Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN
KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Hubungan
Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Muhammad Choiruddin Azis
NIM A44090019

ABSTRAK
MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan
Kehadiran Burung di Kampus IPB Dramaga Bogor. Dibimbing oleh TATI
BUDIARTI dan SYARTINILIA.
Pohon memainkan peran penting untuk menciptakan karakter unik lanskap
dan juga berfungsi sebagai habitat bagi banyak burung. Pohon sendiri mempunyai
karakteristik yang dibentuk oleh arsitektur tajuk dan bentuk percabangan yang
berbeda satu sama lain. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
keanekaragaman pohon berdasarkan arsitekturnya, kekayaan jenis burung, tingkat
penggunaan pohon oleh burung, dan pengaruh yang diberikan oleh arsitektur
pohon terhadap kehadiran burung. Penelitian ini dilaksanakan dengan membagi
kampus IPB Dramaga dalam petak pengamatan yang berukuran 300m x 300m
kemudian tiap petak diamati kondisi fisik pohon meliputi tajuk, percabangan,
ukuran daun, keberadaan bunga dan buah, dan kehadiran burung pada pohon yang
dipilih. Dalam penelitian ini didapatkan 99 pohon sampel yang tersebar dalam 24

petak pengamatan dengan 27 spesies burung pada pohon sampel. Dari hasil
analisis terlihat bahwa parameter yang mempengaruhi kehadiran burung adalah
bentuk percabangan dan keberadaan bunga, dengan model Y = 0,566 + 2,777 X1 +
2,543 X2. Dari referensi dan hasil penelitian diketahui bahwa burung lebih
memilih pohon dengan percabangan vertical dan berbunga. Dari hasil penelitian
ini juga direkomendasikan beberapa jenis pohon yang dapat menarik lebih banyak
burung
Kata kunci: habitat burung, pemilihan pohon, petak pengamatan, pohon

ABSTRACT
MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS. Study of Correlation of Tree Architecture
and Birds Presence in IPB Dramaga Campus Bogor. Supervised by TATI
BUDIARTI and SYARTINILIA.
Trees play a major role for creating the landscape characteristic and also
functions as a habitat for many birds. Trees has characteristic created by canopy
and branches shape that differ each other. The research goals were to analyze the
tree diversity based on its architecture, bird species richness, trees usage level by
birds, and the influence given by tree architecture to bird presence. This research
was conducted by divide IPB Dramaga campus into observation plots by size
300m x 300m. Then each plot was observed the trees physic include its canopy,

branches, leaf size, flower and fruit existance and birds presence on the selected
trees. In this research gained 99 sample trees that divided into 24 observation plots
with 27 species of birds on the sample trees. From the result of analysis seen that
parameter of the trees that influence bird presence are branches shape and flower
existance, with model Y = 0,566 + 2,777 X1 + 2,543 X2. From the reference and
research result we knew that bird most prefered tree with vertical branch and have
flower on it. From this research result also recommended some tree species that
can attract more birds.
Keywords: birds habitat, observation plots, tree preference, trees

KAJIAN HUBUNGAN ARSITEKTUR POHON DAN
KEHADIRAN BURUNG DI KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

MUHAMMAD CHOIRUDDIN AZIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di
Kampus IPB Dramaga Bogor
Nama
: Muhammad Choiruddin Azis
NIM
: A44090019

Disetujui oleh

Dr. Ir. Tati Budiarti, MS
Pembimbing I

Dr. Syartinilia, SP, MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr
Ketua Departemen

Tanggal disetujui :

l udul Skripsi: Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di
Kampus IPB Dramaga Bogor
ama
: Muhammad Choiruddin Azis
NIM
: A44090019

Disetujui oleh

D . Ir. Tati Budiarti MS
Pembimbing I


Tanggal disetujui:

2 D MAR 2014

Dr. Syartinilia, SP, MSi
Pembimbing II

PRAKATA
Segala puji dan syukur hanyalah milik Alloh SWT yang atas segala nikmat
dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan laporan penelitian ini. Laporan
penelitian berjudul “Kajian Hubungan Arsitektur Pohon dan Kehadiran Burung di
Kampus IPB Dramaga Bogor” ini disusun sebagai salah satu prasyarat kelulusan
di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi I dan Ibu Dr.
Syartinilia, SP. MSi selaku dosen pembimbing skripsi II yang telah
merelakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dari awal
perencanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Dr. Kaswanto, SP. MSi sebagai penguji pada ujian skripsi yang telah

memberikan banyak masukan untuk memperbaiki skripsi ini.
3. Prof. Dr. Ir. Hadi Susilo Arifin, MS selaku dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen Departemen Arsitektur Lanskap yang telah membagikan ilmu
kepada penulis dari awal masuk sampai keluar dari departemen.
4. Seluruh anggota Uni Konservasi Fauna - IPB atas ide-ide yang diberikan
untuk merumuskan penelitian ini dan kebersamaan yang telah diberikan dari
awal penulis masuk sampai waktu yang tidak terhingga.
5. Seluruh teman-teman ARL 46 atas bantuan dan semangat yang diberikan dari
persiapan MPD sampai kapanpun.
6. Seluruh teman-teman Manggolo Putro Ponorogo, khususnya penghuni PAS
yang telah menemani selama bertahun-tahun dengan segala suka dan duka.
7. Orang tua dan seluruh keluarga atas segala doa, semangat, dan kasih sayang
yang diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi
penulis berharap agar hasil penelitian ini bisa bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan menjadi pendorong untuk penelitian yang lebih dalam lagi.

Bogor, Maret 2014
Muhammad Choiruddin Azis


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

v

DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3

METODOLOGI

4

Lokasi dan Waktu Penelitian

4

Bahan

5


Alat

5

Batasan Studi

6

Metode Penelitian

6

Inventarisasi (Pengumpulan Data)

7

Identifikasi pohon

7


Kekayaan jenis burung

8

Analisis

8

Analisis keanekaragaman pohon

8

Analisis kekayaan jenis burung

8

Analisis penggunaan pohon oleh burung

9

Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung
Sintesis
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

10
11
11
11

Kondisi umum kawasan

11

Keanekaragaman pohon

12

Kekayaan jenis burung

16

Penggunaan pohon oleh burung

22

Hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung

29

Pembahasan

29

Rekomendasi

33

PENUTUP

37

Simpulan

37

Saran

37

DAFTAR PUSTAKA

37

LAMPIRAN

40

RIWAYAT HIDUP

83

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Bentuk dan jenis data
Alat penelitian
Daftar jenis burung pada petak pengamatan
Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel
Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel

5
5
17
18
21

Data penggunaan pohon oleh burung

28

Rekomendasi jenis pohon yang mengundang banyak burung

36

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian
2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan
berukuran 300m x 300 m dan titik pohon sampel
3 Kerangka alir penelitian
4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983)
5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al 1994)
6 Pembagian strata pohon
7 Peta persebaran titik pohon sampel dengan pembagian petak berukuran
300 m x 300 m
8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak
9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel
10 Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel
11 Klasifikasi ukuran daun pada pohon
12 Keberadaan bunga pada pohon
13 Keberadaan buah pada pohon
14 Jumlah jenis burung pada petak pengamatan
15 Peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan
16 Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling
tinggi
17 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk tajuk
18 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk
tajuk
19 Jumlah jenis burung berdasarkan bentuk percabangan
20 Tingkat penggunaan rata-rata pohon oleh burung berdasarkan bentuk
percabangan
21 Jumlah jenis burung pada pohon berdasarkan ukuran daun
22 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan ukuran daun
23 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan bunga pada pohon
24 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan bunga
pada pohon
25 Jumlah jenis burung berdasarkan keberadaan buah pada pohon
26 Tingkat penggunaan rata-rata pohon berdasarkan keberadaan buah pada
pohon

3
4
6
7
7
10
12

13
13
14
14
15
15
16
19
20
22
23
24
24
25
25
26
26
27
27

27 Perbandingan percabangan vertical (Stevens et al. 1994) dan arsitektur
pohon Attim (Hale et al. 1978)

33

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Data pohon sampel
Dokumentasi pohon sampel
Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel
Dokumentasi jenis-jenis burung yang berada di pohon sampel
(Sumber : Dokumentasi lapang)
5 Dokumentasi jenis-jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel
(Sumber : Dokumentasi lapang)
6 Data penggunaan pohon oleh burung
7 Dokumentasi penggunaan pohon oleh burung
8 Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda pada pohon

40
44
67
71
75
76
80

82

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pohon adalah tanaman dengan batang berkayu, berakar dalam, dan memiliki
percabangan jauh dari tanah serta tinggi lebih dari 3 meter (Hakim dan Utomo
2003). Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak dan menopang tajuk
pohon. Pohon berdasarkan ketinggiannya dibedakan atas pohon rendah, pohon
sedang, dan pohon tinggi. Pohon rendah ialah pohon yang tingginya kurang dari 6
m; pohon sedang adalah pohon yang memiliki ketinggian antara 6 - 12 m;
sedangkan pohon tinggi ialah pohon yang ketinggiannya mencapai lebih dari 12 m
(Bridwell 2003). Pembagian jenis pohon ini berdasarkan pada tinggi dan lebar
pohon ketika sudah mencapai usia dewasa.
Pohon juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang sangat
sering digunakan dalam pengembangan suatu tapak atau lanskap dengan berbagai
karakteristiknya yang unik. Salah satu karakter unik pohon adalah bentuk
arsitektur pohon yang dominan dibentuk oleh tajuknya. Pohon dengan berbagai
bentuk tajuknya berperan besar dalam pembentukan karakter lanskap sebagai
fungsi arsitektural, seperti untuk menciptakan ruang, screening, dan menyediakan
privasi. Selain itu, penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki
fungsi ekologi, salah satunya sebagai habitat dari berbagai satwa yang menempati
relung ekologi masing-masing. Bentuk pohon merupakan elemen desain yang
paling memegang peranan dan harus dipertimbangkan dalam membuat
perancangan lanskap (Booth 1983). Bentuk tajuk pohon adalah elemen utama
yang menentukan bentuk arsitektur suatu pohon. Selain bentuk tajuk, bentuk
percabangan pohon itu sendiri juga menjadi elemen pendukung dalam membentuk
arsitektur suatu pohon. Percabangan pohon yang bervariasi dengan karakter yang
unik dapat menghasilkan bentuk arsitektural pohon yang bisa dimanfaatkan
sebagai focal point di dalam tapak dan dapat menunjang karakter lanskap tertentu.
Selain arsitektur dari bentuk tajuk dan tipe percabangan, keindahan suatu
pohon juga dibentuk oleh daun, bunga dan buah. Ukuran, warna, dan bentuk daun
menentukan fungsi suatu pohon di dalam lanskap, di samping itu juga
mempengaruhi kehadiran burung ke pohon tersebut (Mardiastuti 1993;
MacKinnon 2010). Bunga adalah bagian yang sangat populer dalam identifikasi
dan pemilihan pohon. Masa pembungaan yang hanya berlangsung sekali atau
beberapa kali dalam setahun mempengaruhi keindahan pohon karena tidak bisa
dinikmati sepanjang waktu. Keberadaan buah dipengaruhi oleh munculnya bunga
pada pohon, sehingga juga hanya bisa dilihat di saat-saat tertentu. Keberadaan
buah dalam suatu lanskap tidak terlihat secara signifikan dan tidak ornamental,
tetapi buah mempengaruhi kehadiran burung di pohon tersebut (Bridwell 2003).
Penggunaan pohon di dalam suatu lanskap juga memiliki fungsi ekologi, yaitu
sebagai habitat dari berbagai satwa yang mempunyai relung ekologi (ecological
niche) masing-masing dalam satu individu pohon. Sehingga dalam penataan
lanskap perlu diperhatikan variabel fisik pada pohon tersebut yang bisa
mendukung kehidupan satwa di dalamnya.
Satwa juga merupakan salah satu elemen lunak (softscape) yang bisa
menjadi indikator keberlanjutan fungsi ekologis dalam suatu tapak atau lanskap.

2
Salah satu jenis satwa yang sering berada di tapak atau lanskap adalah dari jenis
burung. Burung merupakan kelompok satwaliar yang paling merata
penyebarannya dikarenakan kemampuan terbang yang dimilikinya. Burung
memiliki pemilihan jenis pohon yang berbeda sesuai dengan faktor yang tersedia
untuk mendukung kelangsungan hidupnya (Pettingill 1970). Penggunaan pohon
bagi burung juga sangat beragam, sebagai sarang, shelter (tempat istirahat),
tempat mencari pakan atau berburu, tempat berkembang biak, tempat bermain dan
mengasuh anak (Welty 1982). Habitat juga berfungsi sebagai tempat untuk
bersembunyi dari musuh-musuh yang akan menyerang dan mengganggunya
(Endah 2002).
Burung memanfaatkan bagian pohon yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan, ada yang berada di batang untuk mencari serangga, bersarang di
bagian ranting pohon, memakan buah atau nektar bunga, dan sebagainya.
Sehingga tipe pohon yang digunakan di dalam tapak berpengaruh besar terhadap
kelangsungan hidup burung yang ada di dalamnya. Menurut Perrins dan Birkhead
(1983), suatu habitat yang baik untuk perkembangbiakan burung biasanya adalah
habitat yang dapat memberikan potensi pakan yang cukup besar. Burung pada
umumnya mudah dijumpai pada berbagai tipe strata, mulai strata paling bawah
sampai pada tajuk yang paling atas. Setiap strata mempunyai karakteristik
tersendiri sehingga jenis burung yang ada pada setiap strata juga berbeda.
Tingginya pemanfaatan strata bagian tengah oleh burung dikarenakan pada bagian
ini banyak terdapat daun-daun yang lebih muda dan buah-buahan yang lebih
masak (MacKinnon 2010).
Saat ini belum banyak penelitian mengenai hubungan penggunaan pohon
dengan berbagai model arsitekturnya terhadap keberadaan satwa khususnya
burung yang ada di dalam tapak. Dengan arsitektur batang dan tajuk yang berbeda,
maka akan tercipta ruang berbeda juga sebagai habitat burung. Penelitian ini
dilakukan untuk menguji variabel arsitektur pohon maupun faktor lain pada pohon
yang berpengaruh terhadap kekayaan jenis burung yang ada di pohon tersebut.
Dengan demikian diharapkan ke depannya pemilihan pohon dalam penataan tapak
atau lanskap tidak hanya mempertimbangkan aspek arsitektural tetapi juga
memperhatikan kehidupan satwa khususnya burung yang nantinya akan
menempati pohon tersebut. Kerangka pikir dari penelitian ini ditampilkan dalam
Gambar 1.
Kampus IPB (Institut Pertanian Bogor) Dramaga dengan luasan 297 ha
masih memiliki banyak sekali tegakan pohon yang dapat digunakan sebagai bahan
pada penelitian ini. Kampus IPB Dramaga sendiri memiliki keanekaragaman
burung yang tinggi, dalam Mulyani (2001) disebutkan bahwa informasi pertama
mengenai jenis burung di kampus IPB Dramaga dilaporkan oleh Alikodra (1976)
yang berhasil mengidentifikasi 18 jenis burung, kemudian Putro (1982) berhasil
menemukan 41 jenis. Penelitian oleh Mulyani (1985) berhasil menemukan 39
jenis, Balen et al. (1986) dan Hernowo et al. (1991) melaporkan 68 jenis, Mulyani
(2001) berhasil melaporkan sebanyak 39 jenis burung, dan penelitian dari Kurnia
(2003) berhasil menemukan 72 jenis burung. Di kampus IPB Dramaga juga
banyak pohon dengan bentuk tajuk yang beragam dan beberapa terbentuk dengan
sempurna karena ditanam secara soliter. Dengan demikian kampus IPB Dramaga
sangat sesuai untuk dijadikan sebagai lokasi penelitian ini yang membutuhkan
pohon sampel dengan bentuk tajuk yang sempurna sebagai salah satu variabel

3
bebas yang utama dan keanekaragaman burung tinggi yang menjadi variabel
terikat untuk mendatangi pohon-pohon tersebut.
Elemen Lunak Lanskap
(
)
Vegetasi

Satwa

Pohon

Burung

Arsitektural

Ekologi

Arsitektur Pohon

Habitat

Kampus IPB
Dramaga

Analisis Korelasi

Rekomendasi Preferensi Arsitektur Pohon dengan
Kehadiran Burung untuk Perencanaan Tata Hijau Lanskap

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian
Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Penelitian ini bertujuan untuk:
menganalisis keragaman arsitektur pohon berdasarkan bentuk tajuk,
percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah,
menganalisis kekayaan spesies burung yang mendatangi pohon berdasarkan
arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga,
menganalisis tingkat penggunaan pohon oleh burung, dan
menganalisis variabel fisik pohon yang berpengaruh nyata terhadap jumlah
jenis burung.

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi mengenai hubungan
antara pohon dengan bentuk arsitekturnya yang menjadi habitat burung dan
kehadiran burung ke pohon tersebut. Hasil dari penelitian ini juga diharapkan bisa
menjadi acuan dalam pemilihan pohon yang digunakan dalam pengembangan
lanskap agar sesuai sebagai habitat satwa khususnya burung.

4

METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kawasan Kampus IPB Dramaga
(Gambar 2). Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis
antara 6o 32’ 41” – 6o 33’ 58” LS, dan 106o 42’ 47” – 106o 44’ 07” BT.
Ketinggian tempat sekitar 190 mdpl, termasuk dataran rendah. Berbatasan dengan
Sungai Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung
Ilir) di bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa
Babakan di bagian timur. Pengambilan data mencakup inventarisasi pohon pada
tanggal 27 Maret – 8 April 2013, dilanjutkan dengan pengamatan burung pada
tanggal 23 April – 11 Juni 2013. Data yang sudah didapatkan kemudian dianalisis
sesuai kebutuhan sambil dilakukan penyusunan laporan yang berjalan sampai
bulan Januari 2014.

Gambar 2 Peta kampus IPB Dramaga dengan pembagian petak pengamatan
berukuran 300m x 300m dan titik pohon sampel ()
(Sumber : Direktorat Fasilitas dan Properti IPB 2010)

5
Bahan
Bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini berupa data arsitektur pohon
dan jenis burung yang dikumpulkan secara langsung di lapangan. Selain itu
dibutuhkan juga data iklim dan cuaca pada saat penelitian sedang berlangsung.
Data yang dikumpulkan dijelaskan pada Tabel 1.
Tabel 1 Bentuk dan jenis data
No Jenis
Kegunaan
Sumber
1
Bentuk tajuk
Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang
pohon
2
Tipe percabangan Mengidentifikasi arsitektur pohon Observasi lapang
pohon
3
Ukuran daun
Mengidentifkasi faktor lain yang
Observasi lapang
mempengaruhi kehadiran burung
4
Keberadaan
Mengidentifkasi faktor lain yang
Observasi lapang
bunga atau buah
mempengaruhi kehadiran burung
5
Jumlah jenis
Menganalisis kekayaan jenis
Observasi lapang
burung
burung
6
Posisi burung
Mengetahui penggunaan pohon
Observasi lapang
oleh burung
7
Perilaku burung
Mengetahui penggunaan pohon
Observasi lapang
oleh burung
8
Iklim
Menganalisis faktor di luar pohon BMKG
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah binokuler, fieldguide
pengenalan jenis burung, Global Positioning System (GPS), kamera, dan laptop
dengan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS Statistics 17.0. Peralatan ini
dibutuhkan untuk membantu proses pengumpulan data sampai analisis terhadap
data yang sudah didapatkan di lapangan. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2 Alat penelitian
No. Kegiatan
Alat
Kegunaan
1
Pengambilan data a. Binokuler
Membantu mengamati burung
burung
dengan jarak yang jauh
b. Fieldguide
Mengidentifikasi jenis burung
burung
yang diamati
2
Pengambilan data Global
Menandai titik pohon yang diamati
pohon
Positioning
System (GPS)
3
Dokumentasi
Kamera
Mengambil gambar
4
Analisis
a. Microsoft
Mengolah data kekayaan burung
Excel 2007
dan penggunaan habitat
b. SPSS
Mengolah data korelasi variabel
Statistics
bebas dan variabel terikat
17.0

6
Batasan Studi
Batasan dalam penelitian ini adalah mengkaji hubungan antara arsitektur
pohon dengan kehadiran burung pada pohon tersebut. Selain data bentuk
arsitektur yang dibentuk oleh bentuk tajuk dan tipe percabangan, pada pohon yang
diamati juga diambil data ukuran daun dan keberadaan bunga atau buah yang bisa
mengundang kedatangan burung. Data ini diambil untuk mencari faktor lain yang
mempengaruhi kehadiran burung apabila parameter arsitektur pohon tidak
berpengaruh secara nyata. Data burung yang dikumpulkan mencakup jenis, posisi,
dan perilaku burung tersebut untuk mengetahui penggunaan pohon oleh suatu
jenis burung. Data burung ini akan mendukung data parameter pohon yang
mempengaruhi kehadiran jenis burung ke pohon tersebut.
Metode Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu inventarisasi,
analisis, dan sintesis. Inventarisasi mencakup proses pengumpulan data baik
Inventarisasi

Penentuan
Pembagian
pohon
sampel
Petak Penelitian

Penentuan
Pembagian
petak
Pohon
Sampel
pengamatan

Pengamatan
pohon Sampel
sampel
Pohon

Pengamatan
Burung
burung

Pengamatan bentuk tajuk, bentuk
percabangan, ukuran daun, dan
keberadaan buah/ bunga

Pengamatan jenis,
posisi, dan perilaku
burung

Analisis
arsitektur
Arsitektur pohon
Pohon

Analisis kekayaan
jenis burung

Analisis

Analisis
penggunaan pohon
oleh burung

Analisis hubungan arsitektur
pohon dengan kehadiran burung
Sintesis

RekomendasiPreferensi
preferensi Arsitektur
arsitektur pohon
Rekomendasi
Pohon dengan
dengan
kehadiranBurung
burunguntuk
untukPerencanaan
perencanaanTata
tata hijau
Kehadiran
Hijaulanskap
Lanskap
Gambar 3 Kerangka alir penelitian

7
secara langsung dari lapangan maupun dari sumber sekunder, yang kemudian
dianalisis untuk mengolah data yang didapatkan dan dilanjutkan dengan
penyusunan sintesis berupa rekomendasi tata hijau di kawasan kampus IPB
Dramaga berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan. Kerangka alir penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Inventarisasi (Pengumpulan Data)
Identifikasi pohon
Pengamatan pohon yang dilakukan dimulai dengan menginventarisasi
pohon-pohon yang ada di kawasan kampus IPB Dramaga. Dari pohon-pohon yang
telah dikumpulkan dipilih pohon sampel dan ditandai menggunakan GPS dan
dibuat peta penyebaran pohonnya. Kemudian dilakukan pembagian area kampus
IPB Dramaga ke dalam petak-petak pengamatan yang berukuran 300 m x 300 m.
Pohon yang dipilih sebagai sampel adalah pohon berkayu berukuran sedang dan
tinggi, yaitu pohon dengan ukuran dewasa memiliki tinggi lebih dari 6 meter.
Selain itu pohon sampel juga harus memiliki ekspresi tajuk yang sempurna dan
tidak mengalami kerusakan pada batang dan tajuknya. Ekspresi tajuk sempurna
yang dimaksudkan di sini adalah tajuk pohon tersebut 80-100% mendekati bentuk

Fastigiate

Columnar

Pyramidal

Spreading

Weeping

Rounded

Picturesque

Gambar 4 Bentuk tajuk (Sumber : Booth 1983)

Weeping

Pendulous

Tortuous

Vertical

Horizontal

Gambar 5 Bentuk percabangan (Sumber : Stevens et al. 1994)

8
tajuk menurut Booth (1983) dengan kerusakan seminimal mungkin. Data yang
dikumpulkan dari pohon adalah jenis pohon, bentuk tajuk menurut Booth (1983),
bentuk percabangan menurut Stevens et al. (1994), ukuran daun, dan keberadaan
bunga dan buah. Bentuk tajuk dan percabangan ditampilkan pada Gambar 4 dan
Gambar 5. Pembagian ukuran daun dilakukan secara deskriptif kualitatif
berdasarkan visual, yaitu daun besar, daun sedang dan daun kecil. Data
keberadaan bunga dan buah dilakukan dengan mengamati kondisi pohon ketika
pengamatan berlangsung sedang menghasilkan bunga dan buah atau tidak.
Kekayaan jenis burung
Burung yang diamati pada penelitian ini adalah burung yang berada pada
pohon yang telah dipilih. Proses inventarisasi burung pada pohon yang diamati
menggunakan metode Penghitungan dari Titik Hitung (Point Count for Birds)
yang dianjurkan oleh Sutherlands (2001) dalam Darjono dan Duryati (2004). Pada
penelititan ini pengamatan dilakukan dengan mencatat semua data perjumpaan
dengan burung yang berada di pohon terpilih, mencakup jenis, lokasi
keberadaannya di pohon, dan perilakunya ketika diamati. Pada setiap petak yang
diamati dilakukan pengamatan selama satu hari dengan tiga waktu pengamatan
yang berbeda, yaitu pagi dari pukul 06.00 - 08.00, siang pukul 11.00 – 13.00, dan
sore pukul 15.00 – 17.00. Kemudian untuk setiap pohon sampel yang diambil dari
petak tersebut diamati selama 15 menit untuk mengetahui keberadaan burungnya
pada setiap waktu pengamatan. Setiap jenis burung yang dapat dilihat langsung
dicatat dan didokumentasikan atau dibuat sketsa gambarnya jika tidak sempat
didokumentasikan serta diberi keterangan mengenai warna bulu, warna mata,
bentuk leher, warna kaki, bentuk kaki, warna paruh, dan perkiraan ukuran tubuh.
Burung yang sudah dikenal langsung dicatat nama jenisnya, sedangkan yang
belum dikenal pemberian nama jenis dilakukan setelah dicocokkan antara foto
atau sketsa gambar di lapangan dengan ilustrasi gambar yang terdapat pada buku
Panduan Pengenalan Jenis Burung. Pemberian nama jenis dan nama ilmiah
terhadap burung yang dijumpai mengikuti tata nama MacKinnon et al. (2010) dan
Sukmantoro et al. (2007). Dari data jenis burung yang telah ditemukan dibuat peta
penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan yang diklasifikasikan
dalam tiga kelompok, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kelompok tinggi adalah
petak yang dijumpai lebih dari 10 jenis burung pada pohon sampel yang diambil,
sedang adalah petak dengan perjumpaan 6 sampai 10 jenis burung, dan rendah
adalah petak dengan perjumpaan kurang dari 6. Selain itu juga dibuat peta
penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi.
Analisis
Analisis keanekaragaman pohon
Arsitektur pohon contoh yang diambil dianalisis secara deskriptif meliputi
bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah.
Data ini kemudian dibandingkan antar petak untuk mengetahui kecenderungan
penggunaan pohon berdasarkan arsitekturnya di Kampus IPB Dramaga.
Analisis kekayaan jenis burung
Kekayaan jenis burung dianalisis untuk mengetahui banyaknya jenis burung
yang ada di pohon sampel yang diambil sekaligus nilai kekayaan jenis dari burung

9
yang datang tersebut. Kekayaan jenis (species richness) burung yang diamati
diukur dengan Indeks Kekayaan Jenis Jackknife. Nilai indeks digunakan untuk
mengetahui kekayaan jenis satwa dalam suatu komunitas. Persamaan untuk
menghitung nilai kekayaan jenis burung ini adalah sebagai berikut:

Keterangan :
S = indeks kekayaan jenis Jackknife
s = total jumlah jenis yang teramati
n = banyaknya unit contoh
k = jumlah jenis yang unik (yang hanya ditemukan pada satu unit contoh)
Keragaman dari nilai dugaan (S), dihitung dengan rumus:

Keterangan :
var(S) = keragaman dugaan Jackknife untuk kekayaan jenis
fj
= jumlah jenis contoh dimana ditemukan j jenis unik (j = 1,2,3,...,s)
Analisis penggunaan pohon oleh burung
Pengunaan pohon oleh burung sebagai habitatnya adalah salah satu bentuk
hubungan yang terjadi di antara keduanya. Hal ini perlu dianalisis untuk
mengetahui besarnya tingkat penggunaan pohon oleh burung sehingga didapatkan
gambaran besarnya tingkat penggunaan tersebut melalui sebuah angka. Nilai ini
digunakan untuk mengetahui pemanfaatan habitat, dalam penelitian ini adalah
pohon oleh burung dengan melihat banyaknya jumlah jenis yang memanfaatkan
suatu pohon dari total jumlah jenis burung yang ditemukan. Untuk mengetahui
tingkat penggunaan pohon oleh burung digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :
Ft = fungsi habitat atau pohon bagi burung
St = jumlah jenis burung yang menggunakan habitat atau pohon
Sp = jumlah keseluruhan jenis burung yang ada di lokasi penelitian
Nilai yang didapatkan dari persamaan ini kemudian dibagi jumlah pohon pada
masing-masing perlakuan pada suatu parameter. Hal ini karena jumlah pohon
pada masing-masing perlakuan tidak sama sehingga untuk menyetarakannya perlu
dicari rata-rata tingkat penggunaan per individu pohon pada perlakuan tersebut.
Selain melihat tingkat penggunaannya, dalam penelitian ini juga dianalisis
penggunaan strata pohon oleh burung. Burung memanfaatkan pohon dalam strata
yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing burung di pohon tersebut.
Analisis terhadap penggunaan strata pohon oleh burung dilakukan secara
deskriptif kualitatif, yaitu dengan menghubungkan antara persebaran vertikal jenis

10
burung dengan jenis pohon yang didatangi, sehingga dapat diketahui jenis burung
yang menggunakan strata pada masing-masing jenis pohon. Dalam penelitian ini
strata pohon akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tajuk, batang, dan bagian di
bawah pohon seperti yang tercantum pada Gambar 6. Strata tajuk sendiri akan
dibagi menjadi tiga, yaitu tajuk bagian atas, tengah dan bawah. Pembagian strata
tajuk ini dilakukan untuk mendapatkan data posisi burung pada pohon dengan
lebih detail. Posisi burung ini perlu diketahui untuk mengetahui kecenderungan
penggunaan ruang pada pohon dengan bentuk arsitekturnya yang bermacammacam

Gambar 6 Pembagian strata pohon
Keterangan:
A = Tajuk pohon
B = Batang pohon
C = Bagian bawah pohon
1 = Tajuk atas
2 = Tajuk tengah
3 = Tajuk bawah
Analisis hubungan arsitektur pohon dan kehadiran burung
Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang disediakan
pohon yang berpengaruh secara nyata terhadap jumlah jenis burung yang datang
di pohon tersebut. Dengan asumsi data menyebar normal, analisis data yang
digunakan yaitu dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis
regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh yang
diberikan oleh variabel bebas (independen) yaitu bentuk tajuk, bentuk
percabangan, ukuran daun, dan keberadaan bunga atau buah terhadap variabel
bergantung/ terikat (dependen) yaitu jumlah jenis burung yang ditemukan. Model
persamaan regresi linier berganda yang digunakan sebagai berikut:

Dimana:
Y = Jumlah jenis burung yang ditemukan
a = Konstanta regresi
bn = Koefisien

11
X1 = Variabel bentuk tajuk pohon
X2 = Variabel bentuk percabangan pohon
X3 = Variabel ukuran daun
X4 = Variabel keberadaan buah
X5 = Variabel keberadaan bunga
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistics 17.0.
Kemudian dilakukan uji F untuk mengetahui apakah model persamaan yang
diajukan dapat diterima atau tidak. Jika P < 0,15 maka model yang diajukan dapat
diterima. Besarnya nilai probabilitas (α) ini sebenarnya tergantung pada
keberanian pembuat keputusan (desicion maker), berapa besarnya kesalahan (yang
menyebabkan resiko) yang akan ditolerir (Supranto 2009).
Untuk menguji signifikansi konstanta dari setiap variabel independen, maka
dilakukan uji t. Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0 = Variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
H1 = Variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
Dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
Jika probabilitas < 0,15 maka tolak H0
Jika probabilitas > 0,15 maka terima H0
Sintesis
Hasil dari penelitian ini diketahui parameter yang paling mempengaruhi
kedatangan burung pada suatu pohon. Kemudian dengan model yang telah
diajukan dapat ditentukan karakter pohon yang sesuai untuk mengundang burung
ke dalam suatu lanskap, menyesuaikan dengan parameter bebas pada model..

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi umum kawasan
Kampus IPB Dramaga secara administratif terletak di Desa Babakan,
Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Letak geografis
antara 6o32’41” sampai 6o33’58” LS, dan 106o42’47” sampai 106 o44’07” BT.
Berada di ketinggian sekitar 190 mdpl, maka kawasan ini masih termasuk dataran
rendah. Lokasi kampus ini berjarak sekitar + 13,3 km dari Kota Bogor ke arah
Jasinga dan sekitar + 52 km sebelah selatan Jakarta. Berbatasan dengan Sungai
Ciapus dan Cisadane di bagian utara, Sungai Cihideung (Desa Cihideung Ilir) di
bagian barat, Jalan Raya Dramaga di bagian selatan, dan pemukiman Desa
Babakan di bagian timur.
Data iklim tahun 2012-2013 dari Stasiun Klimatologi Kelas I Dramaga,
Bogor, suhu udara rata-rata bulanan sebesar 25,8oC dengan suhu tertinggi sebesar
26,3oC terjadi pada bulan Oktober dan suhu terrendah sebesar 25,1 oC terjadi pada
bulan Januari. Curah hujan rata-rata bulanan sebesar 316,2 mm dengan hari hujan
tertinggi sebanyak 28 hari dan curah hujan tertinggi sebesar 548,9 mm terjadi

12
pada bulan Januari. Kelembaban udara relatif rata-rata tahunan wilayah ini adalah
sebesar 84,3%
Keanekaragaman pohon
Berdasarkan inventarisasi pohon yang dilakukan selama 13 hari, yaitu
tanggal 27 Maret – 8 April 2013 didapatkan 99 individu pohon yang memiliki
bentuk tajuk yang mendekati sempurna, yang tersebar dalam 24 petak di seluruh
kampus IPB Dramaga. Petak yang digunakan berukuran 300m x 300m,
berdasarkan pada survei awal yang sudah dilakukan sebelumnya. Keseluruhan
pohon sampel yang diambil mewakili tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983).
Peta penyebaran pohon sampel tersaji pada Gambar 7. Sedangkan data arsitektur
pohon yang berhasil dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan lokasi plot
tercantum pada Lampiran 1 dan dokumentasi pohon sampel yang diambil
tercantum pada Lampiran 2. Pada Gambar 8 dicantumkan grafik untuk
membandingkan komposisi pohon pada masing-masing petak pengamatan yang
digunakan.

Gambar 7 Peta persebaran titik pohon sampel () dengan pembagian petak
berukuran 300 m x 300 m
Pada peta dalam Gambar 7 di atas dapat dilihat bahwa penyebaran pohon
sampel yang diambil tidak merata di seluruh plot pengamatan yang ada di kampus
IPB Dramaga. 99 pohon sampel yang didapatkan adalah hasil survei yang telah
dilakukan di seluruh kawasan kampus. Angka ini terhitung sedikit dibandingkan
banyaknya pohon yang ada di kawasan kampus. Hal ini dikarenakan kurangnya
pohon yang memenuhi kriteria sebagai pohon sampel. Sebagian besar pohon

13
16
14

Jumlah pohon

12
10
8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Petak pengamatan
Gambar 8 Komposisi jumlah pohon pada masing-masing petak

Jumlah pohon

sampel yang diambil berada di bagian tengah yang merupakan kawasan gedung
perkuliahan, dan bahkan pada bagian utara hampir tidak ada pohon sampel yang
diambil. Jumlah total spesies pohon yang diamati adalah 52 spesies yang memiliki
karakter masing-masing, yang berbeda bentuk tajuk, bentuk percabangan, ukuran
daun, keberadaan bunga dan buah pada saat pengamatan berlangsung. Dari 24
petak yang diamati, petak 12 adalah petak yang paling banyak pohon sampelnya,
yaitu 15 pohon. Sedangkan petak 3, 4, 9, 10, 14, dan 21 adalah petak pengamatan
yang paling sedikit pohon sampel yang diambil, yaitu hanya 1 pohon.
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Bentuk tajuk
Gambar 9 Komposisi bentuk tajuk pohon sampel
Gambar 9 menyajikan grafik komposisi bentuk tajuk pada pohon sampel
beserta jumlah untuk masing-masing bentuk tajuk. Berdasarkan hasil pengamatan
dari tujuh bentuk tajuk menurut Both (1983) bentuk tajuk rounded adalah bentuk
tajuk yang mendominasi pohon sampel, sebanyak 42 pohon. Sedangkan pohon

14
dengan tajuk weeping adalah yang paling sedikit, yaitu sebanyak 2 pohon. Untuk
bentukan tajuk yang lain juga tidak banyak pohon sampel yang bisa diambil
karena keterbatasan pohon yang bertajuk mendekati sempurna. Kisaran pohon
sampel yang diambil dari bentuk tajuk lain adalah lima sampai dua puluh pohon.
40
35

Jumlah pohon

30
25
20
15
10
5
0
Horizontal

Tortous

Vertical

Weeping

Pendulous

Bentuk percabangan
Gambar 10 Komposisi bentuk percabangan pada pohon sampel
Pohon sampel yang diambil selama penelitian hanya memiliki empat
bentuk percabangan dari lima bentuk percabangan menurut Stevens et al (1994)
seperti yang tercantum pada Gambar 10. Pada gambar tersebut dicantumkan
jumlah pohon sampel dari masing-masing bentuk percabangan. Bentuk
percabangan vertical adalah yang paling mendominasi dari seluruh pohon sampel,
yaitu sebanyak 38 pohon. Percabangan vertikal merupakan bentuk percabangan
yang umum ditemukan pada pohon, sehingga jumlahnya paling banyak. Dalam
penelitian ini tidak ada bentuk tajuk pendulous yang bisa ditemukan dari seluruh
pohon sampel yang diambil.
50
45

Jumlah pohon

40
35
30

25
20
15
10
5
0
Besar

Sedang

Kecil

Ukuran daun pohon
Gambar 11 Klasifikasi ukuran daun pada pohon

15

Jumlah pohon

Variabel ukuran daun diklasifikasikan dalam tiga kriteria, yaitu besar,
sedang, dan kecil. Komposisi ukuran daun pohon sampel dapat dilihat pada
Gambar 11. Untuk pohon sampel yang diamati, didominasi oleh pohon dengan
ukuran daun sedang, yaitu sebanyak 44 pohon. Sedangkan pohon berdaun besar
merupakan yang paling sedikit, yaitu sebanyak 22 pohon.
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ada
Tidak
Keberadaan bunga pada pohon

Gambar 12 Keberadaan bunga pada pohon
Selama penelitian ini berlangsung tidak semua pohon dalam masa
pembungaan, sehingga banyak pohon sampel yang tidak berbunga, yaitu sebanyak
80 pohon, sedangkan 19 pohon sisanya sedang berbunga. Kondisi pembungaan
pohon ini dilihat hanya pada saat penelitian berlangsung, sehingga tidak semua
pohon sampel sesuai dengan musim berbunganya. Gambar 12 menyajikan grafik
perbandingan jumlah pohon yang berbunga dan tidak.
80

Jumlah pohon

70
60
50

40
30
20
10
0
Ada
Tidak
Keberadaan buah pada pohon

Gambar 13 Keberadaan buah pada pohon
Keberadaan buah pada pohon sangat dipengaruhi oleh pembungaan pohon
tersebut, dan pada penelitian ini juga tidak banyak pohon yang sedang berbuah,
seperti yang terlihat pada Gambar 13. Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui
bahwa dari 99 pohon yang diamati, hanya 31 pohon yang berbuah, sedangkan

16
sisanya 68 pohon tidak berbuah. Seperti halnya pada variabel keberadaan bunga,
untuk keberadaan buah pada pohon juga tidak semua pohon sampel tepat dalam
musim berbuah ketika penelitian berlangsung.
Kekayaan jenis burung
Pengamatan burung pada pohon sampel dilakukan sejak tanggal 23 April
sampai 11 Juni 2013, dengan 18 hari pengamatan yang berlangsung dengan tidak
berurutan dan tiga kali pengulangan setiap harinya. Dalam pengamatan yang
dilakukan berhasil ditemukan 25 jenis burung yang memanfaatkan pohon sampel
secara langsung. Bentuk pemanfaatan pohon sampel oleh burung beragam, seperti
untuk makan, bersarang, kawin, bermain, atau sekedar untuk bertengger. Data
jumlah jenis burung pada setiap petak pengamatan disajikan pada Gambar 14,
sedangkan pada Tabel 3 disajikan jenis burung yang ada pada setiap petaknya.
Daftar jenis burung yang ditemukan berada di pohon sampel pada masing-masing
petak pengamatan beserta status pelestariannya tercantum pada Tabel 4. Status
pelestarian ini berdasarkan pada UU no.5 tahun 1990, PP no.7 tahun 1999, daftar
merah IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural
Resources), dan CITES (Convention on International Trade of Endangered
Species of Wild Fauna and Flora).
14

Jumlah jenis burung

12
10

8
6
4
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Petak pengamatan
Gambar 14 Jumlah jenis burung pada petak pengamatan
Berdasarkan Gambar 14 di atas dapat diketahui bahwa jumlah jenis burung
terbanyak terdapat di petak 6 dan 11, yaitu sebanyak 13 jenis yang melebihi
setengah jumlah jenis burung total yang ditemukan pada seluruh pohon sampel.
Berbanding terbalik dengan petak 3 dan 10 yang hanya bisa ditemukan satu jenis
burung saja selama penelitian berlangsung. Bahkan pada petak 21 sama sekali
tidak ditemukan burung yang hinggap di pohon contoh pada petak tersebut.
Sedangkan pada petak pengamatan yang lain rata-rata ditemukan sekitar 8 jenis
burung. Daftar jenis burung yang ditemukan pada masing-masing petak
pengamatan dapat dilihat pada Tabel 3. Data jenis-jenis burung yang mendatangi
masing-masing pohon sampel disajikan pada Lampiran 3.

17
Tabel 3 Daftar jenis burung pada petak pengamatan
Petak
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Jenis burung
1 2 5 6
1 2 4 5
3
1 4 5 6
1 3 4 7
1 2 4 5
1 20
1 3 4 5
1 3 4 7
2
1 2 3 4
1 2 3 4
1 3 5 8
1 4 5 12
1 2
1 3 5 6
1 6 7 23
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 5
1 2
1 3
1 4

7
6

9
7

10
9

16 17
8 9 12
6 7 8
7
8

8 9
12 21

5 6 7
6 7 8
9 16 23
21
7
25
5
5
6

8

9

6
9
8

7
12
12

3 4 6 7 8
5 18 19
9 10 12 22

Jumlah
11 15
9
10 11 13 14
11
1
6
18
8
9 11 12 13 17 19
13
2
12 21 23
10
7
1
9 10 11 12 18 20
13
9 12
9
7
5
2
12 15 18 19 23
12
5
12 18 20 21
11
19 21 22
10
18 19 21 22
11
0
10 12 18 24
11
5
6

Keterangan : 1. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), 2. Bondol peking (Lonchura punctulata),
3. Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), 4. Burung madu sriganti (Cinnyris
jugularis), 5. Cipoh kacat (Aegithina tiphia), 6. Cinenen pisang (Orthotomus
sutorius), 7. Cinenen jawa (Orthotomus sepium), 8. Gereja erasia (Passer montanus),
9. Tekukur biasa (Streptopelia chinensis), 10. Punai gading (Treron vernans), 11.
Betet biasa (Psittacula alexandri), 12. Cabai jawa (Dicaeum trochileum), 13. Gemak
loreng (Turnix suscitator), 14. Burung madu kelapa (Anthreptes malacensis), 15.
Cekakak sungai (Halcyon chloris), 16. Pelanduk semak (Malacocincla sepiarium),
17. Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), 18. Kacamata biasa (Zosterops
palpebrosus), 19. Remetuk laut (Gerygone sulphurea), 20. Kepudang kuduk hitam
(Oriolus chinensis), 21. Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus), 22. Bentet kelabu
(Lanius schach), 23. Caladi tilik (Dendrocopos moluccensis), 24. Kowak malam abu
(Nycticorax nycticorax), 25. Wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris)

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa dari 24 petak pengamatan

18
dan 25 jenis burung yang telah ditemukan selama pengamatan, terdapat beberapa
jenis burung yang tersebar secara luas. Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster)
Tabel 4 Data jenis burung yang ditemukan di pohon sampel
No

Jenis burung

1

Cucak kutilang

2

Bondol peking

3

Bondol jawa

4

Frekuensi
perjumpaan
(petak)

Status
perlindungan

Nama ilmiah

Pakan

Pycnonotus
aurigaster
Lonchura
punctulata
Lonchura
leucogastroides

Buah,
serangga

21

-

Biji

11

-

Biji

13

-

Burung madu
sriganti

Cinnyris jugularis

Nektar

13

A, B

5

Cipoh kacat

Aegithina tiphia

Buah,
serangga

13

-

6

Cinenen pisang

Serangga

10

-

7
8

Cinenen jawa
Gereja erasia

Serangga
Biji

12
9

-

9

Tekukur biasa

Biji

11

-

10

Punai gading

5

-

11

Betet biasa

4

NT, II

12

Cabai jawa

13

-

13

2

-

Nektar

1

A, B

15

Gemak loreng
Burung madu
kelapa
Cekakak sungai

Buah
Buah, biji,
nektar
Buah,
serangga
Biji

Ikan

2

A, B

16

Pelanduk semak

Serangga

2

-

17

Wiwik kelabu

Serangga

2

-

18

Kacamata biasa

Zosterops
palpebrosus

Buah,
serangga,
nektar

7

-

19

Remetuk laut

Gerygone
sulphurea

Serangga

4

-

20

Kepudang kuduk
hitam

Oriolus chinensis

Buah,
serangga

3

-

21

Sepah kecil

Serangga

6

-

22

Bentet kelabu

Serangga

3

-

23

Caladi tilik

Serangga

4

-

24

Kowak malam
abu

Ikan

1

-

25

Wiwik uncuing

Serangga

1

-

14

Orthotomus
sutorius
Orthotomus sepium
Passer montanus
Streptopelia
chinensis
Treron vernans
Psittacula
alexandri
Dicaeum
trochileum
Turnix suscitator
Anthreptes
malacensis
Halcyon chloris
Malacocincla
sepiarium
Cacomantis
merulinus

Pericrocotus
cinnamomeus
Lanius schach
Dendrocopos
moluccensis
Nycticorax
nycticorax
Cacomantis
sepulclaris

Keterangan
NT
: termasuk dalam status Near Threatened menurut IUCN
II
: termasuk dalam daftar CITES Lampiran II
A
: termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990
B
: termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut PP no. 7 Tahun 1999

19
adalah jenis burung yang paling luas penyebarannya, dimana jenis ini bisa
ditemukan pada 21 dari 24 petak pengamatan. Tetapi ada juga jenis-jenis yang
hanya bisa ditemukan di satu petak pengamatan, yaitu wiwik uncuing
(Cacomantis sepulclaris) dan kowak malam abu (Nycticorax nycticorax).
Sebenarnya jenis-jenis ini bukanlah jenis burung yang sangat susah ditemukan,
tetapi ketika penelitian berlangsung kedua jenis ini hanya ditemukan di satu pohon
pada petak tersebut. Pada Tabel 4 dicantumkan jenis-burung yang ditemukan
beserta jenis pakan, frekuensi perjumpaan dan status perlindungannya.
Dokumentasi burung yang berada di pohon sampel disajikan di Lampiran 4.
Berdasarkan daftar burung yang ditemukan berada di pohon sampel terdapat
beberapa jenis burung yang dilindungi oleh perundang-undangan di Indonesia
maupun oleh IUCN dan CITES. Betet biasa (Psittacula alexandri) adalah jenis
burung yang dikategorikan Near Threatened (mendekati terancam) dan masuk
dalam daftar CITES Lampiran II, yang berarti jenis ini merupakan jenis yang
statusnya belum terancam tetapi akan terancam punah apabila dieksploitasi
berlebihan. Burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), burung madu kelapa
(Anthreptes malacensis), dan cekakak sungai (Halcyon chloris) adalah jenis-jenis
burung yang dilindungi menurut perundang-undangan di Indonesia, yaitu UU no.
5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun 1999.
Kekayaan jenis burung untuk seluruh pohon sampel yang dihitung
menggunakan indeks kekayaan jenis Jacknife adalah 27,9 + 3,3, sedangkan
jumlah jenis burung yang ditemukan di seluruh pohon sampel adalah 25. Nilai
kekayaan jenis dari Jacknife ini menunjukkan prediksi jumlah jenis burung yang

Gambar 15 Peta penyebaran jumlah jenis burung pada petak pengamatan

20
bisa ditemukan pada pohon sampel yang diambil, dan tidak mewakili seluruh
kawasan kampus IPB Dramaga. Berdasarkan hasil perhitungannya maka selang
nilai yang terbentuk adalah 24,6 sampai 31,2 atau 25 sampai 31 jenis, sehingga
jumlah jenis yang didapatkan dalam penelitian masih masuk dalam selang nilai
tersebut. Pada Gambar 15 disajikan peta penyebaran jumlah jenis burung pada
petak pengamatan.
Setiap jenis burung mempunyai frekuensi perjumpaan yang berbeda-beda
pada petak pengamatan selama penelitian berlangsung. Beberapa jenis seperti,
cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), bondol jawa (Lonchura leucogastroides),
burung madu sriganti (Cinnyris jugularis), cipoh kacat (Aegithina tiphia), dan
cabai jawa (Dicaeum trochileum) adalah jenis-jenis burung yang mempunyai
frekuensi perjumpaan paling tinggi. Sedangkan beberapa jenis lain seperti kowak
malam abu (Nycticorax nycticorax) dan wiwik uncuing (Cacomantis sepulclaris)
merupakan jenis burung dengan frekuensi perjumpaan yang paling rendah. Pada
Gambar 16 disajikan peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi
perjumpaan paling tinggi.

Pycnonotus aurigaster

Lonchura leucogastroides

Cinnyris jugularis
Aegithina tiphia
Gambar 16 Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling
tinggi

Hasil overlay kelima peta menunjukkan bahwa pada petak 8, 9, 11, 18, dan 19
dapat ditemukan kelima jenis burung dengan frekuensi perjumpaan paling tinggi
ini dalam petak pengamatan yang sama.

21

Dicaeum trochileum

Gambar 16 (lanjutan) Peta penyebaran 5 jenis burung dengan frekuensi perjumpaan
paling tinggi
Tabel 5 Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel
No Jenis burung
Nama ilmiah
Status perlindungan
1
Layang-layang batu
Hirundo tahitica
2
Walet linci
Collocalia linchi
3
Delimukan zamrud
Chalcophaps indica
4
Serak jawa
Tyto alba
II
5
Merbah cerukcuk
Pycnonotus goiavier
6
Kapasan kemiri
Lalage nigra
7
Srigunting hitam
Dicrurus macrocercus
8
Kapinis rumah
Apus nipalensis
9
Layang-layang loreng
Hirundo striolata
10 Elang ular bido
Spilornis cheela
II, A, B
11 Kareo padi
Amaurornis phoenicurus
12 Raja udang meninting Alcedo meninting
A, B
13 Gagak kampung
Corvus macrorhynchos
14 Celepuk reban
Otus lempiji
II
15 Wiwik lurik
Cacomantis sonneratii
16 Perenjak Jawa
Prinia familiaris
17 Kekep babi
Artamus leucorhyncus
18 Bubut alang-alang
Centropus bengalensis
Kakaktua jambul
19
Cacatua sulphurea
CR, I, B
kuning
20 Cekakak jawa
Halcyon cyanoventris
A, B
21 Pijantung kecil
Arachnothera longirostra A, B
Keterangan
CR
: termasuk dalam status Critically endangered menurut IUCN
I
: termasuk dalam daftar CITES Lampiran I
II
: termasuk dalam daftar CITES Lampiran II
A
: termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut UU no. 5 Tahun 1990
B
: termasuk dalam satwa yang dilindungi menurut PP no. 7 Tahun 1999

22
Selain burung yang memanfaatkan pohon sampel secara langsung
ditemukan juga beberapa jenis burung lain di luar pohon sampel tetapi masih di
dalam kawasan kampus IPB Dramaga. Burung-burung ini ditemukan sedang
terbang, hinggap di pohon lain, atau ditemukan di luar waktu pengamatan. Jenisjenis ini juga dikumpulkan untuk mengetahui keanekaragaman burung yang ada di
kawasan kampus IPB Dramaga. Daftar jenis burung yang ditemukan di luar pohon
sampel tercantum pada Tabel 5.
Beberapa jenis burung yang ditemukan di luar pohon sampel juga
dilindungi oleh perundang-undangan maupun masuk dalam daftar CITES. Serak
jawa (Tyto alba), elang ular bido (Spilornis cheela), dan celepuk reban (Otus
lempiji) adalah jenis yang masuk dalam daftar CITES Lampiran II karena
merupakan jenis raptor (burung pemangsa) yang memegang peranan penting
sebagai penyeimbang populasi mangsanya dalam suatu ekosistem. Selain itu elang
ular bido, raja udang meninting (Alcedo meninting), cekakak jawa (Halcyon
cyanoventris), dan pijantung kecil (Arachnothera longirostra) juga dilindungi
menurut UU no. 5 Tahun 1990 dan PP no. 7 Tahun 1999. Sedangkan Kakaktua
jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang masuk status Critically endangered
(sangat terancam punah) dalam daftar merah IUCN dan daftar CITES Lampiran I
(jenis yang terancam punah dan berdampak apabila diperdagangkan. Perdagangan
hanya diij