Konversi Sederhana Nitril Lemak Menjadi Amina Lemak Primer melalui Hidrosililasi yang Dikatalisis Kompleks Fe(II)-Tmphen

KONVERSI SEDERHANA NITRIL LEMAK MENJADI
AMINA LEMAK PRIMER MELALUI HIDROSILILASI YANG
DIKATALISIS KOMPLEKS Fe(II)-TMFEN

ANDRIAWAN SUBEKTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Konversi Sederhana
Nitril Lemak Menjadi Amina Lemak Primer Melalui Hidrosililasi yang Dikatalisis
Kompleks Fe(II)-Tmfen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, April 2015
Andriawan Subekti
NRP G451114041

RINGKASAN
ANDRIAWAN SUBEKTI. Konversi Sederhana Nitril Lemak Menjadi Amina
Lemak Primer Melalui Hidrosililasi yang Dikatalisis Kompleks Fe(II)-Tmphen.
Dibimbing oleh TUN TEDJA IRAWADI dan NOVIYAN DARMAWAN.
Amina lemak (fatty amines) merupakan produk turunan asam lemak yang
kebutuhannya kini semakin meningkat. Senyawa amina merupakan senyawa
antara dalam berbagai aplikasi, seperti surfaktan, biosida, flotation agent,
pengemulsi bitumen, inhibitor korosi, serta pelarut dan bahan aditif polimer.
Namun, peningkatan kebutuhan amina lemak dunia tidak diiringi dengan
peningkatan produksinya. Sebagai tambahan, kurangnya kajian untuk menemukan
metode yang efisien dapat menjadi faktor lainnya.
Hidrosililasi telah menarik banyak minat peneliti karena kemampuannya
yang baik dalam mereduksi ikatan rangkap. Hidrosiliasi sering dijadikan sebagai
metode alternatif reduksi karena sifatnya yang tidak mudah meledak dan dapat

diterapkan dalam kondisi lunak. Sejauh penelusuran yang dilakukan, kajian
mengenai hidrosililasi nitril lemak, terutama untuk nitril lemak, belum banyak
dilakukan. Kajian-kajian yang telah dilakukan umumnya melaporkan penggunaan
katalis seperti, kompleks ruthenium, kobalt, besi, atau senyawaan fluorida dalam
hidrosililasi nitril aromatik untuk meningkatkan selektivitasnya. Di antara kataliskatalis tersebut, kompleks besi lebih menarik perhatian karena harganya yang
murah dan mudah diperoleh.
Penelitian ini melaporkan penerapan hidrosililasi yang dikatalisis
kompleks besi dalam mereduksi nitril lemak menghasilkan amina primer
analognya. Penelitian ini menggunakan kompleks besi(II)-3,4,7,8-tetrametil-1,10fenantrolina sebagai katalis dan dietoksimetilsilana sebagai sumber hidrogen.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi konversi nitril lemak, seperti waktu
reaksi (12 jam, 18 jam, dan 24 jam) serta jumlah silana (3 mol dan 7 mol) dikaji
untuk memperoleh kondisi terbaik. Sebagai tambahan, beberapa nitril lemak
dengan panjang rantai berbeda digunakan sebagai substrat untuk mepelajari
pengaruh panjang rantai terhadap hasil reaksi.
Dalam penelitian ini, hidrosililasi dapat mengubah nitril lemak menjadi
amina lemak primer. Hal ini didukung oleh hasil analisis menggunakan
kromatografi gas-spektrofotometer massa (GC-MS) dan spektroskopi resonansi
magnetik inti (NMR). Perpanjangan waktu reaksi dan peningkatan jumlah silana
diketahui meningkatkan konversi nitril lemak. Analisis GC menunjukkan bahwa
hidrosililasi dengan nisbah nitril:silana 1:7 pada suhu 100 °C selama 24 jam di

bawah atmosfer nitrogen memberikan konversi nitril lemak tertinggi hingga 99%
dan selektivitas terbaik untuk semua jenis nitril rantai panjang. Panjang rantai
diketahui tidak menurunkan nilai konversi nitril lemak secara signifikan. Nitril
lemak terpanjang (oktadekananitril) ditunjukkan terkonversi menjadi
oktadesilamina dengan persentase tinggi (96.6%).
Kata kunci: amina lemak, hidrosililasi, kompleks besi, nitril lemak.

SUMMARY
ANDRIAWAN SUBEKTI. Simple Conversion of Fatty nitrile to Primary Fatty
Amine through Fe(II)-Tmfen Complex Catalyzed-Hydrosilylation. Supervised by
TUN TEDJA IRAWADI and NOVIYAN DARMAWAN.
Fatty amine is a fatty acid derivative product which its demand is recently
increasing. Amines is widely used as intermediet in many applications, such as
surfactant, biocide, flotation agent, bitumen emulsifier, corrosion inhibitor, and
also as solvent and polymer additive. However, the increasing of fatty amine
demand is not followed by its production. In addition, a little development studied
to find the most efficient method for production could be another factor.
Hydrosilylation has attracted many researchers due to its good ability in
double bond reduction. Hydrosilylation was often applied as an alternative of
reduction because it is not explosive and does not need extreme condition. As far

as our searching for nitrile hydrosilylation report, there are only few study
reported and none applied to fatty nitrile. The existing studies about
hydrosilylastion commonly reported the use of catalyst, such as ruthenium, cobalt,
and iron complexes, or fluoride compunds, in aromatic nitrile hydrosilylation for
its selectivity increasing. Among those catalysts, iron (Fe) complex was
interesting to be studied because iron is inexpensive and abundant.
This research report the application of iron complex catalyzedhydrosilylation in fatty nitrile reduction to its analog primary amine. This reseach
used iron(II)-3,4,7,8-tetramethyl-1,10-phenanthroline complex (iron(II)-tmphen)
as catalyst and diethoxymethylsilane as hydrogen sorce. Several factors which
might affect the fatty nitrile conversion, such as reation time (12 h, 18 h, and 24 h)
and the number of silane (3 moles and 5 moles) were studied to get the best
condition. In addition, several fatty nitriles with different chain length (C12, C16,
and C18) were applied as substrate to study the effect of chain length to the yield.
In this work, hydrosilylation could convert fatty nitrile to primary fatty
amine. This was supported by the gas chromatography-mass spectrophotometre
(GC-MS) and nuclear magnetic resonance (NMR) spectroscopy analysis. The
prolongation of reaction time and the increasing of silane number were found to
increase the conversion of fatty nitrile. The analysis with GC showed that the
hydrosilylation with nitrile:silane ratio 1:7 at 100 °C for 24 h under nitrogen
atmosphere gave the highest fatty nitrile conversion up to 99% and the best

selectivity for all different long-chain nitriles. Chain length of fatty nitrile did not
significantly decrease the conversion number of fatty nitrile. The longest fatty
nitrile (oktadecanenitrile) was showed to be converted to octadecylamine in high
percentage (96.6%).
Keywords: fatty amine, fatty nitrile, hydrosilylation, iron complex.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KONVERSI SEDERHANA NITRIL LEMAK MENJADI
AMINA LEMAK PRIMER MELALUI HIDROSILILASI YANG
DIKATALISIS KOMPLEKS Fe(II)-TMFEN


ANDRIAWAN SUBEKTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Kimia

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA

Judul Tesis : Konversi Sederhana Nitril Lemak Menjadi Amina Lemak Primer
melalui Hidrosililasi yang Dikatalisis Kompleks Fe(II)-Tmphen
Nama
: Andriawan Subekti
NIM

: G451114041

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
Ketua

Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Kimia

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Dyah Iswantini MScAgr


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 14 Januari 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini adalah
“Konversi Sederhana Nitril Lemak Menjadi Amina Lemak Primer melalui
Hidrosililasi yang Dikatalisis Kompleks Fe(II)-Tmphen”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
dan Bapak Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc selaku pembimbing yang telah
banyak memberi doa, semangat, saran, dan arahan dengan sabar dan ikhlas selama
penelitian hingga penyelesaian karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada, Dhian Eka
Wijaya, Wahyu Aji Setianto, Luthfan Irfana, Bapak Utji Sanusi, staf tenaga
kependidikan Laboratorium Organik dan Laboratorium Anorganik Departemen

Kimia Institut Pertanian Bogor, serta seluruh analis Laboratorium Terpadu Institut
Pertanian Bogor yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2015
Andriawan Subekti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

METODE

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


12
12
13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR TABEL
1 Persentase konversi dodekananitril dari hasil pengujian pengaruh waktu
reaksi dan jumlah silana

8

DAFTAR GAMBAR
1 Mekanisme hidrosililasi nitril lemak menggunakan katalis kompleks besi
dalam penelitian Das et al. (2012).

3

2 Reaksi hidrosililasi dodekananitril menggunakan katalis Fe(II)-tmphen

5

3 Kromatogram hasil pengujian awal hidrosililasi dodekananitril selama 24
jam dengan nisbah nitril:silana 1:3.

5

4 Mekanisme pembentukan amina sekunder dalam hidrosililasi nitril lemak.

6

5 Spektrum massa dari puncak dengan waktu retensi 14.6 menit pada hasil
pengujian awal hidrosililasi dodekananitril selama 24 jam dengan nisbah
nitril:silana 1:3.

7

6 Kromatogram hasil hidrosililasi dodekananitril dengan nisbah nitril:silana
1:3 dan ragam waktu reaksi 24 jam (a), 18 jam (b), 12 jam (c), serta
hidrosililasi dengan ragam nisbah nitril:silana 1:7 (d) selama 24 jam.

8

7 Hasil pemisahan menggunakan KLTP di bawah sinar ultraviolet 254nm.

10

8 Kromatogram dari analisis menggunakan GC-MS untuk isolat 2 (a) dan
isolat 3 (b).

10

9 Kromatogram dari hasil reaksi hidrosililasi heksadekananitril (atas) dan
oktadekannitril (bawah) selama 24 jam pada suhu 100 °C dengan nisbah
nitril:silana 1:7.

11

DAFTAR LAMPIRAN
1 Diagram alir penelitian
2 Spektrum massa dodesilamina dan dodekananitril
3 Spektrum 1H NMR dari isolat 2 (dodesilamina)

15
16
17

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Amina lemak (fatty amines) merupakan produk turunan asam lemak yang
kebutuhannya kini semakin meningkat. Senyawa amina merupakan senyawa
antara dalam berbagai aplikasi, seperti surfaktan, biosida, flotation agent,
pengemulsi bitumen, inhibitor korosi, serta pelarut dan bahan aditif polimer.
(Visek K 2004). Indonesia seharusnya dapat menjadi produsen amina lemak
terbesar didunia karena bahan baku untuk senyawa tersebut sangat melimpah di
Indonesia. Saat ini, Indonesia merupakan negara penghasil minyak sawit dan
minyak inti sawit terbesar di dunia dengan total produksi berturut-turut mencapai
28.5 juta dan 7.5 juta metrik ton. Nilai ini mengambil lebih dari 50% total
produksi dunia untuk minyak berbasis sawit (USDA[a],[b] 2013). Semakin turunnya
harga minyak berbasis sawit dan adanya sentimen negatif sejumlah negara di
kawasan Eropa dalam beberapa tahun terakhir (Gapki 2015) seharusnya dapat
menjadi pendorong konversi bahan tersebut menjadi produk dengan nilai ekonomi
lebih tinggi.
Berbagai jalur sintesis dapat diterapkan untuk menghasilkan senyawa
amina primer, seperti jalur amida (Reeves et al. 2013, Stein & Breit 2013),
alkohol (Gunanathan & Milstein 2008, Imm et al. 2010), nitro (Pehlivan et al.
2010, Pehlivan et al. 2011), dan nitril (Li et al. 2012). Pembentukan amina
melalui jalur nitril merupakan jalur yang umum dan disukai karena jalur ini dinilai
mudah dan memerlukan sedikit energi (Foley et al. 2012). Salah satu cara yang
selama ini secara umum masih digunakan adalah penggunaan hidrida logam
sebagai reduktornya (Khurana & Kukreja et al. 2002, Crain et al. 2012, Liu et al.
2013, Way & Wuest 2013). Namun, penggunaan hidrida logam memiliki
kekurangan, yaitu penanganannya yang sulit karena sifatnya yang eksplosif, dan
pemisahan katalis setelahnya yang sulit.
Sumber hidrogen lain yang biasa digunakan oleh industri untuk reduksi
nitril adalah gas hidrogen (H2). Metode ini umumnya membutuhkan kehadiran
katalis logam untuk meningkatkan rendemen dan selektivitasnya, seperti Ni, Co,
dan Pt (Segobia et al. 2012), Ru (Miao et al. 2012), dan Pd (Guo et al 2010).
Secara ekonomi, metode hidrogenasi ini masih terbilang sangat baik. Namun,
selektivitas reaksi dalam menghasilkan amina primer masih kurang baik.
Selektivitas dengan metode ini dapat ditingkatkan melalui penerapan tekanan
yang tinggi (Segobia et al. 2012), tetapi langkah ini dinilai dapat menambah biaya
produksi. Oleh karena itu, metode alternatif yang lebih baik dibandingkan dengan
metode yang telah ada dan juga ekonomis perlu ditemukan.
Dalam beberapa tahun terakhir, hidrosililasi menarik perhatian banyak
peneliti karena kemampuannya mereduksi ikatan rangkap secara selektif.
Hidrosililasi menunjukkan kemoselektivitas dan regioselektivitas yang lebih baik
pada kondisi yang lunak dibandingkan zat pereduksi lainnya. Kinerja organosilika
dalam mereduksi, khususnya terhadap nitril, ditunjukkan dapat meningkat secara
signifikan dengan keberadaan katalis logam transisi seperti Re, Ru, dan Co
(Bornschein et al. 2013). Namun sejauh penelusuran yang dilakukan, penerapan
hidrosililasi terhadap nitril masih sedikit diketahui. Investigasi hidrosililasi nitril

2
pernah dilakukan menggunakan katalis kompleks Co2(CO)8 (Murai et al. 1990)
dan logam rodium (Caporusso et al. 1999). Walaupun rendemen yang dihasilkan
cukup baik, tetapi penerapan katalisnya masih tergolong kurang ekonomis.
Baru-baru ini, reduksi nitril melalui hidrosililasi yang dikatalis senyawaan
logam transisi yang murah, seperti besi (Fe) telah muncul sebagai alternatif yang
aman, lunak, serta cukup selektif dalam menghasilkan senyawa amina (Das et al.
2012). Dalam percobaan awal, Das dan rekannya mereduksi langsung benzamida
menjadi amina analognya menggunakan dietoksimetilsilana yang murah dengan
katalis amonium hidridotribesiundekarbonilat untuk menghasilkan benzamina.
Namun, produk utama yang diperoleh bukanlah benzamina, melainkan benzonitril.
Di sisi lain, percobaan yang dilakukan terhadap benzonitril sebagai substrat dan
senyawaan kompleks besi sebagai katalisnya menunjukkan pembentukan
benzilamina sebagai produk utama dengan rendemen hingga 85% dengan
mekanisme yang diusulkan seperti dalam Gambar 1.
Kajian awal yang dilakukan oleh Das et al. (2012) menyediakan jalan
untuk pengembangan metode yang aman dan lunak untuk pembentukan amina
dari senyawaan nitril. Namun, penerapan metode ini dalam konversi nitril alifatik,
terutama yang berantai panjang seperti nitril lemak, belum dikaji lebih lanjut.
Struktur nitril alifatik dinilai berbeda dengan nitril aromatik dari segi awan
elektron, efek konjugasi, dan efek sterik. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba
menerapkan hidrosilasi yang dikatalisis kompleks besi(II)-3,4,7,8-tetrametil-1,10fenantrolina (Fe(II)-tmfen) dalam konversi nitril lemak menjadi amina lemak. Uji
pengaruh waktu reaksi dan nisbah substrat:silana juga dilakukan dalam penelitian
ini untuk menentukan kondisi yang sesuai dalam mengonversi nitril lemak.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh amina lemak primer melalui
hidrosililasi nitril lemak yang dikatalisis kompleks Fe(II)-tmphen serta
mempelajari pengaruh waktu reaksi hidrosililasi, jumlah silana, dan panjang rantai
nitril lemak terhadap hasilnya. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan
memperoleh produk amina lemak primer murni melalui kromatografi.
Ruang Lingkup Penelitian
Tahapan dalam penelitian ini meliputi pengujian awal hidrosililasi, uji
pengaruh waktu reaksi, jumlah silana, dan panjang rantai nitril lemak, serta isolasi
amina lemak primer yang dihasilkan. Diagram alir penelitian ditunjukkan dalam
Lampiran 1.

3

Gambar 1 Mekanisme hidrosililasi nitril lemak menggunakan katalis kompleks
besi dalam penelitian Das et al. (2012).

2 METODE
Alat dan Bahan
Lauronitril (dodekananitril), palmitoniril (heksadekananitril), dan
stearonitril (oktadekanannitril) sebagai substrat, dan 3,4,7,8-tetrametil-1,10fenantrolina (tmfen) sebagai ligan diperoleh dari Tokyo Chemicals Industries.
Bahan lainnya seperti Fe(OAc)2, dietoksimetilsilana ((EtO)2MeSiH), toluena, dan
trietilamina didapat dari Sigma Aldrich. Kalium hidroksida (KOH) dan etil asetat
dibeli dari Merck.
Hasil reduksi dalam penelitian ini dianalisis menggunakan kromatografi
gas-spektrofotomer massa (GC/MS). Amina lemak diisolasi menggunakan
kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP) dan hasilnya dianalisis menggunakan
GC/MS, serta spektroskopi resonansi magnetik inti (NMR).
Prosedur Kerja
Pengujian Awal Hidrosililasi Nitril Lemak
Reduksi nitril lemak melalui hidrosililasi dalam penelitian ini dilakukan
dengan menyesuaikan metode yang digunakan dalam penelitian Das et al. (2012).
Pengujian awal ini menggunakan dodekananitril sebagai substratnya. Sebanyak
10% mol Fe(OAc)2, 20% mol ligan tmfen, 3 mmol (EtO)2MeSiH, dan 2 mL
toluena kering dimasukkan ke dalam labu 25 mL, lalu campuran diaduk selama 15
menit pada suhu ruang. Setelah itu, sebanyak 1 mmol substrat nitril lemak
ditambahkan ke dalam campuran tersebut kemudian campuran diaduk kembali

4
pada suhu ruang. Setelah 10 menit, campuran dipanaskan pada suhu 100 °C
selama waktu yang ditentukan.
Sebagai informasi, semua proses dilakukan dalam atmosfer nitrogen.
Setelah reaksi hidrosililasi selesai, campuran didinginkan dan sebanyak 5 mL
larutan KOH (25% dalam metanol) ditambahkan ke dalam campuran. Selanjutnya,
campuran diaduk kembali pada suhu ruang selama 3 jam. Setelah itu, campuran
tersebut dikeringkan dengan penguap vakum kemudian hasil reduksi diekstrak
menggunakan dietileter. Larutan ekstrak selanjutnya disaring menggunakan celite
pad lalu filtrat dikeringkan kembali. Ekstrak yang diperoleh kemudian dilarutkan
menggunankan 10 mL dietil eter untuk keperluan analisis. Hasil yang diperoleh
dianalisis menggunakan GC/MS Shimadzu-Qp-505 yang dilengkapi dengan
kolom HP-5MS.
Uji pengaruh waktu reaksi, jumlah silana
Pengaruh waktu reaksi diuji dengan ragam waktu selama 12 jam, 18 jam,
dan 24 jam, serta jumlah silana yang lebih besar (7 mol). Prosedur yang
digunakan sama dengan prosedur dalam pengujian awal hidrosililasi. Hasil-hasil
hidrosililasi selanjutnya dianalisis menggunakan GC yang dilengkapi kolom
RTX-5. Suhu injeksi dan kolom berturut-turut adalah 250 °C dan 100 °C dengan
gas pembawa N2/udara, laju alir kolom 1mL/menit, dan kecepatan linear 27.7
cm/detik. Nilai konversi nitril lemak dihitung berdasarkan persamaan berikut:

Isolasi dan identifikasi dodesilamina
Dodesilamina dari hasil hidrosililasi terbaik diisolasi melalui kromatografi
lapis tipis preparatif dengan eluen terbaik yang merupakan campuran etil asetat
dan trietilamina. Isolasi menghasilkan tiga spot ketika disinari ultraviolet 254 nm.
Isolat dari masing-masing spot dikumpulkan dan dianalisis menggunakan GC/MS
Shimadzu-Qp-505 yang dilengkapi dengan kolom HP-5MS dan spektrofotometer
NMR.
Pengujian terhadap substrat nitril lemak lain
Pengujian substrat lainnya diterapkan pada 2 jenis nitril lemak dengan
rantai C16 dan C18. Prosedur yang digunakan sama dengan prosedur dalam
pengujian awal hidrosililasi pada kondisi terbaik yang diperoleh dalam uji
pengaruh waktu reaksi dan jumlah silana. Hasil-hasil hidrosililasi selanjutnya
dianalisis menggunakan GC yang dilengkapi kolom RTX-5. Suhu injeksi dan
kolom berturut-turut adalah 250 °C dan 100 °C dengan gas pembawa N2/udara,
laju alir kolom 1mL/menit, dan kecepatan linear 27.7 cm/detik.

5

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Awal Hidrosililasi Nitril Lemak
Kompleks Fe(II)-tmfen dalam penelitian ini dibentuk dalam satu wadah
bersamaan dengan konversi nitril lemak dari Fe(II)-asetat dan ligan tmphen
dengan menyesuaikan metode pada penelitian Das et al. (2012). Kompleks
tersebut yang terbentuk selama reaksi reduksi nantinya membantu transfer
hidrogen dari dietoksimetilsilana ke nitril lemak sesuai reaksi pada Gambar 2.
Hidrosililasi nitril dalam penelitian ini dijaga pada suhu 100 °C dalam atmosfer
nitrogen untuk mencegah terjadinya oksidasi yang tidak diharapkan. Ion logam
besi Fe(II) dalam kompleks yang terbentuk mudah untuk teroksidasi membentuk
Fe(III). Sebagai tambahan, atmosfer nitrogen juga dibutuhkan untuk mencegah
uap air yang dapat mengakibatkan kerusakan pada silana.

Gambar 2 Reaksi hidrosililasi dodekananitril menggunakan katalis Fe(II)-tmphen
Analisis menggunakan GC/MS pada hasil pengujian awal hidrosililasi
dengan substrat dodekananitril yang dilakukan selama 24 jam dengan nisbah
nitril:silana 1:3 memberikan 3 puncak utama pada kromatogram (Gambar 3). Data
spektroskopi massa pada masing-masing puncak dengan waktu retensi sekitar
13.0 dan 13.4 berturut-turut diduga merepresentasikan komponen laurilamina
primer (dodesilamina) dan dodekananitril. Dugaan tersebut didasarkan pada pola
fragmentasi pada masing-masing spektrum MS yang dihasilkan (Lampiran 2).

Gambar 3 Kromatogram hasil pengujian awal hidrosililasi dodekananitril selama
24 jam dengan nisbah nitril:silana 1:3.
Dalam Lampiran 2 (atas), senyawa dugaan dodesilamina memberikan pola
fragmentasi dengan mengizinkan penataan ulang McLafferty sehingga
menghasilkan ion seperti CH2=CHCH2+ (m/z 41), CH2=CHCH2CH2+ (m/z 55) dan
(CH2)5NH2+ (m/z 86). Sayangnya, fragmentasi khas yang menunjukkan amina
primer asiklik (m/z 30 CH2=NH2+) dalam spektrum MS tersebut tidak
dimunculkan. Namun, hasil perbandingan kemiripan dengan database wiley7n.l

6
dari spektrum yang ada menggunakan perangkat lunak Agilent GC/MS Data
Analysis menunjukkan pola yang sangat mirip di antara keduanya.
Informasi mengenai kualitas kemiripan antara spektrum MS amina primer
pada hasil percobaan ini dan spektrum pada database yang diperoleh langsung
pada perangkat lunak tersebut menunjukan nilai yang tinggi mencapai 97%.
Persen kemiripan spektrum pada perangkat lunak telah ditentukan secara otomatis
berdasarkan jumlah puncak-puncak pada kedua spektrum yang muncul dengan
m/z yang sama.
Penataan ulang McLafferty juga terjadi dalam fragmentasi senyawa
dugaan dodekananitril menghasilkan ion =C=NH+● (m/z 41) yang merupakan
fragmen khas dari nitril alifatik (Lampiran 2 bawah). Puncak fragmen M+ yang
kurang intens juga dapat mendukung pengenalan spektrum senyawaan nitril
alifatik. Dalam spektrum ini, puncak fragmen M+ tersebut muncul sebagai puncak
ion dengan m/z 181. Kemiripan spektrum dodekananitril ini dengan spektrum
pada database di atas juga ditunjukkan dengan baik hingga mencapai 91%.
Puncak lain yang tidak mudah dikenali juga muncul dalam spektrum
tersebut dengan waktu retensi 14.6 menit. Puncaknya yang tinggi membuatnya
tidak dapat diabaikan dan perlu untuk ditelusuri lebih lanjut. Sebagai tambahan,
perbandingan kemiripan spektrum senyawa dugaan tersebut dengan spektrum
database yang ada dalam perangkat lunak di atas tidak menemukan satu senyawa
pun yang sesuai dengan kemiripan yang tinggi. Selain itu, senyawa-senyawa yang
direkomendasikan dari database tidak ada yang berhubungan dengan bahan-bahan
yang digunakan. Oleh karena itu, pendugaan senyawa dengan puncak tersebut
hanya dilakukan berdasarkan analisis fragmen.
Pendugaan produk samping dalam reaksi ini didasarkan pada reaksi
samping yang mungkin terjadi terhadap produk antara. Berdasarkan mekanisme
reaksi yang ditunjukkan dalam Gambar 1, konversi nitril lemak ini diduga juga
menghasilkan amina sekunder (didodesilamina). Produk imina sebagai senyawa
antara ini dapat diserang oleh amina primer yang telah terbentuk sehingga
menghasilkan amina sekunder (didodesilamina) (Gambar 4). Fragmentasi yang
khas untuk amina sekunder tersebut ditunjukkan dengan kehadiran puncak pada
m/z 196 (CH3(CH2)10CH=)NH+=CH2) dan 210 (CH3(CH2)10CH=)(CH=CH2)NH+)
(Gambar 5).

Gambar 4 Mekanisme pembentukan amina sekunder dalam hidrosililasi nitril
lemak.

7

Gambar 5 Spektrum massa dari puncak dengan waktu retensi 14.6 menit pada
hasil pengujian awal hidrosililasi dodekananitril selama 24 jam
dengan nisbah nitril:silana 1:3.
Besarnya nilai persen konversi dodekananitril dalam percobaan awal ini
berdasarkan hasil analisis GC mencapai 59%. Keberadaan sisa bahan baku
dodekananitril dan produk samping amina sekunder dalam hasil analisis
hidrosililasi awal ini menunjukkan reaksi yang belum berjalan optimal.
Bagaimanapun, hal tersebut setidaknya memberikan informasi bahwa hidrosililasi
tersebut dapat diterapkan sebagai metode alternatif reduksi nitril lemak.
Hidrosililasi ini masih memerlukan optimasi lebih lanjut untuk meningkatkan
rendemen amina lemak primer dan selektivitasnya. Oleh karena itu, walaupun
optimasi tidak secara menyeluruh dilakukan tetapi pengaruh beberapa faktor,
seperti waktu dan jumlah silana telah diuji pada tahap selanjutnya.

Uji Pengaruh Waktu, Jumlah Silana, dan Panjang Rantai Nitril Lemak
Analisis lebih lanjut pada hasil uji pengaruh waktu dan jumlah silana
dengan kromatografi gas ditunjukkan dalam Gambar 6. Meskipun kolom
kromatografi gas yang digunakan berbeda dari analisis sebelumnya, tetapi
keberadaan puncak senyawa-senyawa dugaan diketahui memiliki pola yang sama
dengan pola dalam kromatogram hasil pengujian awal hidrosililasi. Puncak
dengan waktu retensi sekitar 11.8, 12.5, dan 14.5 berturut-turut merepresentasikan
dodesilamina, dodekananitril, dan produk samping amina sekunder
didodesilamina.
Gambar 6 menunjukkan bahwa waktu reaksi memberikan dampak yang
signifikan pada hasil reduksi dodekananitril melalui hidrosililasi. Semakin
panjang waktu reaksi, dodesilamina yang dihasilkan semakin banyak (Gambar 6ac). Hal ini berarti bahwa dalam selang waktu kurang dari 18 jam, konversi nitril
lemak belum berjalan sempurna. Selama waktu tersebut, reaksi diduga masih
cenderung banyak membentuk senyawa antara imina dan sedikit membentuk
amina primer. Amina sekunder pun juga terbentuk dalam reaksi ini dengan
mekanisme yang telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan konversi nitril lemak,
dalam hal ini dodekananitril, sebagai respon dari perpanjangan waktu reaksi
didukung oleh hasil perhitungan nilai konversi yang telah ditampilkan dalam
metode penelitian (Tabel 1).

8

Gambar 6 Kromatogram hasil hidrosililasi dodekananitril dengan nisbah
nitril:silana 1:3 dan ragam waktu reaksi 24 jam (a), 18 jam (b), 12
jam (c), serta hidrosililasi dengan ragam nisbah nitril:silana 1:7 (d)
selama 24 jam. Puncak dalam kotak merah berturut-turut
menunjukkan produk amina primer, substrat, dan amina sekunder.
Tabel 1 Persentase konversi dodekananitril dari hasil pengujian pengaruh waktu
reaksi dan jumlah silana.
Perlakuan
% Konversi
Nisbah nitril:silana Waktu (jam)
1:3
12
59.0
1:3
18
60.0
1:3
24
80.0
1:7
24
99.4
Nilai konversi dalam Tabel 1 menunjukkan tidak ada perbedaan untuk
reaksi yang dilakukan selama 12 jam dan 18 jam. Namun, kromatogram
menunjukkan adanya peningkatan puncak didodesilamina (Gambar 6b-c). Ini
berarti bahwa pembentukan amina sekunder tersebut terjadi selama periode waktu
12 jam–18 jam. Sebagai tambahan, pembentukan amina sekunder terjadi ketika
jumlah silana dalam reaksi cukup rendah. Jumlah silana yang tinggi mendorong
perubahan dalam kesetimbangan reaksi kimia untuk menghasilkan amina primer
lebih cepat. Dengan demikian, hal ini menunjukkan bahwa pembentukan amina
lemak primer dari nitril lemak memiliki kendali kinetik.
Amina sekunder bukan merupakan produk yang diharapkan dalam
penelitian ini, tetapi dalam beberapa aplikasi senyawaan tersebut telah
dimanfaatkan untuk beberapa kebutuhan. Ketersediaan silana yang cukup

9
sepanjang reaksi sangat penting untuk menjaga hidrosililasi lauronitril tetap
menghasilkan amina primer. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang diperoleh dari
reaksi dengan nisbah nitril:silana 1:7 yang mencapai 99.4%. Puncak
didodesilamina pada kromatogram dengan jumlah silana tersebut yang sangat
rendah menunjukkan selektivitas yang sangat baik untuk reaksi dengan nisbah
nitril:silana 1:7 dalam menghasilkan amina primer (Gambar 6d).
Sejauh penelusuran yang dilakukan, kajian mengenai reduksi nitril lemak
melalui hidrosililasi belum banyak dilaporkan. Laporan yang ada kebanyakan
menunjukkan reduksi nitril lemak melalui hidrogenasi yang dikatalisis nikel
(Ostgard et al. 2007, Chen et al. 2010). Berdasarkan persen konversi yang dicapai,
metode ini menunjukkan hasil yang lebih baik daripada metode hidrogenasi yang
dilakukan oleh Ostgard et al. (2007) dan Chen et al. (2010). Walaupun
selektivitas dalam menghasilkan amina lemak primer baik dengan hidrogenasi dan
hidrosililasi hampir sama, tetapi penambahan basa dan penerapan tekanan yang
besar untuk menghasilkan selektivitas yang tinggi pada penelitian Ostgard et al.
(2007) dan Chen et al. (2010) dinilai dapat meningkatkan biaya produksi amina
ini. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi berguna karena memberikan metode
alternatif baru yang tidak kalah baiknya dengan metode reduksi nitril lainnya
dalam menghasilkan amina primer.
Isolasi Produk Dodesilamina
Isolasi yang dilakukan menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif
(KLTP) dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk dodesilamina
yang lebih murni. Dalam pekerjaan sebelumnya, beberapa komposisi eluen telah
diuji dengan menggunakan KLT untuk menghasilkan pemisahan yang paling baik.
Pemisahan terbaik untuk produk amina dari bahan baku dodekananitril diperoleh
dengan menggunakan eluen yang terbentuk dari campuran etil asetat:trietilamina
dengan nisbah 1:7. Pemisahan melalui KLTP menghasilkan tiga spot di bawah
sinar ultraviolet 254 nm (Gambar 7). Analisis kualitatif terhadap ketiga spot
dilakukan sebelumnya menggunakan KLT dengan membandingkan spot-spot
pada hasil hidrosililasi dengan bahan awal dodekananitril dan juga ligan. Spot
terbawah (isolat 1) dan teratas (isolat 3) berturut-turut diduga sebagai spot
dodekananitril dan ligan tmfen, sementara spot pada bagian tengah diduga
merupakan isolat produk amina yang diperoleh.
Dalam kromatografi lapis tipis, pemisahan komponen-komponen terjadi
karena adanya perbedaan interaksi setiap komponen baik dengan fase diam, dalam
hal ini silika gel, dan fase gerak (eluen). Interaksi yang terbentuk pada dasarnya
dipengaruhi oleh kepolaran komponen itu sendiri. Berdasarkan strukturnya,
kepolaran komponen dalam hasil hidrosililasi ini meningkat dengan urutan
lauronitril < didodesilamina < dodesilamina < ligan. Sebagai tambahan, fase diam
KLT dan eluen dalam penelitian ini berturut-turut bersifat polar dan nonpolar. Hal
ini dengan jelas menunjukkan spot dodekananitril mengambil tempat paling atas,
sedangkan ligan tmfen paling bawah. Dugaan komponen amina, baik amina
primer dan sekunder, pada spot bagian tengah masih belum dapat ditentukan.
Oleh karena itu, hasil isolasi yang diperoleh dianalisis lebih lanjut dengan
menggunakan GC/MS.

10

Gambar 7

Hasil pemisahan menggunakan KLTP di bawah sinar ultraviolet
254nm.

Isolat 1 tidak dianalisis lanjut menggunakan GC/MS karena, baik warna
dan waktu retensi spot pada KLT, telah menunjukkan dengan baik sebagai
komponen ligan tmfen. Hasil analisis GC-MS terhadap isolat 2 dan isolat 3
berturut-turut menunjukkan komponen senyawa dodesilamina dan dodekananitril
(Gambar 8). Puncak kromatogram pada hasil-hasil isolat memiliki waktu retensi
yang sama dengan analisis hasil hidrosililasi sebelumnya yang juga dilakukan
menggunakan GC/MS (Gambar 3). Sebagai tambahan, analisis 1H NMR yang
diterapkan terhadap isolat 2 menunjukkan 5 signal pada δ = 0.84 (3H, –CH3), 1.22
(18H, –CH2), 1.40 (2H, –CH2), 2.63 (2H, –CH2), dan 4.92 (2H, –NH2) (Lampiran
3). Dengan demikian, hal ini telah memperkuat dugaan bahwa isolat 2, yang
diperoleh dari spot bagian tengah KLTP, merupakan komponen produk amina
primer (dodesilamina).

Gambar 8 Kromatogram dari analisis menggunakan GC-MS untuk isolat 2 (a)
dan isolat 3 (b).

11
Pengujian terhadap Substrat Nitirl Lemak Lain
Pengujian terhadap substrat nitril lemak lainnya dilakukan untuk
mempelajari pengaruh panjang rantai terhadap konversi nitril lemak. Pada kondisi
reaksi terbaik dalam penelitian ini yang dilakukan selama 24 jam dengan nisbah
nitril:silana 1:7, hasil yang sangat baik juga diperoleh dalam konversi nitril lemak
dengan rantai karbon yang lebih panjang. Hasil analisis menggunakan GC dari
hasil konversi heksadekananitril (C16) dan oktadekananitril (C18) menjadi
heksadesilamina dan oktadesilamina berturut-turut ditunjukkan dalam Gambar 9.

Gambar 9 Kromatogram dari hasil reaksi hidrosililasi heksadekananitril (atas)
dan oktadekannitril (bawah) selama 24 jam pada suhu 100 °C dengan
nisbah nitril:silana 1:7. Puncak dalam kotak merah berturut-turut
menunjukkan produk amina primer, substrat, dan amina sekunder.

12
Dengan kondisi yang sama, dengan jelas ditunjukkan adanya pergeseran
waktu retensi. Hal ini bukan suatu masalah karena perpanjangan rantai
mempengaruhi kepolaran senyawa. Kepolaran senyawa nantinya akan
mempengaruhi interaksi senyawa tersebut dengan baik fase diam dan fase gerak
dalam kromatografi. Bagaimanapun, pola yang sama dari hasil analisis GC
sebelumnya yang ditunjukkan dalam Gambar 6 diperoleh pada hasil hidrolisis
substrat nitril C16 dan C18 ini. Pada kromatogram hasil hidrosililasi
heksadekananitril (Gambar 9 atas), produk amina primer (heksadesilamina),
substrat (heksadenanitril), dan produk samping amina sekunder memberikan
puncak dengan waktu retensi berturut-turut 17.4, 17.9, dan 18.2, sementara untuk
oktadesilamina, oktadekananitril, dan dioktadesilamina muncul berturut-turut
pada 19.4, 19.9, dan 20.1. Sama seperti hasil hidrosililasi dodekananitril,
hidrosililasi heksadenanitril dan oktadekananitril ini memberikan selektivitas yang
baik dalam menghasilkan produk amina primer.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan membandingkan luas puncak hasil
hidrosililasi dengan substrat, rantai nitril lemak yang lebih panjang dalam
penelitian ini diketahui memberikan penurunan terhadap persen konversi nitril
lemak. Namun, penurunan ini tidak begitu signifikan. Persen konversi
palmitonitril dan stearonitril masih tercapai tinggi dengan nilai berturut-turut
mencapai 98.3% dan 96.6%. Penurunan persen konversi ini terjadi karena
halangan ruang mulai memberikan pengaruh. Dalam banyak reaksi pada senyawa
organik, halangan ruang umumnya memberikan pengaruh secara signifikan.
Namun, kecilnya pengaruh yang diberikan akibat perbedaan panjang rantai dalam
penelitian ini disebabkan oleh tidak terlalu besarnya perbedaan panjang rantai itu
sendiri. Selain itu, dugaan kendali kinetik yang berperan juga mejadi salah satu
faktornya. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa hidrosililasi
menggunakan katalis Fe(II)-tmphen dapat diterapkan untuk semua nitril lemak
menghasilkan amina primer analognya.

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hidrosililasi menggunakan katalis kompleks Fe(II)-tmphen dapat
diterapkan sebagai metode alternatif untuk reduksi nitril lemak menjadi amina
lemak primer. Perpanjangan waktu reaksi dan peningkatan jumlah silana diketahui
meningkatkan konversi nitril lemak. Analisis menggunakan kromatografi gas
menunjukkan bahwa hidrosililasi dengan nisbah nitril:silana 1:7 pada suhu 100 °C
selama 24 jam di bawah atmosfer nitrogen memberikan konversi dodekananitril
tertinggi mencapai 99.4% dan selektivitas terbaik untuk nitril lemak dilihat dari
puncaknya pada kromatogram. Produk murni dapat diperoleh melalui
kromatografi menggunakan campuran etil asetat:trietilamina (1:7) sebagai fase
geraknya. Analisis menggunakan spektrofotometer NMR dengan jelas
menunjukkan bahwa produk murni tersebut merupakan dodesilamina. Panjang
rantai nitril lemak diketahui tidak menurunkan nilai konversi nitril lemak secara
signifikan. Nitril lemak terpanjang (oktadekananitril) ditunjukkan terkonversi
menjadi okadesilamina dengan persentase yang masih tinggi mencapai 96.6%.

13
Saran
Optimalisasi secara menyeluruh meliputi suhu serta jenis silana dan ligan
perlu dipelajari untuk memperoleh kondisi terbaik reaksi hidrosililasi nitril lemak.
Bentuk katalis heterogen dari katalis homogen Fe(II)-tmphen perlu dikembangkan
untuk pemisahan katalis yang lebih baik dalam hidrosililasi nitril lemak.

DAFTAR PUSTAKA
[USDA FAS]a United States Department of Agriculture Foreign Agricultural
Service. 2013. GAIN report: Indonesia Oilseeds and Product Annual 2013.
Amerika Serikat (ID1316): USDA.
[USDA FAS]b. United States Department of Agriculture Foreign Agricultural
Service. 2013. World agricultural production. [Internet]. [diunduh 2013 Jun 3].
Tersedia pada: http://www.fas.usda.gov/wap/current/.
Bornschein C, Werkmeister S, Junge C, Beller M. 2013. TBAF-catalyzed
hydrosilylation for the reduction of aromatic nitriles. New J Chem. 37:20612065. doi: 10.1039/c3nj00171g.
Caporusso AM, Panziera N, Pertici P, Pitzalis E, Salvadori P, Vitulli G, Martra G.
1999. Hydrosilylation of aromatic nitriles promoted by solvated rhodium atomderived catalysts. J Mol Cat A: Chemical. 150:275–285. doi: 10.1016/S13811169(99)00225-3.
Chen H, Xue M, Shen J. 2010. Surface properties of Ni/MgO catalysts for the
hydrogenation of lauronitrile. Catal Lett. 135: 246–255.
Crain D, Armstrong S, Brunton J, Robben T, Schmidt SE. 2013. In situ generation
of borane for the reduction of nitriles to primary amines. Transactions of the
Kansas Academic Science. 115(3/4):139–144. doi: 10.1660/062.115.0307.
Das et al. 2012. Two iron catalysts are better than one: a general and convenient
reduction of aromatic and aliphatic primary amides. Angew Chem. 124:1694–
1698. doi : 10.1002/ange.201108155.
Foley P, Kermanshahi pour A, Beach ES, Zimmerman JB. 2012. Derivatisation
and synthesis of renewable surfactans. Chem Soc Rev. 41:1499–1518. doi:
10.1039/c1cs15217c.
[Gapki] Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia. 2015. Refleksi industry
kelapa sawit 2014 dan prospek 2015. [diunduh pada 2015 Apr 1]. Tersedia
pada http//gapki.or.id.
Gunanathan C, Milstein D. 2010. Selective synthesis of primary amines directly
from alcohols and ammonia. Ange Chem. 45: 8661–8664. doi:
10.1002/anie.200803229.
Guo XF, Kim YS, Kim GJ. 2010. Hydrogenation of chiral nitrile on highly
ordered mesoporous carbon-supported Pd catalysts. Catal Today. 150: 22–27.
doi:10.1016/j.cattod.2009.04.022.
Imm S, Bahn S, Neubert L, Neumann H, Beller M. 2010. An efficient and general
synthesis of primary maines by ruthenium-catalyzed by amination of secondary
alcohols
with
ammonia.
Ange
Chem.
44:
8126–8129.
doi:
10.1002/anie.201002576.

14
Khurana JM, Kukreja G. 2002. Rapid reduction of nitriles to primary amines with
nickel boride at ambient temperature. Synthetic Comm. 32:1265–1269. doi:
10.1081/SCC-120003619.
Li Y, Gong Y, Xu X, Zhang P, Li H, Wang Y. 2012. A practical and benign
synthesis of amines trough Pd@mpg-C3N4 catalyzed reduction of nitriles. Catal
Comm. 28: 9–12. doi: 10.1016/j.catcom.2012.08.005.
Liu S, Yang Y, Zhen X, Li J, He H, Feng J, Whiting A. 2012. Enhanced reduction
of C–N multiple bonds using sodium borohydride and an amorphous nickel
catalyst. Org Biomol Chem. 10:663–670. doi: 10.1039/c1ob06471a.
Miao X, Bidange J, Dixneuf PH, Fischmeister C, Bruneau C, Dubois JL,
Couturier JL. 2012. Ruthenium–benzylidenes and ruthenium–indenylidenes as
efficient catalysts for the hydrogenation of aliphatic nitriles into primary
amines. ChemCatChem. 4: 1911–1916.doi: 10.1002/cctc.201200484.
Murai T, Sakane T, Kato S. 1990. Cobalt carbonyl catalyzed hydrosilylation of
nitriles: a new preparation of N,N-disilylamines. J Org Chem. 55:449–453.
Ostgard DJ, Olindo R, Berweiler M, Roder S, Tacke T. 2007. The chemoselective
hydrogenation of tallow nitriles to unsaturated 1° fatty amines with carbon
modified
Ni
catalyst.
Cat
Today.
121:106–114.
doi:
10.1016/j.cattod.2006.11.016.
Pehlivan L, Metay E, Laval S, Dayoub W, Demonchaux P, Mignani G, Lemarie
M. 2010. Alternative method for the reduction of aromatic nitro to amine using
TMDS-iron catalyst system. Tetrahedron. 10: 1971–1976. doi:
10.1016/j.tet.2010.12.070.
Pehlivan L, Metay E, Laval S, Dayoub W, Demonchaux P, Mignani G, Lemarie
M. 2011. Iron-catalyzed selective reduction of nitro compounds to amines.
Tetrahedron Lett. 15: 1939–1941. doi: 10.1016/j.tetlet.2010.01.067.
Reeves JT, Tan Z, Marsini MA, Han ZS, Xu Y, Reeves DC, Lee H, Lu BZ,
Senanayake CH. 2013. A practical procedure for reduction of primary,
secondary and tertiary amides to amines. Adv Synth Catal. 355: 47–52. doi:
10.1002/adsc.201200835.
Segobia DJ, Trasarti AF, Apesteguia CR. 2012. Hydrogenation of nitriles to
primary amines on metal-supported catalysts: highly selective conversion
of butyronitrile to n-butylamine. Appl Catal A: General. 445–446: 69–75.
doi: 10.1016/j.apcata.2012.08.006.
Stein M, Breit B. 2013. Catalitic hydrogenation of amides to amines under mild
conditions. Ange Chem. 8: 2287–2290. doi: 10.1002/ange.201207803.
Visek K. 2004. Fatty Amine. di dalam Watcher, editor. Kirk Othmer Encyclopedia
of Chemical Technology. Ed-4(2). New York: J Wiley.
Way J dan Wuest F. 2013. Fully automated synthesis of 4-[18F]fluorobenzylamine
based on borohydride/NiCl2 reduction. Nuclear Med Biol. 40:430–436. doi:
10.1016/j.nucmedbio.2012.11.010.

LAMPIRAN

15
Lampiran 1 Diagram alir penelitian

Dodekananitril
Fe(OAc)2, tmphen

Analisis GC/MS

Pengujian Awal
Hidrosililasi Nitril Lemak
(Dodekananitril)

%Konversi
>50%

Tidak

Ya

Analisis GC

Pengujian Pengaruh Waktu
Reaksi dan Jumlah Silana

Hasil dengan %
konversi tertinggi

Pengujian pada Substrat
nitril C16 & C18 dengan
kondisi terbaik

Purifikasi melalui KLTP

Dodesilamina
murni
Analisis GC
Analisis GC/MS
& NMR

16
Lampiran 2 Spektrum massa dari dodesilamina dan dodekananitril
(a) Spektrum dodesilamina hasil hidrosililasi (atas) dan database (bawah)

(b) Spektrum dodekananitril hasil hidrosililasi (atas) dan database wiley7n.l
(bawah)

17
Lampiran 3 Spektrum 1H NMR dari isolat 2

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 1986. Penulis
merupakan anak ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan Sagiman dan Titi
Komalawati. Tahun 2004, penulis lulus dari SMA Negeri 42 Jakarta dan diterima
untuk melanjutkan studi S1 di Institut Pertanian Bogor jalur undangan. Tahun
2009, penulis menyelesaikan studi S1 dan tahun 2012 diterima untuk melanjutkan
studi S2 di Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor. Perkuliahan penulis didanai oleh Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui program Beasiswa Unggulan Dikti selama 1
tahun.