Tabel 2 Koefisien kanal 31 dan 32 untuk Aqua MODIS
Koefisien T
30
– T
31
≤ 0,7 T
30
– T
31
0,7 C
1
1,11071 1,196099 C
2
0,9586865 0,9888366
C
3
0,1741229 0,1300626
C
4
1,876752 1,627125
Algoritma OC3M adalah algoritma yang dipakai dalam pengolahan citra satelit Aqua MODIS untuk menghasilkan konsentrasi klorofil-a McClain dan
Feldman, 2004. Persamaan algoritma OC3M OReilly et al, 2000 adalah:
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
= =
− +
+
551 R
488 R
443 R
log R
, 10
C
rs rs
rs 10
R 403
, 1
0,659R 1,457R
2,753R -
0,283 a
4 3
2
dimana : Ca = Konsentrasi klorofil-a mgm
3
R = Rasio reflektansi Rrs = Remote sensing reflectance
3 Pemotongan citra cropping
Untuk melakukan cropping atau pemotongan citra sesuai dengan daerah
yang diinginkan, dilakukan pada menu SeaDAS yaitu pada menu Seadips .
Dalam pemotongan citra, masukkan pixelline awal dan nilai pixelline akhir serta nilai lintangbujur awal dan nilai lintangbujur akhir.
4 Anotasi citra Untuk menampilkan citra yang lebih informatif maka dilakukan perbaikan
tampilan citra antara lain, landmask, skala warna dan garis pantai
menggunakan menu SeaDisp General image and graphics display, yang
semuanya terdapat pada menu function.
3.4.2 Hasil tangkapan ikan cakalang dan tongkol
Hasil tangkapan yang telah didapatkan dikelompokkan berdasarkan jumlah hasil tangkapan dan unit penangkapannya. Selanjutnya nilai hasil
tangkapan dihitung per upaya penangkapan CPUE Catch Per Unit Effort.
Formula yang digunakan untuk mengetahui nilai CPUE adalah sebagai berikut
Gulland, 1983 :
i i
i
effort catch
CPUE =
i =
1,2,3...,n Keterangan
:
i
CPUE
= hasil tangkapan per upaya penangkapan kgtrip dalam minggu i,
i
catch
= hasil tangkapan kg dalam minggu i,
i
effort
= upaya penangkapan trip dalam minggu i Nilai
CPUE kemudian dibuat dalam bentuk peta tematik berdasarkan jumlah
CPUE setiap minggu pada lokasi penangkapannya. Dengan melihat hasil tersebut dapat diketahui fluktuasi hasil tangkapan berdasarkan waktu temporal
dan lokasidaerah penangkapannya spasial
3.4.3 Hubungan SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan cakalang dan tongkol
Untuk menentukan hubungan antara variabel hasil tangkapan, variabel SPL dan klorofil-a maka dilakukan analisis korelasi. Semakin tinggi nilai korelasi
maka hubungan antara kedua koefisien semakin erat. Analisis korelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak microsoft excel. Keeratan hubungan
antara masing-masing parameter oseanografi dengan hasil tangkapan diketahui berdasarkan nilai koefisien korelasi r. Sedangkan kontribusi masing-masing
parameter oseanografi terhadap hasil tangkapan diketahui dari nilai koefisien determinasi R
2
. Semakin tinggi nilai r dan R
2
mengindikasikan hubungan yang semakin erat.
Keterangan :
−
Y
= Rata-rata variabel Y
Y
= Nilai Y dari persamaan regresi
2
R
= Koefisien
determinasi Dimana kisaran nilai koefisien korelasi adalah : -1
≤ r ≤ +1 Korelasi erat jika : r
≥ 0.7 dan r ≤ -0.6, dan korelasi tidak erat jika : -0.6 r 0.7
∑ ∑
∑
− ⎟
⎠ ⎞
⎜ ⎝
⎛ − −
⎟ ⎠
⎞ ⎜
⎝ ⎛ −
=
− 2
2 2
2
Y Yi
Y Yi
Y Yi
R
3.4.4 Daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol
Daerah penangkapan ikan cakalang dan tongkol berdasarkan analisis hasil tangkapan mengacu pada aturan yang diberikan oleh Putro 2002 yaitu :
1 Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan tinggi, maka posisi
tangkapan tersebut sangat baik dijadikan target operasi berikutnya, karena posisi ini diperkirakan sebagai tempat gerombolan
schooling atau bahkan berada pada jalur ruaya sumber daya ikan
2 Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan sedang maka posisi
tersebut masih layak dijadikan sebagai posisi penangkapan berikutnya atau potensial
3 Jika nilai CPUE berada dalam kelas rendah maka posisi tersebut bukan
merupakan target operasi berikutnya karena diperkirakan sumber daya ikan hanya kebetulan tertangkap pada posisi tersebut.
3.4.5 Pemetaan daerah penangkapan ikan potensial