METODOLOGI Sel Surya Berbasis Film Semikonduktor BaxSr(1-x)TiO3 dengan x = 0,5 ; 0,6 ; 0,7 ; 0,8

BAB III METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Biofisika, Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor, dan juga di Laboratorium Fisika Material Institut Teknologi Bandung dari bulan September 2011 sampai Februari 2012. Alat dan Bahan Alat yang akan digunakan pada penelitian ini ialah isolasi, LCR meter, masker, potensiometer, resistor, kaca preparat, alumunium foil, tabung reaksi, pipet, pinset, gunting, sarung tangan karet, double tape, masker, kawat, kabel, cawan petri, mortar, gelas ukur Iwaki 10 ml, cawan petri, neraca analitik model BL 6100, reaktor spincoater hotplate, stopwatch, tissue. Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah barium asetat [BaCH 3 COO 2 , 99], stronsium asetat [SrCH 3 COO 2 , 99], titanium isopropoksida [TiC 12 O 4 H 28 , 97.999], asam asetat, dye water, HF asam florida, etilane glykol, 2-metoksietanol, aseton pro-analisis. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan mengikuti diagram alir pada Gambar 6. Gambar 5. Perbedaan material berdasarkan konduktivitas listrik. 20 Pengolahan Data Penulisan Laporan Akhir I-V Konduktivitas Konstanta Dielektrik Fotovoltaik Karakterisasi Gagal Berhasil MULAI Pemotongan Substrat Silikon Pencucian Substrat Silikon Pembuatan Larutan BST untuk Spin Coating Pemasangan Kontak Annealing SELESAI Gambar 6. Diagram alir penelitian. Pembuatan Program Pembuatan Film BST Persiapan Substrat Silikon Tipe-P Substrat yang digunakan pada penelitian ini adalah silikon tipe-p. Substrat ini merupakan tempat penumbuhan film BST yang harus hati- hati memegangnya, hal ini dimaksudkan agar film BST tersebut dapat tumbuh baik dan merata. Pada tahap pertama yang dilakukan adalah pemotongan substrat membentuk persegi dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan 2 cm x 2 cm menggunakan mata intan. Potongan substrat ini selanjutnya dicuci melalui beberapa tahap sambil digetarkan dengan gelombang ultrasonik 22 kHz. Tahap pertama potongan substrat ini direndam di dalam larutan aseton pro analisis selama 10 menit, berikutnya tahap kedua direndam menggunakan larutan dye water selama 10 menit juga, begitu juga dengan tahap ketiga potongan substrat tersebut direndam dalam larutan methanol pro analisis selama 10 menit, tetapi pada tahap keempat potongan substrat hanya direndam selama 30 detik dalam larutan asam fluoride HF dicampur dengan dye water dengan perbandingan 5:1. Terakhir yaitu tahap kelima potongan substrat direndam dengan dye water lagi selama 10 menit. Selesai proses pencucian potongan substrat tersebut ditimbang untuk didapatkan massanya. Pembuatan Larutan BST Pembuatan Film BST dilakukan menggunakan metode sol-gel process dengan mereaksikan barium asetat [BaCH 3 COO 2 , 99], stronsium asetat [SrCH 3 COO 2 , 99], titanium isopropoksida [TiC 12 O 4 H 28 , 97,999], serta 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml sebagai bahan pelarut. Komposisi massa untuk barium asetat, stronsium asetat, dan titanium isopropoksida disesuaikan dengan masing-masing fraksi molnya menggunakan persamaan stoikiometri reaksi kimia, kemudian dilakukan penimbangan dengan menggunakan neraca analitik untuk ketiga bahan tersebut. Selanjutnya barium asetat dan stronsium asetat dicampur secara bersamaan diikuti pencampuran titanium isopropoksida, ketiga bahan tersebut tidak dicampur bersamaan karena titanium isopropoksida sangat cepat membeku. Setelah tercampur semua, larutan tersebut ditambah dengan larutan 2-metoksietanol sebanyak 2,5 ml. Kemudian larutan tersebut dikocok selama satu jam dengan menggunakan gelombang ultrasonik menggunakan alat Bransonic 2510 dengan frekuensi 22 kHz dan suhu 45 C. Proses Penumbuhan Film Proses penumbuhan film dari larutan BST yang telah selesai dibuat dilakukan dengan menggunakan reaktor spincoater. Langkah pengerjaannya diawali dengan menempelkan double tape pada bagian tengah reaktor spincoater dan kemudian substrat silikon diletakkan di atasnya. Hal ini dilakukan agar potongan substrat yang telah selesai dicuci dan ditimbang tersebut tidak lepas ketika reaktor spincoater dinyalakan. Substrat ini selanjutnya ditetesi larutan BST sebanyak 3 tetes. Kemudian reaktor spincoater diputar dengan kecepatan 3000 rpm selama 30 detik. Pengulangan penetesan dilakukan sebanyak 3 kali untuk mendapatkan lapisan berkala. Proses Annealing Proses annealing pada suhu yang berbeda akan menghasilkan karakterisasi film yang berbeda dalam hal struktur kristal, ketebalan, dan ukuran butir. Proses annealing pada suhu tetap dalam waktu yang tetap diharapkan akan menghasilkan karakterisasi film yang baik dalam hal struktur kristal, ketebalan dan ukuran butir. Potongan substrat silikon yang telah ditumbuhi lapisan film BST ini selanjutnya dilakukan proses annealing pada suhu 850 C dengan lama waktu 29 jam. Pembuatan Kontak pada Film BST Setelah potongan substrat di- annealing, proses selanjutnya adalah pembuatan kontak. Proses ini diawali dengan penganyaman film menggunakan alumunium foil. Bahan kontak yang dipilih adalah Alumunium 99,999. dengan cara evaporasi di atas permukaan substrat Silikon tipe-p dan film BST yang dibuat dengan memvariasikan fraksi molnya. Proses evaporasi dilakukan di laboratorium fisika material MOCVD ITB. Setelah terbentuk, kontak dihubungkan dengan kabel tembaga halus. Gambar rancangan sel surya dapat dilihat pada Gambar 7 dan Gambar 8. Pembuatan Program Penghitungan Efisiensi Pada penelitian ini untuk penghitungan nilai efisiensi dari sel surya BST dilakukan dengan dua tinjauan yaitu tinjauan pertama dari hasil praktik di lab dan tinjauan kedua nilai efisiensi sel surya BST ini dihitung menggunakan program komputasi berbasis Matlab. Program ini dibuat berdasarkan tinjauan dari persamaan Landau-Chalatnikov dimana nilai efisiensi yang dicari divariasikan terhadap nilai pergeseran listrik electric displacement dari sel surya. Nilai maksimum dari penghitungan efisiensi ini nantinya akan dibandingkan dengan nilai efisiensi hasil praktik di lab, apakah hasil eksperimen sesuai dengan tinjauan teori atau tidak. Bentuk programnya seperti berikut. function [ef,x,T]=efisiensiPsi ,εo,cp ,C,xi,n x=[];ef=[]; x1=xi; T=Psi 2εocpCexp1; ef1=T for i=1 xi+1=x1+0.2; efi+1=T1+xi+1; end for i=2:n xi+1=xi+0.2; efi+1=T1+xi+1; end xlabel Xo ; ylabel efisiensi ; plotx,ef hold on ; Dengan Psi adalah nilai polarisasi spontan, εo adalah permitivitas ruang hampa, cp adalah kalor jenis pada tekanan tetap, dan C adalah nilai konstanta curie dari material yang digunakan dalam hal ini adalah material BST. Sedangkan xi adalah nilai dari electric displacement awal dan n adalah banyaknya iterasi. Selanjutnya untuk menjalankan program ini cukup memasukkan nilai Psi, εo, cp, C, xi dan n lalu jalankan di command window Matlab. Hasil dari program ini adalah grafik yang menghubungkan nilai efisiensi dan electric displacement dari sel surya. Karakterisasi Karakterisasi I-V Sebuah piranti elektronik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang memiliki sifat seperti resistor, transistor, atau dioda. Karakterisasi I-V merupakan suatu cara untuk menentukan apakah sebuah piranti elektronik memiliki sifat seperti resistor, transistor, atau dioda. Karakterisasi ini dilakukan menggunakan alat I-V meter. Sampel yang telah dibuat diberi tegangan catu dengan perlakuan bias mundur dan bias maju. Dari perlakuan tersebut nantinya akan terlihat respon arus listrik yang dihasilkan sampel pada saat bias mundur dan maju. Keluaran dari karakterisasi ini adalah Kabel tembaga halus Substrat silikon tipe-p Film BST Kontak alumun Gambar 7. sel surya tampak samping. Kontak alumunium Film BST Substrat silikon Kabel tembaga halus Gambar 8. Rancangan sel surya tampak atas. sebuah grafik arus terhadap tegangan, yang mana pada penelitian ini diharapkan grafiknya mencerminkan sifat dioda, karena sel surya yang dibuat ini adalah berbasis dioda dengan persambungan p-n. Grafik I-V dioda menurut literatur dapat dilihat pada Gambar 9. Karakterisasi Konduktivitas Listrik Konduktivitas listrik adalah besaran fisik yang mencerminkan apakah suatu material bersifat isolator, semikonduktor, atau konduktor. Dari hasil karakterisasi ini akan terlihat apakah sampel yang dibuat bersifat sebagai salah satu diantara ketiga jenis tersebut. 3 Karakterisasi konduktivitas listrik dilakukan dengan mengukur besarnya kuantitas tersebut menggunakan alat LCR meter. Konduktivitas listrik sel surya film BST diukur dengan berbagai variasi keadaan yaitu pada kondisi gelap 0 lux, kondisi terang dengan variasi intensitas cahaya 200 lux, 400 lux, dan 600 lux. Nilai konduktansi yang didapatkan dari LCR meter nantinya akan diolah untuk mendapatkan nilai konduktivitas listrik sel surya menggunakan Persamaan 4. Kemudian, dari data yang diperoleh, akan dapat ditentukan bahwa film BST yang digunakan termasuk bahan isolator, semikonduktor, atau konduktor setelah hasil karakterisasi ini dibandingkan dengan data literatur. Karakterisasi Konstanta Dielektrik Konstanta dielektrik merupakan suatu konstantanilai dari bahan dielektrik yang berada di sampel. Dielektrik didefinisikan sebagai bahan isolator yang disisipkan dalam ruang antar keping-keping sebuah kapasitor, dielektrik ini memiliki kekuatan yang berbeda-beda bergantung dari bahannya. Kekuatan dielektrik adalah kuat medan listrik maksimum yang dapat dihasilkan dalam dielektrik sebelum dielektrik tersebut tembusrusak dan mulai konduksi menghantarkan muatan listrik. 12 Karakterisasi untuk mendapatkan nilai konstanta dielektrik ini dilakukan dengan menggunakan set-up alat seperti pada Gambar 10. Function generator sebagai pemberi sinyal dan osiloskop untuk melihat adakah perbedaan sinyal yang terjadi pada saat rangkaian pengukuran tersebut dihubungkan dengan sampel. Jika terjadi perubahan bentuk sinyal maka sampel yang dibuat dapat dikatakan berhasil dan dari grafik yang muncul di osiloskop dapat dihitung besar konstanta dielektrik dari masing-masing sampel. Karakterisasi Fotovoltaik Gambar 11 adalah rangkaian untuk karakterisasi fotovoltaik. Pada rangkaian tersebut voltmeter digunakan untuk mengukur tegangan dan amperemeter untuk mengukur arus listriknya. Sebuah sumber cahaya dengan intensitas tertentu ditempatkan pada jarak tertentu dari sampel sel surya sehingga cahaya mengenai seluruh permukaan sel surya. Posisi potensiometer mula-mula pada nilai minimum, kemudian dinaikan hingga mencapai titik maksimum. Nilai pembacaan masing-masing alat ukur dicatat pada setiap perubahan resistansi. Dari pengukuran ini akan diperoleh data hubungan arus terhadap tegangan sehingga data ini kemudian digunakan untuk menentukan daya maksimum P max , Fill Factor FF, serta efisiensi konversi η energi sel surya. Function generator Sampel Sel Surya Osiloskop Gambar 10. Rangkaian karakterisasi konstanta dielektrik sel surya. R = 10 Gambar 9. Grafik I-V dioda. 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN