kemudian yang menyatakan perlu sebanyak 31,37, sedangkan yang menganggap tidak perlu sebanyak 23,53.
Kadangkala pengunjung melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab, biasanya mereka melakukan kegiatan mengotori dengan mencoret-coret
membuat nama atau lambang tertentu pada pohon, kayu tempat duduk atau juga pada jembatan kayu. Dari hasil kuisioner, menurut mereka tindakan tersebut yang
menyatakan cukup mengurangi kawasan wisata sebanyak 35,29, yang menyatakan mengurangi keindahan sebanyak 33,33, yang menyatakan sangat
mengurangi sebanyak 25,49 dan yang tidak tahu sebanyak 5,88. Kemudian bagaimanakah sikap pengunjung jika melihat pengunjung lain berbuat vandalisme
seperti tersebut diatas, dari hasil kuisioner, mereka yang menyatakan berusaha mencegah sebanyak 43,14, yang mencoba mencegah sebanyak 40,20,
mungkin mencegah sebanyak 8,82, yang menyatakan tidak tahu harus bagaimana sebanyak 5,88 dan yang membiarkan saja kegiatan tersebut
berlangsung sebanyak 1,96.
d. Aktifitas Pengunjung
Aktifitas pengunjung adalah merupakan kegiatan yang dilakukan pengunjung selama berada di dalam lokasi objek. Kebanyakan pengunjung yang
datang ke lokasi objek menggunakan sepeda motor yaitu sebanyak 56,86, kemudian menggunakan mobil angkutan umum sebanyak 24,51, sisanya
menggunakan mobil pribadi dan berjalan kaki menuju lokasi objek. Adapun kegiatan pengunjung yang datang ke lokasi wisata hutan
mangrove berbagai macam, diantaranya: yang menyatakan melakukan fotografi sebanyak 6,86, melakukan kegiatan menikmati keindahan alam keunikan hutan
mangrove sebanyak 62,74, yang melakukan penelitian sebanyak 12,74, dan yang sekedar melakukan piknik sebanyak 14,71. Selanjutnya, mengenai objek
di dalam lokasi yang disenangipaling menarik perhatian pengunjung diantaranya yang menyatakan tumbuhan mangrove yang unik sebanyak 45,74, yang senang
berjalan-jalan menelusuri jembatan kayu sebanyak 5,43, memperhatikan tingkah laku burung dan berbagai jenisnya di dalam lokasi sebanyak 11,63, yang
menyatakan ingin melihat dan memperhatikan tingkah laku bekantan di dalam
95
lokasi sebanyak 18,60, melihat bekantan saat makan sebanyak 7,75 dan yang menyatakan sarang kepiting yang berbentuk bukit-bukit kecil sebanyak 9,30.
Dari hasil kuisioner, pengunjung biasanya mengunjungi lokasi ekowisata ini bersama dengan teman sepergaulan dan keluarga. Pengunjung yang
berkunjung bersama keluarga sebanyak 38,23 dan pengunjung yang berkunjung bersama dengan teman sebanyak 57,84. Selama pengunjung menikmati
keindahan alam di sekitar lokasi, tentunya akan berdekatan dengan tumbuhan atau satwa yang ada. Dari hasil kuisioner, 98,04 pengunjung lebih menyukai
menikmati tumbuhan dan satwa yang hidup bebas di lokasi dari pada mengambilnya.
Untuk menjaga kebersihan lokasi dari sisa makanan yang dibawa oleh pengunjung, maka pihak pengelola menyediakan tempat sampah, sehingga
pengunjung dapat membuang sisa makanan yang dibawanya ke tempat sampah yang disediakan dan diletakkan pada tempat tertentu. Dari hasil kuisioner,
diketahui bahwa banyak pengunjung yang membuang sampah pada tempat sampah ini, tercatat sebanyak 69,81. Tentunya hal ini sangat membantu bagi
terjaganya kebersihan dilokasi, namun sering sekali ditemukan sampah berserakan di sekitar lokasi karena banyaknya pengunjung yang datang pada hari libur dan
membuang sampah secara sembarangan. Dalam menikmati keindahan dan keunikan di lingkungan hutan mangrove
yang sejuk dan rindang, terkadang pengunjung akan menemukan sesuatu yang baru yang belum mereka ketahui, rasa ingin tahu pengunjung muncul dan ingin
mendapatkan informasi tentang tumbuhan atau satwa tersebut. Banyak hal yang bisa dilakukan pengunjung untuk mendapat informasi tersebut. Dari hasil
kuisioner yang didapat bahwa, mereka yang meminta bantuan kepada petugas sebanyak 69,23, yang mencari tahu sendiri lewat informasi buku atau media
elektronik sebanyak setelah dilakukan pengambilan sampel terhadap pengunjung dan pengunjung yang bertanya kepada pengunjung yang lain sebanyak 8,79.
Aktivitas pengunjung di lokasi ekowisata ini ternyata hampir keseluruhannya tertarik pada satwa dan tumbuhan mangrove yang unik sebesar
56,38, dari pada yang memilih salah satunya yang hanya sebesar 3,19, yang menikmati keindahan alam di dalam kawasan ekowisata hutan mangrove
96
sebanyak 25,53 dan pengunjung yang hanya berjalan-jalan saja sebanyak 14,89. Secara keseluruhan pengunjung yang datang ke lokasi ini menyatakan
bahwa lokasi ekowisata hutan mangrove merupakan tempat yang nyaman penuh dengan keunikan dan daya tarik untuk berwisata serta memiliki fasilitas yang
baik.
Pengelolaan Ekowisata Hutan Mangrove Pelabuhan Tengkayu II
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, memiliki prinsip;
¾ Perlindungan sistem penyangga kehidupan ¾ Pengawetan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya
¾ Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II merupakan hutan
konservasi dengan fungsi utama wisata alam terbatas, penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, dan pendidikan. Pengelolaan hutan
mangrove di kawasan Tengkayu II, bertujuan untuk memanfaatkan kawasan sesuai dengan fungsinya bagi kesejahteraan masyarakat dan kehidupan manusia
serta mencegah degredasi lingkungan. Hutan mangrove ini diperuntukkkan untuk melindungi dan melestarikan keanekaragaman jenis-jenis satwaliar burung,
mamalia, reptil, dan sebagainya beserta ekosistemnya. Pengelolaan, perawatan dan pelayanan merupakan kegiatan untuk
memanfaatkan suatu objek wisata, karena berhubungan dengan kepuasan pengunjung dan pelestarian objek itu sendiri. Tanpa adanya pengelolaan yang
mantap, perawatan yang teratur, dan pelayanan yang baik, walaupun ditunjang oleh potensi objek dan fasilitas yang lengkap, maka suatu objek wisata akan
kurang berfungsi. Unsur-unsur yang menjadi penilaian dalam pengelolaan perawatan dan
pelayanan adalah kemantapan organisasi, mutu pelayanan, dan sarana perawatan dan pelayanan.
Kemantapan organisasi dan Ketenagakerjaan Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Tarakan Nomor 22 Tahun 2004
Tentang Pembentukan Badan Pengelola Konservasi Mangrove dan Bekantan Kota
97
Tarakan, bahwa penanggung jawab wisata hutan mangrove adalah Wali Kota Tarakan. Sedangkan, untuk pengelolaan, perawatan dan pelayanan objek wisata
hutan mangrove di kawasan Pelabuhan Tengkayu II dilaksanakan langsung oleh Camat Tarakan Barat setempat yang bekerjasama dengan tenaga teknisi lapangan.
Tenaga teknisi yang direkomendasikan Pemerintah Kota Tarakan terdiri dari dari beberapa dinas yang terkait yaitu Dinas kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas
Pekerjaan Umum dan LISDA Kota Tarakan. Dalam pelaksanaannya, Kepala Pelaksana harus berkoordinasi dengan
semua dinas yang terkait untuk merencanakan program kerja di kawasan hutan mangrove ini. Saat ini, kondisi perkembangan ekowisata bersifat konstan, hal ini
terjadi karena adanya ketergantungan Kepala Pelaksana dengan tim teknis. Selain itu, lemahnya koordinasi diantara tim teknis menyebabkan perkembangan
ekowisata menjadi tersendat. Dalam upaya pengembangan pengelolaan ekowisata hutan mangrove di
kawasan ini perlu penetapan mekanisme kerja pengelolaan yang melibatkan beberapa pihak Collaborative Management, dengan menunjuk salah satu
lembaga yang bertanggungjawab terhadap pengembangan pengelolaan dan melibatkan masyarakat sekitar.
Berikut ini kondisi rumah tangga kawasan ekowisata hutan mangrove Pelabuhan Tengkayu II :
- Jumlah pegawai berjumlah 7 orang. - Dana anggaran meliputi administrasi, perawatan, pengembangan dan
operasional. - Sumber dana pengelolaan objek dari Anggaran Pendapatan Kota Tarakan.
Jumlah pegawai adalah 7 orang, dengan pembagian tugas sebagai berikut: satu orang penanggung jawab di lapangan bertindak juga sebagai pengawas
dibantu dengan 2 orang, kemudian penjaga karcis 1 orang, 2 orang penjaga kebersihan kawasan dan 1 orang petugas pembibitan. Jumlah petugas masih cukup
memadai untuk lokasi konservasi wisata hutan mangrove saat ini, karena luasannya yang tidak begitu luas. Namun, untuk pengembangannya masih
membutuhkan pegawai karena adanya pengembangan fasilitas di kawasan ini,
98
misalnya saja untuk penjaga perpustakaan dan petugas penerangan untuk pengunjung yang ingin mengetahui seluk beluk lokasi.
Mutu Pelayanan Dalam mengelola suatu kegiatan terutama yang menyangkut penjualan
jasa, dituntut adanya pelayanan yang baik. Bentuk pelayanan yang diberikan kepada pengunjung adalah kelancaran dalam pemberian ijin, keramahan staf,
penguasaan materi, dan kerapian berpakaian. Kemampuan petugas dalam berkomunikasi saat ini masih kurang dan petugas khusus bagian penerangan
belum tersedia. Dengan demikian, perlu mengikutsertakan pegawai konservasi hutan mangrove dalam penguasaan bahasa asing, misalnya dengan kursus bahasa
inggris. Tingkat pendidikan rata-rata petugas adalah lulusan SLTA, sehingga perlu kiranya menambah pegawai dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dan
menguasai tentang permasalahan hutan mangrove. Pelaksanaan PeraturanPerundang-undangan dan Penegakan Hukum
Berdasarkan permasalahan yang dijumpai di lapangan, pelaksanaan peraturan dan perundang-undangan serta penegakan hukum, umumnya berkaitan
dengan permasalahan atau gangguan terhadap kawasan konservasi. Penegakan hukum belum sepenuhnya dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang
berlaku, hal ini disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan arti penting dan fungsi kawasan dan adanya pelibatan oknum-oknum pemerintah.
Pengelolaan Sumberdaya Alam
a. Inventarisasi Flora dan Fauna