Brawijaya
Mansy F. 2002. Performa jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) yang diberi
kombinasi konsentrat dengan daun sawi dan daun singkong selama masa
pertumbuhan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Matzh A. 1997. Akuntansi Biaya. Jilid Kedua. Jakarta (ID). PT Erlangga.
Munawir S. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta (ID). Liberty.
Lumowo AT. 2001. Pertumbuhan tiga jenis jangkrik lokal (kalung, cliring, dan
cendawang) dengan pakan yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Paimin FB. 1999. Mengatasi Permasalahan Beternak Jangkrik. Jakarta (ID).
Penebar Swadaya.
Paimin FB, Pudjiastuti IE, Erniwati. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Jakarta (ID).
Penebar Swadaya.
Soeharjo A, Patong D. 1973. Sendi-Sendi Pokok Ilmu Usahatani. Fakultas
Pertanian. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta
(ID). PT. Raja Grafindo Persada.
Sukarno H. 1999. Budidaya Jangkrik. Yogyakarta (ID). Penerbit kanisisus.
Cetakan ke-1.
Widiyaningrum P. 2001. Pengaruh padat penebaran dan jenis pakan terhadap
produktivitas tiga spesies jangkrik lokal yang dibudidayakan. [disertasi].
Program Pascasarjana. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

14
LAMPIRAN
Lampiran 1 Total biaya, total penerimaan, dan total pendapatan pembibitan
jangkrik dalam satu periode
Total biaya penyusutan pembibitan jangkrik
Uaraian
Pasir
Saringan
Oli
Kaleng bekas
Ember
Kain
Semprotan
Lakban
Sabun cuci
Sikat
Nampan
plastic
Tenaga kerja
Transportasi
Pulsa
Kotak
jangkrik
Kandang

Harga

Jumlah

Total

Umur Ekonomis
(bulan)
5
6
6
12
12
12
6
6
1
6

Total
(bulan)
35 000
5 000
833
3 333
18 000
33 333
5 833
3 333
17 000
3 333

175 000
30 000
5 000
500
18 000
20 000
35 000
10 000
17 000
10 000

1
1
1
80
12
20
1
2
1
2

175 000
30 000
5 000
40 000
216 000
400 000
35 000
20 000
17 000
20 000

6 000
15 264 000
3 000 000
1 200 000

60
1
1
1

360 000
15 264 000
3 000 000
1 200 000

12
12
12
12

30 000
1 272 000
250 000
100 000

250 000
8 000 000

20
1

5 000 000
8 000 000

24
48
Total

208 333
166 667
2 152 000

Total penerimaan perperiode pembibitan jangkrik
Uraian
Telur Jangkrik Kalung
Telur Jangkrik Celiring

Harga
17 500
20 000

Satuan
Ons
Ons

Jumlah
720
480
Total

Total
12 600 000
9 600 000
22 200 000

Total pendapatan pembibitan jangkrik dalam satu periode
Uraian
A. Penerimaan (Rp)
B. Biaya variabel (Rp)
C. Biaya tetap (Rp)
D. Total biaya (B+C) (Rp)
E. Marjin kotor (A-B) (Rp)
F. Pendapatan bersih (A-D) (Rp)

biaya
22 200 000
8 420 000
2 152 000
10 572 000
13 780 000
11 628 000

15
Lampiran 2 R/C ratio pembibitan jangkrik
R/C ratio = Total Penerimaan Usaha Ternak
Total Pengeluaran Usaha Ternak
Analisis R/C ratio
Uraian

Nilai (Rp/tahun)

Total penerimaan pembibitan jangkrik (R)
Total biaya pembibitan jangkrik (C)

22 200 000
10 572 000

R / C ratio

2.1

Analisis R/C ratio dalam keadaan sesungguhnya
Uraian

Nilai (Rp/tahun)

Total penerimaan pembibitan jangkrik (R)
Total biaya pembibitan jangkrik (C)

R / C ratio

22 200 000
8 700 000

2.6

Lampiran 3 BEP unit telur jangkrik kalung dan celiring
BEP keseluruhan =

=

880 000
1 - 7 820 000
22 200 000

= Rp 1 358 553.55
BEP unit kalung = 1 358 553.55 x 720
22 200 000
= 44.061 ons
BEP unit celiring = 1 358 553.55 x 480
22 200 000
= 29.374 ons

16
Lampiran 4 Sex ratio jantan dan betina
No kotak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jumlah

Sex ratio jantan dan betina 1 : 2.8

Jantan
13
15
17
10
13
14
12
12
13
14
16
20
12
11
14
22
17
16
15
12
288

Betina
36
45
43
28
39
41
35
39
44
38
45
53
35
37
44
55
42
41
39
40
819

RIWAYAT HIDUP

17

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 21 Juni 1993 sebagai anak kedua
dari 2 bersaudara keluarga Bapak alm. Budiman dan Ibu Eli Juita. Riwayat
pendidikan penulis dimuali dari TK Insan Taqwa Kabupaten Bogor pada tahun
1998 dan lulus pada tahun 1999. Tahun 1999 melanjutkan pendidikan di SDN
Cilendek 1 Bogor dan lulus pada tahu 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Peda tahun 2008 penulis
melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 10 Bogor dan lulus pada tahun 2011 dan
pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB)
melalui jalur UTM (Ujian Talenta Masuk) IPB jalur tulis mandiri dan diterima di
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.
Selama mengikuti pendidikan penulis aktif dalam berbagai kegiatan,
diantaranya penulis mengikuti organisasi HIMAPROTER Fakultas Peternakan
periode 2012-2013 sebagai anggota divisi Ruminansia dan KEPAL-D sebagai
anggota. Penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan diantaranya DEKAN CUP
2013 sebagai anggota Medis, Snipers Flag Football IPB 2015 sebagai anggota,
dan Alam Malam KEPAL-D 2014 sebagai ketua pealaksanaan.