Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS
NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Berjudul Analisis Risiko
Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak
Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Muhamad Nanang Sofyudin
NRP. H34077031

ABSTRAK
MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Analisis Risiko Produksi
Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di
dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi
perkembangan perekonomian maritim bangsa. Salah satunya bisnis produk
perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias yang
mengalami perkembangan yang cukup pesat disamping memiliki prospek yang
menjanjikan secara ekonomi.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi dan
menganalisis dampak resiko yang terdapat pada kegiatan usaha pembesaran ikan

hias neon tetra milik Bapak Rodi.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis manajemen risiko dan
analisis risiko berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected
Return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Berdasarkan hasil
penilaian risiko produksi pada usaha pembesaran ikan hias neon tetra diperoleh
nilai expected return sebesar 78.52 untuk satu kali periode. Artinya, Bapak Rodi
dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 78.52 persen survival rate dalam
usaha pembesaran ini untuk setiap periode panen. Sedangkan untuk nilai
coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,23. Dengan kata lain bahwa untuk
setiap satu persen tingkat keberhasilan ikan hias neon tetra yang diperoleh akan
mengalami risiko sebesar 0,23 persen pada saat terjadi risiko produksi. Beberapa
hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan investasi berupa pembelian
alat thermometer dan pH meter agar pengecekan suhu dan pH dapat dilakukan
secara rutin.

Kata Kunci : Survival rate, Expected Return, variance, standard deviation, dan
coefficient variation

ABSTRACT
MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Productionn Risk Analysis of

Enlargment Neon Tetra Fish (Case Studies in Entrepreneur Mr. Rodi, District
Bojongsari, Depok). Supervised by ANNA FARIYANTI.
Indonesia is the archipelago country and well-known in the world, So it
supports the fisheries sector and has the potential for economics development as
maritime country and nation. One of these, is the non-consumption of fishery
products business in Indonesia, in particulary is a commodity of ornamental fish.
It has developed quite rapidly besides having promising prospects economically.
The Objective of this study is to identify a source of risk production and to
analyze probability and impact of risk production in the rearing
operational business of ornamental fish neon tetra owned by Mr. Rodi.
The analytical method used is the analysis of risk management and risk
analysis based on the size of the Expected Return approach, variance,
standard deviation, and coefficient of variation. The result Based on the risk
assessment on the production of ornamental fish rearing business neon
tetra obtained the expected return value is 84.77 for a single period. That
Means is Mr. Rodi can expect as much the result of the acquisition of 84.77 per
cent survival rate in this enlargement effort for each harvest period. The
coefficient of variation values obtained results of 0.20. In other words, for
every one percent success rate ornamental fish neon tetra obtained will have a
risk of 0.20 percent at the time of production risk. Some things that can be done

is to make investments in the form of a purchase thermometers and pH meters
tool that checks the temperature and pH can be done routinely.
Key Word: Neon Tetra, Survival rate, Expected Return, variance, standard
deviation, and coefficient variation

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PEMBESARAN IKAN HIAS
NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

Judul skripsi
Nama

: Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra
(Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok)
: Muhamad Nanang Sofyudin

NRP

: H34077031

Disetujui oleh
Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih
dalam penelitian ini adalah mengenai Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon
Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota
Depok).
Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti MSi
selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran. Terimakasih
juga penulis sampaikan kepada keluarga Bapak Rodi Saputra dan Pokdakan
Curug Jaya 1 selaku pengusaha ikan hias neon tetra yang telah mebantu selama
proses penelitian ini. Ungkap terimakasih juga kepada orangtua dan seluruh
keluarga atas do’a, kasih sayang dan support yang telah diberikan selama ini,
teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 4 atas kebersamaan selama

perkuliahan.
Semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.
Bogor, Februari 2014

Muhamad Nanang Sofyudin

1
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...............................................................................

xiv

DAFTAR GAMBAR ...........................................................................

xv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

xvi


PENDAHULUAN ................................................................................
Latar Belakang ..........................................................................
Rumusan Masalah .....................................................................
Tujuan Penelitian .......................................................................
Kegunaan Penelitian ...................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................

1
1
4
6
6
6

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
Prospek Usaha Budidaya Ikan Hias ............................................
Ikan Neon Tetra .........................................................................
Pembesaran Ikan Neon Tetra .....................................................
Penelitian Terdahulu .................................................................

Sumber-sumber Risiko Produksi Perikanan .........................
Motode Analisis Risiko .......................................................
Strategi Penanganan Risiko .................................................
KERANGKA PEMIKIRAN ..............................................................
Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................
Konsep Risiko .....................................................................
Sumber-sumber Risiko ........................................................
Strategi Pengelolaan Risiko ................................................
Konsep Penanganan Risiko .................................................
Kerangka Pemikiran Operasional ..............................................

7
7
7
8
9
12
12
13
13

13
13
15
15
17
19

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................
Jenis dan sumber Data ...............................................................
Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................
Analisis Manajemen Risiko ................................................
Analisis Kuantitatif ..............................................................
GAMBARAN PROFIL USAHA .........................................................
Profil Usaha ................................................................................
Struktur Organisasi .....................................................................
Lokasi Usaha .............................................................................
Kegiatan Produksi Pembesaran ..................................................
Penyiapan akuarium .............................................................
Penebaran Benih ..................................................................

Pemberian Pakan .................................................................
Pengelolaan Air ...................................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit .......................................
Penyortiran Ikan Hias ..........................................................

20
20
21
21
22
22
25
25
26
27
27
28
28
29
29
30
31

2
Pengemasan ........................................................................
Pemasaran ............................................................................

31
31

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................
Identifikasi Sumber-sumber Risiko ...........................................
Kondisi Cuaca dan Iklim ....................................................
Kualitas Pakan .....................................................................
Hama dan Penyakit ..............................................................
Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon Tetra ........................
Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ........................................
Perencanaan Produksi .........................................................
Pengorganisasian ................................................................
Pelaksanaan .........................................................................
Pengontrolan .......................................................................

32
32
34
35
36
36
38
36
39
39
39

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................
Kesimpulan ................................................................................
Saran ..........................................................................................

40
38
38

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................

39

LAMPIRAN .........................................................................................

40

3

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. . PDB perikanan nasional indonesia atas dasar harga berlaku…..
1
2. . Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011.................
2
3. . Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2010.................... ………….
3
4. Survival Rate pembesaranikan hias neon tetra Bapak Rodih
Tahun 2011 –2013 ……………………….................................
5
5. Tingkat survival rate pada pembesaran ikan hias neon tetra
di usaha Bapak Rodih ……………………….............................. 23
6. Harga jual ikan hias neon tetra di Pokdakan Curug Jaya
pada eksportir ………………………………............................ 28
7. Rata-rata produksi, survival rate ikan hias neon tetra dan
peluang yang dihadapi………………………............................. 33
8. Hasil penilaian risiko produksi pembesaran ikan hias neon tetra
pada usaha Bapak Rodi tahun 2011-2013.…..............................
37

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1 .... Proses pengelolaan risiko perusahaan …………………….
2 .... Kerangka pemikiran operasional………………………….
3 .... Struktur organisasi ………………………………………...

17
20
26

LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1 ... Nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis
budidaya dan provinsi tahun 2011 ................................................
2 ... Kerangka pemikiran operasional………………………………..
3 ... Dokumentasi di pengusaha Bapak Rodi ……………………….

41
42
43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di
dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi
perkembangan perekonomian maritim bangsa. Perikanan budidaya merupakan
salah satu komponen yang penting pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan
dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional, penciptaan
pendapatan dan lapangan kerja di usaha lain1.
Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari
fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, penyumbang
devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyediaan kesempatan kerja,
sumber pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta
pendukung kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat
Jenderal Perikanan, 2004).
Peran serta sektor perikanan dalam perkembangan perekonomian Indonesia
dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB). PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang
ditujukan untuk mengetahui peran dan kontribusi yang diberikan oleh suatu
produk terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.
Tabel 1 PDB perikanan dan nasioanal indonesia atas dasar harga berlaku tahun
2008-2011
Tahun

PDB Perikanan
(Miliar Rupiah)

PDB Total
(Miliar Rupiah)

Persentase PDB Perikanan
Terhadap PDB Total (Persen)

2004

53,010.8

2,295,826.2

2,309

2005

59,639.3

2,774,281.1

2,1497

2006

74,335.3

3,339,216.8

2,2261

2007

97,697.3

3,950,893.2

2,4728

2008

137,249.5

4,948,688.4

2,7734

2009

176,620.0

5,606,203.4

3,1504

2010*

199,383.4

6,436,270.8

3,0979

2011**

227,761.2

7,427,086.1

3,0666

Keterangan : ( * ) Angka sementara
( ** ) Angka sangat sementara
Sumber
: Badan Pusat Statistik (2013)

Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2004 sampai dengan 2011 menunjukkan
bahwa pendapatan sektor perikanan secara keseluruhan memiliki kecenderungan

1

http://www.indonesia.go.id/in/sekilas-indonesia/geografi-indonesia

2
mengalami peningkatan dari tahun ketahun meskipun dilihat dari persentase
perbandingan antara pendapatan perikanan terhadap pendapatan nasisonal
berfluktuatif. Dengan kenaikan tersebut menunjukkan sektor kelautan dan
perikanan dari tahun ke tahun perannya semakin penting dalam pembentukan
pendapatan nasional.
Peran serta peningkatan pendapatan sektor perikanan terhadap pendapatan
nasional salah satunya didorong dengan meningkatnya nilai ekspor produk
perikanan Indonesia sendiri. Pada semester pertama 2012 tercatat sebesar USD
1,9 miliar atau meningkat sebesar 17,92 persen dibandingkan periode yang sama
2011.Sedangkan volume ekspor pada semester pertama tahun 2012 meningkat
sebesar 14,5 persen, dari 521,6 ribu ton tahun 2011 menjadi 597,2 ribu ton pada
2012. Peningkatan ekspor juga diikuti dengan peningkatan sebesar 26,32 persen
neraca perdagangan produk perikanan, dari sebesar USD 1,36 milyar pada 2011,
meningkat menjadi USD 1,72 miliar pada 20122.
Tahun 2011, realisasi ekspor hasil perikanan sebesar 3,5 miliar dollar AS
(Rp 33.250 triliun), dengan negara utama tujuan ekspor produk perikanan yakni
Amerika Serikat 1,07 miliar dollar AS atau Rp 10.165 triliun (30,4 persen),
Jepang 806 juta dollar AS atau Rp 7.657 triliun (22,9 persen), dan Eropa 459,8
juta dollar AS atau Rp 4.368 triliun (13,1 persen)3.
Klasifikasi dari sektor perikanandibagi menjadidua yaitu perikanan tangkap
yang terdiri dari perairan tangkap dilaut dan perairan umum.Volume produksi
sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011
Tahun (Ton)

Kenaikan Rata-Rata
(%)

Rincian
2010

2011

Penangkapan

5.348.418

5.409.100

0,46

Perikanan Laut

5.039.446

5.061.680

0,44

Perairan Umum

344.972

347.420

0,71

Budidaya

6.277.972

7.901.526

11,13

Budidaya Laut

3.514.702

3.735.585

6,28

Tambak

1.416.038

1.734.260

22,47

Kolam

819.809

955.511

16,55

Keramba

121.271

120.654

-0,51

Jaring Apung

309.499

331.936

7,25

Sawah

96.605

98.804

2,28

Jumlah

11.662.342

13.310.626

6,20

Sumber : KKP (2013)
2

http//:p2hp.go.id/Perencanaan Bulan Hasil Mutu
Perikanan 2012 [11 Oktober 2012]

3

loc.cit

3
Pada Tabel 2 menjelaskan sektor perikanan nasional mengalami
peningkatan volume produksi sebesar 6,20 persen per tahun. Salah satu sektor
yang memberikan kontribusi di dalam peningkatan perikanan nasional adalah
sektor perikanan budidaya dengan volume produksi lebih besar dibandingkan
dengan perikanan tangkap yaitu sebesar 11,13 persen per tahun.
Berdasarkan tabel nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis
budidaya dan Provinsi tahun 2011 pada lampiran 1 memperlihatkan pulau Jawa
memiliki nilai produksi tertinggi yaitu sebesar 21.493.302.629.000 rupiah dan
Jawa Barat memberikan kontribusi tertinggi didalamnya yaitu sebesar
1.116.823.514.000 rupiah atau 51,2 persen dari total produksi di pulau Jawa.
Perikanan budidaya sendiri dapat terbagi menjadi dua yaitu ikan konsumsi
dan non konsumsi atau ikan hias. Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan
non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami
perkembangan yang cukup pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan
secara ekonomi. Salah satu komoditas perikanan yang diminati pasar asing dan
memiliki potensi produksi di Indonesia adalah ikan hias. Hal ini terlihat dari
peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia pada Tabel 3
Tabel 3 Nilai ekspor ikan hias periode tahun 2007-2010
Tahun
Nilai Ekspor Ikan Hias (USD)
2007
7,3juta
2008
8,3juta
2009
10,0 juta
2010
19,6 juta
Sumber : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (2012)

Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi ikan hias di Indonesia mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 168,5 persen pada periode tahun 2007-2010. Tercatat,
trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen.
Sedangkan data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu nilai ekspor ikan
hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang sama,
selain itu nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta dan
hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah
mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia
(DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar
dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan
hias tersebut, yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu
15 persen merupakan ikan hias laut4. Semakin meningkatnya nilai ekspor tersebut
menunjukkan adanya potensi produksi ikan hias di Indonesia dan kebutuhan pasar
dunia akan ikan hias.
Pengusahaan ikan hias air tawar banyak dilakukan oleh petani-petani yang
tergabung kelompok pembudidaya. Salah satu pengusahaan yang bergerak di
bidang pembudidayaan ikan hias adalah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan)
Curug Jaya 1 yang diketuai oleh BapakRodi yang merangkap sekaligus sebagai
Supplyer5 ikan hias di kota Depok.
Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Curug Jaya 1 merupakan salah
satu kelompok yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan
4

5

http//:www.kkp.go.id/Mendulang Devisa dari Bisnis Ikan Hias.
[10 Oktober 2012]
http//:www.depokterkini.com/Perkampungan Ikan Neon Tetra
[27 November 2012]

4
hias air tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Jenis
ikan hias yang dibudiayakan Pokdakan Curug Jaya (PCJ) adalah tiga jenis ikan
hias air tawar keluarga Characidae yaitu Neon tetra , Cardinal Tetra dan Red
Nose. Alasan kelompok PCJ membudidayakan ikan hias air tawar keluarga
Characidae dikarenakan kesesuaian lingkungan sekitar atau kecamatan
Bojongsari dengan syarat kelayakan hidup ikan tersebut, terutama pH air yang
bersifat asam (kurang dari 6). Kelompok ini berhasil meraih penghargaan
Adibakti Mina Bahari dari Mentri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang
Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada Desember 2010 karena sistem
penjualan satu pintu yang baik.Pemanfaatan potensi ikan hias di PCJ didukung
oleh adanya kontrak kerja dengan beberapa eksportir serta pemasarannya yang
sudah memiliki sistem penjualan satu pintu yaitu melalui Bapak Rodi sebagai
ketua sekaligus supplyer. Sistem tersebut memudahkan PCJ dalam memasarkan
ikan hiasnya, sehingga untuk pemasaran ikan hias air tawar PCJ tidak mengalami
kesulitan.
Pengusahaan pembudidadayaan ikan hias Bapak Rodi secara pribadi
memiliki beberapa pembagian usaha yaitu pembenihan, pembesaran dan
pemasaran. Ketiga usaha tersebut, pada usaha pembenihan memiliki tingkat risiko
yang sangat tinggi dimana tingkat keberhasilannya yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan pada unit usaha pembesaran. Akan tetapi pada unit usaha
pembesaran bukan berarti tidak memiliki risiko, hal ini ditandai dengan adanya
fluktuasi atau naik turunnya survival rate (SR) atau tingkat keberhasilan hidupikan
hias yang disebabkan oleh beberapa faktor diataranya adalah perubahan suhu yang
ekstrim, kualitas bibit, keterampilan atau keahlian tenaga kerja, serangan penyakit
dan kualitas pakan.
Kondisi iklim yang sulit diprediksi serta perubahan cuaca yang terlalu cepat
menjadi salah satu faktor risiko dalam pengusahaan pembenihan ikan hias. Hal ini
disebabkan kondisi tersebut dapat mempengaruhi perubahan pH air dan suhu di
sekitar lingkungan budidaya sehingga menyebabkan ketidak sesuaian dengan pH
air dan suhu yang sesuai dengan kebutuhan ikan hias. Selain itu, risiko yang juga
akan mempengaruhi tingkat produktivitas ikan hias adalah keterampilan tenaga
kerja baik dalam perawatan dan pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan serta
pencegahan penyakit ikan hias membutuhkan kecermatan terutama dalam
pemberian pakan, vitamin dan obat-obatan yang digunakan.
Rumusan Masalah
Bapak Rodi adalah salah satu tokoh sekaligus pelopor yang memanfaatkan potensi
ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air tawar khususnya ikan jenis neon
tetra di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Pada tahun
2006 Bapak Rodi memulai usahanya dengan empat buah akuarium, hingga saat
ini jumlah total akuarium yang Bapak Rodi miliki mencapai kurang lebih dua ribu
unit. Salah satu usaha yang saat ini diusahakan oleh Bapah Rodi adalah usaha
pembesaran ikan hias neon tetra yang dimulai pada awal tahun 2008 dengan
jumlah akuarium sebanyak tiga ratus unit. Usaha pembesaran ikan hias ini diawali
dengan ditebarnya bibit berukuran S (ukuran 1.2 cm) kedalam akuarium yang
sudah dipersiapkan sebelumnya, dan akan dipanen pada umur tiga bulan yang

5
akan menghasilkan ikan hias neon tetra yang berukuran lebih besar yaitu ukuran
M (ukuran 2 cm) sampai dengan ML (ukuran 2.3 cm). Perkembangan usahanya
Bapak Rodi selalu dihadapkan kepada risiko produksi. Risiko produksi dapat
disebabkan oleh kualitas pakan, kualitas bibit, perubahan suhu yang ekstrim,
serangan penyakit dan keterampilan tenaga kerja. Adanya risiko produksi
menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Jumlah
produksi ikan hias pada usaha Bapak Rodi mengalami kondisi yang berfluktuasi
setiap periode produksi. Hal ini dapat dilihat pada tingkat Survival Rate yang
Bapak Rodi alami Tabel 4.
Tabel 4 Survival rate pembesaran ikan hias neon tetra Bapak Rodi
tahun 2011-2013
No

Bulan

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Januari
Februari
Maret
Agustus
September
Oktober
Desember
Januari
Maret
Mei
Juni
September
Februari
Mei
Juni
Juli
September
Rata-rata

2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2012
2012
2012
2012
2012
2013
2013
2013
2013
2013

Bibit
ukuran S
(ekor)
60000
80500
33000
60500
60500
47000
47500
90500
56000
69000
61000
30000
75000
69000
62000
66000
63000

Panen
(ekor)
52200
75600
17650
58725
58600
45100
44225
85100
47850
57750
59475
19750
57600
68000
44800
56175
41650

Survival rate pembesaran
87%
94%
53%
97%
97%
96%
93%
94%
85%
84%
98%
66%
77%
99%
72%
85%
66%
85%5

Sumber : Rodi (2012)

Perkembangan produksi ikan hias pada usaha pembesaran ikan hias neon
tetra Bapak Rodi mengalami kondisi yang fluktuaif setiap periode. Adanya
tingkat fluktuasi produksi yang terlihat pada Tabel 3, menggambarkan adanya
risiko produksi yang dihadapi oleh pengusaha pertahunnya. Berdasarkan Tabel
3, tingkat Survival Rate tertinggi terjadi pada bulan Mei 2013 yaitu 0,99 persen
dengan tebaran bibit 69.000 ekor dengan banyak ikan hias yang di panen 68.000
Ekor. Sedangkan untuk tingkat survival rate terendah terjadi pada bulan Maret
2011 yaitu 0,53 persen dengan tebaran benih 33.000 ekor dan banyaknya ikan hias
neon tetra yang dapat dipanen hanya 17.650 ekor. Selain itu adanya risiko juga
dapat dilihat dari adanya tingkat survival rate pada bulan yang sama dengan tahun

6
yang berbeda seperti pada bulan Maret 2011 dan 2012 atau pada bulan September
dengan tahun yang berbeda, terlihat adanya perbedaan tingkat survival rate yang
cukup jauh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan
tersebut diantaranya adalah pemilihan kualitas bibit, kualitas pakan, perubahan
suhu yang ekstrim, serangan hama dan penyakit, serta keterampilan tenaga kerja
menjadi beberapa risiko penyebab terjadinya fluktuasi produksi. Usahanya pada
beberapa waktu atau bulan tertentu Bapak Rodi melakukan usaha pembesaran
jenis ikan hias selain neon tetra karena adanya permintaan pasar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.
Sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan
produksi pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi?
2.
Berapa besarnya peluang dan dampak risiko pada usaha pembesaran ikan
hias neon tetra milik Bapak Rodi?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1.
Mengidentifikasi sumber risiko produksi yang terdapat pada kegiatan usaha
pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.
2.
Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada kegiatan usaha
pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.
Kegunaan Penelitian
1.

2.

3.

Kegunaan penelitian ini adalah:
Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi
pengambil kebijakan di perusahaan dalam menjalankan usaha pada saat
menghadapi risiko.
Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmuilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis
dalam pemecahan masalah.
Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan agar
dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitianpenelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian

Bapak Rodi memiliki beberapa kegiatan usaha, diantaranya adalah usaha
pembibitan, pembesaran dan pemasaran ikan hias seperti neon tetra, red nose dan
cardinal. Di dalam penelitian ini komoditas yang dikaji adalah pada usaha
pembesaran ikan hias neon tetra saja. Usaha tersebut dikaji karena usaha tersebut
merupakan usaha yang sering dan rutin dilakukan oleh bapak Rodi, pertimbangn
lainnya adalah karena ketersediaan data yang memenuhi kebutuhan penelitian

7
yang sedang dilakukan. Usaha pembsaran ikan hias neon tetra ini rata-rata
berlangsung selama tiga bulan dan akan menghasilkan ikan hias dengan ukuran M
dan ML, ikan hias yang di luar dari ukuran tersebut seperti SM atau L tidak akan
di hitung dn dimasukkan kedalam data panen. Peneliatian ini menggunakan data
produksi per periode panen yang dimulai pada bulan Januari 2011 sampai dengan
bulan September 2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Prospek Usaha Budidaya Ikan Hias
Salah satu kegiatan usaha pada sektor perikanan yang memiliki kontribusi
dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Indonesia yaitu
budidaya ikan hias air tawar. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai ekspor ikan
hias air tawar yang mengalami peningkatan.
Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan non konsumsi di
Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup
pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Tercatat,
trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen.
Sedangkan, data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu itu nilai ekspor
ikan hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang
sama selain itu, nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta
dan hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah
mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia
(DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar
dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan
hias tersebut yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu
15 persen merupakan ikan hias laut6.
Berdasarkan adanya peningkatan di sektor ekspor ikan hias air tawar
tersebut, maka usaha pembudidayaan ini memiliki potensi untuk dapat lebih
dikembangkan kembali. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan tingkat
produktivitas pembudidaya. Mengurangi risiko produksi merupakan cara yang
sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas
pembudidayaan ikan hias air tawar. Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki
potensi pasar ekspor adalah ikan hias neon tetra .
Ikan Neon tetra
Neon tetra (Paracheirodon innesi) merupakan jenis ikan hias air tawar yang
termasuk keluarga characin (famili Characidae, ordo Characi formes). Jenis
Tetra dari genus Paracheirodon merupakan ikan-ikan asli perairan Amerika
Selatan. Warnanya yang cerah membuat jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan
sungai pedalaman yang gelap dan hal ini merupakan salah satu sebab populernya
jenis ikan ini sebagai ikan hias. Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat
garis horizontal berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung
hingga bagian depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian

6

http://www.neraca.co.id/Pemerintah Terus Kembangkan
Bisnis Ikan Hias [11 Oktober 2012]

8
posterior bawah tubuh. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama
ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya.
Neon tetra dapat tumbuh hingga 4 cm. Ikan betina memiliki perut yang sedikit
agak besar dibanding ikan jantan. Ikan Neon tetra merupakan salah satu jenis ikan
akuarium yang sangat dikenal dan telah dibudidayakan dalam jumlah yang besar
Meskipun Neon tetra dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahanperubahan kondisi air, di alam ikan ini mendiami perairan yang sedikit asam (pH
agak rendah), kesadahan rendah, dan suhu antara 20 - 25 °C. Ikan Neon tetra
dapat hidup hingga lima tahun. Ikan Neon tetra sangat mudah dipelihara di
akuarium dengan air yang memiliki pH sekitar 5,0 - 7,0 dan kesadahan 1,0 - 2,0.
Karena ukurannya yang kecil, sebaiknya ikan ini tidak dipelihara bersama dengan
ikan yang berukuran besar atau ikan yang agresif. Neon tetra bersifat omnivora
dan menyukai makanan berupa flake food, udang-udang kecil, daphnia, cacing
darah beku, darah atau pelet berukuran kecil7.
Pembesaran Ikan Neon tetra
Dalam pembesaran ikan hias Neon tetra perlu diperhatikan beberapa
tahapan diantaranya adalah:
1.
Persiapan Wadah
a. Persiapan wadah untuk pembesaran yaitu dengan mencuci akuarium
berukuran 100 x 50 x 35 cm kemudian air dikuras atau dikeringkan dengan
menggunakan busa kering.
b. Selanjutnya akuarium diisi dengan air tua yang didiamkan selama 3-5 hari
setinggi 25 cm kemudian memasukkan methylen blue sebanyak 3,75 ml,
serta 98,5 gram garam.
c. Apabila pengisian air dengan air baru, maka methylen blue yang
dimasukkan sebanyak 7,5 ml dan 98,5 gram garam, serta pemberian aerasi
2.
Penebaran Benih
a. Sebelum benih ditebar, terlebih dahulu dilakukan penyortiran untuk
keseragaman ukuran.
b. Pemeliharaan benih dimulai pada ikan Neon tetra yang berukuran S
dengan panjang 1-1,5 cm. Benih biasanya ditebar sejumlah 500 ekor tiap
akuarium.
3.
Pemberian Pakan
a. Pakan yang diberikan berupa kutu air, dan cacingdarah.
b. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore
hari. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 170 ml dengan
kepadatan 220 ekor/ml, pada siang hari diberikan cacing Tubifex sp.
secukupnya. Pakan diberikan dengan cara ditebar secara merata dan
menyeluruh ke dalam akuarium.
c. Sebelum diberikan, kutu air dicuci terlebih dahulu di dalam sebuah bak
berisi air, kemudian disaring dan dibilas dengan air bersih, dengan tujuan
menghilangkan kotoran-kotoran atau lumpur yang terbawa saat
pengambilan kutu air di kolam. Kutu yang telah dibersihkan, sebagian
dipisahkan dan disimpan untuk pemberian pakan sore hari
7

http//:www.aquarium.com/Budidaya Neon Tetra [27
November 2012]

9
d. Begitu pula dengan cacing darahsebelum diberikan, dicuci/dibersihkan
terlebih dahulu di sebuah bak berisi air, kemudian dibilas, dan disaring
serta disimpan dalam akuarium berisi air yang diberi aerasi kecil.
cacing Darahyang dibeli dapat dimanfaatkan selama ±3 hari.
4.
Pengelolaan Air
a. Kualitas air dipertahankan dengan cara penyiponan feses dan sisa pakan
setiap hari diikuti dengan pergantian air sebanyak 30% dan 50% volume
air secara bergantian setiap hari, serta pemberian aerasi.
b. Setiap pergantian air sebanyak 50% volume air, dimasukkan garam
sebanyak 8,5 gram (segenggam orang dewasa), yang bertujuan untuk
pencegahan terhadap penyakit.
5.
Pencegahan Hama Dan Penyakit
a. Pengecekan kesehatan ikan dilakukan setiap pagi hari dengan tujuan agar
penyakit dapat segera terdeteksi dan dicegah penyebarannya. Langkahlangkah yang dilakukan dalam pengecekan kesehatan ikan yaitu; (1)
Melihat bagian ekor, apakah terlihat gejala penyakit seperti bintik putih,
(2) Melihat warna tubuh ikan, (3) Melihat gerakan renang ikan, (4)
Melihat reaksi/ respon terhadap pakan.
b. Hama dan penyakit yang biasa menyerang benih Neon tetra yaitu white
spot, buluk (velvet). Penyakitwhite spot menyerang organ kulit tubuh ikan,
sisik dan sirip ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada sirip,
sisik dan permukaan tubuh ikan, sedangkan untuk penyakit buluk (velvet)
yang juga menyerang organ sirip, sisik dan permukaan tubuh ikan ditandai
dengan warna ikan menjadi kurang cerah.
c. Obat-obatan yang digunakan antara lain garam, pura dan blitz icht. Untuk
penyakit white spot dapat diatasi dengan menggunakan 6 tetes blitz icht,
untuk pencegahan diberikan 4 tetes.
d. Sedangkan untuk penyakit buluk dapat diatasi dengan memasukkan garam
sebanyak 98,5 gram dan 1,25 gram pura.
e. Pengobatan terhadap penyakit, air dalam akuarium dikurangi sebanyak
50% volume air dan ikan sakit dipuasakan selama 3 hari.
f. Apabila ikan masih sakit lebih dan 3 hari, ikan diberi pakan dalam jumlah
yang sedikit.
6.
Pemanenan
a. Pemanenan dilakukan pada saat ikan Neon tetra berukuran M atau bahkan
L karena tergantung permintaan dari konsumen.
b. Ikan Neon tetra ukuran M mempunyai panjang mencapai 1,5-2cm.
c. Untuk mencapai ukuran ini diperlukan pemeliharaan selama ± 1 bulan.
d. Sedangkan benih untuk mencapai ukuran L dengan panjang mencapai 3
cm diperlukan lama pemeliharaan hingga 2-3 bulan8.
Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian yang
dilakukan, diantaranya adalah mengenai sumber-sumber risiko agribisnis, metode
analisis risiko dan strategi pengelolaan risiko. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Metode
8

http//:www.aquarium.com/Budidaya Neon Tetra
[27 November 2012]

10
analisis yang digunakan adalah metode nilai standar (z-score) untuk menghitung
probabilitas risiko dan Value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari
terjadinya risiko. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang
diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele
dumbo, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan
suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan
dalam produktifitas telur, hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta
serangan penyakit pada benih ikan lele dumbo. Berdasarkan hasil analisis
probabilitas dan dampak risiko diperoleh hasil bahwa probabilitas risiko terbesar
ada pada sumber hama dengan nilai sebesar 34,1 persen, sedangkan musim
kemarau merupakan sumber risiko produksi yang paling berisiko dan secara
berurutan diikut oleh perubahan suhu air, penyakit, hama, serta kesalahan dalam
seleksi induk ikan lele dumbo. Strategi penangan risikoyang dilakukan adalah
strategi preventif yaitu dengan pengendalian perubahan suhu yang ekstrim dan
pengendalian serangan hama. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan adalah
mengatasi musim kemarau yang menyebabkan penurunan produksi telur yang
dihasilkan.
Silaban (2011), Analisis Risiko Produksi Ikan Hias. Penelitian ini
menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviationdan
coefficientvariation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk
mengendalikan risiko. Sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada
PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit,
kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil.Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh nilai coefficient
variation pada ikan discus, lobster dan maanvis menunjukkan bahwa nilai
coefficientvariation ikan hias lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan
maanvis, artinya bahwa usaha budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih
tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival
rate yang diperoleh rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta
kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi.
Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua
jenis ikan hias meliputi diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus
serta discus dan lobster. selain itu, analisis risiko portofolio dari kombinasi tiga
jenis ikan hias yaitu discus, maanvis, dan lobster. Nilai koefisien korelasi yang
digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini
dikarenakan kombinasi kedua aset dilakukan bersamaan.
Berdasarkan nilai coefficientvariation pada portofolio dua jenis ikan hias
diperoleh hasil bahwa diversifikasi maanvis dan lobster memiliki risiko paling
tinggijika dibandingkan dengan diversifikasi discus dan lobster serta maanvis dan
discus. Sedangkan pada penilaian portofolio untuk ketiga gabungan komoditas
diperoleh risiko lebih rendah dibandingkan dengan diversifikasi maanvis dan
lobster serta discus dan lobster. Namun berbeda halnya dengan diversifikasi
maanvis dan discus yang memiliki risiko lebih rendah jika dibandingkan dengan
mengusahakan diversifikasi tiga jenis ikan hias. Akan tetapi secara keseluruhan
bahwa dengan mengusahakan lebih dari satu jenis ikan hias dapat meminimalkan
risiko yang ada.

11
Strategi penanganan risiko yang dikakukan adalah dengan kegiatan
diversifikasi untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi
survival rate. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan
teknologi terbaru untuk menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan
manajemen pada PT. Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang
tepat dan terarah.
Purwitasari (2011), menganalisis mengenai manajemen risiko oprasional
pada pemasaran benih ikan patin di PT. Mitra Mina Nusantara, kabupaten Bogor,
Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
nilai standar (Z-Score) untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko dan
metode Value at Risk(VaR) dipakai untuk mengetahui seberapa besar risiko yang
terjadi.Hasil penelitian menunjukan risiko yang teridentifikasipada unit PT.MMN
untuk komoditi benih ikan patin yang dikelompokan berdasarkan penyebab risiko
oprasional yaitu risiko SDM, teknologi, alam dan proses. Dihitung berdasarkan
metode nilai standar per kejadian didapat nilai probabilitas tertinggi yang menjadi
penyebab risiko adalah bencana alam, kesalahan dalam pemilihan kendaraan dan
kecelakaan saat pengiriman
Alternatif penanganan risiko oprasional yang terjadi pada PT. MMN
dilakukan dalam dua strategi penangan yaitu secara preventif dan mitigasi, secara
preventif dilakukan dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta
mengembangkan sumber daya manusia, sedangkan secara mitigasi dapat
dilakukan dengan diversifikasi atau dengan menambah variasi komoditas yang
diusahakan.
Dewiaji (2011), menganalisi mengenai risiko produksiusaha pembesaran
lele dumbo di CV. Jumbo Bintang Lestari. Metode yang digunakan untuk
menganalisis probabilitas dengan metode nilai standar atau z-score dan analisis
dampak dengan metode Value at Risk (VaR). Hasil penelitian diketahui bahwa
sumber-sumber risiko produksi yang terdapat di CV. Jumbo Bintang Lestari
meliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca,
dan sumber daya manusia. Hasil analisis probabilitas dengan menggunakan
metode nilai standar secara keseluruhan didapat angka 0,352 yang artinya
kemungkinan CV. Jumbo Bintang Lestari untuk memproduksi lele dumbo
konsumsi lebih dari produksi normal, yaitu 20.901,71 kilogram adalah 0,352 atau
35,2 persen. Sedangkan hasil dari analisis dampak risiko dengan metode VaR
didapat hasil Rp. 24.965.886,00, yang artinya CV. Jumbo Bintang Lestari bisa
yakin 95 persen bahwa perusahaan tidak akan menderita kerugian akibat
kurangnya jumlah produksi ikan lele dari jumlah normal melebihi Rp.
24.965.886,00. Namun, ada kemungkinan 5 persen CV. Jumbo Bintang Lestari
menderita kerugian lebih besar dari Rp. 24.965.886,00. Strategi yang dilakukan
untuk mengatasi risiko adalah strategi preventif yang dilakukan yaitu produksi
benih ikan lele dumbo, pengawasan produksi benih ikan bagi petani mitra,
optimalisasi produksi benih, persiapan kolam, pemberian probiotik, pemberian
vitamin, penanganan benih tebar, peningkatan keamanan lokasi budidaya.
Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan yaitu menjalin kemitraan dengan
pembudidaya benih ikan lele dumbo, sistem kontrak dengan petani pembenihan,
melakukan pengukuran sampel ikan secara berkala, diversifikasi geografis, dan
kerjasama dengan supplier pakan.

12
Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan
Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang diidentifikasi sebagai
sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo, yaitu kesalahan
pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air yang bersifat
ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan dalam produktifitas telur,
hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada
benih ikan lele dumbo.
Silaban (2011),mengemukakan sumber-sumber risiko produksi budidaya
ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim,
serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak
terampil.
Dewiaji (2011), menganalisi mengenai risiko produksi usaha pembesaran
lele dumbo, sumber-sumber risiko produksi di CV. Jumbo Bintang
Lestarimeliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit,
cuaca, dan sumber daya manusia.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Silaban (2011) dan
Dewiaji (2011) dapat disimpulkan budidaya perikanan sangat rentan terhadap
risiko kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk,kualitas dan
pasokan benih, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia
merupakan sumber risiko perikanan. Sumber-sumber risiko ini akan menjadi
acuan penulis dalam penyelesaian penelitian ini.
Metode Analisis Risiko
Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Dewiaji (2011) dan
Purwitasari (2011) metode analisis risiko yang dipergunakan adalah analisis Zscore dan Value at Risk (VaR).Metode nilai Z-Score ini untuk mengetahui
kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh
menyimpang dari hasil standar sedangkan alat analisis Value at Risk (VaR) untuk
menganalisis dampak terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. VaR
adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksikan
dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri atas data-data historis
sebelumnya. Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko
pada kegiatan produksi dan penerimaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya
bertujuan untuk memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan tidak hanya
sekedar menghitung besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha,
tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko tersebut bagi perusahaan.
Berbeda dengan penelitian Silaban (2011) tentang analisis risiko produksi
ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm yang menggunakan variance, standard
deviation, dan coefficient variation. Silaban juga mencoba melihat pengaruh
diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko dalam perusahaan yang
dikajinya.
Terdapat persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian terdahulu, yaitu
dengan metodeexpected return, variance, standard deviation, coefficient pada
kegiatan spesialisasi dan portofolio. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah komoditas yang dianalisis yakni pada penelitian

13
terdahulu pada komoditas ikan hiasyang diusahakan. Adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian terdahulu adalah mengetahui aspek-aspek yang akan
diteliti pada penelitian ini.
Strategi Penanganan Risiko
Pada dasarnya strategi penanganan risiko dalam pertanian terbadi atas dua
cara (Kountur, 2008), yaitu strategi preventif dan mitigasi. Siregar (2010),
Dewiaji (2011), Purwitasari (2011) dan Silaban (2011) mengemukakan perbedaan
pendapat masing-masing, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat risiko
yang dihadapi tergantung dari persepsi masing-masing pemilik usaha dan peneliti
atas setiap permasalahan yang terjadi di dalam usaha yang diteliti. Tetapi dengan
hasil penelitian terdahulu akan menjadi acuan terhadap penelitian ini dalam
mengeksplorasi keadaan dilokasi penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsep Risiko
Risiko dalam bidang usaha memiliki berbagai kejadian yang kompleks
dengan pertimbangan variabel yang berpengaruh terhadap keputusan bagi
kelangsungan usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko yang
dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan lebih jelas.
Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya
suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya
pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan
ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda.
Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat
diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan
risiko.
Suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan.
Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu
risiko murni dan risiko spekulatif. Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya
merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut
disebut Risiko Murni. Misalnya risiko kebakaran, yang bisa terjadi hanya rugi dan
tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan Risiko Spekulatif adalah
risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga
memungkinkan terjadinya keuntungan. Contohnya risiko investasi, jika
melakukan investasi bisa saja rugi dan bisa juga untung (Kountur, 2008).
Risk is posibility of adversity or loss, and refers to “uncertainty that
metters”. Consequently, risk management involves choosing among alternatives
to reduce that effects of risk (Harwood et al 1999).

14
Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kondisi situasi yang dapat
diukur oleh pembuat keputusan dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil
dari keputusan tersebut. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi
memiliki arti yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu
kejadian yang tidak dapat diramalkan, sedangkan adanya ketidakpastian
menyebabkan dapat menimbulkan risiko. Adanya risiko yang dapat memberikan
dampak negatif terhadap perkembangan usaha mengharuskan manager atau petani
memperhitungkan secara cermat strategi apa yang akan dilaksanakan. Hal ini
dimaksudkan agar maksimalisasi kepuasan terhadap setiap pengeluaran dalam
jumlah besar dapat diperoleh
Mengetahui besaran risiko dan tingkat pengembalian yang diperoleh dari
kegiatan usaha, pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk menentukan
sikap dalam memilih kegiatan usaha yang berisiko. Setiap individu memiliki
perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko. Berdasarkan sikap pengambil
keputusan dalam menghadapi risiko, maka perilaku menghadapi risiko dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry,
1987):
a.
Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini
menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan
maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan
yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasan.
b