Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan

EFEKTIVITAS EKSTRAK KIPAHIT Tithonia diversifolia DAN
KIRINYUH Eupatorium inulaefolium UNTUK PENCEGAHAN
DAN PENGOBATAN PENYAKIT AKIBAT INFEKSI
Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE Clarias sp.
MELALUI PAKAN

DEDE DADANG SUHAYA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Efektivitas Ekstrak
Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan” adalah benar merupakan hasil karya saya
sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal

dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014
Dede Dadang Suhaya
NIM C14100015

ABSTRAK
DEDE DADANG SUHAYA. Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan
Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Clarias sp. melalui Pakan.
Dibimbing oleh DINAMELLA WAHJUNINGRUM dan WIDANARNI.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan ekstrak daun
kipahit dan kirinyuh dalam pakan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Aeromonas hydrophila pada ikan lele. Penelitian terdiri dari perlakuan pencegahan,
pengobatan, kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing tiga ulangan yang
dianalisis dengan metode RAL. Dosis fitofarmaka yang digunakan 20 mg/ml.

Pemberian ekstrak kipahit maupun kirinyuh pada ikan lele melalui pakan efektif
dalam pencegahan maupun pengobatan untuk penyakit yang disebabkan oleh
bakteri A. hydrophila. Kelangsungan hidup ikan lele pada pencegahan kipahit
sebesar 95,83%, pencegahan kirinyuh 95,83%, pengobatan kipahit 95,83% dan
pengobatan kirinyuh 83,33%, sedangkan pada kontrol positif hanya 58,33%.
Kata kunci : Aeromonas hydrophila, Tithonia diversifolia, Eupatorium
inulaefolium, fitofarmaka

ABSTRACT
DEDE DADANG SUHAYA. Effectivity of Mexican Sunflower Extract Tithonia
diversifolia and Whiteweed Eupatorium inulaefolium as Preventive and Curative
Disease Treatment for Aeromonas hydrophila Infection in Catfish Clarias sp.
through Feed. Supervised by DINAMELLA WAHJUNINGRUM and
WIDANARNI.
The purpose of the recent study was to test the effectivity of feed enrichment
with Mexican sunflower and whiteweed extract against diseases caused by the
infection of Aeromonas hydrophila in catfish. The research consisted of preventive
treatment, curative treatment, positive, and negative control with 3 replications for
each treatment which were analyzed using RAL method. The dosage of
phytopharmacy extract used was 20 mg/ml. Extract enrichment of mexican

sunflower Tithonia diversifolia and whiteweed Eupatorium linulaefolium in catfish
feed orally was effective for preventive and curative for disease caused by A.
hydrophila. Survival rate of catfish by mexican sunflower was as many as 95,83%
and 95,83% for whiteweed. The mexican sunflower and whiteweed curative
treatment respectively was as many as 95,83% and 83.33%, meanwhile the positive
control only gave 58,33%.
Keywords: Aeromonas hydrophila, Tithonia diversifolia, Eupatorium linulaefolium,
phytopharmacy

EFEKTIVITAS EKSTRAK KIPAHIT Tithonia diversifolia DAN
KIRINYUH Eupatorium inulaefolium UNTUK PENCEGAHAN
DAN PENGOBATAN PENYAKIT AKIBAT INFEKSI
Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE Clarias sp.
MELALUI PAKAN

DEDE DADANG SUHAYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan pada

Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

: Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh
Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele
Clarias sp. Melalui Pakan
Nama
: Dede Dadang Suhaya
NRP
: C14100015
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Judul

Disetujui oleh


Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi
Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:..........................................

Dr Ir Widanarni, MSi
Pembimbing II

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah dengan judul “Efektivitas Ekstrak
Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk
Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada
Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan” berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
Pada Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, terutama
kepada:
1. Ibu Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi MSi dan Ibu Dr Ir Widanarni MSi
selaku dosen pembimbing skripsi.
2. Keluarga tercinta, terutama untuk Ibu dan Bapak serta keluarga besar
yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tiada henti kepada
penulis.
3. Ibu Ir Iis Diatin, MM selaku dosen penguji tamu dan Bapak Dr Ir Dedi
Jusadi, MSc sebagai komisi pendidikan S1 Departemen Budidaya
Perairan.
4. Bapak Dr Ir Tatag Budiardi MSi selaku dosen pembimbing akademik
selama masa perkuliahan.
5. Bapak Ranta, Kak Dendi, Mba Diah, Een, zaky dan seluruh personil
Laboratorium Kesehatan Ikan, BDP 47, IPB.
6. Pak Mar, Mba Yuli dan Mba Suri atas Pelayanan Administrasi dan
dukungannya.

7. Keluarga besar Tahwila (Arman, Mbot, Jafar, Fahmy, Dendi, Tri, Nunuh
dan Ega).
8. Keluarga terbaik di BDP (Imam, Kurdianto, Habib, Alfi, Ike, Amal, Dian,
Ria S, Cyntia dan Ina) serta rekan-rekan BDP 47 yang tidak bisa saya
sebutkan semuanya.
9. Sahabat Terbaik H-W (Hari, Ihsan, Eri, Inta, Windi, Evi, Nina).
Penulis berharap hasil penelitian yang dituliskan dalam skripsi ini dapat
memberikan banyak manfaat sesuai yang diharapkan.
Bogor, Juli 2014

Dede Dadang Suhaya

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan .................................................................................................................. 2

METODE
2
Waktu dan Tempat .............................................................................................. 2
Materi Uji ............................................................................................................ 2
Rancangan Penelitian .......................................................................................... 3
Prosedur Penelitian .............................................................................................. 4
Parameter Penelitian ............................................................................................ 7
Analisis Data ....................................................................................................... 8
HASIL DAN PEMBAHASAN
9
Hasil..................................................................................................................... 9
Pembahasan ....................................................................................................... 14
KESIMPULAN ..................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 19
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 22

DAFTAR TABEL
1. Diameter zona hambat ekstrak kipahit dan kirinyuh ....................................... 9
2. Pertumbuhan ikan lele selama pemeliharaan................................................... 11

3. Nilai kisaran kualitas air selama pemeliharaan ............................................... 13

DAFTAR GAMBAR
1. Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele ..................................... 4
2. Uji zona hambat A (kipahit 20 mg/ml), B (kirinyuh 20 mg/ml), Kontrol
positif (Alkohol 70%) dan Kontrol negatif (larutan PBS)................................ 9
3. Persentase Kelangsungan hidup (KH) pemeliharaan ikan lele dengan
perlakuan A (pencegahan kipahit), B (pencegahan kirinyuh), C
(pengobatan kipahit) dan D (pengobatan kirinyuh) ........................................ 10
4. Persentase Kelangsungan hidup (KH) ikan lele setelah uji tantang dengan
perlakuan A (pencegahan kipahit), B (pencegahan kirinyuh), C (pengobatan
kipahit) dan D (pengobatan kirinyuh) ............................................................. 10
5. Gejala klinis pada ikan lele berupa depigmentasi kulit (A), Hemoragik (B)
dan Berenang tegak (C) ................................................................................... 11
6. Gejala klinis pada organ dalam ikan lele pada tiap perlakuan ........................ 12
7. (A) Ikan perlakuan positif mengalami tukak pada hari ke-2, (B) Ikan
perlakuan mati sebelum hari ke-14 .................................................................. 12
8. Proses penyembuhan perlakuan pencegahan kipahit maupun kirinyuh (A)
Terjadi hemoragik dan tukak pada hari ke-2, (B) Terjadi pengecilan
diameter tukak pada hari ke-4, (C) Terjadi penyembuhan tukak pada

hari ke-14 ......................................................................................................... 13
9. Proses penyembuhan perlakuan pegobatan kipahit maupun kirinyuh (A)
Terjadi hemoragik dan tukak pada hari ke-2, (B) Terjadi pengecilan
diameter tukak pada hari ke-4, (C) Terjadi penyembuhan tukak pada
hari ke-14 ......................................................................................................... 13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Morfologi daun kipahit (Tithonia diversifolia) dan daun kirinyuh
(Eupatorium inulaefolium) .............................................................................. 19
2. Identifikasi bakteri A. hydrophila .................................................................... 19
3. LD 50 bakteri A. hydrophila ........................................................................... 19
4. Ekstraksi daun kipahit dan kirinyuh ................................................................ 20
5. Uji lanjut Duncan parameter kelangsungan hidup setelah uji tantang ............ 20
6. Ikan lele pada akhir pemeliharaan ................................................................... 21

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan budidaya perikanan semakin berkembang, salah satu komoditas

perikanan yang telah banyak dibudidayakan di Indonesia adalah ikan lele Clarias
sp.. Perkembangan kegiatan budidaya perikanan selalu diikuti dengan berbagai
permasalahan yang muncul. Permasalahan itu diantaranya kualitas lingkungan
yang semakin buruk, ketersedian bahan pakan yang terbatas serta permasalahan
mengenai wabah penyakit. Wabah penyakit merupakan salah satu masalah pada
kegiatan budidaya ikan. Penyakit yang timbul dapat berupa penyakit akibat infeksi
virus, bakteri, jamur, parasit, maupun penyakit yang disebabkan oleh faktor
lingkungan. Menurut Angka (2005) pada semua kasus penyakit ikan mayoritas
disebabkan oleh parasit (40%), diikuti infeksi bakteri (30%), infeksi virus (6%), dan
jamur (4%), sedangkan 20% dari semua kasus berkaitan dengan penyakit noninfeksius yang disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang rendah. Akibat
permasalahan tersebut produksi budidaya mengalami penurunan baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Pengendalian penyakit ikan merupakan salah satu hal yang mutlak dalam
peningkatan produksi dalam budidaya perikanan. Namun, hal tersebut merupakan
suatu permasalahan yang sulit untuk diatasi karena dalam lingkungannya ikan akan
selalu kontak dengan mikroorganisme yang diantaranya patogen. Salah satu
penyakit yang umum pada budidaya adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Aeromonas hydrophila. Bakteri ini sering menyerang pada ikan-ikan budidaya air
tawar seperti ikan mas, ikan lele, ikan gurame, ikan nila termasuk jenis amfibi dan
reptil (Aoki 1999).
Pencegahan penyakit yang disebabkan A. hydrophila dapat dilakukan antara
lain dengan aplikasi probiotik, vaksin ataupun penerapan manajemen budidaya
yang baik. Sedangkan untuk pengobatan penyakit yang disebabkan A.hydrophila
secara umum sering menggunakan antibiotik, misalnya ampicillin, tetracycline,
oxytetracycline, streptomysin, atau chloramphenicol yang disuntikan atau
dicampurkan dalam pakan. Penggunaan antibiotik tersebut mengakibatkan dampak
yang negatif, menjadikan bakteri A. hydrophila dan bakteri-bakteri di lingkungan
menjadi resisten terhadap antibiotik, dan musnahnya bakteri menguntungkan yang
sensitif (Mariyono dan Sundana 2002). Ditambahkan oleh Aoki (1999) penggunaan
antibiotik secara terus-menerus pada A. hydrophila telah menyebabkan bakteri
tersebut menjadi resisten terhadap antibiotik. Isolasi A. hydrophila dari lingkungan
budidaya dan usus ikan menunjukkan hampir semua strain A. hydrophila telah
resisten terhadap antibiotik (ampicillin, tetracycline, sulphonamide dan
chloramphenicol). Selain itu antibiotik dapat menimbulkan residu pada ikan dan
akan membahayakan kesehatan konsumen apabila dikonsumsi.
Salah satu potensi yang berpeluang untuk diterapkan dalam pencegahan
maupun pengobatan adalah bahan fitofarmaka. Penggunaan fitofarmaka diduga
dapat menjadi salah satu solusi yang cukup efektif baik untuk pencegahan maupun
pengobatan, dikarenakan fitofarmaka merupakan bahan alami yang ramah
lingkungan, tidak menimbulkan residu jika dikonsumsi ikan dan aman bagi
konsumen. Salah satu tanaman jenis herba/perdu yang sangat melimpah di

2
Indonesia adalah tanaman kipahit (Tithonia diversifolia) dan kirinyuh (Eupatorium
inulaefolium). Tanaman kipahit memiliki kandungan bahan aktif seperti glikosida,
tanin, flavonoid, terpenoid (Vijayan et al. 2009; Chagas et al. 2011). Sedangkan
tanaman kirinyuh memiliki kandungan bahan aktif seperti alkaloid, flavonoid,
senyawa fenolik, saponin, tanin, 4-hydroxibenzoic acid dan glikosida (Ujowundu
et al. 2011). Flavonoid berfungsi menghambat kerja enzim tertentu, antioksidan anti
bakteri, anti radang, anti alergi, anti viral serta dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, membunuh spora dan menghambat produksi enterotoksin serta memacu
sistem imun (Vieira et al. 2001; Molina et al. 2003). Tanin berfungsi sebagai
antibakteri dan astringent (Winarno 1997). Saponin merupakan senyawa
antibakteri karena memiliki kemampuan dalam menghambat fungsi membran sel
sehingga merusak permeabilitas membran yang mengakibatkan dinding sel rusak
atau hancur (Vieira et al. 2001).
Tanaman kipahit dan kirinyuh adalah tanaman herba yang biasanya berada
pada kawasan perkebunan. Penggunaan kipahit Tithonia diversifolia dan kirinyuh
Eupatorium inulaefolium dalam penelitian ini diharapkan dapat mengendalikan
penyakit yang disebabkan A. hydrophila yang menyerang pada ikan lele serta
diharapkan dapat mengurangi penggunaan antibiotik.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan ekstrak daun
kipahit dan kirinyuh dalam pakan terhadap pencegahan dan pengobatan penyakit
yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2013 sampai April 2014
bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Teaching Farm Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Materi Uji
Ukuran benih lele yang digunakan pada uji in vivo yaitu panjang total 6,11 ±
0,26 cm dan bobot tubuh 1,99 ± 0,26 gram. Ikan yang digunakan merupakan ikan
yang berasal dari petani di daerah Cibanteng. Isolat bakteri A.hydrophila yang
digunakan merupakan isolat yang berasal dari Laboratorium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bahan
daun kipahit dan kirinyuh diperoleh di kawasan sekitar kampus IPB, Darmaga,
Bogor. Bagian tanaman yang dipakai adalah bagian daun (Lampiran 1).

3
Rancangan Penelitian
Penelitian utama (in vivo) menggunakan empat perlakuan (pencegahan
kipahit, pencegahan kirinyuh, pengobatan kipahit dan pengobatan kirinyuh) dan
dua kontrol meliputi kontrol negatif dan kontrol positif. Secara lengkap perlakuan
yang diberikan pada uji in vivo adalah sebagai berikut (Gambar 1) :
1. Kontrol Negatif (K-)
: diberikan pakan kontrol pada hari ke-1 sampai
hari ke-30, disuntik Phosphate Buffer Saline
(PBS) pada hari ke-32, diberikan pakan Kontrol
pada hari ke-33 sampai hari ke-45.
2. Kontrol Positif (K+)
: diberikan pakan kontrol pada hari ke-1 sampai
hari ke-30, disuntik bakteri A. hydrophila
sebanyak 0,1 ml/ekor pada hari ke-32,
diberikan pakan kontrol pada hari ke-33
sampai hari ke-45.
3. Pencegahan kipahit (A) : diberikan pakan perlakuan pada hari ke-1
sampai hari ke-30, disuntik bakteri A.
hydrophila sebanyak 0,1 ml/ekor pada hari ke32, diberikan pakan kontrol pada hari ke-33
sampai hari ke-45.
4. Pencegahan kirinyuh (B) : diberikan pakan perlakuan pada hari ke-1
sampai hari ke-30, disuntik bakteri A.
hydrophila sebanyak 0,1 ml/ekor pada hari ke32, diberikan pakan kontrol pada hari ke-33
sampai hari ke-45.
5. Pengobatan kipahit (C) : diberikan pakan kontrol pada hari ke-1 sampai
hari ke-30, disuntik bakteri A. hydrophila
sebanyak 0,1 ml/ekor pada hari ke-32,
diberikan pakan perlakuan pada hari ke-33
sampai hari ke-45.
6. Pengobatan kirinyuh (D) : diberikan pakan kontrol pada hari ke-1 sampai
hari ke-30, disuntik bakteri A. hydrophila
sebanyak 0,1 ml/ekor pada hari ke-32,
diberikan pakan perlakuan pada hari ke-33
sampai hari ke-45.

4
Pakan Kontrol

Perlakuan
Kontrol Hari ke-

Pakan Kontrol
45

30 32 33

1

Injeksi PBS

Pakan Kontrol

Perlakuan
Kontrol +
Hari ke-

Pakan Kontrol
45

30 32 33

1

Injeksi A. hydrophila

Pakan Kipahit

Perlakuan
A
Hari ke-

Pakan Kontrol
45

30 32 33

1

Injeksi A. hydrophila

Pakan Kirinyuh

Perlakuan
B
Hari ke-

Pakan Kontrol
45

30 32 33

1

Injeksi A. hydrophila

Pakan Kontrol

Perlakuan
C
Hari ke-

Pakan Kipahit
45

30 32 33

1

Injeksi A. hydrophila

Pakan Kontrol

Perlakuan
D
Hari ke-

1

Pakan Kirinyuh
30 32 33

45

Injeksi A. hydrophila

Gambar 1 Skema rancangan perlakuan uji in vivo pada ikan lele

Prosedur Penelitian
Penyedian Bakteri Uji
Bakteri disuntikan secara intramuskular pada ikan lele untuk menguji
virulensinya. Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengamatan morfologi koloni
secara visual (warna, bentuk, elevasi dan tepian koloni), uji pewarnaan Gram, uji
motilitas, uji oksidase, uji katalase, uji (OF) serta uji gelatinase. Identifikasi
dilakukan berdasarkan Bergey’s Mannual of Determination Bacteriology (Holt et
al 1994). Hasil identifikasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Bakteri A. hydrophila
diregenerasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Bakteri stok dari kultur primer
dibiakan dalam agar miring dengan cara sebanyak satu ose digoreskan ke agar
miring dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 oC. Sebanyak satu ose bakteri
diambil dari biakan terbaru berumur 24-48 jam, diinokulasikan ke dalam

5
erlenmeyer yang berisi 10 ml media TSB, kemudian diinkubasi selama 24 jam
dengan suhu 30 oC pada water shaker.
Penentuan tingkat virulensi bakteri dilakukan dengan menghitung LD50 nya.
Untuk uji LD50 digunakan akuarium berukuran 60cm x 30cm x 30cm yang disusun
untuk enam perlakuan dan dua ulangan. Masing-masing perlakuan diisi dengan 10
ekor ikan. Penyuntikan bakteri A. hydrophila dengan kepadatan 104 sampai 108
cfu/ml secara intramuskular sebanyak 0,1 ml/ekor pada seluruh ikan sesuai dengan
label kepadatan bakteri pada setiap akuarium serta penyuntikan dengan PBS
sebanyak 0,1 ml/ekor untuk kontrol. Pengamatan dilakukan dengan mengamati
jumlah ikan yang masih hidup dan yang mati selama tiga hari (72 jam) (Koswara
2009). Hasil uji LD50 dapat dilihat pada Lampiran 3.
Penyedian Bahan Ekstrak Kipahit dan Kirinyuh
Daun kipahit dan kirinyuh yang diperoleh dibersihkan dari kotoran yang
melekat dengan air mengalir, selanjutnya dilakukan proses pengeringan di udara
terbuka tanpa terkena sinar matahari secara langsung untuk menghindari kerusakan
bahan aktif yang terdapat dalam sampel (Harbone 1987). Daun kipahit dan kirinyuh
yang sudah kering selanjutnya diblender dan diayak masing-masing sehingga
menjadi bubuk yang halus yang siap digunakan untuk proses ekstraksi.
Bubuk daun kipahit dan kirinyuh masing-masing sebanyak 5000 mg
dicampur ke dalam akuades steril sebanyak 100 ml, sehingga didapatkan
konsentrasi 50 mg/ml (w/v). Campuran antara akuades dan daun kipahit ataupun
akuades dan daun kirinyuh kemudian direbus pada suhu 90 oC selama 30 menit
(Sopiana 2005). Setelah direbus, ekstrak kipahit maupun kirinyuh disaring
menggunakan kertas saring untuk memisahkan dari bagian ampasnya. Hasil
ekstraksi kemudian dimasukan pada refrigator dan siap digunakan (Lampiran 4).
Zona Hambat Ekstrak Kipahit dan Kirinyuh terhadap Bakteri A. hydrophila
Uji ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak kipahit
dan kirinyuh terhadap bakteri Aeromonas hydrophila dengan metode Kirby-Bauer
(Lay 1994). Uji daya hambat dilakukan dengan terlebih dahulu menyiapkan larutan
ekstrak kipahit dan kirinyuh dengan konsentrasi 10 mg/ml, 20 mg/ml, 30 mg/ml
dan 40 mg/ml, PBS dan alkohol 70%. Kemudian suspensi bakteri dengan kepadatan
105 cfu/ml sebanyak 0,1 ml disebar kepermukaan media TSA steril yang telah
disiapkan dengan menggunakan batang penyebar. Setelah itu, kertas cakram
diambil dengan menggunakan pinset dan ditempatkan pada permukaan agar yang
mengandung biakan bakteri. Pada kertas cakram kemudian diteteskan ekstrak
kipahit, ekstrak kirinyuh, PBS dan alkohol 70% sebanyak 10 µl. Selanjutnya
diinkubasi pada suhu 30oC selama 24 jam. Setelah 24 jam kemudian diamati
terbentuk zona bening atau tidak. Zona bening yang terbentuk diukur diameternya
dengan cara mengangkat kertas cakram dan diukur dengan penggaris (dalam mm).

6
Penyediaan Pakan Perlakuan
Pelet yang diberikan memiliki kadar protein dengan kisaran antara 31-33%.
Pelet yang diberikan terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan biomassa masingmasing ikan yang berada dalam akuarium. Feeding rate (FR) yang digunakan
adalah 5% dari biomassa.
Rumus yang digunakan:
Biomassa
= Nt x Wt
Jumlah Pakan
= FR X Biomassa
Keterangan : Nt = Jumlah ikan (ekor)
Wt = Berat rata-rata (gram)
Jumlah ekstrak yang dicampur dengan pakan adalah 2% dari jumlah pakan.
Jumlah ekstrak cair yang dicampur sekitar 0,02 ml/g (v/w) pakan atau setara 0,4
mg bahan/g pakan. Ekstrak dicampur dengan pakan secara merata, dengan
menggunakan perekat putih telur sedangkan untuk pakan kontrol hanya
ditambahkan putih telur sebanyak 2% (v/w) dari jumlah pakan. Selanjutnya pakan
dikering udarakan selama 30 menit sebelum diberikan ke ikan.
Persiapan Wadah dan Ikan Uji
Akuarium dengan ukuran 60cm x 30cm x 30cm dicuci dengan menggunakan
sabun dan dibilas hingga bersih serta diisi air setinggi 30 cm. Kemudian dimasukan
larutan klorin 30 ppm ke dalam akuarium dan diaerasi selama 24 jam. Akuarium
dilapisi dengan plastik hitam di sekeliling akuarium untuk menghindari ikan stres.
Pada tiap akuarium ditebar 10 ekor ikan dengan ukuran 5-6 cm dan ketinggian air
di akuarium sekitar 12 cm. Pada setiap akuarium dipasang lampu dengan daya 5
watt, hal itu dimaksudkan untuk mempertahankan suhu pada kisaran yang optimum.
Selain untuk mempertahankan suhu, cahaya dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan intensitas cahaya yang dibutuhkan dalam mendukung perkembangan
dan pertumbuhan secara normal (Boeuf dan Le Bail 1999).
Pemeliharaan Ikan selama Perlakuan
Pengujian in vivo dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
daun kipahit dan kirinyuh lewat pakan terhadap daya tahan ikan lele setelah
diinfeksi A. hydrophila. Pemberian ekstrak kipahit dan kirinyuh yang dicampur
dengan pakan diaplikasikan melalui metode oral pada pemeliharaan ikan lele
dengan perlakuan pencegahan dan pengobatan. Jadwal pemberian pakan yaitu tiga
kali dalam sehari, pagi (08.00-09.00), siang (14.00-15.00) dan malam (18.00-19.00)
WIB). Air yang digunakan untuk perlakuan adalah air tanah yang ditampung dalam
tandon. Kualitas air dipertahankan pada kondisi baik untuk kehidupan ikan uji
dengan cara melakukan sifon setiap tiga hari sekali dan dilakukan pergantian air
50% setiap minggu.

7
Parameter Penelitian
Tingkat Kelangsungan Hidup
Tingkat kelangsungan hidup dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :
Tingkat Kelangsungan Hidup =
Keterangan : Nt
No

��

��

x 100%

= Jumlah ikan akhir (ekor)
= Jumlah ikan awal (ekor)

Jumlah Konsumsi Pakan
Pengamatan respon makan ikan dilakukan selama 45 hari dimulai pada hari
saat ikan diberi perlakuan pencegahan sampai hari ke-45 setelah infeksi dengan
melihat reaksi ikan uji pada saat diberi makan yaitu dengan cara melihat jumlah
pakan yang dimakan dan sisa pakan yang tersisa dengan cara menimbang sisa pakan
harian.
Konsumsi Pakan = bobot pakan awal – bobot pakan akhir
Laju Pertumbuhan Harian
Laju Pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :


α = [√
Keterangan

Wt

W0

− �]


Wt
W0

t

x 100%
: Laju pertumbuhan harian
: Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
: Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g)
: Lama percobaan (hari)

Pertumbuhan Bobot Harian
Pertumbuhan harian dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :
Pertumbuhan Bobot Harian =
Keterangan

: Wt
W0

t

Wt − W 0


: Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g)
: Bobot rata-rata ikan pada awal percobaan (g)
: Lama Percobaan (hari)

Pertumbuhan Panjang Mutlak
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :
Pertumbuhan panjang Mutlak = Lt - L0
Keterangan : Lt : Panjang rata-rata ikan pada waktu t (cm)
L0 : Panjang rata-rata ikan pada awal percobaan (cm)

8
Gejala Klinis dan Pengamatan Organ Dalam
Pengamatan terhadap gejala klinis dilakukan setiap hari setelah ikan diinfeksi
dengan bakteri A. hydrophila. Parameter yang diamati adalah tingkah laku ikan
(berenang tegak/tidak beraturan), ada tidaknya hemoragik serta diameter tukak.
Pada akhir perlakuan dilakukan pengamatan organ dalam yang bertujuan untuk
mengetahui kelainan yang terjadi dengan cara membandingkan perubahan
morfologi dan warna organ dalam ikan perlakuan pencegahan, pengobatan dan
kontrol positif dengan perlakuan kontrol negatif. Tiga ekor ikan uji diambil secara
acak dari setiap perlakuan kemudian dibedah dan diamati organ dalamnya.
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati meliputi pengukuran pH, DO, dan TAN
yang dilakukan pengukuran pada awal dan akhir penelitian, sedangkan untuk suhu
dilakukan pengukuran setiap hari.

Analisis Data
Masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan dengan metode
penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap) dan diamati selama 14 hari setelah uji
tantang. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian, pertumbuhan
bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, jumlah konsumsi pakan, kelangsungan
hidup, kualitas air serta gejala klinis dan pengamatan organ dalam.
Data penelitian yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan statistik, untuk
Statistik menggunakan analisis ANOVA dengan perangkat lunak Microsoft Excel
2013 dan SPSS 17.0 serta uji lanjut dengan Duncan. Parameter kualitas air, gejala
klinis dan pengamatan organ dalam dianalisis secara deskriptif, sedangkan laju
pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak,
jumlah konsumsi pakan dan kelangsungan hidup dianalisis secara statistik.

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Zona Hambat terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila
Aktivitas ekstrak kipahit dan kirinyuh dalam menghambat A. hydrophila
disajikan pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Diameter zona hambat ekstrak kipahit dan kirinyuh
Jenis Ektraksi
Kontrol – PBS
Kontrol + (Alkohol 70%)
Kipahit (10 mg/ml)
(20 mg/ml)
(30 mg/ml)
(40 mg/ml)
Kirinyuh (10 mg/ml)
(20 mg/ml)
(30 mg/ml)
(40 mg/ml)

Diameter Zona Hambat (mm)
Ulangan
Rataan
0,00
0,00
0,00
9,00
8,00
7,00
5,00
5,00
5,00
6,50
6,50
6,50
6,60
6,55
6,50
6,60
6,60
6,60
5,00
5,00
5,00
6,60
6,70
6,80
6,70
6,75
6,80
6,75
6,78
6,80

Berdasarkan hasil Tabel 1, dapat diketahui diameter zona hambat dari
beberapa perlakuan. Perlakuan kontrol negatif memiliki zona hambat 0,00 mm
karena tidak adanya zona hambat dan tumbuhnya bakteri di bagian bawah kertas
cakram. Zona hambat yang terbentuk merupakan bagian bening di sekitar kertas
cakram. Hasil uji menunjukkan adanya hasil berbeda antara konsentrasi 10 mg/ml
dengan konsentrasi 20 mg/ml baik pada ekstrak kipahit maupun kirinyuh.
Sedangkan untuk konsentrasi 20 mg/ml, 30 mg/ml maupun 40 mg/ml memiliki
hasil yang tidak berbeda. Gambaran zona hambat ekstrak kipahit dan kirinyuh
disajikan dalam Gambar 2.

Kontrol +
Kontrol –
A
B
Gambar 2 Uji zona hambat A ( kipahit 20 mg/ml), B (Kirinyuh 20 mg/ml),
Kontrol positif (Alkohol 70%) dan Kontrol negatif (larutan PBS)

10

Kelangsungan Hidup (%)

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele selama Pemeliharaan
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele selama 30 hari pemeliharaan disajikan
pada Gambar 3 berikut:
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

96,67

93,3

a

93,3

a

Kontrol - Kontrol +

90

90

83,33

a

a

a

a

A

B

C

D

Perlakuan
Gambar 3 Persentase kelangsungan hidup (SR) pemeliharaan ikan lele dengan
perlakuan A (pencegahan kipahit), B (pencegahan kirinyuh), C
(pengobatan kipahit) dan D (pengobatan kirinyuh)
Berdasarkan Gambar 3, kelangsungan hidup ikan lele selama pemeliharaan
30 hari berkisar antara 83,33-96,67%. Kelangsungan hidup tertinggi ditunjukkan
oleh perlakuan kontrol negatif (96,67%), tetapi tidak berbeda nyata pada tiap
perlakuan (P>0,05).

Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele setelah Uji Tantang
Tingkat kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang disajikan pada
Gambar 4 berikut:
Kelangsungan Hidup (%)

100

100

95,83

95,83

95,83
83,33

90
80
70

58,33

60
50
40
30
20
10

a

c

ab

Kontrol -

Kontrol +

A

ab

ab

b

0

B
C
D
Perlakuan
Gambar 4 Persentase kelangsungan hidup ikan lele setelah uji tantang dengan
perlakuan A (pencegahan kipahit), B (pencegahan kirinyuh), C
(pengobatan kipahit) dan D (pengobatan kirinyuh)

11
Berdasarkan Gambar 4, kelangsungan hidup setelah 14 hari diinfeksi dengan
A. hydrophila melalui injeksi berkisar antara 58,33-100%. Kelangsungan hidup
tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol negatif (100%). Kelangsungan hidup
perlakuan A, B, dan C (95,83%) lebih baik dan berbeda nyata (p0,05) pada selang
kepercayaan 95%.
Perlakuan

Berdasarkan Tabel 2, laju pertumbuhan harian (%), pertumbuhan bobot
harian (gram/hari), pertambahan panjang mutlak (cm) dan jumlah konsumsi pakan
(gram) tidak berbeda nyata pada tiap perlakuan.
Gejala Klinis dan Pengamatan Organ Dalam
Gejala klinis merupakan tanda yang muncul pada infeksi bakteri termasuk
pada bakteri A. hydrophila. Pada ikan lele uji yang telah di infeksi A. hydrophila
melalui metode injeksi intramuskular sebanyak 0,1 cfu/ml dapat dilihat gejala klinis
yang muncul baik pada organ tubuh luar maupun organ dalam Gambar 5 dan 6
berikut :

A

B

C
Gambar 5 Gejala klinis pada ikan lele berupa depigmentasi kulit (A), Hemoragik
(B) dan Berenang tegak (C

12
Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui gejala klinis yang terdapat pada
bagian luar yaitu diawali dengan perilaku berenang tegak, selanjutnya terjadi
hemoragik (pendarahan) hingga menyebabkan tukak/borok. Jika kondisinya sudah
parah akan terjadi kematian sel maupun jaringan yang menyebabkan depigmentasi
kulit.
b

a

Pencegahan Kipahit
a

b

a
b

Pengobatan Kipahit
a
b

b

a

b

Kontrol Negatif
a

b

Kontrol Positif
Pencegahan Kirinyuh
Pengobatan Kirinyuh
Gambar 6 Gejala klinis pada organ dalam ikan lele pada tiap perlakuan (a) hati
dan (b) ginjal
Gambar 6 menunjukkan gejala yang terjadi pada organ dalam. Perlakuan
kontrol negatif menunjukkan kondisi organ dalam ikan lele normal, sedangkan pada
perlakuan lain dapat terlihat warna organ dalam terlihat lebih pucat, terutama untuk
perlakuan kontrol positif organ dalam terlihat pucat dan adanya cairan disekitar
organ dalam sehingga menyebabkan ikan kembung (dropsy). Sedangkan untuk
perlakuan pencegahan maupun pengobatan terlihat organ dalam mendekati kondisi
normal.
Proses penyembuhan ikan lele setelah uji tantang dapat dilihat pada Gambar
7, Gambar 8 dan Gambar 9. Proses penyembuhan diamati selama 14 hari.
Pengamatan tersebut dilakukan dengan cara mengamati diameter tukak/borok ikan
lele pada setiap perlakuan. Setiap perlakuan diambil satu ikan yang mengalami
tukak paling parah kemudian ditandai dengan benang, yang selanjutnya diamati
selama 14 hari.

(A)
(B)
Gambar 7 (A) Ikan perlakuan positif mengalami tukak pada hari ke-2, (B) Ikan
perlakuan mati sebelum hari ke-14

13

(A)

(B)

(C)
Gambar 8 Proses penyembuhan perlakuan pencegahan kipahit maupun pencegahan
kirinyuh (A) Terjadi hemoragik dan tukak pada hari ke-2, (B) Terjadi
pengecilan diameter tukak pada hari ke-4, (C) Terjadi penyembuhan
tukak pada hari ke-14

(A)

(B)

(C)
Gambar 9 Proses penyembuhan perlakuan pengobatan kipahit maupun pengobatan
kirinyuh (A) Terjadi hemoragik dan tukak pada hari ke-2, (B) Terjadi
pengecilan diameter tukak pada hari ke-4, (C) Terjadi penyembuhan
tukak pada hari ke-14
Kualitas Air
Data hasil pengukuran kualitas air selama pemeliharaan meliputi empat
parameter kualitas air antara lain suhu, kadar keasaman (pH), kelarutan oksigen
( kualitas air
(DO), kandungan total amoniak nitrogen (TAN). Hasil pengukuran
B)
ditampilkan pada Tabel 3 berikut:
Tabel 3 Nilai kisaran kualitas air selama pemeliharaan
Perlakuan
Kontrol Negatif
Kontrol Positif
Pencegahan kipahit
Pencegahan kirinyuh
Pengobatan kipahit
Pengobatan Kirinyuh
Nilai Optimum
Keterangan : a

Parameter
Suhu (oC)
26,4-28,0
27,4-28,1
27,4-27,9
27,6-27,9
27,5-27,7
27,6-27,8
28-30a

DO (mg/l)
3,5-6,5
3,6-4,5
3,6-4,1
3,7-4,3
3,7-5,8
3,5-3,7
>3a

: Boyd (1982), b: Taufik (1984)

pH
6,51-6,67
6,50-6,79
6,50-6,60
6,50-6,80
6,50-6,71
6,50-6,60
6,5-9,0b

TAN (ppm)
0,122-0,430
0,140-0,587
0,145-0,436
0,128-0,535
0,227-0,535
0,105-0,401

Dokumen yang terkait

Lama pemberian pakan mengandung tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp

0 4 54

Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp.

0 11 11

Efektivitas Ekstrak Paci-Paci Leucas lavandulaefolia Yang Diberikan Lewat Pakan Untuk Pencegahan Dan Pengobatan Infeksi Penyakit MAS Motile Aeromonas Septicemia Pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.

2 22 129

Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.

1 18 84

Potensi Jeruk Nipis Citrus aurantifolia untuk Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.

0 28 78

Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan

1 8 67

Efektivitas campuran bubuk meniran Phyllanthu niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

0 2 54

Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

1 9 58

Evaluasi Penambahan Ragi Limbah Produksi Bir dalam Pakan terhadap Kinerja Pertumbuhan dan Daya Tahan Ikan Lele Clarias sp. akibat Infeksi Aeromonas hydrophila

0 4 40

Efektivitas Larutan Filtrat Simplisia Kulit Buah Manggis Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Benih Lele Sangkuriang (Clarias sp.).

0 0 1