Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat

STUDI SISTEM PENGADAAN TANAMAN LANSKAP
DI KELURAHAN BOJONGSARI BARU, KECAMATAN
BOJONGSARI, KOTA DEPOK, JAWA BARAT

MAULINA ARYANTI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Sistem
Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Maulina Aryanti
NIM A44070065

ABSTRAK
MAULINA ARYANTI. Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan
Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Dibimbing
oleh TATI BUDIARTI.
Tanaman merupakan elemen penting dalam desain lanskap sehingga
pengusaha tanaman juga dibutuhkan dalam industri lanskap selain arsitek lanskap,
kontraktor lanskap, dan pengelola lanskap. Penelitian ini dilakukan di desa
Bojongsari Baru yang merupakan salah satu sentra usaha tanaman hias lanskap,
pada bulan Juli-Desember 2013. Tujuan dari penelitian ialah mempelajari sistem
pengadaan tanaman di nurseri skala kecil yang dijalankan oleh warga Bojongsari
Baru dan menyusun strategi pengembangan usaha tanaman hias tersebut. Metode
penelitian dengan observasi dan wawancara terhadap warga kemudian dilakukan
analisis deskriptif dan kuantitatif untuk mendapatkan gambaran kondisi usaha dan
analisis SWOT untuk menyusun strategi pengembangan usaha. Hasil penelitian

ini menunjukkan budidaya, pemeliharaan tanaman, dan pemasaran yang dilakukan
masih menggunakan metode konvensional dan alat-alat sederhana disebabkan
terbatasnya ketersediaan lahan pertanian dan modal usaha, namun warga memiliki
keinginan untuk mengembangkan usaha ini. Beberapa strategi yang
direkomendasikan bagi warga Bojongsari Baru untuk pengembangan usahanya
yakni perencanaan produksi yang cermat, pengoptimalan penggunaan lahan, dan
pencatatan keuangan yang lebih terperinci.
Kata kunci: lanskap, nurseri, pengusaha tanaman,tanaman hias.

ABSTRACT
MAULINA ARYANTI. The Study of Landscape Plant Procurement System in
Bojongsari Baru Village, Bojongsari District, Depok, West Java. Supervised by
TATI BUDIARTI.
Plants are important elements in landscape design so that nurseryman are
also required in landscape industry besides landscape architects, landscape
contractors and landscape managers. This research was conducted in Bojongsari
Baru village which is one of the business centers of ornamental plants, in JulyDecember 2013. The purpose of this study was to study the procurement system
of small-scale nurseries run by Bojongsari Baru citizens and to compose some
strategies for ornamental plant business development. Research methods with
observation and interviews of citizens then performed descriptive and quantitative

analysis to get an overview of plant business conditions and SWOT analysis for
business development strategy. The results of this study indicate cultivation, plant
maintenance, and marketing is still done using conventional methods and simple
tools due to the limited availability of agricultural land and capital, but citizens
have a desire to develop this business. Several strategies recommended for
nurserymen in Bojongsari Baru are careful production planning, optimization of
land use, and more detailed financial records.
Keywords: landscape, nursery, nurseryman, ornamental plant.

STUDI SISTEM PENGADAAN TANAMAN LANSKAP
DI KELURAHAN BOJONGSARI BARU, KECAMATAN
BOJONGSARI, KOTA DEPOK, JAWA BARAT

MAULINA ARYANTI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk
kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,
penyusunan kritik, dan peninjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak
merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

iii

Judul Skripsi : Studi Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan
Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat
Nama
: Maulina Aryanti
NIM
: A44070065

Disetujui oleh

Dr Ir Tati Budiarti, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, M.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

iv


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan ini adalah tanaman lanskap, dengan judul Studi
Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan
Sawangan, Kota Depok, Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Tati Budiarti, MS selaku pembimbing atas segala arahan dan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini,
2. Bapak Dr. Ir. Setia Hadi, MS dan Ibu Dr. Ir. Indung Sitti Fatimah, MSi
selaku dosen penguji dalam ujian sidang,
3. Bapak Karmuin sekeluarga, Bapak Hadi Sumarna, dan Bapak H. Satibi
beserta seluruh petani tanaman hias dari Kawasan Wisata Tanaman Hias
Rotan dan warga dari Kelurahan Bojongsari Baru yang telah membantu
selama pengumpulan data,
4. Orangtua serta seluruh keluarga dan sahabat atas segala doa, kesabaran,
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, April 2014

Maulina Aryanti

v

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
3
Manfaat Penelitian
3

TINJAUAN PUSTAKA
4
Tanaman sebagai Elemen Pembentuk Lanskap
4
Peranan Pengusaha Tanaman dalam Industri Lanskap
6
Usaha Tanaman Hias
7
Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Besar
8
Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Menengah dan
Rumahan
9
METODE
10
Lokasi dan Waktu Penelitian
10
Batasan Penelitian
11
Kerangka Pemikiran

11
Metode Penelitian
12
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Gambaran Umum Kelurahan Bojongsari Baru
14
Keadaan Umum Usaha Tanaman Hias Kelurahan Bojongsari Baru
16
Sistem Pengadaan Tanaman
27
Tipe Pelaku Usaha Tanaman Hias Berdasarkan Kegiatan Produksi dan
Pemasaran
31
Karakteristik Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari Baru
32
Manfaat Usaha Tanaman Hias bagi Masyarakat dan Lingkungan
35
Analisis Permasalahan dalam Pengelolaan Nurseri di Kelurahan Bojongsari
Baru

35
Analisis SWOT Pengelolaan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan Bojongsari
Baru
37
Rekomendasi bagi Pengembangan Usaha Tanaman Hias di Kelurahan
Bojongsari Baru
39
PENUTUP
41
Simpulan
41
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
57


vi

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Luas panen dan produksi tanaman hias di beberapa kota di Provinsi
Jawa Barat tahun 2009
2
2 Potensi pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok
2
3 Jenis data dan sumbernya
12
4 Perbedaan sistem pengadaan tanaman koleksi dan tanaman proyek
30
5 Jenis tanaman hias lanskap yang terdapat di nurseri Bojongsari Baru
33
6 Matriks SWOT pengelolaan usaha tanaman hias
38

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

Halaman
Tipe dasar bentuk tanaman
5
Tekstur tanaman
5
Hubungan empat keahlian khusus dalam industri lanskap
6
Hubungan kerja pengusaha tanaman dalam industri lanskap
7
Peta lokasi penelitian
10
Kerangka pemikiran
11
Peta eksisting Kelurahan Bojongsari Baru
15
Layout nurseri
18
Bangunan di kavling Rotan (a) rumah (b) bedeng
19
Bangunan di nurseri (a) tempat duduk di pangkalan pinggir jalan (b)
rumah warga
19
Tanaman indoor ditempatkan di bawah paranet
20
Contoh tanaman koleksi (a) anthurium jenmanii (b) aglaonema cochin
20
Diagram karakteristik pelaku usaha
21
Diagram luasan dan kepemilikan lahan usaha
22
Diagram jenis dan asal tanaman
22
Diagram pengaruh usaha tanaman hias terhadap perekonomian keluarga 23
Diagram keberlanjutan usaha tanaman hias
26
Contoh kegiatan budidaya (a) persiapan media tanam, (b) pemilihan
anakan
29
Contoh kegiatan pemeliharaan (a) penyiraman (b) repotting
29
Contoh kegiatan pemasaran (a) pengepakan (b) pengiriman tanaman
30
Pekarangan rumah warga Bojongsari Baru (a) RW 07 (b) RW 08
31
Areal Rotan (a) nurseri tanaman oudoor (b) nurseri tanaman indoor
32
Pangkalan pinggir jalan raya (a) Douglass Flora (b) Aneka Bunga
Nurseri
32
Grafik jumlah nurseri yang menjual jenis tanaman (a) penutup tanah (b)
semak dan perdu (c) pohon
34

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3

Halaman
Kuesioner penelitian
43
Luas panen dan jumlah produksi beberapa tanaman lanskap di Kota Depok
tahun 2012
48
Karakteristik tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman merupakan salah satu elemen penting penyusun lanskap. Tanaman
dapat diperuntukkan bagi berbagai pekerjaan lanskap, baik skala luas maupun
skala kecil. Jenis tanaman yang digunakan sangat mempengaruhi hasil pekerjaan
lanskap tersebut.
Perkembangan industri lanskap bergantung pada keberhasilan tiga keahlian
khusus yang utama yaitu arsitek lanskap, kontraktor, dan pengelola lanskap.
Pengusaha tanaman lanskap atau nurseryman merupakan partisipan keempat
dalam industri lanskap yang juga harus diperhatikan karena mempunyai peranan
penting dalam penyediaan tanaman untuk kepentingan pembangunan sebuah
lanskap.
Jenis tanaman yang digunakan dalam perancangan lanskap termasuk ke
dalam kategori tanaman hias. Indonesia memiliki potensi untuk pengembangan
agribisnis tanaman hias karena memiliki wilayah yang luas dan subur dengan
iklim yang mendukung, dan keanekaragaman sumberdaya tanaman hias yang
cukup besar.
Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2010, produksi tanaman hias
Indonesia tumbuh secara mengesankan dalam beberapa tahun terakhir dan telah
memberikan kontribusi pada PDB yang juga meningkat setiap tahun. Pada tahun
2007 omset bisnis tanaman hias Indonesia yang dihitung dari keseluruhan petani,
termasuk petani kecil, sedikitnya mencapai Rp 30-40 miliar per tahun dan terus
meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 13,6% per tahun.
Kesadaran masyarakat Indonesia akan kesehatan lingkungan dan estetika
mendorong peningkatan minat terhadap tanaman hias. Masyarakat khususnya
kalangan menengah ke atas kini kian menggemari hobi tanaman hias. Peningkatan
minat masyarakat inilah yang menjadikan agribisnis tanaman hias di Indonesia
berkembang dengan pesat.
Usaha tanaman hias kini makin berkembang di banyak daerah, melibatkan
baik petani kecil maupun pengusaha besar. Berkembangnya tanaman hias dalam
negeri akan mampu meningkatkan pendapatan petani, membuka lapangan kerja,
memenuhi tuntutan keindahan lingkungan, menjadikan kompleks perumahan,
perhotelan dan perkantoran bertambah asri serta menunjang pembangunan
industri pariwisata.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011, provinsi Jawa
Barat menempati urutan pertama sebagai sentra produksi tanaman hias terbesar di
Indonesia dengan jumlah produksi mencapai 34,5% dari total produksi tanaman
hias seluruh Indonesia. Sentra produksi tanaman hias di provinsi Jawa Barat
tersebar di beberapa kota yaitu Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi,
Depok, Cimahi, Tasikmalaya, dan Banjar dapat dilihat pada Tabel 1 (Hapsari,
2011).
Berdasarkan Tabel 1, luas lahan Kota Depok menempati urutan pertama,
meskipun produksi tanaman hias yang dihasilkan separuhnya jika di bandingkan
Kota Bogor, namun masih ada peluang bagi Kota Depok untuk meningkatkan
produktivitas tanaman hiasnya dengan memanfaatkan luas lahan yang ada. Hal ini
yang dijadikan peluang bagi beberapa pengusaha untuk berbisnis di sektor
tanaman hias.

2
Tabel 1 Luas panen dan produksi tanaman hias di beberapa kota di Provinsi Jawa
Barat tahun 2009

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat (2009)

Lahan pontensial yang terluas berada di daerah Sawangan dengan luas 40 ha
dan lahan yang sudah diusahakan sekitar 15 ha, sedangkan peluang lahan yang
masih dapat dimanfaatkan untuk usaha tanaman hias yaitu seluas 25 ha. Potensi
pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok berdasarkan luas lahan
dapat dilihat pada Tabel 2 (Hapsari, 2011).
Tabel 2 Potensi pengembangan komoditas tanaman hias di Kota Depok

Sumber: Dinas Pertanian Kota Depok (2009)

Bisnis tanaman hias yang dinilai cukup menjanjikan tidak hanya
mendorong para petani tanaman hias itu sendiri, namun juga berdampak pada
banyaknya para petani yang beralih komoditas. Lebih dari itu, masyarakat awam
pun tergerak untuk mengusahakan tanaman hias. Ketersediaan banyaknya lahan
juga dapat dipakai untuk usaha pembudidayaan ataupun menggunakan halaman
pekarangan rumah sebagai sarana pembudidayaan, menjadikan usaha tersebut
tersebar di seluruh penjuru kota Depok.
Kelurahan Bojongsari Baru merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan
Bojongsari yang dahulu termasuk Kecamatan Sawangan, Kota Depok. Di
Kelurahan Bojongsari Baru, terdapat lahan seluas 3 hektar yang digunakan
sebagai nurseri/usaha pembibitan berupa kavling-kavling yang diisi oleh petani
tanaman hias dengan beragam jenis tanaman. Selain di areal khusus nurseri, warga
di Kelurahan Bojongsari Baru juga bertani tanaman hias dengan memanfaatkan
pekarangan rumah sebagai lahan produksi tanaman hias. Saat ini Kelurahan
Bojongsari Baru telah menjadi salah satu sentra tanaman hias lanskap di daerah
Jabodetabek.
Usaha tanaman hias yang dilakukan warga Bojongsari Baru ini termasuk
nurseri skala kecil/rumahan dan menengah yang memiliki potensi untuk

3
dikembangkan. Sebagian besar warga Bojongsari Baru menjadikan usaha ini
sebagai mata pencarian utama maupun sampingan, sehingga pengembangan usaha
tanaman hias/nurseri tentunya akan berpengaruh terhadap peningkatan taraf hidup
masyarakat Bojongsari Baru khususnya, kemajuan agribisnis tanaman hias
Indonesia umumnya, serta ketersediaan tanaman bagi industri lanskap.
Akan tetapi, dalam pengelolaan nurseri-nurseri tersebut tentunya terdapat
berbagai permasalahan yang perlu dicari solusinya. Oleh karena itu, penelitian ini
dilaksanakan di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok
untuk mempelajari dan mengevaluasi bagaimana kondisi sistem pengadaan
tanaman lanskap pada nurseri skala kecil/rumahan dan menengah yang dilakukan
oleh warga Bojongsari Baru dan bagaimana strategi yang dapat diterapkan bagi
pengembangan usaha tanaman hias tersebut.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menguraikan sistem pengadaan tanaman hias lanskap di Kelurahan Bojongsari
Baru dan
2. Menyusun rekomendasi strategi bagi pengembangan usaha tanaman hias
lanskap di Kelurahan Bojongsari Baru.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Menambah informasi mengenai jenis tanaman hias yang banyak diminati dan
digunakan pada proyek-proyek lanskap,
2. Memberikan gambaran kondisi usaha tanaman hias yang dilakukan oleh warga
Bojongsari Baru, dan
3. Memberikan rekomendasi mengenai pengembangan usaha pada nurseri skala
kecil dan menengah.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman sebagai Elemen Pembentuk Lanskap
Tanaman lanskap adalah tanaman yang belum, sedang dan sudah
dibudidayakan, ditanam atau sudah ada di suatu tapak/lahan yang secara
fungsional berdayaguna dan secara estetis memiliki seni/nilai keindahan sehingga
antara satu dan lainnya dapat melahirkan suatu kesatuan yang harmonis. Tanaman
lanskap mempunyai berbagai bentuk, ukuran, warna, tekstur, dan karakter yang
beragam.
Penggolongan Tanaman Berdasarkan Aspek Arsitektural
Penggolongan tanaman berdasarkan aspek arsitektural artinya menciptakan
ruang dengan unsur tanaman. Unsur tanaman digunakan secara arsitektural dalam
fungsi lanskap sebagai komponen struktural seperti lantai, atap, dan dinding.
Berdasarkan aspek arsitektural, tanaman dapat digolongkan berdasarkan
fungsinya sebagai pembentuk ruang, penyekat, dan pengendali keleluasaan
pribadi.
Dalam fungsinya sebagai pembentuk ruang, rumput atau tanaman penutup
tanah (groundcover) dapat digunakan untuk membentuk bidang dasar (lantai),
tanaman semak dapat digunakan sebagai pembentuk bidang vertikal (dinding),
dan pohon dapat digunakan untuk membentuk bidang atap. Berbagai kesan ruang
dapat diciptakan dengan elemen tanaman, antara lain, ruang yang bersifat terbuka,
semi terbuka, tertutup, intim, publik, semi publik, dan sebagainya.
Penggolongan Tanaman Berdasarkan Aspek Visual
Kegunaan arsitektural lebih ditekankan pada aspek struktural, sedangkan
kegunaan estetika lebih menyangkut pada kualitas visual suatu perancangan.
Kualitas visual dalam penataan tanaman sangat penting, karena tanggapan
seseorang merupakan reaksi terhadap apa yang terlihat. Secara umum,
karakteristik visual tanaman mencakup ukuran, bentuk, warna, dan tekstur.
Berdasarkan ukuran, tanaman dikategorikan menjadi: pohon besar dan
sedang, pohon kecil (perdu), semak tinggi, semak sedang, semak rendah, dan
tanaman penutup tanah (groundcover). Berdasarkan bentuk tajuk, tanaman terbagi
menjadi bentuk: tinggi-ramping (fastigiate), silinder (columnar), menyebar
(spreading), bulat (rounded), kerucut (pyramidal), merunduk (weeping), dan
bentuk yang menarik (picturesque). Bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1. Tekstur tanaman dipengaruhi oleh ukuran daun, ukuran ranting dan
cabang, konfigurasi kulit tanaman, habitat pertumbuhan secara keseluruhan, dan
jarak dimana tanaman tersebut dilihat. Tekstur tanaman biasanya diklasifikasikan
sebagai kasar, sedang, dan halus, yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Penggolongan Tanaman Berdasarkan Habitus Fungsional
Berdasarkan habitus fungsional, tanaman dapat digolongkan dengan ―ciri
khas‖ (bunga, daun, buah atau tajuk), ―watak dan kebiasaan‖ (ciri pertumbuhan,
cepat lambatnya), ―kesukaan‖ dan kegunaan suatu tanaman. Peletakan setiap jenis
tanaman haruslah disesuaikan dengan apa maksud dan tujuan dari tanaman
tersebut, apakah ditanam sebagai pelindung ataukah sebagai pagar dan lain
sebagainya. Penggolongan tanaman berdasarkan habitus fungsional terdiri atas
tanaman indoor dan outdoor, tanaman peneduh/parkir, pohon tepi jalan, tanaman

5
median jalan, tanaman pagar, tanaman border/tepi, tanaman penutup tanah,
tanaman berdaun/berbunga indah, tanaman memanjat/pergola, tanaman rumput
lapangan, dan tanaman lapangan rumput.

Sumber: Booth, 1983

Gambar 1 Tipe dasar bentuk tanaman

Sumber: Booth, 1983

Gambar 2 Tekstur tanaman

6
Peranan Pengusaha Tanaman dalam Industri Lanskap
Untuk menciptakan suatu lanskap yang sesuai dengan rencana dan
rancangan diperlukan tanaman dengan spesisifikasi dan jumlah tertentu sehingga
tujuan dari pembuatan lanskap tersebut dapat tercapai. Industri lanskap dalam
perkembangannya bergantung pada keberhasilan tiga keahlian khusus yakni
arsitek lanskap, kontraktor, dan pengelola lanskap. Pengusaha tanaman atau
nurseryman merupakan partisipan keempat yang harus diperhatikan dalam
industri lanskap. Pengusaha tanaman sering dianggap mempunyai hubungan
kurang penting dengan ketiga ahli lainnya tetapi masih memiliki peranan penting
dalam pembangunan lanskap (Carpenter, Walker, Lanphear, 1975) seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.
Arsitek
Lanskap
Kontraktor
Lanskap

Pengusaha
Tanaman

Pengelola
Lanskap
Keterangan:

Hubungan erat
Hubungan kurang erat

Gambar 3 Hubungan empat keahlian khusus dalam industri lanskap
(Maulida, 2002, dengan modifikasi)
Menurut Soetomo (2000), masalah yang banyak dihadapi dalam
pengadaan tanaman dalam pembuatan suatu lanskap antara lain:
1. Jenis tanaman yang dibutuhkan tidak tersedia,
2. Jumlah tidak mencukupi,
3. Spesifikasi tidak sesuai,
4. Pengiriman tanaman terhambat,
5. Tanaman tidak dapat menyatu dengan lanskap, dan
6. Kualitas tanaman tidak seragam.
Hubungan kerja pengusaha tanaman/nurseri dalam pembangunan lanskap
tidak terbatas dalam hal pengadaan tanaman, seperti ditunjukkan pada Gambar 4.
Hubungan kerja ini berawal dari penentuan jenis, spesifikasi, kemasan, dan
jumlah tanaman serta waktu yang dibutuhkan pengusaha tanaman untuk
mempersiapkan tanaman dan faktor yang mempengaruhinya seperti akses dan
lama waktu pengiriman. Waktu yang diperlukan dalam persiapan penyediaan
tanaman meliputi lama pengadaan, lama perbanyakan, lama pembesaran, dan
lama pengiriman (Soetomo, 2002).
Kontraktor lanskap bergantung pada pengusaha tanaman dalam pengadaan
tanaman sesuai kebutuhan. Pengiriman harus tepat waktu sehingga tidak
mengalami keterlambatan pembangunan proyek (Carpenter et al, 1981).
Hubungan kerja pengusaha tanaman berlanjut setelah tanaman tiba dan siap untuk
ditanam. Pengusaha tanaman bekerjasama dengan pengelola lanskap dalam hal
pemeliharaan tanaman-tanaman tersebut.

7
Pengusaha tanaman memiliki hubungan yang erat dengan arsitek lanskap,
kontaktor, dan pengelola lanskap. Setiap tahapan dalam pembangunan lanskap
membutuhkan kerja sama dengan pengusaha tanaman sehingga proyek tersebut
dapat terlaksana dengan lancar dan hasilnya memuaskan. Oleh karena itu,
pengusaha tanaman memiliki peranan penting dalam menciptakan lanskap yang
fungsional dan estetik.

Arsitek Lanskap

Kontraktor Lanskap

Pengelola Lanskap

Penyedia Elemen Lunak

Pengusaha Tanaman

Kebutuhan Pasar
Permintaan Konsumen

Penentuan:
Jenis
Spesifikasi
Kemasan
Jumlah

Penyiapan Tanaman:
Pengadaan
Perbanyakan
Pembesaran
Pengiriman

Pemeliharaan

Gambar 4 Hubungan kerja pengusaha tanaman dalam industri lanskap
Gambar
25.
(Maulida,
2002)

Usaha Tanaman Hias
Usaha tanaman hias dicirikan dengan trend yang dinamis di mana setiap
saat, jenis tanaman hias yang diminati oleh konsumen dapat berubah. Trend
tanaman hias yang dinamis ini memunculkan peluang bisnis yang prospektif,
tidak hanya di kota besar, namun juga hingga ke daerah.

8
Menurut hasil pengamatan Balai Penelitian Tanaman Hias tahun 2008,
terdapat tiga hal yang menarik dalam perkembangan usaha tanaman hias, yaitu: 1)
keragaman dan keunikan flora yang mempunyai peluang untuk diberdayakan
sebagai komoditas komersial, 2) peningkatan penggunaan teknologi yang
memudahkan bisnis tanaman hias dalam kegiatan budidaya maupun pemasaran,
dan 3) pengaruh trend akibat peningkatan gaya hidup masyarakat terhadap
tanaman hias.
Potensi usaha tanaman hias dapat dimanfaatkan melalui berbagai pilihan
usaha, tergantung besarnya modal. Luas lahan sendiri bukanlah faktor penentu
keberhasilan berbisnis tanaman. Berdasarkan besar kecilnya skala usaha (Redaksi
Agromedia, 2007), bisnis tanaman hias dapat dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yakni:
a. Skala rumahan, merupakan usaha sampingan dengan lahan terbatas.
Biasanya hanya memanfaatkan lahan pekarangan dan hanya menjual kepada
end user. Modal yang digunakannya pun relatif kecil.
b. Skala menengah, memiliki kapasitas produksi tertentu, serta sudah bisa
menjual ke pedagang lain, tidak hanya kepada end user.
c. Skala besar (industri), memiliki sistem manajemen yang bagus, kuantitas
produksi dan jenis produk yang dihasilkan sudah jelas, serta memiliki
planning produksi dan pemasaran yang jelas, paling tidak sampai 25 tahun
ke depan.
Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Besar
Benara Nurseries Indonesia (BNI) merupakan nurseri seluas 30 hektar di
Kabupaten Karawang yang menyediakan berbagai jenis tanaman dalam jumlah
besar untuk digunakan dalam proyek lanskap. Pembangunan BNI bekerjasama
dengan Benara Nurseries Australia pada tahun 1994 kemudian mulai diberlakukan
penjualan tanaman pada tahun 1997. Tanaman yang dikembangkan merupakan
tanaman tropis yang terdiri dari palem, tanaman buah dan bunga, serta banyak lagi
jenis lainnya.
Nurseri ini berskala besar sehingga dari awal pemilihan lokasi, perencanaan
dan disain nurseri, sampai ke pengelolaannya dilakukan dengan pertimbangan
yang matang dan terorganisasi. BNI memiliki fasilitas dan utilitas yang memadai
dan struktur kerja yang jelas untuk memastikan kegiatan produksi dan pemasaran
berjalan dengan baik.
Proses produksi tanaman di BNI diawali dengan perencanaan produksi
berdasarkan potensi dan perkembangan tanaman di pasar. Setiap proses produksi
dilakukan oleh kerjasama tim untuk mendapat keselarasan antara permintaan
pasar, kegiatan produksi, dan anggaran biaya. Proses produksi terdiri dari
perbanyakan tanaman, pengepotan, dan media tanamyang dilakukan dengan
metode ilmiah menggunakan perhitungan dan pengawasan yang ketat pada setiap
tahapnya. Setiap pekerja wajib mencatat laporan untuk pengecekan kesesuaian
produksi tanaman yang telah dilakukan.
Pengelolaan nurseri meliputi pemeliharaan fisik tanaman, pemeliharaan
utilitas dan fasilitas, pengelolaan tenaga kerja, evaluasi, dan rencana anggaran
biaya pengelolaan. Pengelolaan ini pun dilakukan secara terperinci dan
terorganisir dengan tenaga kerja yang sesuai dengan bidang keahliannya.

9
Pemasaran dilakukan setelah proses produksi, juga dilakukan dengan
perencanaan, pengelolaan, dan kerjasama tenaga kerja sesuai prosedur yang
berlaku. Pemasaran diawali dari kebijakan penetapan harga jual dan potongan
harga, distribusi niaga, sampai pengepakan dan transportasi. Produksi dan
pemasaran dilakukan dengan cermat untuk menghindari kerugian nurseri dan
menghasilkan berbagai jenis tanaman dengan spesifikasi sesuai yang dibutuhkan
konsumen.
Faktor yang masih menjadi hambatan di nurseri ini antara lain pengadaan
bibit tanaman lokal, produktifitas kerja yang masih rendah, koordinasi antar
pegawai yang masih kurang, kegiatan pemasaran yang sangat berpengaruh pada
kondisi keuangan perusahaan, adanya hama dan penyakit tanaman, serta kondisi
tapak yang sangat mudah terkena banjir dan angin kencang yang mengakibatkan
robohnya sebagian tanaman. Akan tetapi, keberadaan Benara Nurseries Indonesia
dapat bertahan dan berkembang sampai saat ini sehingga menjadi salah satu
sumber pengadaan tanaman dalam industri lanskap. (Maulida, 2002)
Sistem Pengadaan Tanaman Lanskap di Nurseri Berskala Menengah dan
Rumahan
Selain nurseri berskala besar/industri seperti Benara Nurseries Indonesia,
terdapat pula nurseri berskala lebih kecil yakni skala menengah dan rumahan.
Nurseri di Indonesia kebanyakan termasuk ke dalam skala ini. Nurseri skala
menengah memiliki kapasitas produksi tertentu, serta sudah bisa menjual ke
pedagang lain, tidak hanya kepada end user. Sedangkan nurseri skala rumahan
biasanya hanya memanfaatkan lahan pekarangan dan hanya menjual kepada end
user, modal yang digunakannya pun relatif kecil.
Berbeda dengan nurseri berskala besar, nurseri menengah dan rumahan
memiliki lahan yang tidak terlalu luas, hanya menggunakan lahan pekarangan atau
lahan pinggir jalan untuk memproduksi dan menjual tanaman hias. Produksi,
pemasaran, dan pengelolaan yang dilakukan pun tidak terperinci dan terencana
dengan baik seperti nurseri skala besar. Usaha nurseri ini biasanya dilakukan oleh
warga dengan teknik dan alat sederhana. Sentra-sentra produksi tanaman hias di
Indonesia terdiri dari petani tanaman hias yang menjalankan usaha nurseri kecil
ini.
Kota Depok merupakan salah satu sentra produksi tanaman hias terutama
Kecamatan Sawangan, Kecamatan Bojongsari, dan sekitarnya. Di daerah
Sawangan dan Bojongsari ini banyak terdapat nurseri skala menengah dan
rumahan. Warga memanfaatkan lahan pekarangannya sebagai lahan produksi dan
penjualan tanaman hias sehingga tanaman hias menjadi salah satu komoditas
unggulan di Kota Depok. (Redaksi KONTAN, 2010)

10

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bojongsari Baru, Kecamatan
Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Dahulu kelurahan ini termasuk ke dalam
Kecamatan Sawangan tetapi hasil pemekaran menurut Peraturan Daerah Nomor
08 Tahun 2007 Kelurahan Bojongsari Baru menjadi termasuk Kecamatan
Bojongsari. Gambar 5 menunjukkan Kelurahan Bojongsari Baru yang terletak di
Kota Depok bagian barat.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember
2013.

Sumber:
http://dc369.4shared.com/doc/82BUY9fR/p
review.html
(diakses 9 Juli 2013)

(Skala 1 : 25000)
Sumber: Dep. Manajemen Sumberdaya Lahan Fak. Pertanian IPB (2013)

Gambar 5 Peta lokasi penelitian

11
Batasan Penelitian
Hasil dari penelitian ini terbatas pada uraian sistem pengadaan tanaman hias
lanskap di Bojongsari Baru; meliputi penyediaan bibit, produksi, sampai
pemasaran tanaman hias; dan rekomendasi strategi pengembangan usaha tanaman
hias di Bojongsari Baru.
Kerangka Pemikiran

Gambar 6 Kerangka pemikiran

12
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melewati beberapa tahap, yakni:
1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, sedangkan data sekunder
diperoleh dari data yang telah dipublikasikan sebelumnya. Pengumpulan data
primer dilakukan dengan observasi langsung dan wawancara dengan panduan
kuesioner (tercantum di Lampiran 1) kepada 20 responden. Seluruh responden
merupakan petani tanaman hias yang memiliki lahan usaha/nurseri di Kelurahan
Bojongsari Baru.
Tabel 3 menunjukkan jenis data beserta sumber data yang digunakan dalam
pencapaian tujuan penelitian.
Tabel 3 Jenis data dan sumbernya
No Jenis Data
Profil Kelurahan
1
Bojongsari Baru
2

Profil koperasi
tanaman hias

3

Profil usaha
tanaman hias

4

5

Jenis tanaman
hias di lahan
usaha
Produksi dan
pemasaran
tanaman

Unsur Data
Peta wilayah, keadaan alam,
kependudukan, sosial ekonomi
Anggota dan pengurus,
cakupan wilayah, peran
koperasi
Nama, lokasi, luasan dan
kepemilikan lahan,
pengelolaan, tenaga kerja
Nama, morfologi, foto
tampilan, fungsi, perbanyakan
dan perawatan
Teknik budidaya,
pemeliharaan, hasil penjualan
tanaman, besar pendapatan dan
keuntungan

Sumber Data
Primer dan sekunder
Primer melalui
observasi ldan
wawancara
Primer melalui
observasi dan
wawancara
Primer melalui
observasi dan
wawancara
Primer melalui
observasi dan
wawancara dengan
panduan kuesioner

2. Analisis
Data yang telah terkumpul lalu dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi:
a. Analisis kuantitatif dan deskriptif untuk menentukan profil usaha
tanaman hias dan jenis tanaman yang banyak diproduksi di Kelurahan
Bojongsari Baru, serta analisis deskriptif mengenai proses produksi dan
proses pemasaran tanaman hias yang dilakukan warga Bojongsari Baru.
b. Identifikasi jenis tanaman yang dibudidayakan dan diperjualbelikan di
lahan usaha. Identifikasi ini meliputi karakteristik jenis tanaman yakni:
pembagian berdasarkan ketinggian/ukuran tanaman (penutup tanah,
semak, pohon),
nama umum dan nama ilmiah tanaman,
ciri fisik/morfologi yang merupakan deskripsi tampilan tanaman
(bentuk tajuk, bentuk daun, warna bunga, daya tarik tanaman),
fungsi tanaman (penutup tanah, border, screen, pengarah jalan, dan
focal point), dan
cara perbanyakan dan pemeliharaan tanaman.

13
c. Analisis deskriptif permasalahan dalam pengelolaan nurseri di
Kelurahan Bojongsari Baru.
d. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) untuk
merumuskan strategi pengelolaan pengembangan usaha tanaman hias di
Kelurahan Bojongsari Baru.
Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis
untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada
logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang
(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan
faktor internal kekuatan dan kelemahan (Anonim, 2009).
3. Hasil Akhir
Dari analisis keseluruhan didapat hasil gambaran kondisi umum usaha dan
profil warga yang menjalankan usaha tanaman hias/nurseri, uraian sistem
pengadaan tanaman, jenis-jenis tanaman yang banyak diproduksi dan
diperjualbelikan, uraian permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan nurseri,
dan strategi-strategi yang dapat digunakan bagi pengembangan usaha tanaman
hias di Kelurahan Bojongsari Baru.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Kelurahan Bojongsari Baru
Kondisi Fisik
Kelurahan Bojongsari Baru merupakan salah satu dari tujuh kelurahan yang
berada di wilayah Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Kelurahan ini memiliki
luas 179 hektar terdiri dari sembilan rukun warga (RW) dan 24 rukun tetangga
(RT). Batas wilayah kelurahan Bojongsari Baru ialah:
Utara : Kelurahan Kedaung dan Kelurahan Serua
Timur : Kelurahan Bojongsari Lama
Barat : Kelurahan Curug
Selatan : Kelurahan Bojongsari Lama
dengan orbitasi sebagai berikut:
Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 2 km
Jarak dari ibukota kabupaten/kota
: 15 km
Jarak dari ibukota provinsi
: 145 km
Jarak dari ibukota negara
: 30 km
Berdasarkan data Pemkot Depok tahun 2010 didapat kondisi geografis yakni
sebagian besar wilayah Kota Depok memiliki kemiringan lereng kurang dari 15%.
Kelurahan Bojongsari Baru termasuk ke dalam kemiringan lereng 8-15%.
Wilayah dengan kemiringan datar hingga sedang ini digunakan untuk berbagai
keperluan khususnya pemukiman, industri dan pertanian.
Wilayah Depok termasuk daerah beriklim tropis yang dipengaruhi oleh
iklim muson, musim kemarau Bulan April–September dan musim penghujan
antara Bulan Oktober–Maret. Kondisi iklim di daerah Depok relatif sama yang
ditandai oleh perbedaan curah hujan rata-rata bulanan sekitar 327 mm.
Tanah di Kelurahan Bojongsari Baru termasuk tanah latosol coklat
kemerahan, yakni tanah yang belum begitu lanjut perkembangannya, terbentuk
dari tufa vulkan andesitis–basaltis, tingkat kesuburannya rendah–cukup, mudah
meresapkan air, tahan terhadap erosi, dan bertekstur halus.
Kecamatan Bojongsari, Kecamatan Sawangan, Pancoran Mas bagian selatan
dan sebagian Kecamatan Cimanggis termasuk sesuai untuk penggunaan lahan
pertanian. Penggunaan lahan di Kota Depok dipengaruhi oleh Kota Metropolitan
sehingga masalah yang dihadapi adalah konversi lahan pertanian menjadi lahan
non pertanian karena perkembangan nilai tanah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan produktifitas
pertanian sehingga diperkirakan
akan
semakin
mempercepat perubahan lahan.
Kondisi Sosial
Desa-desa yang berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Baru yakni
Kelurahan Kedaung, Serua, Bojongsari Lama, dan Curug memiliki kondisi fisik
yang sama begitupun dengan kondisi sosial masyarakatnya. Selain sebagai
pegawai dan wiraswasta, warga Bojongsari Baru dan sekitarnya banyak yang
berprofesi sebagai petani khususnya tanaman hias dan buah. Komoditas unggulan
di Kelurahan Bojongsari Baru ini ialah tanaman hias dan ikan hias. Warga
menjadikan usaha tanaman hias sebagai mata pencarian utama atau sampingan.
Gambar 7 menunjukkan kondisi eksisting Kelurahan Bojongsari Baru dimana
warganya banyak menjalankan usaha tanaman hias.

15

Gambar 7 Peta eksisting Kelurahan Bojongsari Baru

16
Gambar 7 menunjukkan wilayah Bojongsari Baru sebelah timur yang
berbatasan dengan Kelurahan Bojongsari Lama, yakni perkampungan RW 07 dan
RW 08, rumah-rumahnya memiliki pekarangan yang luas sehingga warganya
banyak yang bertani tanaman hias memanfaatkan pekarangan tersebut (seperti
ditunjukkan pada foto 9, 10, 11, dan 12).
Sementara itu, wilayah sebelah barat yakni RW 01, RW 02, RW 03, RW
04, dan RW 09 memiliki banyak jalan kecil/gang dengan rumah-rumah yang
berdempetan dan berhadapan langsung dengan gang tanpa memiliki lahan
pekarangan untuk ditanami (foto 5), selain itu juga terdapat lahan kosong yang
belum dimanfaatkan (foto 7), tetapi ada beberapa lahan terbuka yang cukup luas
yang digunakan khusus untuk budidaya tanaman hias (seperti contoh yang
ditunjukkan foto 8).
Di wilayah barat ini, usaha tanaman hias terkonsentrasi di pinggir jalan
raya Bojongsari. Jalan raya Bojongsari yang ramai menjadi lokasi strategis bagi
beberapa pangkalan tanaman hias yang cukup luas dengan berbagai tanaman yang
tersedia (foto 4 dan 6).
Wilayah sebelah utara yakni sekitar RW 05 dan RW 06 memiliki lahan
terbuka yang cukup luas seperti di Jalan Rotan yang dibangun Kawasan Wisata
Tanaman Hias ROTAN (foto 2 dan 3). Walaupun konsep wisata tidak lagi
diupayakan di kawasan Rotan tetapi lahan seluas 3 hektar ini merupakan areal
nurseri yang telah menjadi sentra tanaman hias di daerah Jabodetabek sampai saat
ini. Di jalan Rotan juga terdapat kantor Kelurahan Bojongsari Baru (foto 1) yang
terletak tidak jauh dari areal nurseri tersebut.
Keadaan Umum Usaha Tanaman Hias Kelurahan Bojongsari Baru
Sejarah Perkembangan Usaha Tanaman Hias
Usaha tanaman hias di Kelurahan Bojongsari Baru dipelopori oleh Pak
Satibi, warga asli Bojongsari. Pada tahun 2000, Pak Satibi yang hobi bertani
tanaman hias ini keluar dari pekerjaannya sebagai pegawai lalu mulai membuka
usaha tanaman hias di rumahnya. Saat itu harga tanaman masih relatif murah
tetapi saingan sedikit. Tidak berapa lama kemudian usaha ini mulai maju dan
berkembang. Kelurahan Bojongsari Baru dahulu termasuk Kecamatan Sawangan
sehingga Pak Satibi pun dikenal sebagai pengusaha tanaman hias dari daerah
Sawangan.
Dinas Pertanian Kota Depok lalu mengajak Pak Satibi untuk mengadakan
kampanye dalam rangka mengembangkan usaha tanaman hias di Kota Depok.
Para warga diajak untuk turut serta menanam tanaman hias di pekarangan rumah
masing-masing dengan tujuan untuk penghijauan, pemanfaatan pekarangan, dan
penambahan pendapatan keluarga jika tanaman tersebut berkualitas baik dan
berpotensi untuk dijadikan usaha tanaman hias.
Melihat permintaan pasar yang cukup besar terhadap tanaman hias dan
prospek yang cukup menjanjikan, akhirnya banyak warga Sawangan yang mulai
memanfaatkan pekarangannya untuk ditanami. Kemudian dibentuklah paguyuban
khusus petani tanaman hias yang anggotanya mencakup Kecamatan Sawangan.
Pada tahun 2003, paguyuban ini menjadi bentuk koperasi agar resmi dan bisa
mendapatkan bantuan dari pemerintah.
Koperasi tanaman hias di Kecamatan Sawangan ini diberi nama Koperasi
Maju Bersama, dengan Pak Satibi sebagai ketua koperasi yang pertama. Koperasi

17
ini cukup aktif dengan berbagai kegiatan dan bantuan bagi anggotanya, seperti
pelatihan tanaman hias, bantuan bibit dan modal dari pemerintah, dan pinjaman
dari bank. Untuk mengembangkan usaha tanaman hias ini, maka koperasi
menyewa lahan seluas tiga hektar di jalan/gang Rotan Kelurahan Bojongsari Baru
yang diperuntukkan bagi warga sekitar. Lahan ini terbagi menjadi kavling-kavling
yang dapat ditanami berbagai jenis tanaman hias.
Pada tahun 2007, anthurium menjadi trend dan booming dengan harga yang
sangat tinggi, bahkan tanaman ini dijual dengan menghitung jumlah daunnya.
Melihat peluang ini, banyak warga dari daerah lain yang juga tertarik untuk
berbisnis anthurium. Warga dari luar Sawangan ingin ikut bertani di kavling
Rotan karena tidak mempunyai lahan. Warga sekitar yang awalnya menghuni
kavling Rotan mulai menyewakan lahan mereka di Rotan kepada para pendatang
kemudian warga memilih bertani di pekarangannya sendiri daripada harus
membayar sewa di Rotan. Bahkan saat ini kebanyakan penyewa kavling Rotan
adalah orang-orang dari luar Kota Depok.
Sekitar tahun 2008, mulai timbul beberapa masalah di dalam koperasi.
Kepengurusan koperasi diserahkan kepada angkatan muda yang ada di Rotan
yang sebagian besar merupakan warga pendatang, anggotanya pun bukan hanya
petani tanaman hias melainkan juga petani ikan hias dan petani buah-buahan.
Di samping itu, banyak petani anggota koperasi yang ikut program pinjaman
dari bank. Program pinjaman ini sangat mudah didapatkan dengan koperasi
sebagai jaminan sehingga banyak anggota koperasi yang terlibat utang-piutang
karena tidak membayar pinjaman. Oleh karena masalah utang-piutang ini, banyak
para anggota yang enggan untuk datang ke pertemuan koperasi sehingga anggota
koperasi menjadi semakin sedikit dan tidak aktif. Uang koperasi pun banyak yang
digunakan untuk menanggung utang kepada bank.
Berbagai masalah tersebut membuat koperasi mulai mengalami kemunduran
sehingga saat ini bisa dikatakan vakum dan kepengurusannya tidak jelas.
Walaupun koperasi saat ini sedang tidak berjalan tetapi kegiatan jual-beli tanaman
hias di Bojongsari Baru tetap berjalan lancar dan didatangi pelanggan dari
berbagai daerah.
Klasifikasi Lahan Usaha
Berdasarkan lokasi lahan usahanya, bisnis tanaman hias di Kelurahan
Bojongsari Baru dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian yakni areal gang
Rotan, pangkalan pinggir jalan, dan pekarangan rumah, seperti ditunjukkan pada
Gambar 8. Setiap lokasi lahan usaha ini memiliki karakteristik yang sedikit
berbeda sehingga desain dan pengelolaannya pun berbeda.
Tata letak/layout nurseri yang terdapat di masing-masing lahan cenderung
hampir seragam. Nurseri terdiri dari bangunan, area tanaman, dan jalur sirkulasi.
Gambar 8 menunjukkan bahwa bangunan di Rotan, pangkalan, dan pekarangan
berbeda struktur dan ukurannya. Di Rotan, bangunan yang ada berupa rumah
sederhana bagi petani yang tinggal sehari-hari di kavling dan berupa
bedeng/gubuk bagi petani yang tinggal di rumah mereka di luar Rotan, seperti
ditunjukkan pada Gambar 9. Bangunan di pangkalan pinggir jalan biasanya hanya
berupa saung untuk tempat duduk menunggu pembeli datang sehingga ukurannya
lebih kecil, sedangkan bangunan di pekarangan adalah rumah warga seperti
ditunjukkan pada Gambar 10.

18

Gambar 8 Layout nurseri

19
Bangunan di nurseri berfungsi sebagai tempat tinggal, tempat
penyimpanan/gudang, dan area pelayanan administrasi dan transaksi penjualan.

(a)
(b)
Gambar 9 Bangunan di kavling Rotan (a) rumah (b) bedeng

(a)
(b)
Gambar 10 Bangunan di nurseri (a) tempat duduk di pangkalan pinggir jalan
(b) rumah warga
Oleh karena luasan lahan yang tidak terlalu besar, maka area produksi dan
area display tanaman biasanya digabung ke dalam area tanaman. Akan tetapi, area
untuk tanaman indoor dan outdoor dipisah untuk melindungi tanaman indoor dari
sinar matahari. Warga yang bertani di pekarangan rumah kebanyakan tidak
memiliki tanaman indoor sedangkan pangkalan pinggir jalan biasanya memiliki
tanaman indoor yang cukup banyak sehingga luas areanya lebih besar.
Jalur sirkulasi terdiri dari jalur sirkulasi kendaraan dan jalan setapak. Di
areal nurseri rotan, terdapat jalur sirkulasi untuk akses kendaraan masuk
sedangkan di dalam setiap kavling terdapat jalan setapak bagi pengunjung untuk
melihat tanaman. Pangkalan pinggir jalan raya aksesnya lebih mudah yakni jalan
raya Bojongsari yang lebar dan dilalui banyak kendaraan setiap harinya.
Pekarangan rumah warga terletak di antara rumah-rumah lainnya dengan akses
jalan kecil/gang yang sebagian yang hanya dapat dilewati pejalan kaki dan motor.
Klasifikasi Tanaman Hias
Dalam usaha tanaman hias, jenis tanaman yang dibudidayakan biasanya
dibagi ke dalam dua kategori yakni tanaman indoor dan tanaman outdoor.
Tanaman indoor adalah tanaman hias yang berada di ruangan. Umumnya tanaman
indoor ditempatkan di bawah jaring paranet agar terlindungi dari sinar matahari
seperti ditunjukkan oleh Gambar 11.

20
Tanaman yang termasuk tanaman indoor adalah aglaonema, bromelia, dan
anthurium. Tanaman outdoor yakni tanaman yang diletakkan di ruangan terbuka
dan terkena sinar matahari langsung. Tanaman yang termasuk tanaman outdoor
antara lain sambang dara, brokoli hias, pucuk merah, dan aneka palem.

Gambar 11 Tanaman indoor ditempatkan di bawah paranet
Tanaman indoor seperti aglaonema dan anthurium terkenal dengan
keindahan daunnya. Tanaman-tanaman ini memiliki varietas yang beragam
dengan keindahan yang berbeda bentuk, corak, dan warna daun. Varietas tanaman
indoor yang unik dan jarang ditemukan disebut tanaman koleksi karena tanaman
ini dicari oleh para kolektor tanaman hias dan dinilai dengan harga yang mahal
untuk persatuan unitnya, seperti anthurium jenmani cobra dan aglaonema chocin
yang ditunjukkan pada Gambar 12.

(a)

(b)

Sumber: (a) http://indonetwork.co.id/alloffers/jenmanii-cobra.html (diakses 24 Desember 2013)
(b) http://araindnurseri.itrademarket.com/1438103 (diakses 24 Desember 2013)

Gambar 12 Contoh tanaman koleksi (a) anthurium jenmanii (b) aglaonema cochin
Berbeda dengan tanaman koleksi, tanaman outdoor harganya relatif murah.
Tanaman outdoor kebanyakan digunakan untuk proyek pembangunan
lanskap/taman sehingga disebut tanaman proyek. Tanaman proyek ini dibagi
berdasarkan ketinggiannya yakni penutup tanah, semak, perdu, dan pohon.
Tanaman penutup tanah memiliki ketinggian kurang dari atau sama dengan
0,5 meter, biasanya ditanam secara berkelompok untuk memperlunak permukaan
tanah sehingga terkesan lebih natural.
Tanaman semak memiliki percabangan yang langsung menyebar dari
permukaan, biasanya digunakan sebagai pembatas ruang (border), pagar, dan tabir
(screen). Semak rendah berukuran 0,5-1 meter, semak sedang 1-2 meter, dan
semak tinggi 2-3 meter.
Tanaman perdu memiliki batang berkayu dan tumbuh meninggi. Perdu
rendah berukuran kurang dari 2 meter, dan perdu tinggi lebih dari 2 meter.

21
Tanaman pohon biasanya digunakan sebagai daya tarik utama taman,
peneduh, pengarah jalan, dan pembatas massif. Pohon rendah tingginya kurang
dari 6 meter, pohon sedang 6-15 meter, dan pohon tinggi bisa mencapai lebih dari
15 meter.
Profil Usaha Tanaman Hias
Penelitian dilakukan terhadap 20 nurseri sampel di Kelurahan Bojongsari
Baru yang meliputi 10 nurseri Gang Rotan, 5 nurseri pangkalan pinggir jalan, dan
5 nurseri pekarangan rumah.
Berdasarkan data kuesioner (contoh kuesioner terdapat di Lampiran 1) dan
wawancara yang dilakukan, didapat hasil mengenai profil usaha tanaman hias di
Bojongsari Baru.
a. Karakteristik Pelaku Usaha
61-70
tahun
51-60 5%
tahun
5%

Usia

41-50
tahun
25%

21-30
tahun
5%

31-40
tahun
60%

Tingkat Pendidikan
S1
10%

Perempuan
5%

Jenis Kelamin

Laki-laki
95%

Asal Daerah

SMP
15%
Luar
Bojong
sari
40%

SMA
75%

Bojong
sari
60%

Gambar 13 Diagram karakteristik pelaku usaha
Gambar 13 menunjukkan karakteristik pemilik usaha tanaman hias di
Bojongsari Baru. Para pemilik nurseri berusia antara 30 sampai 65 tahun,
kebanyakan berusia sekitar 31-40 tahun. Hampir semua pemilik nurseri berjenis
kelamin laki-laki yang merupakan kepala keluarga yang bertugas memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga. Pendidikan terakhir meliputi setingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) sampai perguruan tinggi, dengan jumlah terbanyak
berpendidikan setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemilik usaha tanaman
hias di lahan pekarangan dan pangkalan pinggir jalan merupakan warga asli
Bojongsari, sedangkan para petani tanaman hias di Rotan sebagian besar
merupakan pendatang dari luar Bojongsari seperti Bogor, Cirebon, dan Malang.

22
b. Luasan dan Kepemilikan Lahan Usaha
Luas Lahan
12011500 m2
15%

Kepemilikan Lahan
100300 m2
10%

Pribadi
35%

301-600
m2
20%

901-1200
m2
20%

Sewa
65%

601-900
m2
35%

Gambar 14 Diagram luasan dan kepemilikan lahan usaha
Gambar 14 menunjukkan luasan lahan dan kepemilikan lahan yang
digunakan warga untuk usaha tanaman hias. Lahan usaha yang terdapat di
Bojongsari Baru berkisar antara 100-1500 m2, dengan luas lahan terbanyak sekitar
600-900 m2. Pekarangan yang digunakan sebagai lahan usaha berkisar antara 1001000 m2, lahan usaha pangkalan pinggir jalan berkisar antara 500-1500 m2, dan
areal nurseri Rotan memiliki luas 3 hektar diisi oleh 27 petani yang masingmasing menempati lahan sekitar 600-1200 m2.
Lahan usaha ini sebagian dimiliki oleh pribadi yakni pekarangan rumah
warga, sedangkan sebagian besar merupakan lahan sewa yakni lahan di pangkalan
dan areal Rotan. Lahan milik pribadi tidak perlu membayar sewa sehingga warga
asli Bojongsari lebih memilih bertani tanaman hias di pekarangan rumahnya
daripada di Rotan.
Areal nurseri Rotan seluruhnya merupakan lahan sewa yang kebanyakan
diisi oleh para pendatang yang tidak memiliki lahan pribadi. Para pendatang dari
luar Bojongsari tidak memiliki lahan di tempat asalnya dan melihat peluang dan
pangsa pasar di Rotan cukup besar sehingga mereka menyewa kavling dan
bergabung dengan petani tanaman hias lain di Rotan.
Ada beberapa warga asli Bojongsari yang menyewa lahan di Rotan dan
pangkalan pinggir jalan tetapi sebagian besar memiliki pekarangan sehingga dapat
memanfaatkan pekarangan tersebut. Terbatasnya ketersediaan lahan kosong untuk
usaha tanaman hias menyebabkan banyak warga yang mencari lahan sampai ke
luar Bojongsari seperti ke sekitar Curug dan Gunung Sindur Kabupaten Bogor.
c. Jenis dan Asal Tanaman
Jenis Tanaman

Luar
Bojong
sari
10%

Asal Tanaman

Koleksi
15%

Proyek
Lanskap
85%

Bojong
sari
90%

Gambar 15 Diagram jenis dan asal tanaman

23
Gambar 15 menunjukkan jenis dan asal tanaman yang terdapat di
Bojongsari Baru. Pengusaha tanaman hias di lahan pekarangan semuanya memilih
tanaman proyek lanskap seperti brokoli hias, taberna, dan pucuk merah untuk
ditanami di lahan mereka, sedangkan pemilik nurseri di Rotan dan pangkalan
kebanyakan juga menjual tanaman proyek tetapi ada beberapa yang menjual
tanaman koleksi seperti anthurium.
Tanaman koleksi biasanya didatangkan dari luar Bojongsari sedangkan
tanaman proyek biasanya berasal dari dalam Bojongsari kecuali untuk tanaman
yang susah didapat seperti beringin korea dan cemara udang didapatkan dari luar
Bojongsari.
d. Pengaruh Usaha Tanaman Hias terhadap Perekonomian Keluarga
Usaha Tanaman Hias
sebagai Mata Pencarian

Awal Mula Usaha

Samping
an
5%
Ikut
tetangga/
teman
/saudara
60%

Utama
95%

21-25
tahun
5%

Pengalaman Usaha

16-20
tahun
15%
11-15
tahun
25%

Bisnis
turun
temurun
keluarga
40%

Jumlah Pendapatan
8-10
juta/bulan
10%

1-5
tahun
15%

6-8
juta/bulan
25%
6-10
tahun
40%