Gambaran Kematangan Karir Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan suatu hal
yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan bekerja maka manusia dapat
memperbaiki taraf kehidupannya untuk yang lebih baik. Kualitas tenaga kerja
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi suatu bangsa. Artinya bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan
unsur penentu keberhasilan pembangunan nasional. Pengalaman negara-negara
maju seperti Jepang, China, dan Amerika telah memperkuat kenyataan tersebut.
Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia
dewasa yang sehat, dimana pun dan kapan pun mereka berada. Betapa orang
sangat susah dan gelisah jika tidak memiliki pekerjaan yang jelas, apalagi kalau
sampai jadi penganggur. Demikian pula banyak orang yang stres dan frustasi
dalam hidup ini karena masalah pekerjaan. Penelitian Levinson (Isaacson, 1985)
menunjukkan bahwa komponen terpenting dari kehidupan manusia dewasa
adalah: (1) keluarga, dan (2) pekerjaan. Dua komponen tersebut sangat
menentukan kebahagiaan hidup manusia, sehingga tidak mengherankan jika
masalah keluarga dan pekerjaan praktis menyita seluruh perhatian, energi, dan
waktu orang dewasa. Namun pada kenyataannya tidak semua orang dapat
memenuhi kebutuhannya memperoleh pekerjaan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, jumlah angkatan kerja di
Indonesia pada Februari 2010 mencapai 116 juta orang, bertambah 2,17 juta
orang dibanding angkatan kerja Agustus 2009 yang sebesar 113,83 juta orang
atau bertambah 2,26 juta orang dibanding Februari 2009 yang sebesar 113,74
juta orang.
Berdasarkan data BPS dapat diartikan jumlah lowongan pekerjaan saat ini
tidak sebanding dengan sumber daya manusia yang ada. Menurut Herr dan
Cramer (dalam Isaacson, 1985) pekerjaan memiliki peran yang sangat besar
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, terutama kebutuhan ekonomis,
sosial, dan psikologis. Secara ekonomis orang yang bekerja akan memperoleh
1

2

penghasilan atau uang yang bisa digunakan untuk membeli barang dan jasa guna
mencukupi kehidupan sehari-hari. Secara sosial orang yang memiliki pekerjaan
akan lebih dihargai oleh masyarakat dari pada orang yang menganggur.
Dalam keadaan yang normal seseorang memiliki kesempatan lebih besar
dalam memilih suatu pekerjaan yang disukainya, tetapi sebaliknya yaitu dalam
keadaan adanya banyak pengangguran yang berarti ada lebih banyak orang yang

mencari pekerjaan dari pada lapangan pekerjaan yang ada, maka sifat dapat
memilih tersebut juga sudah jauh berkurang. Meskipun demikian unsur
“memilih” tersebut masih tetap ada yaitu bila seseorang ada kemungkinan
sedikit saja untuk dapat memilih suatu pekerjaan, maka ia akan memilih
pekerjaan yang paling dekat dengan bakat dan minatnya. Tetapi jauh sebelum
memasuki tahap memilih pekerjaan (bekerja), sebelumnya seseorang dihadapkan
pada tahapan yang penting yaitu kematangan karir (vocational maturity).
Pada usia sekolah tingkat menengah atas, seseorang seharusnya telah
mengambil keputusan karir. Usia sekolah pada siswa sekolah tingkat menengah
atas berkisar antara 15-19 tahun, masa ini digolongkan sebagai masa remaja.
Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia &
Olds, 2001). Masa remaja adalah masa memilih, hal ini terlihat dari salah satu
tugas perkembangan remaja yaitu memilih dan mempersiapkan diri untuk
menjalankan suatu pekerjaan (Sukadji, 2000).
Secara psikologis menurut Hayadin (2005), masa remaja merupakan masa
pematangan kedewasaan. Pada tahap ini anak mulai mengidentifikasi profesi dan
jati dirinya secara utuh. Para ahli pendidikan seperti Montessory dan Charless
Buhler, menyatakan bahwa pada usia tersebut seseorang berada pada masa

„penemuan diri‟. Secara spesifik, Montessory menyebutkan pada usia 12 – 18
tahun, sementara Charles Buhler menyebutkan pada usia 13 – 19 tahun. Salah
satu aspek „penemuan diri‟ pada anak yang paling penting pada tahap ini adalah
pekerjaan dan profesi. Secara psikologis mereka mulai mengidentifikasi jenis
pekerjaan dan profesi yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecerdasan serta
potensi yang dimilikinya.

3

Hal tersebut diatas sesuai dengan pernyataan Havighurst (Hurlock, 1980)
yang menyatakan bahwa pemilihan dan persiapan diri untuk menjalankan suatu
pekerjaan atau karir merupakan tugas perkembangan yang penting dimasa
remaja, sebab karir atau pekerjaan seseorang menentukan berbagai hal dalam
kehidupan. Maka remaja harus memilih bidang pekerjaan yang akan ditekuni,
jenis pekerjaan yang akan ditekuni menyebabkan remaja harus menyelesaikan
pendidikannya sampai taraf yang dibutuhkan oleh bidang pekerjaan yang
diinginkan. Sedangkan pada usia sekitar tujuh belas tahun remaja menyadari
bahwa mereka bertanggung jawab dalam perencanaan karirnya (Seligman,
1994). Untuk dapat memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan
kematangan karir.

Super (dalam Kidd, 2006 : 20), mendefinisikan kematangan karir sebagai
keberhasilan seseorang menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang
khas pada tahap perkembangan tertentu. Definisi ini menunjukkan bahwa
kematangan karir berkaitan dengan tugas perkembangan karir pada tiap-tiap
tahap perkembangan karir. Sementara itu menurut Brown & Brooks (1990)
mengemukakan kematangan karir sebagai kesiapan kognitif dan afektif dari
individu untuk mengatasi tugas-tugas perkembangan yang dihadapkan
kepadanya, karena perkembangan biologis dan sosialnya serta harapan-harapan
dari orang-orang dalam masyarakat yang telah mencapai tahapan perkembangan
tersebut.
Super (1976) memandang bahwa karir sebagai jalannya peristiwaperistiwa kehidupan, tahapan-tahapan pekerjaan dan peranan kehidupan lainnya
yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang pada pekerjaan
dalam keseluruhan pola perkembangan dirinya. Super membuat tahapan-tahapan
perkembangan karir yang dicirikan dengan tugas-tugas yang spesifik pada
masing-masing tahapan perkembangan karir tersebut. Super pun membuat suatu
inventori yang bisa mengukur sejauh mana tugas-tugas perkembangan karir yang
sudah dilalui sesuai dengan karakteristik perkembangan karir yang diharapkan
pada usia tertentu yang diistilahkan dengan kematangan karir.
Penelitian di tingkat pendidikan tinggi yang dilakukan oleh Azhar, dkk
dalam penelitian “Tingkat Kematangan Karir Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Di


4

Universitas Padjajaran” tahun 2006, didapatkan bahwa 52,8% dari responden
berada pada kategori belum matang dan 47,2% berada pada taraf matang. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa tingkat akhir secara umum
masih berada pada taraf belum siap untuk menentukan arah karirnya dengan
berdasarkan kemampuannya untuk melakukan eksplorasi karir, membuat
perencanaan, mengambil keputusan dan juga wawasannya mengenai dunia kerja.
Dari hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa memiliki
informasi karir, memiliki perencanaan, sampai dengan pengambilan keputusan
karir, seharusnya atau lebih tepatnya sudah dilakukan semenjak usia sekolah
tingkat menengah atas sehingga kesalahan atau ketidaksiapan seseorang dalam
memilih dan menjalankan karir dapat ditindaklanjuti lebih dini. Lebih tepatnya
pada usia sekolah tingkat menengah atas, seseorang telah mengambil keputusan
karir secara bijaksana.
Dalam memilih dan merencanakan karir secara tepat, dibutuhkan
kematangan karir. Kematangan karir meliputi beberapa aspek yaitu : Orientation
to vocational choice (dimensi sikap yang menentukan pilihan akhir
pekerjaannya); Information and planning (dimensi kompetensi individu untuk

memilih jenis informasi tentang keputusan karir masa depannya dan
perencanaan yang sudah terlaksana); Consistency of vocational preferences
(konsistensi individu dalam pilihan karir yang disukainya); Crystalization of
traits (kemajuan individu ke arah pembentukan konsep diri); Vocational
independence (kemandirian dalam pengalaman kerja); Wisdom of vocational
preferences (dimensi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk
menentukan pilihan yang realistik yang konsisten dengan tugas-tugas pribadi.
Remaja dalam mencapai kematangan karir akan dihadapkan pada proses
pengambilan keputusan akan karir. Keputusan karir tepatnya yaitu dipengaruhi
oleh perkembangan identitas ego yang meliputi achieved status, moratorium
status, foreclosure status, dan difusion status. Pembentukan identitas merupakan
awal mula perkembangan ego, dan merupakan suatu proses pencarian kejelasan
dan pengintegrasian diri menjadi manusia utuh. Blustein dkk. (1989), Conger
(1990), Seligman (1994), dan Lucas (1997), menyatakan bahwa kemampuan
individu untuk merencanakan karirnya dengan baik berkaitan dengan

5

pembentukan konsep diri dan identitas. Perkembangan identitas ego berkaitan
dengan pengambilan keputusan untuk memilih karir tertentu, berbagai perilaku

dalam pekerjaan, dan berkaitan dengan komitmen terhadap karir yang dipilih.
Dan perkembangan identitas ego akan menjadi landasan remaja dalam
mengambil keputusan.
Kematangan karir dewasa ini masih menjadi suatu permasalahan. Salah
satu upaya pemerintah untuk memperoleh tenaga terampil yang sesuai dengan
kebutuhan lapangan kerja (industri / perusahaan) adalah melakukan perluasan,
peningkatan mutu dan relevansi pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang
pendidikan, baik pendidikan menengah maupun pendidikan tinggi. Sedangkan
pengambilan keputusan pendidikan dan karir yang ditempuh seseorang
seringkali diwarnai kecenderungan menuruti kemauan orang tua, faktor “ikutikutan teman”, karena “gengsi” ingin bersekolah di tempat yang terbaik, ingin
seperti idolanya, atau faktor-faktor lainnya tanpa mempertimbangkan minat dan
bakat atau potensi yang dimiliki. Hal ini dapat memiliki bermacam-macam
dampak, diantaranya memutuskan untuk pindah jurusan pendidikan atau beralih
profesi, atau bertahan dengan karir yang dijalani dengan ketidakpuasan dan
sebagainya. Individu yang memiliki kematangan karir rendah cenderung mudah
terpengaruh oleh lingkungan disekitarnya, hal ini dapat membuat seseorang
memilih karir yang kurang tepat untuk dirinya.
Pemahaman mengenai potensi (bakat) dan minat menjadi hal yang krusial
untuk mengatasi permasalahan tersebut. The right place for the right person
merupakan ikon yang menjadi tujuan demi kepentingan bersama, baik siswa

yang bersangkutan dan lembaga pendidikan, dimana sekolah menjadi wadah
bagi siswa untuk menentukan, memilih jalur karir, dan tempat untuk mendalami
sesuatu yang terkait dengan karir semenjak dini. Dengan mengetahui potensi diri
maka seseorang sudah dapat mengetahui baik kelemahan maupun kelebihan
yang dimiliki serta mengetahui langkah-langkah untuk mengembangkan
potensinya. Dengan demikian potensi bawaan yang dimiliki dapat dimanfaatkan
secara optimal, yaitu dimana sejumlah karir dibangun sejak sekolah.
Sekolah, guru, dan pembimbing memberikan pengaruh yang sangat kuat
dalam perkembangan karir siswa. Sekolah adalah pijakan awal dimana

6

seseorang pertama kali berkenalan dengan dunia kerja. Sekolah memberikan
suasana untuk mengembangkan diri sendiri sehubungan dengan prestasi dan
kerja. Dan sekolah merupakan satu-satunya institusi di dalam masyarakat
dewasa ini yang sanggup memberikan sistem yang diperlukan untuk pendidikan
mengenai karir yakni, instruksi, bimbingan, penempatan, dan koneksi sosial
(Bachhuber, 1992; Vinton, 1992).
Sekolah Madarasah Aliyah (MA) merupakan salah satu


jenjang

pendidikan tingkat menengah atas yang dapat ditempuh oleh anak Indonesia
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Madarasah Aliyah
merupakan sekolah Menengah setara Sekolah Menengah Umum (SMU) yang
berlandaskan agama Islam. Seperti diketahui berdasarkan ketentuan UU Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 18 pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan
dasar, Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan
pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madarasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan Madarasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang
sederajat. Menurut Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, pada tingkat
lanjutan atas dibagi menjadi dua jenis jalur pendidikan. Jalur pendidikan
“umum” dilaksanakan melalui SMU (sekarang disebut SMA) dan MA. Jalur
yang lain pendidikan “kejuruan” yang dilaksanakan melalui sekolah kejuruan
yang secara umum disebut SMK dan MAK.
Madarasah Aliyah yang selanjutnya disingkat MA, adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang
menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain

yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP
atau MTs. Pada tingkat sekolah lanjutan yang lebih tinggi, sama dengan SMA,
MA mengutamakan persiapan siswa untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut
(pendidikan akademik). Pendidikan akademik membentuk sarjana dalam disiplin
ilmu tertentu selama 4 tahun dan lulusannya yang disebut Sarjana Satu (S1)
dapat melanjutkan ke pendidikan Sarjana Dua (S2) atau disebut dengan Magister
yang kemudian dapat diteruskan ke tingkat Sarjana Tiga (S3) atau Doktor

7

dengan memiliki tujuan membentuk sarjana menguasai profesi atau spesialisasi
tertentu yang diselenggarakan oleh asosiasi profesi bersama Perguruan Tinggi
(PT). Seperti menurut Yamin (2008), struktur kurikulum MA disusun
berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran
dengan menghasilkan lulusan yang siap untuk menempuh pendidikan lebih
tinggi.
Madarasah Aliyah sebagai salah satu sekolah tingkat pendidikan sekolah
menengah atas merupakan tahap yang strategis dan kritis bagi perkembangan
dan masa depan anak Indonesia. Pada jenjang ini, anak Indonesia berada pada
pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi yang merupakan wahana

untuk membentuk integritas profesi yang didambakan. Pada tahap ini pula, anak
Indonesia bersiap untuk memasuki dunia kerja yang penuh tantangan dan
kompetisi. Madarasah Aliyah sebagai salah satu sekolah tingkat pendidikan
sekolah menengah atas juga memiliki program yang lebih menekankan pada
penguasaan dan pengembangan konsep dasar IPTEK dengan berbasis ilmu
agama Islam sehingga dengan pengetahuan tersebut mereka dapat menjadi ahli
dengan kecakapan pengetahuan teoritis / akademis yang dikuasai yang berakhlak
Islami. Tetapi sayangnya masih ada di berbagai daerah dengan berbagai sebab
sekolah Madarasah Aliyah kurang diminati dibandingkan sekolah SMA dan
SMK.
Menurut Muhib kepada bogorplus.com (10/8/11), ketua yayasan AlBaqiyatus Shalihat mengatakan, kurangnya minat masyarakat terhadap
Madarasah Al-Baqiyatus Shalihat karena pengaruh perubahan zaman. Hampir
semua masyarakat orientasinya ke pendidikan umum, sedangkan pendidikan
agama dikesampingkan, arus globalisasi dan penetrasi budaya asing merubah
pendidikan berbasis madarasah, serta pandangan para siswa-siswi tentang
pendidikan

madarasah

yang

tidak

memiliki

prospek

masa

depan

(http://bogorplus.com/kabupatenbogor).
Pendapat Muhib diatas berlawanan dengan keadaan Madarasah Aliyah
Negeri 3 Malang. Bersumber dari website resmi MAN 3 Malang
(http://main.man3malang.com), dalam kurun waktu 3 tahun terakhir ini, grafik
prestasi MAN 3 Malang baik akademik maupun non akademik terus meningkat.

8

Dalam bidang akademik, tahun 2004 / 2005 lalu sekitar 75 % alumninya berhasil
diterima di beberapa Perguruan Tinggi Negeri favorit di Indonesia. Selain itu,
dalam bidang non akademik pun selama ini MAN 3 Malang telah menunjukkan
prestasi yang luar biasa. Sukses MAN 3 Malang ini bukan saja ditentukan
kualitas siswanya, tetapi keberhasilan MAN 3 Malang diperoleh melalui proses
pembelajaran yang tidak lepas dari peran pendidik yang giat mengadakan Work
Shop, seminar, dan pelatihan-pelatihan. Sekolah dengan penataan lingkungan
penuh warna islami dan asri ini telah pula berhasil mengembangkan PSBB
(Pusat Sumber Belajar Bersama), yang merupakan tempat yang sangat
multifungsi yaitu untuk seminar atau pelatihan, penginapan dan kegiatan belajar
mengajar.
Dengan bukti prestasi yang telah dicapai oleh MAN 3 Malang tersebut,
penilaian sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa sekolah Madarasah
kurang diminati adalah penilaian yang keliru. Sampai saat ini MAN 3 Malang
merupakan salah satu Madarasah di Indonesia yang telah berhasil membuktikan
eksistensi dan prestasinya baik di tingkat kota Malang, propinsi, maupun tingkat
nasional. Minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putrinya ke MAN 3
Malang juga semakin meningkat dari tahun demi tahun. Dan MAN 3 Malang
merupakan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) yang bertujuan
menghasilkan lulusan unggul dan dapat bersaing di tingkat nasional maupun
internasional.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui pada usia remaja seseorang
seharusnya telah mulai menjalankan tentang keputusan karirnya secara tepat.
Kematangan karir merupakan suatu situasi kesiapan dari seseorang untuk
mengetahui dan memahami tentang arah minat dan potensi yang dimiliki. Maka
dari itu diharapkan dengan pemahamannya ia dapat menentukan bidang
pendidikan

lanjutan

ataupun

pekerjaan

yang

diinginkannya

dengan

pertimbangan yang bijaksana. Sehingga lebih jauh lagi akan memudahkannya
untuk dapat fokus pada bidang karir tersebut dan dapat sejahtera dalam
menjalankannya. Langkah-langkah remaja yang tepat terhadap pilihan dan
tujuan pendidikan yang dilaksanakannya, penggunaan sumber daya secara
bijaksana, serta dengan pelatihan yang tepat akan mengantar remaja menjadi

9

individu yang memiliki daya saing dalam bursa kerja dimasa depan. Oleh karena
itu peneliti merasa perlu melakukan penelitian mengenai kematangan karir
remaja yang bertempat di MAN 3 Malang. Berdasarkan hal tersebut penelitian
ini ingin mengangkat permasalahan mengenai bagaimana gambaran kematangan
karir siswa pada sekolah Madarasah Aliyah dengan judul, “Kematangan Karir
Siswa Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

uraian

latar

belakang

permasalahan

diatas,

adapun

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana kematangan karir pada siswa Madarasah Aliyah Negri 3 Malang?
2. Jika melihat dari indikator kematangan karir, indikator-indikator yang
manakah yang telah sesuai dan belum berkembang sesuai dengan tugas
perkembangan karir pada usia tersebut?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh:
1. Kematangan karir pada siswa Madarasah Aliyah Negri 3 Malang.
2. Memperoleh indikator-indikator yang telah sesuai dan belum berkembang
sesuai dengan indikator kematangan karir pada perkembangan karir usia
remaja.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ilmu Psikologi
khususnya Psikologi Industri dan Organisasi, Psikologi Pendidikan, dan
Psikologi Perkembangan.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang manfaat
kematangan karir siswa sebagai suatu aspek

yang perlu diperhatikan.

10

Informasi yang dimaksud ditujukan baik kepada siswa sebagai individu,
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, dan orang tua agar bisa bersinergi
saling membantu mengenai kematangan karir sesungguhnya dari siswa yang
bersangkutan.

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah untuk diucapkan, kecuali ucapan
Alhamdulillah puji syukur ke hadirat Allah SWT sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Kematangan Karir Siswa
Madarasah Aliyah Negeri 3 Malang“ sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Sebagai pribadi yang memiliki keterbatasan, penulis menyadari bahwa
kelancaran penyusunan skripsi ini tidak lepas dari adanya dorongan, bantuan, dan
dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Drs. H. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
2. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Psi , selaku Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberi
pengarahan, dan masukan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
3. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Psi selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing dan berkenan meluangkan waktu untuk berdiskusi serta
memberikan motivasi pada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat
diselesaikan.
4. Papa dan Mamaku yang selalu memberikan Do‟a, semangat, dukungan
moril dan materiil yang tak kunjung putus dan tak ternilai harganya serta
kesabaran yang senantiasa diberikan kepada ananda.
5. Para guru dan staf MAN 3 Malang yang senantiasa telah memberikan
kemudahan dan tempat yang nyaman untuk bisa melakukan penelitian ini,
sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

6. Buat kak Sham terima kasih banyak atas segala ketulusan dan kesabaran
atas waktu kebersamaan, dukungan, saran, sebagai teman bertukar
pendapat, sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Kakak-kakak tersayang: Mas Yon, Mbak Aci, Mbak Ayu, dan Kak Ani
yang senantiasa membantu memberikan support dan do‟a agar penulis
segera menyelesaikan skripsi ini dan bisa menyelesaikan kuliah S1 Ini.
8. Adik-adikku tersayang: Kiky, Soffa, dan Ifan yang senantiasa membantu
memberikan support agar penulis segera menyelesaikan skripsi ini dan
bisa menyelesaikan kuliah S1 ini.
9. Kawan-kawan seperjuangan, Yukko, Vivin, Dwi, mbak Indah dan kawan
angkatan ‟04, „05 dan „06 seperjuangan yang tak mungkin disebutkan satu
persatu. Terimakasih karena atas banyak hal yang kita lakukan bersama.
Untuk yang belum kelar semoga tetap terjaga semangatnya sehingga dapat
segera menyelesaikan skripsinya.
10. Kawan- kawan yang sudah lulus Mas Betmen, Mas devi, Mas Harun,
Herdianita, Eva, Mas dito, Visi, Iful, dan masih banyak lagi kawan-kawan
di luar sana yang turut andil dalam penyusunan skripsi ini. Semoga kalian
selalu dalam lindungan-Nya.
11. Pegawai administrasi dan staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang, yang telah banyak membantu penulis selama
proses hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kepada semua pihak tersebut diatas, penyusun hanya dapat mendo‟akan,
semoga segala kebajikannya diterima oleh Allah SWT, sebagai amal sholeh dan
mendapatkan ridho dan inayah-Nya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan dan penulisan karya
tulis ini masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan karya tulis ini.

Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak yang membutuhkan. Amin...

Malang, 13 Agustus 2011
Penulis

Rizha Amilya Hafny

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
KATA PENGANTAR
INTISARI
ABSTRACT
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

i
ii
iii
iv
vii
viii
ix
xi

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

1
9
9
9

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Kematangan Karir ( Career Maturity )
1. Pengertian Kematangan Karir
2. Teori Perkembangan Karir
3. Perkembangan Karir pada Masa Remaja
4. Perkembangan Identitas Ego
5. Dimensi Kematangan Karir Remaja
6. Karakretistik Kematangan Karir
7. Tugas-Tugas Karir Remaja
B. Pendidikan Sekolah Madrasah Aliyah
1. Profil Madrasah Aliyah Negri 3 Malang
2. Visi, Misi, dan Tujuan MAN 3 Malang
C. Siswa
D. Gambaran Kematangan Karir pada Siswa Sekolah
Madarasah Aliyah Negri 3 Malang
E. Kerangka Pemikiran
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Definisi Operasional
C. Populasi dan Sampel
D. Prosedur Penelitian
E. Waktu dan Tempat Penelitian
F. Metode Pengumpulan Data
G. Metode Analisis

11
11
12
18
21
22
22
23
23
25
28
29
30
34

35
35
37
38
39
39
43

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Subjek Penelitian
B. Hasil Analisa Data
1. Kematangan karir pada siswa Madarasah Aliyah
Negeri 3 Malang
a. Kematangan Karir Berdasar
Perbedaan Jenis Kelamin
b. Kegiatan yang Diikuti untuk Mendukung Cita-cita
Terhadap Jenis Pekerjaan yang Disukai
2. Indikator-Indikator yang Telah Sesuai dan Belum
Berkembang Sesuai dengan Indikator Kematangan Karir
pada Perkembangan Karir Usia Remaja
C. Pembahasan

45
49
49
51
52

56
66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran

73
73

DAFTAR PUSTAKA

76

LAMPIRAN

79

DAFTAR TABEL
Nomor tabel
Halaman
1
: Tahapan-tahapan atau Periode dalam Studi
Ginzberg
13
2
: Blue Print Dimensi Kematangan Karir Remaja
42
3
: Karakteristik Subjek Penelitian
45
4
: Informasi Pendukung Subjek Penelitian
48
5
: Kecenderungan Kematangan Karir Siswa MAN 3
Malang
50
6
: Kematangan Karir Berdasar Perbedaan Jenis Kelamin
52
7
: Kegiatan yang Diikuti untuk Mendukung Cita-cita
53
8
: Jenis Pekerjaan yang Disukai
54
9
: Kesesuaian Jenis Pekerjaan terhadap Kegiatan
yang Mendukung Cita-cita
55
10
: Aspek-aspek yang Menunjukkan Kecenderungan
Kematangan Karir Siswa MAN 3 Malang
56
11
: Ringkasan Hasil Analisis Data Berdasar Persentase
Terbesar
64

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Baron, R. A & Byrne, D. 1994. Social Psychology: Understanding Human
Interaction. (7th ed). Massachusetts: Allyn and Bacon.
Berita Resmi Badan Pusat Statistik, Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia
Februari 2010.
Bogorplus, 10 Agustus 2011. “Madrasah Aliyah kurang diminati”. (Online).
http://bogorplus.com/kabupatenbogor. (diakses 11 Agustus 2011)
Brown, Steven.D.,& Lent, Robert. W. (2005). Career development and
counseling, putting theory and research to work. John Wiley & Sons,
Inc. Hoboken, New Jersey.
El Hami, Azhar. Hinduan, dan Sulastiana, (2006). Gambaran kematangan karir
pada para calon sarjana di lingkungan fakultas psikologi Universitas
Padjadjaran. Thesis tidak diterbitkan. Bandung : Universitas Padjadjaran
Bandung.
Hamalik, Oemar. (2008). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Hayadin. (2005). Pengambilan keputusan untuk profesi pada siswa jenjang
pendidikan menengah (survei pada SMA, MA, dan SMK di Jakarta).
(Online) http://petamasadepanku.net. (diakses 15 Januari 2011)
Healy, Charles.C. (1982). Career development, counseling through the life stages.
Allyn and Bacon, Inc.
Hurlock, Elizabeth. (1980). Developmental Psychology: A life span approach. (5th
ed). New Delhi: McGraw – Hill.
Kerlinger, Fred N. (2006). Asas-asas penelitian behaviora edisi ketiga.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Kidd, Jennifer M. (2006). Understanding career counselling theory, research and
practice. New Delhi : SAGE Publications Ltd.
Latipun. 2004. Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press.
Nasution, S. (2004). Metode Research (Penelitian ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara

Nazir, M. (2003). Metode penelitian Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
Papalia, D.E & Olds, S.W. (1995). Human Development (6th ed). McGraw – Hill.
Inc
Patton, Wendy., & Creed, Peter.A.(2002). The Relationship Between Career
Maturity and Work Commitment in a Sample of Australian High School
Students. Journal of Career Development, Vol. 29 No.2, 69-85.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang
pendidikan menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang
Madrasah Aliyah.
Rice, F.P. 1990. The adolescent (4th ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada
Media Group.
Santrock, John W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Santrock, John W. (1995). Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Savitry, Weny. (2007). Status identitas ego, orientasi karir, dan aspirasi karir
remaja perempuan. Thesis tidak diterbitkan. Universitas Katolik Atma
Jaya.
Seligman, L. 1994. Developmental Career Counseling and Assessment (3nd ed.).
London: SAGE Publication.
Sudrajat, Akhmad. (2008). Let‟s talk about educatoin!. (online)
http://smpruhama.multiply.com/journal. (diakses 28 Januari 2010)
Super, D.E., Bohn, M. J. (1970). Occupational psychologi. California : Wadsword
Publishing Company, Inc.
Undang-undang sistem pendidikan nasional UU RI Nomor. 2 Tahun 1989 dan
peraturan pelaksanaan dilengkapi dengan peraturan perundangan yang
dikeluarkan sampai dengan 1994. 1995. Jakarta : Sinar Grafika.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Wijaya, Fitria. (2002). Hubungan antara kematangan karir dengan motivasi
belajar pada siswa kelas X MAN Cibinong. Thesis tidak diterbitkan.
Universitas Gunadarma.
Winarsunu, Tulus. (2004). Statistik, dalam penelitian psikologi dan pendidikan.
Malang : UMM Press.
Zuriah, N. (2006). Metodologi Penelitian Sosialdan Pendidikan: Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT Bumi Aksara