Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya, Desa Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat

(1)

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

IKAN HIAS AIR TAWAR PADA AQUARIUM JAYA

DESA CURUG JAYA KECAMATAN BOJONGSARI

DEPOK JAWA BARAT

SHINTA KURNIAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Aquarium Jaya, Desa Curug Jaya Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2013

Shinta Kurniawati

NIM H34070030

Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak


(3)

ABSTRAK

SHINTA KURNIAWATI. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya, Desa Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat. Dibimbing oleh TINTIN SARIANTI.

Aquarium Jaya merupakan pembudidaya ikan hias jenis tetra terbesar di Desa Curug Jaya Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat yang akan melakukan pengembangan usaha. Hasil analisis kelayakan pada penelitian ini terdiri dari kelayakan non finansial, kelayakan finansial, dan analisis sensitivitas. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial yang mencakup aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek lingkungan usaha pengembangan Aquarium Jaya layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan masih terdapat permintaan yang belum terpenuhi dan usaha ini memberikan dampak positif bagi warga sekitar. Hasil dari analisis finansial pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 2.162.665.131,00. IRR sebesar 99 persen. Net B/C yang diperoleh dari rencana pengembangan sebesar 6, dan payback periode selama 2,12 tahun. Hasil analisis sensitivitas pada rencana pengembangan usaha Aquarium Jaya pada kondisi kenaikan harga pakan sebesar 35 persen menghasilkan NPV sebesar Rp 1.944.442.278,00, Net B/C 5, IRR sebesar 87 persen, dan PP 2,21 tahun. Kondisi penurunan produksi sebesar 30 persen menghasilkan NPV sebesar Rp 674.577.976,00, Net B/C 2, IRR 31 persen, dan PP 3,61tahun.

Kata kunci: Aquarium Jaya, Analisis Kelayakan, Pengembangan

ABSTRACT

SHINTA KURNIAWATI. Feasibility Analysis of Business Development of Fresh Water Ornamental Fish at Aquarium Jaya, Curug Jaya village, District of

Bojongsari, Depok, West Java. Supervised by TINTIN SARIANTI.

Aquarium Jaya is the biggest ornamental fish farmers of tetra type in Curug Jaya village, district of Bojongsari, Depok, West Java and will conduct business development. Results of feasibility analysis in this study consisted of a non-financial feasibility, non-financial feasibility, and sensitivity analysis. Based on the analysis of non-financial aspects including market aspects, technical aspects, management aspects, legal aspects, social aspects, and environmental aspects in the development effort Aquarium Jaya feasible. This is because there is still an unmet demand and this effort a positive impact on local people and local authorities. Results obtained from the analysis of financial development NPV of IDR 22.162.665.131,00. IRR earned by 99 percent. Net B / C obtained from the development plan by 6, and the payback period for 2,12 years. The sensitivity analysis on the business development plan Aquarium Jaya on condition of feed price increase of 35 per cent produces NPV of IDR 1.944.442.278,00, Net B / C 5, an IRR of 87 percent, and PP 2,21 years. Conditions of production decrease of 30 per cent produces NPV of IDR 674.577.976,00, Net B / C 2, IRR of 31 percent, and the PP 3,61 years.


(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA

IKAN HIAS AIR TAWAR PADA AQUARIUM JAYA

DESA CURUG JAYA KECAMATAN BOJONGSARI

DEPOK JAWA BARAT

SHINTA KURNIAWATI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013


(5)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya, Desa Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat

Nama : Shinta Kurniawati NIM : H34070030

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Tintin Sarianti, Sp. MM Pembimbing Skripsi


(6)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 ini ialah pengembangan usaha, dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya, Desa Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Depok, Jawa Barat .

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Tintin Sarianti, Sp, MM selaku dosen pembimbing skripsi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah serta seluruh anggota keluarga, atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada David Permadi yang sudah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman Agribisnis Angakatan 44 Leni, Karin, Anissa Milki, dan teman-teman yang tidak bisa Penulis sebutkan satu persatu atas segala dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi para pembaca.

Bogor, Mei 2013


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

TINJAUAN PUSTAKA 6

Ikan Hias Air Tawar 6

Jenis Ikan Hias 7

Penelitian Terdahulu 8

KERANGKA PEMIKIRAN 10

Kerangka Pemikiran Teoritis 10

1. Teori Investasi 10

2. Studi Kelayakan Bisnis 11

3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis 12

Kerangka Pemikiran Operasional 17

METODE 19

Lokasi danWaktu Penelitian 19

Jenis dan Sumber Data 19

Metode Analisis Data 19

1. Analisis Non Finansial 19

2. Analisis Finansial 20

Asumsi-Asumsi dalam Cashflow 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Sejarah dan Perkembangan Usaha Aquarium Jaya 24

Struktur Organisasi Usaha Aquarium Jaya 26


(8)

1. Pengadaan Input 27

2. Proses Produksi 27

3. Pemasaran Ikan Hias 34

Analisis Kelayakan Non Finansial 34

1. Aspek Pasar 34

2. Aspek Teknis 36

3. Aspek Manajemen 39

4. Aspek Hukum 40

5. Aspek Sosial 40

6. Aspek Lingkungan 41

Analisis Kelayakan Finansial 41

1. Analisis Kelayakan Sebelum Pengembangan Usaha 41 2. Analisis Kelayakan Rencana Pengembangan Usaha 50

KESIMPULAN DAN SARAN 56

Kesimpulan 56

Saran 57

DAFTAR PUSTAKA 57

LAMPIRAN 59


(9)

DAFTAR TABEL

1 Nilai Ekspor dan Volume Ekspor Ikan Hias Air Tawar di Indonesia

Tahun 2007-20011 1

2 Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Terbesar di Indonesia

Tahun 2010-2011 2

3 Produksi Ikan Hias Air Tawar di Kota Depok Tahun 2007-2010 2 4 Data Jumlah Pembudidaya Ikan Hias Air Tawar di Kota Depok Tahun

2010 per Kecamatan 3

5 Jumlah Produksi dan Permintaan Eksportir Ikan Hias pada Aquarium

Jaya Tahun 2010-2011 4

6 Ukuran, Lama Pemeliharaan, dan Harga Ikan Hias Aquarium Jaya 24 7 Jenis dan Ukuran Akuarium pada Aquarium Jaya 28 8 Penerimaan Penjualan Ikan Hias pada Aquarium Jaya Sebelum

Pengembangan per Siklus 43

9 Penjualan Indukan Afkir Ikan Hias pada Aquarium Jaya Sebelum

Pengembangan 44

10 Biaya Tetap Usaha Aquarium Jaya Sebelum Pengembangan 46 11 Kebutuhan Pakan Usaha Aquarium Jaya Sebelum Pengembangan 47 12 Biaya Variabel Usaha Aquarium Jaya Sebelum Pengembangan 48 13 Analisis Kelayakan Finansial Aquarium Jaya Sebelum Pengembangan 49 14 Analisis Sensitivitas Usaha Aquarium Jaya Sebelum Pengembangan 49 15 Penjualan Indukan Afkir Ikan Hias pada Aquarium Jaya Rencana

Pengembangan 51

16 Biaya Tetap Usaha Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 52 17 Kebutuhan Pakan Usaha Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 53 18 Biaya Variabel Usaha Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 54 19 Rincian Angsuran Pinjaman Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 54 20 Analisis Kelayakan Finansial Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 55 21 Analisis Sensitivitas Usaha Aquarium Jaya Rencana Pengembangan 56

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha

Pengembangan Aquarium Jaya 18

2 Ikan Hias Aquarium Jaya (Cardinal Tetra, Rednose Tetra, dan Neon

Tetra) 25

3 Struktur Organisasi Aquarium Jaya 27

4 Persiapan Aquarium Pemijahan 29

5 Persiapan Penetasan Telur (Pembersihan Akuarium, Pemberian daun

Ketapang, Telur Ikan Hias) 29

6 Pakan Artemia 31

7 Pakan Kutu Air 31

8 Pensosrtiran Ikan Hias 33


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Layout Produksi Aquarium Jaya Sebelum dan Rencana Pengembangan

Usaha 60

2 Siklus Produksi Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya Tahun ke-1 62 3 Siklus Produksi Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya Tahun ke-2

hingga ke-10 64

4 Investasi dan Penyusutan Usaha Ikan Hias pada Aquarium Jaya (Lahan

900 m2) 66

5 Investasi dan Penyusutan Usaha Ikan Hias pada Aquarium Jaya (Lahan

1500 m2) 67

6 Laporan Laba Rugi Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya

(Lahan 900 m2) 68

7 Laporan Laba Rugi Usaha Ikan Hias pada Aquarium Jaya (Lahan 1500

m2) 70

8 Cashflow Usaha Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya (Lahan 900

m2) 72

9 Cashflow Usaha Ikan Hias pada Aquarium Jaya (Lahan 1500 m2) 74

10 Sensitivitas Penurunan Produksi 30% Usaha Ikan Hias Air Tawar pada

Aquarium Jaya (Lahan 900 m2) 76

11 Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan 35% Usaha Ikan Hias Air Tawar

pada Aquarium Jaya (Lahan 900 m2) 78

12 Sensitivitas Penurunan Produksi 30% Usaha Ikan Hias Air Tawar pada

Aquarium Jaya (Lahan 1500 m2) 80

13 Sensitivitas Kenaikan Harga Pakan 35% Usaha Ikan Hias Air Tawar


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi produksi perikanan Indonesia mencapai 65 juta ton per tahun yang sebagian besar dimanfaatkan pada perikanan budidaya sebesar 57,7 ton per tahun. Akan tetapi pemanfaatan saat ini baru sebesar 10,1 persen untuk budidaya air tawar, 40 persen untuk budidaya air payau, dan 0,01 persen untuk budidaya air laut. Oleh karena itu, masih banyak peluang untuk melakukan pemanfaatan sektor perikanan budidaya di Indonesia (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Salah satu sektor perikanan darat yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekspor adalah ikan hias air tawar. Peningkatan nilai ekspor dan volume ikan hias tersebut menunjukan adanya potensi kebutuhan pasar dunia akan ikan hias yang semakin meningkat. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar pada periode tahun 2007-2010 di Indonesia pada Tabel 1.

Kemudahan dan kesederhanaan teknologi yang dilakukan pada saat membudidayakan ikan hias merupakan salah satu alasan masyarakat untuk melakukan usaha ini. Selain itu, biaya yang relatif lebih rendah serta kebutuhan luas lahan budidaya ikan hias air tawar yang tidak terlalu besar menjadikan budidaya ikan hias air tawar menjadi alternatif pilihan usaha. Oleh karena itu, banyak daerah di Indonesia dijadikan sentra produksi budidaya ikan hias air tawar. Wilayah sentra produksi ikan hias air tawar terbesar Indonesia tersebar di sembilan Propinsi yaitu Papua, Yogyakarta, Sumatera Selatan, Kepulauan Riau, Riau, Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera Utara, dan DKI Jakarta. Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil ikan hias yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari jumlah volume ekspor ikan hias air tawar pada tahun 2010 sebesar 40.266 kg yang menghasilkan nilai ekspor sebesar US $ 166.379, dan pada tahun 2011 volume ekspor ikan hias mencapai 45.065 kg dengan nilai eskpor sebesar US $ 299.100 (Tabel 2), dengan negara tujuan Jepang, Perancis, Jerman, Denmark, Afrika, Belanda, Saudi Arabia, Singapura, Belgia, Korea, dan Filipina1.

1

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Buku Statistik Potensi Perikanan Indonesia.

http://statistik.kkp.go.id. Diakses tanggal 1 September 2012

Tabel 1. Nilai Ekspor dan Volume Ekspor Ikan Hias Air Tawar Tahun 2007-2011 di Indonesia

Tahun Nilai Ekspor (US$)

Perubahan Nilai Ekspor

(persen)

Volume Ekspor (kg)

Perubahan Volume Ekspor

(persen) 2007 7.305.645 0 1.217.151 0 2008 8.281.913 12 962.569 -21 2009 10.019.107 17 1.217.200 21 2010 13.681.192 27 2.138.353 43 2011 13.262.365 -3 1.757.205 -18 Rata- Rata 10.510.044 11 1.458.496 5


(12)

2

Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Ikan Hias Air Tawar Terbesar di Indonesia Tahun 2010-2011

Provinsi

Tahun

2010 2011

Volume Ekspor (kg)

Nilai Ekspor (US$)

Volume Ekspor (kg)

Nilai Ekspor (US$)

DKI Jakarta 485.062 6.689.924 562.555 8.236.583 Sumatera Utara 47.088 216.396 64.239 323.253

Jawa Barat 40.266 166.379 45.065 299.100

Jatim 6.874 107.886 3.635 574.160

Riau 6.026 679.247 3.244 512.400

Yogyakarta 15 287 2.192 26.700

Sumatera Selatan 2.656 111.408 2.033 78.073

Papua 788 2.563 1.604 8.014

Kepualauan Riau 492.432 1.424.777 445 2.223

Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan 2012

Depok merupakan Salah satu daerah sentra produksi ikan hias air tawar yang di Provinsi Jawa Barat. Hal ini dipertegas oleh Pemda Depok bahwa, pengembangan agribisnis komoditi ikan hias masuk kedalam program pengembangan ekonomi masyarakat Kota Depok 2010 2. Selain itu, wilayah Depok didukung iklim dan kondisi air yang sesuai dengan habitat ikan hias air tawar. Sehingga pengembangan ikan hias air tawar di Depok dapat terus dilakukan. Menurut data yang diperoleh dari Pemerintah Kota Depok, produksi ikan hias di Depok mengalami perkembangan yang positif dari tahun ke tahun. Perkembangan produksi ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Depok.

Berdasarkan data dari dinas pertanian Kota Depok 2010, produksi ikan hias air tawar mengalami peningkatan dari 70.137,90 ribu ekor pada tahun 2009 menjadi 75.735,18 ribu ekor pada tahun 2010, peningkatan yang terjadi sebesar 7.39 persen. Data perkembangan produksi ikan hias air tawar di Kota Depok dari tahun 2007-2010 dapat dilihat pada Tabel 3.

Saat ini produksi ikan hias iar tawar di Kota Depok digunakan untuk memenuhi pasar internasional dan selebihnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Produksi ikan hias air tawar di Depok tersebar di berbagai kecamatan di Kota Depok. Berdasarkan data dari dinas Pertanian Kota Depok, jumlah pembudidaya ikan hias di Kota Depok berjumlah 270

2

Pemerintah Kota Depok. http://www.depok.go.id. Diakses tanggal 25 Maret 2011

Tabel 3. Produksi Ikan Hias Air Tawar Di Kota Depok Tahun 2007-2010 Tahun Produksi

(000ekor)

Perubahan (persen)

Nilai Produksi (000 Rupiah)

Perubahan (persen)

2007 62.679,26 - 35.539.139,21 -

2008 67.697,89 8,00 38.587.797,30 8,58

2009 70.137,09 3,60 40.077.378,96 3,86

2010 75.735,18 7,98 43.169.051,46 7,71


(13)

3 pembudidaya yang tersebar pada 10 Kecamatan di Kota Depok. Data penyebaran pembudidaya ikan hias air tawar di Kota Depok dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan data di atas Kecamatan Bojongsari merupakan salah satu sentra pembudidaya ikan hias air tawar di Depok. Pada tahun 2010 Bojongsari mampu memberikan sumbangan 43 persen hasil produksi ikan hias tawar di Kota Depok 3. Hal ini dikarenakan kondisi air dan lingkungan di Kecamatan Bojongsari sangat cocok untuk dikembangkan berbagai jenis ikan hias air tawar terutama ikan hias jenis tetra. Ikan hias ini merupakan salah satu primadona untuk dijadikan komoditi ekspor. Hal ini dikarenakan ikan hias ini memiliki corak dan warna tubuh yang indah terutama pada saat gelap, pemudahan perawatan, dan ikan ini merupakan salah satu bahan baku untuk industri kosmetik di wilayah Eropa.

Salah satu pembudidaya ikan hias air tawar jenis tetra yang terbesar di Kecamatan Bojongsari adalah Aquarium Jaya yang terletak di Desa Curug Jaya, Depok. Aquarium Jaya merupakan pionir berdirinya usaha ikan hias air tawar jenis neon tetra di Kecamatan Bojongsari dan mampu memasarkan produknya kepada pihak eksportir. Adapun enis ikan hias air tawar yang diproduksi Aquarium Jaya antara lain neon tetra (Paracheirodon innesi), cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi), dan rednose tetra (Hemigrammus bleheri).

Perumusan Masalah

Aquarium Jaya merupakan perusahaan perseorangan milik Bapak Rodih Saputra yang bergerak dalam bidang agribisnis perikanan. Kegiatan Aquarium Jaya yaitu melakukan kegiatan budidaya ikan hias mulai dari pemijahan, pembenihan, hingga pembesaran. Ukuran ikan hias yang diproduksi Aquarium Jaya bervariasi dari ukuran SM-L dengan waktu pembesaran sekitar 1,5 hingga 3,5 bulan. Perbedaan ukuran tersebut disesuaikan dengan permintaan pihak ekportir maupun broker. Adapun persentase produksi untuk ukuran SM 35 pesen,

3 Pemerintah Kota Depok. Depok dalam Angka 2010. http://www.depok.go.id. Diakses tanggal 25 Maret 2011

Tabel 4. Jumlah Pembudidaya Ikan Hias Air Tawar di Kota Depok Tahun 2010

No. Kecamatan Jumlah Pembudidaya

1 Sawangan 16

2 Bojongsari 85

3 Pancoran Mas 11

4 Cipayung 25

5 Sukmajaya 27

6 Cilodong 23

7 Cimanggis 10

8 Tapos 27

9 Beji 24

10 Limo 22

Total 270


(14)

4

M 25 persen, ML 25 persen, dan L 15 persen untuk ketiga jenis ikan hias yang diproduksi yaitu neon tetra (Paracheirodon innesi), cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi), dan rednose tetra (Hemigrammus bleheri).

Berdasarkan data yang diperoleh dari pemilik, terjadi peningkatan permintaan dari ekportir setiap tahunnya terhadap ikan hias air tawar. Kenaikan permintaan ini dianggap peluang oleh Aquarium Jaya dengan meningkatkan jumlah produksi setiap tahunnya. Jumlah produksi aquarium Jaya pada tahun 2011 meningkat sebesar 1.313.280 ekor dibandingkan pada tahun 2010 berjumlah 984.960 ekor dengan kenaikan sebesar 33.3 persen. Akan tetapi, pemenuhan akan kebutuhan eksportir masih belum tercapai. Saat ini Aquarium Jaya hanya mampu memenuhi sekitar 50 hingga 57 persen permintaan eksportir (Tabel 5). Hal ini dikarenakan kapasitas produksi yang dihasilkan sudah maksimal. Kapasitas produksi ikan hias air tawar Aquarium Jaya sekitar 90.000 hingga 150.000 ekor ikan hias per bulan pada akuarium berjumlah 1050 dan lahan seluas 900 m2.

Upaya perluasan lahan usaha yang akan dilakukan oleh Aquarium Jaya meliputi pengadaan lahan untuk tempat usaha dan pembelian peralatan serta perlengkapan usaha. Hal ini dilakukan karena kapasitas produksi pada saat ini sudah maksimal dan lahan yang digunakan tidak dapat menampung adanya penambahan akuarium baru. Sehingga Aquarium Jaya perlu melakukan pengembangan usaha.

Pengembangan usaha harus disesuaikan dengan kebutuhan layout produksi yaitu, ruang pemijahan, ruang pembenihan, ruang pembesaran, ruang pengemasan, gudang, mess karyawan. Selain itu, diperlukan kesesuaian keadaan lokasi pada rencana pengembangan. Lokasi usaha untuk rencana pengembangan terletak tidak jauh dari lokasi usaha yang ada pada saat ini yaitu Desa Curug Jaya, kecamatan Bojongsari Depok. Hal ini dikarenakan, disekitar lokasi usaha masih terdapat lahan yang belum termanfaatkan seluas 600 m2.

Luas lahan yang belum termanfaatkan dapat terisi sekitar 700 akuarium dengan penempatan pada rak dua susun, sehingga Aquarium Jaya dapat melakukan pengembangan usaha sesuai dengan banyaknya jumlah kolam yang dapat dibangun pada lahan tersebut. Lahan yang digunakan pada rencana pengembangan akan dijadikan lahan sendiri dengan modal pinjaman dari Bank BRI sebesar Rp 250.000.000,00. Oleh karena itu, diperlukan analisis kelayakan usaha untuk memilih alternatif penggunaan modal yang paling menguntungkan untuk rencana pengembangan.

Tabel 5. Jumlah Produksi dan Permintaan Eksportir Ikan Hias Air Tawar pada Aquarium Jaya Tahun 2010-2011

Jenis Ikan

Tahun

2010 2011

Produksi (ekor)

Permintaan (ekor)

Selisih (%)

Produksi (ekor)

Permintaan (ekor)

Selisih (%) Neon Tetra 421.200 650.000 54 561.600 820.000 46 Cardinal 291.600 450.000 54 388.800 600.000 54 RedNose 272.160 450.000 65 362.880 550,000 52 Total 984.960 1.550.000 57 1.313.280 1.970.000 50


(15)

5 Analisis kelayakan yang harus dilakukan pada usaha saat ini maupun rencana pengembangan terdiri dari aspek non finansial (aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, dan aspek lingkungan) serta aspek finansial. Aspek-aspek tersebut penting untuk dilakukan karena natara aspek satu dnegan yang lainnya memiliki keterkaitan serta sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha ikan hias air tawar Aquarium Jaya.

Selama Bapak Rodih melakukan usaha, harga jual ikan hias tidak mengalami penurunan karena permintaan juga tidak pernah mengalami penurunan. Namun, harga pakan usaha justru selalu mengalami kenaikan. Keberhasilan usaha ikan hias air tawar Aquarium Jaya dipengaruhi oleh jumlah produksi ikan hias, harga jual ikan hias, dan biaya pakan. Jumlah produksi benih yang dihasilkan pada setiap siklus tidak bisa dipastikan secara tepat. Hal tersebut terjadi karena produksi ikan hias air tawar jenis tetra dipengaruhi oleh kondisi perubahan cuaca, hama dan penyakit, serta teknis perawatan ikan hias. Oleh karena itu, perlu diketahui sensitivitas kenaikan biaya pakan dan penurunan jumlah produksi agar usaha ikan hias air tawar Aaquarium Jaya tetap layak dilaksanakan.

Berdasarkan hal-hal tersebut perumusan masalah penelitian ini :

1. Bagaimana kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya jika dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, aspek hukum serta aspek pasar ?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya sebelum dan sesudah pengembangan?

3. Bagaimana sensitivitas perubahan manfaat apabila terjadi perubahan dalam Jumlah produksi ikan hias air tawar dan harga pakan terhadap kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya ?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Menganalisis kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya dilihat dari aspek non finansial yaitu aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek lingkungan, dan aspek pasar.

2. Menganalisis kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya dilihat dari aspek finansial.

3. Menganalisis sensitivitas perubahan manfaat apabila terjadi perubahan dalam jumlah produksi ikan hias air tawar dan harga pakan terhadap kelayakan usaha ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi penulis, sebagai media untuk mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

2. Bagi pengusaha, sebagai masukan terhadap manajemen perusahaan dalam melakukan perencanaan pengembangan usaha sehingga dapat mengetahui kelayakan usaha yang sedang dijalankan.

3. Bagi pembaca, sebagai wadah informasi dan bahan pustaka mengenai kelayakan usaha untuk penelitian selanjutnya.


(16)

6

Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian ini, aspek non finansial yang dibahas adalah aspek teknis, aspek lingkungan, aspek manajemen, aspek sosial, dan aspek pasar. Pembatasan penelitian ini bertujuan untuk mengarahkan penelitian agar sesuai dengan tujuannya. Aspek finansial yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa kriteria kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PP), serta Incremental Net Benefit. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan analisis sensitivitas yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perusahaan dapat mempertahankan usahanya apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap input maupun output .

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Hias Air Tawar

Ikan adalah seluruh jenis mahluk hidup yang sebagian atau seluruh siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (Undang- Undang Perikanan No. 31 Tahun 2004). Berdasarkan UU Perikanan Nomor 9 tahun 1985, yang dimaksud dengan “ikan” adalah : Pisces (Ikan bersiri); Crustacea (udang, rajungan,kepiting, dan sejenisnya); Mollusca (kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sejenisnya); Coelenterata (ubur-ubur, dan sejenisnya); Echinodermata (teripang, bulu babi, dan sejenisnya); Amphibi (kodok, salamander, dan sejenisnya); Reptilia

(buaya, penyu, kura-kura, labi-labi, dan sejenisnya); Mammalia (paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sejenisnya); Algae (rumput laut, dan tumbuhan lain yang hidup dalam air); dan Biota lain yang ada kaitannya4.

Menurut Lesmana (2002) ikan hias atau ornamental fish adalah ikan dengan hiasan atau ornament yang melekat pada bentuk fisik atau tubuhnya yang mengandung nilai keindahan. Ikan hias adalah semua jenis ikan yang dipelihara sebagai komoditas hidup di dalam akuarium karena memiliki variasi warna, bentuk, dan jenis yang beragam (Mahmood, 2009). Secara garis besar ikan hias dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

1. Ikan hias yang berasal dari air tawar, dikenal dengan istilah perdagangan

freshwater ornamental fish.

2. Ikan hias yang berasal dari air laut, dikenal dengan isilah perdagangan marine ornamental fish.

3. Tanaman hias air tawar, dikenal dengan freshwater ornamental plant atau

aquatic plant.

4. Kerang-kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertebrate.

Ikan hias air tawar merupakan ikan hias yang menghabiskan sebagian atau keseluruhan hidupnya dalam air tawar seperti di sungai dan danau, dengan sanitas kurang dari 0,05 persen. Tingkat sanitas merupakan pembeda utama lingkungan air tawar dengan air laut sehingga ikan air tawar tidak dapat berpindah lingkungan dari air tawar ke lingkungan air asin. Hal ini akan mengakibatkan ikan akan mati5.

4 Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2010. Indeks Perikanan Tahunan Menurut Provinsi 2006-2009. http://sidatik.kkp.go.id.


(17)

7 Jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh kolektor ikan hias adalah jenis Discus (Symphysodon discus), Manfish (Pterophyllum scalare), cupang

(Betta spendens), severum (Cichlasoma severum), Black ghost (Apteronotus

albifrons), jenis-jenis Tetra dan masih banyak jenis lainnya yang saat ini sudah dibudidayakan di Indonesia. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang berpotensi untuk dikembangkan adalah kelompok Tetra. Tetra termasuk kedalam kelompok ikan hias air tawar dari family Characidae yang berukuran kecil dan memiliki warna yang mencolok. Ikan ini berasal dari wilayah Amerika Selatan. Pada umumnya ikan hias ini diincar karena waran tubuh yang dimilikinya. Selain iu, ikan ini dimanfaatkan pada industri kosmetik di Eropa untuk dijadikan bahan baku pewarna kosmetik (neon tetra dan cardinal tetra). Ikan ini akan lebih indah jika dipelihara dalam jumlah banyak dan pencahayaan yang redup pada akuarium. setiap jenis tetra memiliki bentuk dan warna yang berbeda-beda dan memiliki keunikan masing-masing.

Jenis Ikan Hias Air Tawar

Jenis ikan hias yang dibudidayakan oleh Aquarium Jaya adalah neon tetra (Paracheirodon innesi), cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi), dan rednose tetra

(Hemigrammus bleheri).Ikan tetra termasuk ikan yang membiarkan telurnya

berserakan tanpa dijaga oleh induknya. Adapun karakteristik ketiga ikan hias tersebut adalah sebagai berikut :

1. Neon Tetra (Paracheirodon innesi)

Neon tetra (Paracheirodon innesi) merupakan ikan hias yang berasal dari daerah Amazon (Amerika Selatan), dekat dengan perbatasan Peru. Ikan ini termasuk kedalam golongan ikan omnivora. Warna tubuh dari ikan ini sangat spektakuler dan cerah membuat jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan sungai dipedalaman yang gelap. Hal inilah yang menyebabkan ikan ini menjadi populer sebagai ikan hias. Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat garis horizontal berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung hingga bagian depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya. Neon tetra dapat tumbuh hingga berukuran maksimal 4 cm.

Ikan ini sangat popular dikalangan para hobbies, karena ikan ini memiliki tubuh dan warna yang unik. Selain itu, ikan ini banyak di ekspor ke Negara-negara Eropa. Hal ini dikarenakan ikan ini dapat dijadikan sebagai pewarna kosmetik yang diproduksi di Negara Eropa. Sehingga permintaan akan ikan ini masih sangat tinggi. Selain itu, peluang bisnis semakin menggiurkan karena baru Indonesia dan China yang berhasil membenihkan ikan neon tetra ini6. Ikan neon tetra memiliki ketahanan hidup yang lebih kuat dibandingkan ikan tetra lainnya.

2. Cardinal Tetra (Paracheirodon axelrodi)

Cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) berasal dari Perairan Peruvian Amazon, Amerika Selatan. Ikan ini termasuk omnivora dan senang hidup secara berkelompok. Pada habitatnya ikan ini akan berkelompok hingga ratusan ribu ekor.

6

Anonim 2011. Budidaya Neon Tetra Masih Menjanjikan.


(18)

8

Ikan ini merupakan kerabat dekat dari neon tetra (Paracheirodon innesi). Warna tubuhnya pun hampir sama persis dengan neon tetra tetapi pada cardinal tetra garis merah malang melintang diseluruh permukaan tubuh ikan ini dan warna yang dihasilkan lebih terang dibandingkan neon tetra. Ukuran tubuh maksimal dari ikan ini sekitar 5 cm. Ikan cardinal tetra ini ditemukan oleh DR. Herbert R Axelrod pada tahun 1955 sehingga ikan ini dinamakan Paracheirodon axelrodi. Warna neon yang ditampilkan oleh ikan cardinal tetra sebenarnya merupakan hasil pantulan sinar dari partikel iridescent. Ikan ini menggunakan pantulan sinar yang didapat untuk merefleksikan warna merah dan biru. Pada malam hari, ikan ini akan berwarna pucat karena partikel tersebut tidak aktif.

Ikan cardinal tetra (Paracheirodon axelrodi) termasuk ikan yang kurang mudah beradaptasi dengan lingkungannya tidak seperti kerabatnya neon tetra (Paracheirodon innesi). Sehingga seringkali ikan ini mati pada suhu dan pH yang tidak sesuai dengan habitat aslinya. Ikan cardinal tetra membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan pH berkisar antara 4-7, serta suhu air yang berkisar antara 24–27° celcius. Sedangkan kadar pH dan suhu pada saat pemijahan ikan ini berkisar 6,5 dan suhu 24-26° celcius7.

3. Rednose Tetra (Hemigrammus bleheri )

Ikan rednose tetra (Hemigrammus bleheri ) merupakan ikan yang berasal dari Amerika Selatan tepatnya di perairan sungai Amazon. Ikan ini memiliki tubuh memanjang sperti torpedo, berwarna mengkilap seperti neon , dan pada bagian ekornya terdapat garis-garis hitam dan putih. Ciri khas dari ikan ini adalah adanya warna merah pada bagian hidung atau mulutnya sehingga ikan ini dinamakan rednose. Ikan ini dapat tumbuh maksimal sebesar 6,5 cm. Ikan rednose membutuhkan air sebagai tempat hidup dengan suhu berkisar antara 24-27° celcius , kandungan ion hidroksida atau derajat keasaman (pH) yang berkisar antara 5,5–7, serta kandungan mineral atau derajat kekerasan air (dH) yang berkisar antara 2–10 dH. Keadaan tersebut mirip dengan keadaan di habitat aslinya yaitu sungai Amazon yang beriklim tropis8 .

Penelitian Terdahulu

Penelitian yang menganalisis tentang ikan hias sudah banyak dilakukan, diantaranya berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ikan Hias Air Tawar Pada Arifin Fish Farm, Desa Ciluar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor Oleh Rohmawati (2010). Hasil analisis dari penelitan Beliau, didapatkan bahwa usaha pengembangan usaha dari Arifin Fish Farm berupa penambahan lahan sebesar 800 m2 dapat meningkatkan pendapatan Arifin fish Farm. Hal ini dapat dilihat dari nilai Net present Value (NPV) yang diperoleh sebesar Rp 2.039.639.749,00 dan nilai Net B/C sebesar 4,08 yang artinya bahwa penambahan luas lahan untuk budidaya ikan hias air tawar di Arifin Fish Farm sebesar 800 m2 layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas usaha pengembangan luas lahan sebesar 800 m2 oleh Arifin Fish Farm terhadap penurunan harga penjualan menunjukan usaha ini tetap layak untuk dijalankan. Penurunan harga sebesar 20 persen per tahun menghasilkan NPV sebesar Rp 1.125.203.260,00 dan Net B/C

7

S Johannes. http://o-fish.com. Diakses tanggal 19 April 2011

8


(19)

9 sebesar 2,43 persen dan IRR sebesar 34 persen. Sedangkan penurunan sebesar 30 persen menghasilkan NPV sebesar Rp 667.985.016,00, Net B/C sebesar 1,79 persen, dan IRR sebesar 24 persen.

Agustika (2009) dalam penelitian berjudul Analisis Kelayakan Perluasan Usaha Pemasok Ikan Hias Air Tawar Budi Fish Farm, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian tresebut didapatkan bahwa Perluasan usaha Budi Fish Farm jika dengan menggunakan modal pinjaman Bank, usaha ini tetap layak untuk dijalankan. Hal ini dapat terlihat dari perhitungan nilai NPV sebesar Rp 483.160.979,00, Net B/C sebesar 2,70 persen dengan IRR sebesar 66 persen. Hal ini menunjukan bahwa usaha ini layak dan mampu mengembalikan modal dalam tingkat bunga 66 persen per tahun. Jika bunga pinjaman bank yang berlaku kurang dari nilai tersebut maka usaha ini layak dijalankna, sebaliknya jika suku bunga bank yang berlaku lebih besar dari 66 persen per tahun maka usaha ini tidak layak untuk dijalankan.

Dharmika (2009) dengan penelitian Analisis Kelayakan Usaha Bunga Potong Kridan di Pri’s Farm Cinagara, Cijeruk, Kabupaten Bogor. Hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa rencana pengembangan usaha Pri’s farm untuk meningkatkan kapasitas produksi dengan penambahan Green House pada lahan yang ada, usaha ini layak untuk dijalankan. Penilaian rencana pengembangan bisnis ini menggunakan tiga skenario. Hasil dari perhitungan didapatkan NPV untuk skenario I sebesar Rp 1.117.985,71; skenario II Rp 473.396.179,00; Skenario III Rp 1.018.640.378,00 dengan memperhitungkan nilai waktu uang dalam jangka waktu 10 tahun atau selama proyek berjalan.

Penelitian mengenai Kelayakan Finansial Pembenihan dan Pendederan Ikan Nila Wanayasa pada kelompok pembudidaya Mekarsari Desa Tanjungsari, Kecamatan Pondoksalam, Kabupaten Purwakarta oleh Irianni (2006) bertujuan menganalisis kelayakan investasi yang ditanamnkan dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan harga faktor roduksi, dalam hal ini adalah pakan. Hasil analisis yang diperoleh menunjukan nilai NPV sebesar Rp 225.116.402,83, nilai B/C sebesar 19,38 persen, dan nilai IRR sebesar 70 persen. Hasil analisis sensitivitas dengan metode switching value diperoleh bahwa usaha ini masih layak untuk dijalankan dengan adanya peningkatan harga pakan sebesar 80,91 persen. Hal ini dikarenakan pada peningkatan harga pakan sebesar 80,91 persen nilai NPV sama dengan nol, Net B/C sama dengan satu, dan nilai IRR sama dengan tingkat suku bunga.

Wijayanto (2005) pada penelitian berjudul Analisis Kelayakan Finansial Usaha Pembesaran Ikan Mas Kolam Air Deras, studi kasus MN Fish Farm., Kabupaten Subang. Penelitian ini menggunakan dua skenario. Pada skenario I menunjukan bahwa pada usaha pembesaran ikan mas kolam air deras pada MN Fish Farm layak pada tingkat diskonto 6 persen dengan modal sendiri. Adapun hasil NPV sebesar Rp 823.606.812,00 dengan Net B/C sebesar 3,06 persen, dan IRR sebesar 26 persen serta pengembalian modal (MPI) selama 4 tahun 6 bulan. Selain dari skenario I tersebut, terdapat skenario II yaitu analisis dengan modal sebagian berasal dari pinjaman bank. Pada skenario II tingkat diskonto yang digunakan adalah 6 persen dan 15 persen. Hasil yang diperoleh pada diskonto 6 persen diperoleh NPV sebesar Rp 682.145.459,00, Net B/C 4,41 persen, dan IRR sebesar 32 persen dengan MPI 5 tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa pelaksanaan usaha dengan modal sebagian dari pinjaman bank masih layak untuk


(20)

10

dijalankan. Sedangkan untuk nilai diskonto 15 persen diperoleh NPV sebesar Rp 324.433.731,00, Net B/C 2,62 persen, IRR 22 persen, dan MPI 6 tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa usaha tersebut dapat mengembalikan pinjaman beserta bunganya karena pengembalian internal usaha terebut lebih besar dari suku bunga kredit yang berlaku.

Irsadi Alireja (2002) penelitian berjudul Analisis Kelayakan Ikan Hias Air Tawar di Kelurahan Bojongsari, Kecamatan Sawangan, Kota Dpok, Jawa Barat melakukan analisis terhadap dua usaha ikan hias air tawar pada daerah tersebut yaitu pembudidaya ikan hias skala besar dan pembudidaya skala kecil. Pada penelitian tersebut menujukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar pada pembudidaya skala kecil menghasilkan NPV sebesar Rp 22.095.717,20, IRR sebesar 68,96 persen, Net B/C 3,65 persen, dan Payback period (PP) 3 tahun 11 bulan. Sedangkan untuk pembudidaya ikan hias air tawar skala besar nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp 51.950.058,23, IRR sebesar 84,28 persen, Net B/C 4,52 persen, dan PP 3 tahun 1 bulan. Hal ini menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala besar atau kecil layak untuk dijalankan. Selain itu, hasil analisis sensitivitas menunjukan bahwa agribisnis ikan hias air tawar skala besar kurang sensitif terhadap perubahan harga output, harga input dan tingkat suku bunga. Setiap perubahan harga output 25 persen, harga input 15 persen, dan kenaikan tingkat suku bunga menjadi 26 persen, usaha skala besar tetap layak untuk dijalankan. Sedangkan agribisnis ikan hias air tawar skala kecil akan menjadi tidak layak jika terjadi penurunan harga output, harga input, dan kenaikan tingkat suku bunga.

Penelitian - penelitian terdahulu merupakan acuan bagi peneliti dalam melakukan analisis kelayakan pengembangan usaha dilihat dari permasalahan meningkatnya permintaan eksportir dan besarnya biaya yang diperlukan dalam perluasan skala usaha, maka dari itu diperlukan analisis kelayakan investasi untuk mengetahui kelayakan pengembangan usaha dengan melihat suku bunga (discount

rate) yang berlaku. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tempat penelitian (perusahaan), komoditas yang diproduksi, dan jenis usaha. Adapun penelitian yang dilakukan pada usaha pembudidaya ikan hias

air tawar di Desa Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat.

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teorititis

1. Teori Investasi

Investasi adalah aktivitas pembelian objek produktif yang bertujuan untk memperbesar kekayakaan (asset). Aktivitas pembelian terjadi karena adanya kemampuan, kemauan, dan objek yang dapat memuaskan kebutuhan, baik untuk saat ini maupun untuk masa yang akan datang. Kemampuan diukur dengan kepemilikan terhadap alat tukar (Subagyo,2007). Menurut Abdul Halim (2005) pada Fahmi, et al (2009) investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. Investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan ekuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan memberikan keuntungan. Untuk melakukan investasi


(21)

11 diperlukan modal (fund) yang dapat berasal dari modal sendiri (asset) ataupun modal pinjaman (loan).

Menurut Fahmi, et al (2009) terdapat empat tujuan dari investasi yaitu : 1) Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut, 2) Terciptanya keuntungan maksimum yang diharapkan (profit actual), 3) Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham, 4) Turut memberikan andil bagi pemangunan bangsa. Investasi terbagi dalam dua bentuk, yaitu investasi langsung (sektor riil) dan investasi portofolio (sektor finansial). Investasi langsung adalah mereka yang memiliki dan dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan. Investasi jenis ini membutuhkan sejumlah besar sumber daya material dan menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Investasi portofolio adalah pembelian investasi berupa pembelian saham di pasar modal, pembelian obligasi pemerintah, bisnis dipasar uang, dan sebagainya (Subagyo, 2007).

Setiap melakukan keputusan investasi diperlukan proses investasi yang mampu memberikan gambaran yang akan ditempuh oleh perusahaan. Secara umum proses manajemen investasi meliputi lima langkah (Fahmi, et al 2009): 1. Menetapkan sasaran investasi,

2. Membuat kebijakan investasi, 3. Memilih strategi portofolio, 4. Memilih asset,

5. Mengukur dan mengevaluasi kinerja investasi.

2. Studi Kelayakan Bisnis

Raymond E Glos (1976) dalam Umar (2002) mengungkapkan bahwa bisnis merupakan seluruh ltegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen,pedagang, konsumen, dan industri tempat perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Menurut Nurmalina, et al (2009) bisnis merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil benefit dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan, dan pelaksanaan dalam satu unit. Sedangkan menurut John M. Echols dalam Subagyo (2007) bisnis berarti perusahaan. Perusahaan adalah sebuah unit kegiatan produksi yang mengolah sumber daya ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memuaskan kebutuhan masyarakat. Bisnis sangat erat kaitannya dengan kegiatan investasi. Menurut Grey, et a1 (1992) dalam Nurmalina, et a1

(2009) mengungkapkan bahwa kegiatan investasi merupakan kegiatan yang direncanaakan dan dilaksanakan dalam satu bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk memperoleh benefit. Pihak-pihak yang ingin melakukan investasi pada suatu bisnis hendaknya melakukan kajian terlebih dahulu terhadap bisnis yang ingin diinvestasikannya. Oleh karena itu, setiap bisnis yang akan dijalankan perlu dianalisis dengan menggunakan studi kelayakan bisnis.

Penilaian investasi pada studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menghindari terjadinya keterlanjuran investasi yang tidak menguntungkan karena usaha yang tidak layak atau feasible (Subagyo, 2007). Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan (Nurmalina, et al 2009). Sedangkan menurut Umar (2002) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis


(22)

12

yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layaknya bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan. Sedangkan menurut Subagyo (2007), studi kelayakan adalah penelitian mendalam terhadap suatu ide bisnis tentang layak atau tidaknya ide tersebut dilaksanakan.

Ide bisnis memiliki bermacam-macam bentuk antara lain (Subagyo, 2007): 1. Pendirian usaha baru

2. Pengembangan usaha yang sudah ada, seperti merger, penambahan permodalan, penggantian teknologi, pembukaan kantor baru/cabang/perwakilan, dan sebagainya.

3. Pembelian perusahaan secara akuisisi.

Hasil dari studi kelayakan bisnis berupa laporan tertulis. Isi laporan dari studi kelayakan bisnis merupakan gambaran bahwa suatu rencana bisnis tertentu dapat dilaksanakan atau tidak. Hal ini bermanfaat untuk memberikan keyakinan Kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap bisnis yang akan dijalankan. Adapun pihak-pihak yang akan memperoleh manfaat dari analisis ini antara lain (Nurmalina et al, 2009):

1. Investor, dengan adanya analisis kelayakan bisnis maka investir dapat menilai apakah dana yang ditanamkan memberikan keuntungan sehingga investor dapat membuat keputusan investasi secara obyektif.

2. Kreditor bank, hasil analisis yang diperoleh dapat dijadikan acuan apakah dana yang dipinjamkan pada suatu bisnis dapat dikembalikan. Selain itu,

payback period dari bisnis tersebut juga sangat diperhatikan oleh kreditor bank.

3. Analis, hasil yang diperoleh dari analisis studi kelayakan digunakan untuk dapat menunjang tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis baru atau pengembangan bisnis atau menilai bisnis yang sudah ada.

4. Masyarakat, hasil analisis ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui nilai tambah yang muncul akibat bisnis tersebut.

5. Pemerintah, diihat dari sudut pandang mikro, analisis ini diharapkan mampu mengembangkan pemanfaatan sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam, peningkatan pemasukan pemerintah melalui pajak dan retribusi, sedangkan secara makro, analisis ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional sehingga terjadi pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita.

3. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Aspek-aspek dalam studi kelayakan adalah bidang kajian dalam studi kelayakan tentang keadaan objek tertentu dari fungsi-fungsi bisnis (marketing, operasi, manajemen, sumber daya manusia, hukum, lingkungan, dan keuangan). Menurut Nurmalina, et a1 (2009), penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara menyeluruh dari berbagai aspek yaitu aspek nonfinansial yang meliputi aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, ekonomi-budaya, serta lingkungan dan aspek finansial (keuangan). Aspek finansial (keuangan) terkait dengan biaya dan manfaat yang bersifat kuantitatif sedangkan aspek non finansial dianalisis secara kualitatif.


(23)

13

a. Aspek Pasar

Menurut Subagyo (2007) pasar adalah titik pertemuan antara permintaan dan penawaran jenis produk atau jasa sehingga tercapai kesepakatan dalam transaksi. Dalam konteks ini, pasar bukan hanya diartikan sebagai pertemuan secara fisik antara penjual dan pembeli, tetapi terjadinya kesepakatan ketika pembeli menyetujui akan harga yang ditawarkan penjual baik dilakukan secara tatap muka, suara (by phone), penglihatan (by code) di pasar modal maupun melalui tulisadcatatan (by internet). Menurut stanton dalam Umar (2002) pasar merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi terdapat tiga faktor utama yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, dan tingkah laku dalam pembeliannya.

Menurut Husnan dan Muhammad (2005) aspek pemasaran mengkaji tentang :

1. Permintaan (demand)

Permintaan pada dasarnya adalah jumlah barang yang bersedia dibeli para pembeli pada pasar tertentu dengan harga tertentu dan pada waktu tertentu (Subagyo, 2007). Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), permintaan adalah jumlah yang diminta untuk komoditi yang ingin dibeli oleh semua rumah tangga. Variabel-variabel yang mempengaruhi perrnintaan adalah harga komoditi barang tersebut, harga komoditi barang lain, pendapatan rata-rata rumah tangga, selera, distribusi pendapatan diantara rumah tangga, dan jumlah penduduk.

2. Penawaran (supply)

Menurut Kotler (1988) dalam Husnan dan Muhammad (2005), penawaran adalah jumlah yang ditawarkan untuk sejumlah komoditi yang ingin dijual oleh perusahaan. Sedangkan menurut Subagyo (2007), penawaran adalah produk yang tersedia dan siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atau volume produk sejenis yang tersedia dalam wilayah tertentu untuk dijual kepada masyarakat. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran adalah harga barang tersebut, harga barang lain, harga faktor produksi, dan teknologi.

3. Program pemasaran

Pemasaran adalah mengantarkan barang atau jasa yang tepat,kepada orang yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, dengan harga yang tepat, serta dengan komunikasi dan promosi yang tepat (Subagyo, 2007). Sedangkan program pemasaran menurut Kotler (1988) sering disebut sebagai bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari empat komponen yaitu produk (Product), harga (price), distribusi (place), dan promosi (promotion).

b. Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan analisis yang berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa yang berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2005). Sedangkan menurut Subagyo (2007), aspek teknis merupakan suatu proses menghasilkan produk (barang/jasa) yang diawali dari pemilihan material dan berlanjut ke proses produksi sampai menghasilkan output berupa barang jasa.


(24)

14

Menurut Nurmalina et a1 (2009), terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan aspek teknis, antara lain :

1. Lokasi Bisnis

Variabel yang mempengaruhi pemilihan lokasi bisnis terdiri atas variabel utama dan variabel bukan utama. Variabel utama antara lain (1) ketersediaan bahan baku, bila suatu usaha memerlukan bahan baku dalam jumlah besar maka bahan baku menjadi variabel yang cukup penting dalam penentuan lokasi bisnis. (2) letak pasar yang dituju, informasi yang perlu diperoleh antara lain daya beli konsumen, pesaing dana analisis pasar lainnya. (3) Tenaga listrik dan air, pada perusahaan yang memerlukan tenaga listrik yang cukup besar tentu harus memperhatikan ketersediaan listrik pada lokasi bisnisnya. (4) Supply tenaga kerja. (5) Fasilitas transportasi, ha1 ini berkaitan dengan pertimbangan bahan baku dan pasar. Sedangkan variabel bukan utama antara lain (1) Hukum dan peraturan di indonesia maupun di tingkat lokal pada rencana lokasi, karena kemungkinan ada peraturan yang melarang pendirian suatu bisnis di lokasi. (2) Sikap masyarakat setempat yang mendukung atau tidak pendirian usaha. (3) Rencana masa depan perusahaan terkait dengan perluasan usaha.

2. Luas Produksi

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan luas produksi yaitu permintaan, ketersediaan kapasitas mesin, jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelolaaan produksi, kemmapuan finansial dan manajemen perusahaan, dan kemungkinan adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang. 3. Proses Produksi

Proses produksi terdiri atas tiga jenis yaitu proses produksi yang terputus-putus, proses produksi yang kontinu, dan proses produksi kombinasi.

4. Layout

Layout mencakup layout site, layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik, dan fasilitas-fasilitasnya.

5. Pemilihan jenis teknologi dan peralatan.

c. Aspek Manajemen

Menurut Umar (2007) aspek manajemen dilaksanakan pada dua macam. Pertama: manajemen saat pembangunan proyek bisnis. Kedua: manajemen saat bisnis dioperasionalkan secara rutin. Kemajuan dan kesuksesan suatu bisnis sangat ditentukan oleh manajemen atau pengaturan di dalam bisnis tersebut. Adapun telaah manajemen dalam pembangunan proyek meliputi penyusunan rencan kerja, pihak-pihak yang terlibat pada bisnis, dan pengawasan serta pengkoordinasian dalam pelaksanan proyek. Sedangkan telaah yang dilakukan dalam operasional bisnis meliputi penentuan bentuk badan usaha yang efektif dan efisien, penentuan jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi dalam bisnis serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam bisnis yang dijalankan.

d. Aspek Sosial, Ekonomi dan Lingkungan

Titik tolak untuk melakukan analisis suatu studi kelayakan diperlukan informasi dari lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh lingkungan luar tersebut memberikan peluang sekaligus ancaman bagi bisnis yang akan dijalankan. Selain itu, untuk mengetahui seberapa besar manfaat bisnis yang


(25)

15 dijalankan untuk lingltungan luar baik dari segi makroekonorni maupun mikroekonomi.

e. Aspek Finansial

Studi tentang aspek finansial (keuangan) dilakukan bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang akan dijalankan.

1) Teori Biaya dan manfaat

Analisis finansial diawali dengan menganalisis biaya dan manfaaat dari suatu usaha. Oleh karena itu, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang diterima. Sedangkan manfaat adalah hasil dari suatu investasi yang ditanamkan. Biaya dan manfaat terdapat dua jenis yaitu biaya dan manfaat langsung (tangible) serta biaya dan manfaat tidak langsung (intangible). Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan langsung dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan bukan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang masuk ke dalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung.

Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, seperti tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin-mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya-biaya lainnya seperti penelitian.

Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang dibutuhkan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, seperti biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi (Kuntjoro, 2002). Menurut Kadariah, et a1 (2001) benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intagible benefit. Direct benefit adalah peningkatan ouput produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan sampingan akibat adanya proyek, sedangkan intagible benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya.

2) Analisis Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan laporan keuangan yang mencantumkan penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akutansi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut (gittinger, 1986). Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan diperoleh dari penjualan barang dan jasa dilturangi dengan potongan penjualan, baeang yang dikembalikan, dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk seluruh operasi mencangkup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku.


(26)

16

Komponen lain dalam laporan rugi laba adalah biaya penjualan, biaya umum dan administrasi. Pengurangan komponen-komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan (EBIT). Penyusutan termasuk pengeluaran operasi non tunai yang merupakan alokasi biaya yang berasal dari harta tetap pada setiap periode yang menyebabkan nilai harta tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak.

3) Kriteria Investasi

Laporan rugi laba mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan rugi laba menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun dalam menganalisis suatu proyek investasi lebih relevan jika melihat aliran kas (cashflow) suatu perusahaan pada periode tertentu. kriteria investasi dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu bisnis layak atau tidak untuk dilaksanakan. Selain itu, setiap kriteria kelayakan dapat dipakai untuk menentukan berbagai alternatif bisnis dari invetasi yang sama.

Adapun metode pengukuran dari kriteria investasi antara lain :

(1) Net Present Value (Nilai Manfaat Netto) adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang ada diperoleh pada masa mendatang, yang merupakan selisih kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya.

(2) Net Benefit-Cost Ratio (Rasio manfaat dan biaya) adalah perbandingan

antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif.

(3) Internal Rate Of Return (Tingkat Pengembalian Internal) adalah tingkat bunga dimana nilai kini dari biaya total sama dengan nilai kini dari penerimaan total. IRR dapat pula dianggap sebagai tingkat keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek dengan syarat setiap manfaat yang diwujudkan, yaitu setiap selisih benejt (Bt) dan cost (Ct) yang bernilai positif secara otomatis ditanamkan kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama selama sisa umur proyek. (4) Payback Period adalah pengukuran seberapa cepat investasi bisa kembali,

karena itu hasilnya dinyatakan dalam perhitungan waktu berupa bulan atau tahun.

4) Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat (Nurmalina et a1,2009). Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah variable-variabel penting dalam beberapa kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel-variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, Net B/C).

Perubahan-perubahan yang biasa terjadi dalam menjalankan bisnis umumnya dikarenakan oleh :

a. Harga


(27)

17 c. Kenaikan dalam biaya ( Cost OverRun)

d. Hasil produksi

Faktor-faktor tersebut tentunya akan mempengaruhi kelayakan suatu aktivitas bisnis. Oleh karena itu, diperlukan analisis dan identifikasi kondisi yang mungkin akan terjadi dari informasi-informasi yang sesuai dengan bisnis yang akan dijalankan.

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha budidaya ikan hias merupakan salah satu bidang usaha yang memiliki prospek bagus dalam melakukan pengembangan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya permintaan ikan hias dalam jumlah yang besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh sebab itu, peluang usaha ini banyak menarik masuk para penanam modal untuk terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah Aquarium Jaya. Dalam penelitian ini, Aquarium Jaya bermaksud memanfaatkan peluang pasar yang ada. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan analisis kelayakan untuk melihat apakah usaha pengembangan usaha ikan hias air tawar layak untuk dilaksanakan atau tidak, sehingga perlu dilakukan pembahasan mengenai aspek-aspek yang berkaitan seperti aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial, aspek pasar, aspek lingkungan, serta aspek finansial. Penilaian tersebut dilakukan dengan menggunakan analisis finansial untuk melihat nilai NPV, IRR, Net B/C ratio, dan

Payback Period.

Aspek pasar menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, sedangkan aspek sosial, aspek manajemen dan aspek teknis menggunakan analisis kualitatif deskriptif. Kriteria kelayakan yang digunakan untuk aspek pasar yaitu bahwa produk ikan hias yang dihasilkan mempunyai peluang pasar. Kriteria kelayakan pada aspek teknis ditunjukkan dengan adanya peningkatan produksi dan nilai penujalan. Aspek sosial ditunjukan dengan respon masyarakat sekitar yang tidak mempunyai keluhan apapun selama usaha berjalan, aspek manajemen menggunaltan kriteria kelayakan yang ditunjukkan dengan pengelolaan dan pemeliharaan manajeinen yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhan usaha.

Aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan NPV> 0 , Net B/C > 1, dan IRR> tingkat diskonto yang ditetapkan. Jika NPV> 0, maka proyek dikatakan layak atau bermanfaat karena dapat menghasilkan laba lebih besar dari modal opportunity cost faktor produksi modal. Apabila NPV=O, berarti proyek menghasilkan sebesar opportunity cost faktor produksi modal, dalam kondisi ini proyek tidak untung dan tidak rugi. Jika nilai NPV<0, maka proyek tidak dapat menghasilkan senilai biaya yang digunakan sehingga menunjukkan bahwa proyek tersebut tidak layak dilakukan.

Analisis sensitivitas juga digunakan dalam penelitian ini untuk menguji kepekaan suatu perubahan keadaan terhadap kelayakan investasi. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat menjadi bahan pertin~bangan dalam pengambilan keputusan tentang rencana perluasan skala usaha yang akan dilakukan. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1.


(28)

18

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Kelayakan Usaha Pengembangan Aquarium Jaya.

Aspek Nonfinansial • Aspek pasar • Aspek hukum • Aspek teknis • Aspek manajemen • Aspek sosial • Aspek lingkungan

Aspek Finansial

• NPV

• IRR

• Net B/C

Payback Period

• Sensitivitas

Layak Tidak

Pengembangan

tidak dijalankan Sensitivitas

Prospek lkan Hias Air Tawar Aquarium Jaya

• Permintaan ikan hias air tawar mengalami peningkatan setiap tahunnya

• Kemudahan teknik budidaya ikan hias air tawar jenis tetra

• Lokasi dan sumber air yang cocok untuk pengembangan budidaya ikan hias jenis Tetra

• Bergabung dalam kelompok budidaya terbaik se-Indonesia

• Kapasitas produksi saat ini sudah maksimal

• Adanya bantuan pinjaman dari Bank BRI

Pengembangan Usaha dengan memperluas lahan usaha sebesar 600 m2

Analisis Kelayakan Usaha

Rekomendasi Pengembangan


(29)

19

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi Rumah Tangga Perikanan (RTP) Aquarium Jaya yang terletak di Desa Curug Jaya Bojongsari Kecamatan Bojongsari, Kota Depok Provinsi Jawa Barat pada bulan April hingga Juni 2012. Tempat penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa Aquarium Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di usaha budidaya ikan hias air tawar yang sangat prospektif karena usaha ini merupakan pionir usaha budidaya ikan hias air tawar jenis tetra yang ada di Kecamatan Bojongsari dan Depok pada umumnya. Selain itu, kemudahan perolehan informasi tentang data perusahaan sehingga penulis dengan mudah untuk melaksanakan penelitian.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di perusahaan serta wawancara dengan pemilik perusahaan. Data primer tersebut antara lain adalah karakteristik penggunaan input dan output usaha ikan hias air tawar, teknik budidaya, luas lahan, dan aspek-aspek yang terkait dengan usaha ikan hias air tawar. Data sekunder sebagai data pelengkap dan penunjang diperoleh dari dokumen tertulis perusahaan yang berltaitan dengan penelitian, literatur yang diperoleh dari perpustakaan LSI IPB, Dinas Perikanan Kabupaten Depok dan internet.

Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai aspek-aspek yang dikaji dalam analisis kelayakan usaha pembesaran ikan hias air tawar Aquarium Jaya yang dijelaskan secara deskriptif. Aspek-aspek tersebut meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha pembesaran ikan hias air tawar Aquarium Jaya berdasarkan dengan kriteria kelayakan investasi. Data kuantitatif dikumpulkan, kemudian diolah dengan menggunakan komputer software microsoft excel yang akan ditampilkan dalam bentuk tabulasi sehingga dapat dijelaskan secara deskriptif.

Analisis Nonfinansial

1. Analisis Aspek Pasar

Analisis aspek pasar dikaji dengan cara deskriptif untuk mengetahui berapa besar potensi pasar untuk masa yang akan datang. Untuk keperluan ini perlu diketahui tingkat permintaan pasar pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang serta bagian dari keseluruhan potensi pasar yang dapat diserap oleh perusahaan Aquarium Jaya serta strategi pemasaran yang digunakan untuk mencapai market share yang telah diterapkan.

2. Analisis Aspek Teknis

Analisis aspek teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Aspek teknis berpengaruh


(30)

20

terhadap kelancaran usaha terutama kelancaran proses produksi. Analisis ini dikaji secara kualitatif untuk mengetahui gambaran mengenai lokasi usaha pembesaran ikan hias air tawar, besarnya skala operasi atau luas produksi, peralatan dan perlengkapan yang digunakan serta proses kegiatan produksi yang dilakukan dalam usaha pembesaran ikan hias air tawar pada Aquarium Jaya.

3. Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen dikaji secara deskriptif untuk mengetahui sumberdaya manusia dalam menjalankan jenis-jenis pekerjaan pada usaha pembesaran ikan hias air tawar di Aquarium Jaya. Hal-ha1 yang harus diperhatikan dalam aspek tersebut diantaranya adalah bentuk badan usaha yang digunakan, struktur organisasi yang berguna dalam menentukan garis kerja untuk mengatur pelaksanaan operasional perusahaan serta sistem ketenagakerjaan yang diterapkan oleh pihak manajemen.

4. Analisis Aspek sosial dan Lingkungan

Analisis aspek sosial dan lingkungan dikaji secara deskriptif untuk mengetahui manfaat maupun kerugian yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan usaha pembesaran ikan hias air tawar di Aquarium Jaya terhadap kondisi sosial dan lingkungan masyarakat sekitarnya

Analisis Finansial

Analisis finansial dikaji dengan kuantitatif melalui analisis biaya dan manfaat, analisis laba rugi, analisis kriteria investasi, yaitu meliputi net present value (NPV), internal rate return (IRR), net benefit cost ratio (Net B/C), payback pariod (PP), Incremental Net Benefit dan analisis sensitivitas. Analisis biaya manfaat dilakukan untuk mengidentifikasi berbagai biaya yang dikeluarkan serta keseluruhan manfaat yang diterima selama proyek dijalanakan. Dari hasil analisis biaya dan manfaat diolah sehingga dapat menghasilkan analisis laba rugi. Analisis laba rugi akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam cashflow perusahaan. Setelah diketahui pajak maka dilakukan penyusunan

cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Kriteria investasi akan

menunjukan layak tidaknya usaha dari sisi finansial. Sehingga untuk menilai suatu kegiatan investasi usaha sensitif atau tidak terhadap perubahan yang akan terjadi.

1) Net Present Value (NPV)

Net Present Value atau manfaat bersih adalah nilai sekarang dari arus

pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Nilai NPV dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

NPV= � Bt-Ct (1+i)t n

t=1 Dimana: Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t n = Umur proyek

i = Suku bunga (DR/%)

t = Tahun kegiatan bisnis

Dengan kriteria :

NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya.


(1)

selang air 1.200.000 0 0 0 0 1.200.000 0 0 0 0

Induk Cardinal Tetra 1.260.000 0 1.260.000 0 1.260.000 0 1.260.000 0 1.260.000 0

Induk Rednose tetra 480.000 0 480.000 0 480.000 0 480.000 0 480.000 0

Induk Neon tetra 780.000 0 780.000 0 780.000 0 780.000 0 780.000 0

Ember Sortir 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0

serokan ikan 50.000 0 0 0 0 50.000 0 0 0 0

Total Biaya Investasi 693.190.000 0 4.550.000 2.780.000 4.370.000 13.870.000 7.150.000 0 4.370.000 2.780.000

b. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap

Telepon 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000

Listrik 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000

Biaya Transportasi Motor 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 Biaya Transportasi Mobil 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000

Peralatan Kantor 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

PBB 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000 180.000

Gaji Staff Pengepakan (4 orang) 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 28.800.000 THR Staff Akuarium (6 orang) 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 30.000.000 THR Staff Pengepakan (4 orang) 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

Total Biaya Tetap 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000 98.460.000

2. Biaya Variabel

Gaji Staff Akuarium (6 orang) 133.552.800 201.004.200 200.329.200 201.004.200 200.329.200 201.004.200 200.329.200 201.004.200 200.329.200 201.004.200 Gaji Pemilik 100.164.600 134.002.800 133.552.800 134.002.800 133.552.800 134.002.800 133.552.800 134.002.800 133.552.800 134.002.800

Isi Gas Oksigen 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000 1.920.000

Plastik Packing (60 x 40 cm) 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000 6.336.000

Obat Purasaridon 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000

Obat Metil biru 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000 4.800.000

Obat Tetrasiklin 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000 5.400.000

Garam 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000 425.000

Daun Ketapang 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000

Solar 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000 1.080.000

Tali Rapia 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000 168.000

Artemia 31.590.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000 42.120.000

Kutu Air 2.160.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000

Pelet tuenshin 13.608.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 18.144.000 Total Biaya Variabel 307.444.400 424.520.000 423.395.000 424.520.000 423.395.000 424.520.000 423.395.000 424.520.000 423.395.000 424.520.000

c. Pajak Penghasilan 43.272.000 70.156.500 69.781.500 70.156.500 69.781.500 70.156.500 69.781.500 70.156.500 69.781.500 70.156.500

Total Outflow 1.142.366.400 593.136.500 596.186.500 595.916.500 596.006.500 607.006.500 598.786.500 593.136.500 596.006.500 595.916.500 Net Benefit -488.534.400 280.139.500 275.589.500 277.359.500 275.769.500 266.269.500 272.989.500 280.139.500 275.769.500 547.359.500

DF 11% 0.90 0.81 0.73 0.66 0.59 0.53 0.48 0.43 0.39 0.35

PV/Tahun -440.121.081 227.367.503 201.508.667 182.705.294 163.655.776 142.358.548 131.487.689 121.559.952 107.805.129 192.771.520

PV Positif 1.471.220.077

PV Negatif -440.121.081

NPV 1.031.098.996

Net B/C 3


(2)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

a. Neon Tetra

SM 83.349.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 111.132.000 M 69.457.500 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 92.610.000 ML 89.302.500 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 119.070.000 L 71.442.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 95.256.000 b. Rednose Tetra

SM 37.864.260 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 50.485.680 M 31.553.550 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 42.071.400 ML 40.568.850 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 54.091.800 L 32.455.080 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 43.273.440 c. Cardinal Tetra

SM 154.949.760 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 206.599.680 M 152.182.800 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 202.910.400 ML 193.687.200 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 258.249.600 L 132.814.080 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440 177.085.440

Induk Ikan Hias Afkir 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000

Nilai Sisa 450.000.000

Pinjaman 250.000.000

Total Inflow 1.339.626.580 1.456.335.440 1.452.835.440 1.456.335.440 1.452.835.440 1.456.335.440 1.452.835.440 1.456.335.440 1.452.835.440 1.906.335.440 a. Biaya Investasi

Akuarium 100cmX50cmX25cm 26.250.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 50cmX30cmX30cm 30.250.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 20cmX15cmX10cm 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 100cmX50cmX50cm 40.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 200cmX70cmX30cm 180.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Selang aerator 600.000 0 0 0 0 600.000 0 0 0 0

Tabung Gas Oksigen 3.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Penampung air semen 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rak besi 72.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pompa Air 4.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ember 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0

Pipa Air (paralon) 18.000.000 0 0 0 0 18.000.000 0 0 0 0

Meja 220.000 0 0 0 0 220.000 0 0 0 0

Kursi 180.000 0 180.000 180.000 0 0 180.000 0 0 180.000

Tanah 450.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bangunan 140.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Telephone 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Generator 14.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampu Neon 3.575.000 0 0 3.575.000 0 0 3.575.000 0 0 3.575.000

Bohlam 25 watt 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0

Uraian Tahun

Inflow


(3)

selang air 1.500.000 0 0 0 0 1.500.000 0 0 0 0 Induk Cardinal Tetra 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0

Induk Rednose tetra 636.000 0 636.000 0 636.000 0 636.000 0 636.000 0

Induk Neon tetra 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0

Ember Sortir 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0

serokan ikan 50.000 0 0 0 0 50.000 0 0 0 0

Total Biaya Investasi 1.037.597.000 0 8.582.000 3.755.000 8.402.000 20.370.000 12.157.000 0 8.402.000 3.755.000

b. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap

Telepon 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 Biaya Transportasi Motor 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 Biaya Transportasi Mobil 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 Peralatan Kantor 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 PBB 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 Gaji Staff Pengepakan (10 orang) 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 THR Staff Akuarium (10 orang) 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 THR Staff Pengepakan (9 orang) 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000

Total Biaya Tetap 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 2. Biaya Variabel

Gaji Staff Akuarium (10 orang) 253.453.536 381.755.304 380.180.304 381.755.304 380.180.304 381.755.304 380.180.304 381.755.304 380.180.304 381.755.304 Gaji Pemilik 190.090.152 254.503.536 253.453.536 254.503.536 253.453.536 254.503.536 253.453.536 254.503.536 253.453.536 254.503.536 Isi Gas Oksigen 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 Plastik Packing (60 x 40 cm) 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 Obat Purasaridon 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Obat Metil biru 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 Obat Tetrasiklin 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 Garam 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 Daun Ketapang 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 Solar 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 Tali Rapia 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 Artemia 62.400.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 83.200.000 Kutu Air 5.760.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 Pelet tuenshin 26.880.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000 35.840.000

Total Biaya Variabel 589.386.688 813.781.840 811.156.840 813.781.840 811.156.840 813.781.840 811.156.840 813.781.840 811.156.840 813.781.840 c. Pajak Penghasilan 63.287.335 115.406.890 115.830.129 118.155.911 118.902.159 121.588.905 120.713.905 121.588.905 120.713.905 121.588.905 d. Pembayaran Bunga Pinjaman 68.923.425 68.923.425 68.923.425 68.923.425 68.923.425

Total Outflow 2.012.004.448 1.250.922.155 1.257.302.394 1.257.426.176 1.260.194.424 1.208.550.745 1.196.837.745 1.188.180.745 1.193.082.745 1.191.935.745 Net Benefit -672.377.868 205.413.285 195.533.046 198.909.264 192.641.016 247.784.695 255.997.695 268.154.695 259.752.695 714.399.695

DF 11% 0.90 0.81 0.73 0.66 0.59 0.53 0.48 0.43 0.39 0.35

PV/Tahun -605.745.827 166.718.030 142.972.078 131.027.694 114.323.067 132.475.817 123.303.443 116.359.427 101.543.763 251.600.484

PV Positif 1.280.323.803

PV Negatif -605.745.827

NPV 674.577.976

Net B/C 2


(4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 a. Neon Tetra

SM 119.070.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 158.760.000 M 99.225.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 132.300.000 ML 127.575.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 170.100.000 L 102.060.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 136.080.000 b. Rednose Tetra

SM 54.091.800 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400 72.122.400

M 45.076.500 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000 60.102.000

ML 57.955.500 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000 77.274.000

L 46.364.400 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200 61.819.200

c. Cardinal Tetra

SM 221.356.800 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 295.142.400 M 217.404.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 289.872.000 ML 276.696.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 368.928.000 L 189.734.400 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200 252.979.200

Induk Ikan Hias Afkir 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000

Nilai Sisa 450.000.000

Pinjaman 250.000.000

Total Inflow 1.806.609.400 2.078.979.200 2.075.479.200 2.078.979.200 2.075.479.200 2.078.979.200 2.075.479.200 2.078.979.200 2.075.479.200 2.528.979.200 a. Biaya Investasi

Akuarium 100cmX50cmX25cm 26.250.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 50cmX30cmX30cm 30.250.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 20cmX15cmX10cm 150.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 100cmX50cmX50cm 40.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Akuarium 200cmX70cmX30cm 180.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Selang aerator 600.000 0 0 0 0 600.000 0 0 0 0

Tabung Gas Oksigen 3.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Penampung air semen 25.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rak besi 72.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Pompa Air 4.800.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Ember 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0

Pipa Air (paralon) 18.000.000 0 0 0 0 18.000.000 0 0 0 0

Meja 220.000 0 0 0 0 220.000 0 0 0 0

Kursi 180.000 0 180.000 180.000 0 0 180.000 0 0 180.000

Tanah 450.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Bangunan 140.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Telephone 120.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Generator 14.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Lampu Neon 3.575.000 0 0 3.575.000 0 0 3.575.000 0 0 3.575.000

Bohlam 25 watt 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0 1.000.000 0

Blower 18.700.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Uraian Tahun

Inflow


(5)

selang air 1.500.000 0 0 0 0 1.500.000 0 0 0 0

Induk Cardinal Tetra 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0 3.416.000 0

Induk Rednose tetra 636.000 0 636.000 0 636.000 0 636.000 0 636.000 0

Induk Neon tetra 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0 2.100.000 0

Ember Sortir 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0 250.000 0

serokan ikan 50.000 0 0 0 0 50.000 0 0 0 0

Total Biaya Investasi 1.037.597.000 0 8.582.000 3.755.000 8.402.000 20.370.000 12.157.000 0 8.402.000 3.755.000

b. Biaya Operasional 1. Biaya Tetap

Telepon 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000 900.000

Listrik 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000 2.160.000

Biaya Transportasi Motor 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 43.200.000 Biaya Transportasi Mobil 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000

Peralatan Kantor 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000 250.000

PBB 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

Gaji Staff Pengepakan (10 orang) 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 THR Staff Akuarium (10 orang) 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 50.000.000 THR Staff Pengepakan (9 orang) 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 Total Biaya Tetap 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000 252.810.000

2. Biaya Variabel

Gaji Staff Akuarium (10 orang) 362.076.480 544.689.720 543.114.720 544.689.720 543.114.720 544.689.720 543.114.720 544.689.720 543.114.720 544.689.720 Gaji Pemilik 271.557.360 363.126.480 362.076.480 363.126.480 362.076.480 363.126.480 362.076.480 363.126.480 362.076.480 363.126.480

Isi Gas Oksigen 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000 2.880.000

Plastik Packing (60 x 40 cm) 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 12.672.000 Obat Purasaridon 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000

Obat Metil biru 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000 9.600.000

Obat Tetrasiklin 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000

Garam 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000 595.000

Daun Ketapang 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000 480.000

Solar 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000

Tali Rapia 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000 336.000

Artemia 84.240.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000 112.320.000

Kutu Air 5.760.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000 7.680.000

Pelet tuenshin 36.288.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 48.384.000 Total Biaya Variabel 810.724.840 1.127.003.200 1.124.378.200 1.127.003.200 1.124.378.200 1.127.003.200 1.124.378.200 1.127.003.200 1.124.378.200 1.127.003.200 c. Pajak Penghasilan 128.824.675 202.790.010 203.213.249 205.539.031 206.285.279 208.972.025 208.097.025 208.972.025 208.097.025 208.972.025 d. Pembayaran Bunga Pinjaman 68.923.425 68.923.425 68.923.425 68.923.425 68.923.425

Total Outflow 2.298.879.940 1.651.526.635 1.657.906.874 1.658.030.656 1.660.798.904 1.609.155.225 1.597.442.225 1.588.785.225 1.593.687.225 1.592.540.225 Net Benefit -492.270.540 427.452.565 417.572.326 420.948.544 414.680.296 469.823.975 478.036.975 490.193.975 481.791.975 936.438.975

DF 11% 0.90 0.81 0.73 0.66 0.59 0.53 0.48 0.43 0.39 0.35

PV/Tahun -443.486.973 346.930.091 305.325.286 277.291.845 246.092.572 251.187.083 230.250.530 212.708.154 188.344.418 329.799.272

PV Positif 2.387.929.251

PV Negatif -443.486.973

NPV 1.944.442.278

Net B/C 5


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta tanggal 16 Juni 1989, merupakan putri ke empat dari

empat bersaudara pasangan Bapak Syafrin Sulaiman dan Ibu Romlah. Pendidikan

sarjana ditempuh di Program Studi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen

IPB, lulus pada tahun 2013. Pada tahun 2004 Penulis melakukan pendidikan

Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 63 Jakarta dan menyelesaikan pada

tahun 2007. Kesempatan untuk melanjutkan kuliah di IPB didapatkan dengan cara

PMDK pada tahun 2007.

Selama mengikuti program sarjana penulis menjadi anggota Ikatan Alumni

SMA Se-jakarta Selatan dan menjadi salah satu pengurusnya pada periode

2008-2009. Selain itu, penulis juga merupakan salah satu anggota kegiatan lingkungan

kemahasiswaan (

Greenconcept

) pada tahun 2008-2010. Pada tahun 2008, penulis

terpilih menjadi juara II FEM Ambassador yaitu pemilihan

iconic

mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan periode 2008-2009.