Identifikasi Bentuk Dukungan Sosial Siswa Reguler Pada Siswa Berkebutuhan Khusus (ABK) Di Sekolah Inklusi Tingkat SMP Kota Malang

IDENTIFIKASI BENTUK DUKUNGAN SOSIAL SISWA REGULER
PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH
INKLUSI TINGKAT SMP KOTA MALANG

Skripsi

Oleh :
Laili Ahadiyah
201110230311117

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

IDENTIFIKASI BENTUK DUKUNGAN SOSIAL SISWA REGULER
PADA SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH
INKLUSI TINGKAT SMP KOTA MALANG

Skripsi

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu

persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :
Laili Ahadiyah
201110230311117

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
terselesaikan pembuatan skripsi dengan judul “Identifikasi bentuk dukungan sosial siswa
reguler pada siswa berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusi tingkat SMP kota malang”
sebagai salah satu pra syarat akademis dalam rangka penyusunan tugas akhir skripsi.
Selama penyusunan ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh
sebab itu, dalamkesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1.


Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Ni’matuzahroh, S.Psi, M.Si dan Tri Muji Ingarianti S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing
I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan, dukungan, masukan dan juga arahan yang sangat berguna bagi penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr. Diah Karmiyati, M.Si selakun dosen wali yang telah memberikan nasehat dan
dukungannya dari awal masuk kuliah hingga saat ini.
4. Kepala Sekolah SMPN 18 Malang, SMP Muhammadiyah 2 Malang, SMP Sriwedari
Malang, SMP Satu Atap Merjosari Malang, SMP Plus Al-Kautsar Malang yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuik melakukan pengambilan data di sekolah tersebut.
5. Keluarga yang telah merawat penulis mulai bayi hingga saat ini, Ibu Dra. Zuraidah
Amnah, Ayah Drs. Muflich Faried, KakakVania Riska Ardarina, Adik Wahyu Hidayat
dan Mak yang selalu memberikan perhatian, dukungan dan juga mendoakan selama
penyusunan skripsi ini dan sepanjang hidup saya, terima kasih untuk kesabarannya.
6. Keluarga kandungku, Bapak Samsul Hadi, Mama Nur Miati, Keempat kakak saya (Mas
Angky, dan Mas Engky, Mbak Mia, Mbak Retri) kedua adik saya (Akhirul Putro dan
Mawar). Terima kasih atas semangat, dukungan, kasih sayang dan kesabaran yang kalian
berikan selama penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2011 khususnya kelas B yang selalu memberikan semangat
sehingga penulis terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat saya Nonik Fariza Puspitasari, Annisa Ibnu Syarah dan Siti Fauziah,
terimakasih atas perhatian, nasehat serta dukungannya selama ini sehingga penulis
termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman satu bimbingan saya, Uswatun Hasanah dan Ratna Wulandari, terima kasih untuk
semangat dan perhatiannya selama menjadi teman satu bimbingan.
10. Adik Kos saya, Fitria Nur Hanifah terimakasih atas perhatian dan semangat yang besar
sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Bapak/Ibu karyawan TU dan juga teman- teman part time (Mbk Nimas, Lina, Endah, dan
Linda) terimakasih atas semangat dan doronganya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

iii

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga Allah
SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta balasan pahala atas segala amal yang
telah diberikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 25 Agustus 2015
Penulis,
Laili Ahadiyah

iv

HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
SURAT PERNYATAAN ..........................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................................vii
ABSTRAK..................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
LANDASAN TEORI.................................................................................................................3

Dukungan Sosial...............................................................................................................4
Bentuk Dukungan Sosial..................................................................................................4
Sekolah Inklusi.................................................................................................................5
Anak Berkebutuhan Khusus.............................................................................................5
Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus.................................................................6
Identifikasi Bentuk Dukungan Sosial Siswa Reguler Pada Siswa Berkebutuhan Khusus
(ABK)...............................................................................................................................6
METODE PENELITIAN..........................................................................................................7
Rancangan Penelitian....................................................................................................7
Subjek Penelitian...........................................................................................................7
Variabel dan Instrumen Penelitian................................................................................7
Validitas Instrumen.......................................................................................................8
Reliabilitas Instrumen...................................................................................................8
Prosedur dan Analisa Data Penelitian...........................................................................8
HASIL PENELITIAN...............................................................................................................9
Hasil dan Analisa Data..................................................................................................9
Diskusi.........................................................................................................................11
SIMPULAN DAN IMPLIKASI..............................................................................................13
REFERENSI............................................................................................................................13


v

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil analisis validitas skala bentuk dukungan sosial.................................................8
Tabel 2. Hasil analisis realibilitas skala bentuk dukungan sosial..............................................8
Tabel 3. Deskripsi subjek..........................................................................................................9
Tabel 4. Perhitungan T-score Skala dukungan sosial...............................................................10
Tabel 5. Bentuk dukungan sosial..............................................................................................10
Tabel 6. Perhitungan menurut jenis kelamin............................................................................10
Tabel 7. Perhitungan berdasarkan kelas....................................................................................11

vi

DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Blue Print Skala Dukungan Sosial ..................................................................16
LAMPIRAN 2 Skala Dukungan Sosial....................................................................................17
LAMPIRAN 3 Output analisis Validitas dan Reabilitas skala.................................................21
LAMPIRAN 4 Data Kasar Penelitian ......................................................................................22
LAMPIRAN 5 Output analisis T-Score....................................................................................43
LAMPIRAN 6 Surat Ijin Penelitian dari fakultas

LAMPIRAN 7 Surat ijin Rekomendasi Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Malang
LAMPIRAN 8 Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SMP Sriwedari Malang
LAMPIRAN 9 Surat Keterangan telah melakukan penelitian di SMP Plus Al-Kautsar
Malang

vii

Identifikasi Bentuk Dukungan Sosial Siswa Reguler Pada Siswa Berkebutuhan Khusus
(ABK) Di Sekolah Inklusi Tingkat SMP Kota Malang
Laili Ahadiyah
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Beibhly@yahoo.com
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diantara empat bentuk dukungan sosial, mana yang
lebih dominan untuk digunakan oleh siswa reguler dalam mendukung siswa berkebutuhan
khusus di sekolah inklusi tingkat SMP kota Malang. Subjek pada penelitian ini berjumlah 300
siswa reguler yang terdapat dibeberapa SMP inklusi kota Malang. Penelitian ini menggunakan
skala dukungan sosial yang disusun sendiri oleh peneliti dengan acuan teori dukungan sosial
yang dikembangkan oleh Sarafino. Dukungan sosial merupakan dukungan atau bantuan yang
berupa perhatian, kenyamanan, penghargaan yang diberikan oleh individu atau kelompok
kepada orang lain yang membutuhkan (Sarafino, 1994). Terdapat empat bentuk dukungan

sosial yaitu, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan
dukungan informasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya keberagaman bentuk
dukungan yang diberikan siswa reguler tersebut. Dilihat dari keempat bentuk dukungan sosial
menunjukkan bahwa bentuk dukungan informasi 65,7% lebih mendominasi dari keempat
bentuk dukungan sosial yang lain. Sedangkan bentuk dukungan sosial yang kurang
mendominasi adalah bentuk dukungan emosional 55,0%.
Katakunci: Dukungan Sosial, Siswa Reguler, Anak Berkebutuhan Khusus, Pendidikan
Inklusi.
This research aims to find out among the four forms of social support, which is more
dominant for use by regular students in support of students in need of special school in the
junior level a inclusive of Malang. The subject on the study amounted to 300 regular students
contained in some junior high school inclusion of Malang. This research uses a social
support scale was compiled by researchers with reference to social support theories
developed by Sarafino. Social support is support or aid in the form of attention, comfort,
award given by the individual or group to others in need (Sarafino, 1994). There are four
forms of social support, emotional support, esteem support, instrumental support and
information support. The results of this research show that the existence of a diversity of
forms of support given the regular students. Views of the four forms of social support showed
that the form of informational support 65,7% more dominating than the four other forms of
social support. While the form of social support that is less dominated is a form of emotional

support 55,0%.
Keywords: Social Support, Regular Students, Children In Need Of Special Education,
Inclusive.

Pendidikan inklusi saat ini sering dibicarakan dalam dunia pendidikan terutama di Indonesia,
salah satunya adalah kota Malang. Kota Malang telah mendeklarasikan sebagai kota inklusi
sejak akhir tahun 2012, hal tersebut dilakukan di SMKN 4 Malang pada hari Rabu 5
Desember 2012 dengan dihadiri oleh Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan
Khusus Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Mujito,
Rektor UMM Muhadjir Efendy, Wali Kota Malang Drs. Peni Suparto, M.AP, Sekkota
Malang Shofwan, Kepala Dindik Kota Malang serta seluruh jajaran pendidikan mulai dari TK
sederajat hingga universitas (Halo Malang, 2012). Hingga saat ini tahun 2014 sekolah inklusi
yang telah terdaftar di Dinas Pendidikan kota Malang sebanyak 61 sekolah inklusi, yaitu: 50
SD Inklusi, 7 SMP Inklusi, 3 SMK dan 1 SMA Inklusi.
O’Niel, (Ilahi 2013) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan sistem pendidikan
yang mengikut sertakan anak yang memiliki kekurangan fisik, mental, emosi dan sosial untuk
belajar bersama dalam kelas regular agar dapat meningkatkan kemampuan pada anak tersebut.
Sehingga anak yang memiliki kekurangan mendapatkan pelayanan yang sama dan sesuai
dengan kebutuhannya. Pentingnya pendidikan inklusi adalah untuk menyamaratakan antara
individu reguler dengan individu berkebutuhan khusus, serta mendapatkan hak serta wawasan

dan kreatifitas yang sama, untuk mencapai pendidikan inklusi yang sesuai maka dibutuhkan
dorongan dari beberapa pihak terutama orang tua, lingkungan sekolah seperti guru, teman
sebaya, pemerintah dan juga masyarakat agar dapat menumbuhkan semangat bagi mereka
khususnya siswa berkebutuhan khusus, sehingga tidak terjadi berbagai hal yang menyimpang.
Melihat betapa pentingnya peran berbagai pihak dalam menunjang adanya sekolah inklusi,
maka kepedulian berbagai pihak ini berperan sangat besar dalam mewujudkan sekolah
inklusi. Pada fakta yang terjadi saat ini masih banyak permasalahan yang ada dalam sekolah
inklusi, diantaranya kurangnya kesiapan pihak sekolah dalam menyandang sekolah inklusi,
minimnya pemahaman guru terhadap anak berkebutuhan khusus atau ketidaksiapan guru
dalam mengajar di kelas inklusi, serta banyaknya diskriminasi atau bullying yang dilakukan
oleh siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus, seperti mengejek, membiarkan siswa
berkebutuhan khusus untuk bermain sendiri, tidak mau belajar bersama ketika berada dalam
satu kelompok dengan siswa berkebutuhan khusus, serta kurangnya empati pada siswa reguler
tersebut (Putri, A.R. 2014).
Berdasarkan hasil wawancara singkat yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa
guru pendamping siswa berkebutuhan khusus di salah satu sekolah inklusi kota Malang terkait
dukungan sosial yang diberikan oleh siswa reguler pada siswa berkebutuhan khusus adalah
kebanyakan dari siswa reguler menerima dan mendukung keberadaan siswa berkebutuhan
khusus disekolahnya. Namun ada pula yang kurang setuju atau tidak dapat menerima
keberadaan siswa berkebutuhan khusus yang berada disekolahnya, sehingga siswa reguler

yang kurang setuju tersebut melakukan diskriminasi atau bullying terhadap siswa
berkebutuhan khusus.
Selain itu dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap siswa reguler
di salah satu sekolah inklusi tingkat SMP di kota Malang didapatkan hasil bahwa masih
minimnya dukungan sosial yang diberikan oleh siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan
khusus. Hal ini dibuktikan oleh salah satu pernyataan dari salah satu siswa reguler yang
mengatakan bahwa dia tidak pernah membantu siswa berkebutuhan khusus dalam bentuk
apapun yang berada dikelasnya, dikarenakan siswa reguler tersebut tidak mau peduli terhadap
siswa berkebutuhan khusus tersebut dan merasa bahwa dengan adanya siswa berkebutuhan
khusus kegiatan belajar menjadi tidak tenang. Dengan adanya permasalahan yang terjadi

sebagaimana yang telah dibahas diatas maka diperlukan adanya dukungan sosial dari semua
pihak khususnya teman sebaya yang berada di sekitar siswa berkebutuhan khusus.
Sebagaimana hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Amelia dan Margaretha (2008)
menunjukkan bahwa dukungan sosial yang diberikan oleh siswa reguler terhadap siswa
berkebutuhan khusus (ABK) di kelas inklusi sangatlah penting. Hal ini dilengkapi oleh
Gottlieb (Amelia & Margaretha, 2008) dukungan sosial yang berupa informasi baik bersifat
verbal maupun non-verbal, saran, bahkan bantuan dalam bentuk tingkah laku nyata dapat
memberikan keuntungan emosional sehingga dapat berpengaruh pada tingkah laku penerima.
Dukungan sosial adalah bantuan atau dukungan yang berupa perhatian, kenyamanan,
penghargaan, ataupun dalam bentuk lain yang diberikan oleh individu atau kelompok untuk
orang lain yang membutuhkan (Sarafino, 1994). Sesuai dengan definisi diatas Taylor, Peplau,
& Sears (2000). Berpendapat bahwa dukungan sosial biasanya dapat diperoleh dari teman,
pasangan hidup, keluarga, lingkungan sekolah dan organisasi (sarafino, 1994). Brown
(Santrock, 2011) mengatakan bahwa di beberapa budaya, teman sebaya memiliki peran yang
lebih kuat dalam kehidupan remaja dibandingkan orang lain atau bahkan orang tua mereka.
Dalam konteks penelitian ini, pemberi dukungan sosial adalah siswa reguler yang berada di
kelas inklusi sedangkan penerimanya adalah siswa berkebutuhan khusus (ABK). Dengan
adanya dukungan sosial yang diberikan siswa reguler kepada siswa berkebutuhan khusus akan
menghasilkan sesuatu yang menguntungkan bagi siswa berkebutuhan khusus. Keuntungan
yang diperoleh dari dukungan sosial tersebut adalah penerima akan merasa diperhatikan,
mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya, sedangkan dukungan sosial dari
lingkungan sekitarnya membuat individu merasa aman dan dimengerti. Dukungan sosial
merupakan sebagian perilaku yang mengacu pada pemberian, penghargaan, bantuan,
kenyamanan atau perhatian yang diberikan orang lain atau kelompok terhadap individu.
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hasan & Muryantinah (2014) bahwa
terdapat hubungan signifikan antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri
siswa tunarungu di sekolah inklusi.
Pentingnya dukungan sosial tertera pada penelitian Miller dan Miller (Bound & Castagnare,
2006) yang menemukan bahwa dengan adanya teman untuk mendukung anak berkebutuhan
khusus merupakan salah satu bentuk intervensi dan pendidikan efektif dengan cara memberi
motivasi anak berkebutuhan khusus untuk belajar, hal itu akan memberikan manfaat bagi
siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus, lingkungan, sosial serta pendidikan.
Penelitian diatas dilengkapi oleh Hilman (Ristianti, 2011) dengan mengatakan bahwa
dukungan sosial yang berasal dari teman sebaya membuat remaja merasa memiliki teman
senasib, teman untuk saling berbagi dengan minat yang sama, dapat melaksanakan kegiatan
yang penuh dengan kreatifitas, saling menguatkan bahwa mereka dapat berubah menuju suatu
hal yang positif, dan memperoleh rasa nyaman, aman, serta memiliki identitas diri.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan penyataan bahwa dukungan teman sebaya terjadi dalam
interaksi sehari-hari, seperti hubungan akrab yang dijalin oleh remaja melalui perkumpulan
sosial yang ada di lingkungan sekolah.
Terdapat empat macam bentuk dukungan sosial yang biasa diberikan (Sarafino, 1994) yaitu:
1) dukungan emosional (Emosional Support). 2) dukungan penghargaan (Esteem Suppot). 3)
dukungan instrumental (instrumental Support). dan 4) dukungan informasi (Information
Support). Konteks penelitian ini adalah sekolah inklusi yang ada di kota Malang khususnya
SMP (usia 12-16 tahun), maka yang menjadi teman sebaya dari siswa berkebutuhan khusus

adalah siswa reguler. Dari empat bentuk dukungan sosial tersebut peneliti ingin mengetahui
mana yang lebih dominan atau lebih sering diberikan oleh siswa reguler kepada siswa
berkebutuhan khusus (ABK).
Dukungan Sosial
Dukungan sosial adalah dukungan atau bantuan yang berupa perhatian, kenyamanan,
penghargaan yang diberikan oleh individu atau kelompok kepada orang lain yang
membutuhkan (Sarafino, 1994). Sesuai dengan definisi di atas Taylor, Peplau, & Sears (2000)
mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan perilaku seseorang dimana orang tersebut
memberikan bantuan kepada individu lain.
Sarason (Kumalasari, 2012) menyatakan bahwa dukungan sosial merupakan perilaku peduli,
kesediaan, menghargai dan menyayangi individu pada individu lain. Sedangkan Gottlieb
(Sepfitri, 2011) mengatakan bahwa dukungan sosial merupakan informasi yang berbentuk
verbal ataupun non-verbal, saran pengertian yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh
orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang mendapatkan sosial support, secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan
pada dirinya.
Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) berpendapat bahwa dukungan sosial merupakan keberadaan,
kepedulian individu terhadap individu lain yang dapat diandalkan, menghargai, dan
menyayangi kita. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial
adalah perilaku yang menunjukkan kasih sayang serta kepedulian seseorang terhadap individu
lain dengan berbagai cara, sehingga dapat menimbulkan efek positif pada individu yang
menerimanya.
Bentuk Dukungan Sosial
Terdapat beberapa bentuk dukungan sosial (Sarafino, 1994) yaitu: 1) Dukungan emosional
(Emosional Support). Dukungan emosional merupakan dukungan yang mencakup dari
ungkapan kepedulian, perhatian dan empati terhadap individu yang bersangkutan. Dukungan
emosional ini juga merupakan ungkapan perasaan, perhatian, dan rasa ingin didengarkan.
Mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif sebagai saran pelepasan
emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman dan merasa diperhatikan
serta dicintai disaat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup mereka. 2) Dukungan
penghargaan (Esteem Suppot). Dukungan ini terjadi lewat ungkapan positif kepada seseorang,
dorongan untuk maju dengan perasaan individu dan berbanding positif individu dengan
individu yang lain. seperti halnya membantu keadaan individu yang tidak mampu, maka
dengan begitu seseorang akan mendapatkan penghargaan diri terkait apa yang telah
dilakukanya. 3) Dukungan instrumental (instrumental Support). Dukungan instrumental ini
bantuan secara langsung berupa, waktu, jasa, atau bisa juga dalam bentuk materi seperti uang.
Dukungan instrumental ini sangat membantu seseorang dalam melaksanakan aktivitasnya.
dan 4) dukungan informasi (Information Support). Dukungan informasi ini mencangkup
berbagai hal seperti, nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik. Dukungan ini membantu
individu dalam mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman

individu terhadap masalah yang dihadapinya. Informsi tersebut digunakan dalam pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah secara praktis.
Sekolah Inklusi
Staub & Peck (Ilahi, 2013) mengatakan bahwa pendidikan inklusi merupakan program
pendidikan yang menggabungkan antara siswa reguler dengan siswa berkebutuhan khusus
yang memiliki kelainan secara ringan, sedang maupun berat untuk berada dalam satu sekolah
reguler. Sedangkan O’Niel, (Ilahi 2013) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan
sistem pendidikan yang mengikut sertakan anak yang memiliki kekurangan fisik, mental,
emosi dan sosial untuk belajar bersama dalam kelas regular agar dapat meningkatkan
kemampuan pada anak tersebut.pernyataan yang sama dikemukakakn oleh Stubbs, 2002
(dalam Ni’matuzahroh & Hamida, 2014) pendidikan inklusi merupakan pendidikan yang
bersifat umum tanpa membedakan kemampuan siswa regular ataupun siswa berkebutuhan
khusus, semua berhak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan usia.
Pendidikan inklusi merupakan pendekatan yang menjamin kehadiran, partisipasi dan prestasi
dari semua siswa di dalam dunia pendidikan, hal ini biasanya terjadi di sekolah formal yang
didalamnya terdapat siswa normal. Sekolah Inklusi menekankan peluang untuk mengikuti
program belajar yang sama dengan yang lainnya tentunya yang telah ditentukan oleh pihak
sekolah, selain itu fasilitas pada sekolah inklusi harus disesuakan agar dapat membantu siswa
berkebutuhan khusus dalam proses belajar (Policy Paper, 2011).
Beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sekolah inklusi merupakan sekolah reguler
yang menerima anak berkebutuhan khusus bersama dengan anak-anak normal di dalam satu
kelas. Hal ini menjadikan siswa reguler harus memiliki sikap yang baik dalam menerima
keberadaan siswa berkebutuhan khusus dalam lingkup sekolah inklusi. Sesuai yang dikatakan
oleh Mann (dalam Azwar, 2013) bahwa sikap memiliki beberapa hal penting yang saling
berkaitan yaitu kognitif, afektif dan konatif. Kognitif merupakan bagian dari dasar
pengetahuan yang diperoleh dari informasi sehingga membentuk suatu kepercayaan dari apa
yang didapat sehingga menimbulkan suatu pendapat bagi objek. Dan yang melibatkan aspek
emosional. Sedangkan konatif merupakan kesiapan untuk berhubungan dengan orang lain
yang menunjuk pada perilaku.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap (Azwar, 2013): 1) Pengalaman
hidup yang terbentuk secara emosional. 2) Kebudayaan yang melekat mengikuti
perkembangan hidup seseorang. 3) Konformis terhadap orang yang dianggap penting. 4)
Media massa yang memiliki beberapa pesan sugestif. 5) Agama sebagai fungsi dasar konsep
moral, dan 6) Faktor emosional sebagai pertahanan ego.
Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki beragam keterbatasan dan berbeda
dengan anak normal, seperti : kelainan mental, sensorik, fisik dan neoramaskular, perilaku
sosial dan emosional, gangguan komunikasi, dan banyak lagi seperti halnya yang telah
disebutkan diatas. Mereka memerlukan perubahan serta pembaruan dari beberapa tugas
sekolah, metode belajar atau layanan terkait yang ditunjukkan untuk membangun kemampuan
dan kapasitas mereka secara maksimal (Mangunsong, 2014). Hal ini diperjelas lagi oleh
Hallahan & Kaufmant (2009) bahwa anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

memerlukan pendidikan secara khusus dan pelayanan khusus. Jika mereka menyadari akan
kemampuan penuh akan kemanusiaan yang mereka miliki.
Tidak jauh beda dengan pernyataan diatas terkait dengan anak berkebutuhan khusus yang
dikemukakan oleh Tailor, L., Lydya R. & Stephan B. (2009) bahwasanya anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki keterbatasan yang melekat pada diri individu sebagai hasil
dari kelemahan atau perbedaan secara fisik, kognitif, dan emosional. Sedangkan Suran &
Rizzo (Mangunsong, 2014) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak
yang berbeda dengan memiliki keterbatasan secara fisik, psikologis, kognitif, hubungan
sosial, tehambatnya dalam mencapai tujuan dan kemampuan secara maksimal yang memliputi
beberapa dari mereka yang tuli, buta, gangguan bicara, cacat tubuh, retadasi mental, gangguan
emosional serta anak berbakat yang memiliki intelegensi yang tinggi. Sehingga mereka semua
memerlukan penanganan khusus dari tenaga profesional.
Faktor Penyebab Anak Berkebutuhan Khusus
Anak yang mengalami keterbatasan atau berbeda dengan umunya biasanya disebabkan oleh
beberapa hal, Hallahan dkk. (Ni’matuzahroh & hamida, 2014) mengatakan terdapat beberapa
faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi anak berkebutuhan khusus, yaitu:
1. Faktor Neorologi, merupakan faktor kelainan yang berada pada otak dan saraf pusat.
2. Faktor Genetik yang bersifat herediter, yaitu terdapatnya kelainan pada orang-orang
terdekat seperti orang tua dan keluarga terdekat.
3. Faktor Teratogenik, yaitu kerusakan yang terjadi pada perkembangan janin yang
biasanya menyebabkan kemunduran intelektual, dan ketidak sempurnaan bentuk fisik
pada janin yang merupakan penyebab utama dari kemunduran intelektual.
4. Faktor Medis, seperti halnya bayi lahir secara prematur meski tidak semua bayi
prematur menjadi anak berkebutuhan khusus, kurangnya berat badan bayi saat lahir,
dan kekurangan oksigen disaat proses kelahiran.
Identifikasi Bentuk Dukungan Sosial Siswa Reguler Pada Siswa Berkebutuhan Khusus
(ABK)
Menurut hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti bahwa masih minimnya
dukungan sosial yang diberikan oleh siswa reguler terhadap siswa berkeb utuhan khusus. hal
ini ditunjukkan oleh pernyataan dari salah satu siswa reguler yang mengatakan bahwa dia
tidak pernah membantu siswa berkebutuhan khusus dalam bentuk apapun yang berada
dikelasnya, dikarenakan siswa reguler tersebut tidak mau peduli terhadap siswa berkebutuhan
khusus tersebut.
Selain itu masih banyak kasus bullying yang terjadi, salah satunya yaitu siswa reguler
cenderung melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan seperti mencubit,
menyembunyikan kotak pensil milik siswa berkebutuhan khusus, menggoda siswa
berkebutuhan khusus tersebut hingga marah dan menangis, dan bahkan sampai ada yang
meludahi siswa berkebutuhan khusus tersebut. Namun ada sebagian kecil diantara siswa
reguler tersebut peduli dan memberikan dukungan terhadap siswa berkebutuhan khusus
seperti, membantu siswa berkebutuhan khusus dalam menyelesaikan tugas sekolah,
membantu siswa berkebutuhan khusus yang sedang mengalami klesulitan, bahkan ada yang
menyediakan waktunya untuk bermain dan bercerita bersama.

Penelitian Hilman (2002) mengatakan bahwa dukungan sosial yang berasal dari teman sebaya
membuat remaja merasa memiliki teman senasib, teman untuk saling berbagi dengan minat
yang sama, dapat melaksanakan kegiatan yang penuh dengan kreatifitas, saling menguatkan
bahwa mereka dapat berubah menuju suatu hal yang positif, dan memperoleh rasa nyaman,
aman, dan memiliki identitas diri. Pernyataan tersebut diperkuat dengan penyataan bahwa
dukungan teman sebaya terjadi dalam interaksi sehari-hari, seperti hubungan akrab yang
dijalin oleh remaja melalui perkumpulan sosial yang ada di lingkungan sekolah.
Terdapat empat macam bentuk dukungan sosial yang biasa diberikan (Sarafino, 1994) yaitu:
1) dukungan emosional (Emosional Support) seperti, empati, perhatian, kasih sayang dan
kepedulian. 2) dukungan penghargaan (Esteem Suppot) seperti, penghargaan positif dan
ungkapan positif dari individu dengan orang lain 3) dukungan instrumental (instrumental
Support) seperti, dukungan yang berupa materi atau non materi dan 4) dukungan informasi
(Information Support) seperti, memberi nasehat dan umpan balik dalam memecahkan masalah
yang dialami oleh siswa berkebutuhan khusus. Dukungan sosial dapat diperoleh dari mana
saja, seperti orang terdekat yaitu keluarga dekat dan jauh, teman sebaya, guru dan lingkungan
sekolah (Ilahi, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diantara empat bentuk
dukungan sosial tersebut, mana yang lebih banyak digunakan oleh siswa reguler dalam
mendukung siswa berkebutuhan sosial di sekolah inklusi
Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh siswa
reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus yaitu dapat menimbulkan rasa percaya diri pada
siswa berkebutuhan khusus, menimbulkan rasa aman dan nyaman, serta dapat
mengembangkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus dalam berinteraksi sosial.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian non-experimental dengan jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian untuk memberikan
gambaran yang jelas tentang situasi sosial.
Subjek Penelitian
Karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa reguler yang berada di
sekolah inklusi, khususnya tingkat SMP di kota Malang. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sempel adalah sampel pruposive, sampel ini digunakan untuk menentukan
kriteria khusus terhadap sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Prasetyo & Lina,
2013). Kriteria yang dimaksud adalah siswa reguler yang duduk dibangku SMP usia 12-16
tahun yang berada satu kelas dengan siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Terdapat satu variabel dalam penelitian ini yaitu bentuk dukungan sosial. Bentuk dukungan
sosial adalah bentuk perilaku yang dilakukan oleh siswa reguler untuk memberikan dukungan
berupa, perhatian, kenyamanan, penghargaan, bantuan, dan bentuk lainnya yang diterima oleh
siswa berkebutuhan khusus. Sedangkan identifikasi merupakan suatu cara bagaimana peneliti

dapat melihat, menduga, memperkirakan, dan menguraikan serta menjelaskan apa yang
menjadi masalah.
Proses pengumpulan data bentuk dukungan sosial dilakukan dengan penyebaran skala bentuk
dukungan sosial yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori Sarafino yang didalamnya
terdapat beberapa pernyataan terkait dengan bentuk dukungan sosial yang diberikan oleh
siswa reguler kepada siswa berkebutuhan khusus.
Skala tersebut berbentuk likert yang terdiri dari 4 skor, yaitu SS (Sangat Setuju) = 4, S
(Setuju) = 3, TS (Tidak Setuju) = 2, dan STS (Sangat tidak Setuju) = 1. Semakin setuju
responden terhadap pernyataan favorable maka nilainya semakin tinggi, begitu juga
sebaliknya.
Validitas Instrumen
Proses yang digunakan untuk mengetahui validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu menggunakan try out atau uji coba terlebih dahulu yang dilakukan dengan menyebar
skala sebanyak 65 responden, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil analisis validitas skala bentuk dukungan sosial
Alat Ukur
Skala Dukungan
Sosial

Jumlah Item
Diujikan
39

Jumlah Item valid

Indeks Validitas

18

0.331-0.556

Berdasarkan tabel 1. Diperoleh dari 39 item skala dukungan sosial yang telah diuji, terdapat
19 item yang dinyatakan valid, hal ini diperoleh setelah menggunakan uji validitas
menggunakan program spss statistic versi 17. Indeks validitas dari skala dukungan sosial yang
diujikan berkisar antara 0.331 yang terendah dan 0.556 yang tertinggi.
Reliabilitas Instrumen
Tabel 2. Hasil analisis reliabilitas skala bentuk dukungan sosial
Alat Ukur

Alpha

Skala Dukungan Sosial

0.751

Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa instrument yang digunakan dalam penelitian ini
reliabel jika dibandingkan dengan syarat cronbach Alpha yaitu 0,5. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat validitas dan
realibilitas yang cukup memadai.
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, tahapan awal yaitu tahap persiapan
dimana peneliti menyiapkan skala yang akan digunakan dalam pengumpulan data. Tahapan
kedua yaitu tahap pencarian subjek, peneliti mencari subjek yang sesuai denga kriteria yang

ditentukan yaitu siswa reguler yang duduk dibangku SMP usia 12-16 tahun yang berada satu
kelas dengan siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. selanjutnya tahap pelaksanaan
dalam tahap ini peneliti menyebar skala yang dilakukan di tujuh SMP inklusi yang ada di kota
Malang.
Pada tahap pertama yaitu uji coba skala, peneliti melakukan pengambilan data dilakukan pada
21 – 30 Mei 2015 bertempat di sekolah SMPN 18 Malang dengan Subjek sebanyak 65 orang
yang terdiri dari kelas 7 dan kelas 8. Pengambilan data dilakukan saat jam pelajaran kosong.
Selanjutnya setelah pengambilan data peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas pada
skala dukungan sosial sebanyak tiga kali uji dengan menggunakan program SPSS versi 17.
Maka diproleh pada skala dukungan sosial memiliki tingkat validitas antara 0.331-0.556
dengan jumlah item yang valid sebanyak 18 item. Sehingga hasil item valid dan dapat
digunakan dalam penelitian ini sebnayak 18 item.
Analisa data yang digunakan untuk mengetahui bentuk dukungan sosial yang cenderung
diberikan oleh siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di SMP inklusi kota Malang
adalah analisis T- score. melalui bantuan SPSS analisis T- Score digunakan untuk
memberikan interpretasi terhadap skor individual dalam skala rating yang dijumlahkan yaitu
dengan membandingkan skor tersebut dengan rata-rata atau mean skor responden
(Winarsunu, 2007).
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMP Inklusi kota Malang dengan jumlah subjek
sebanyak 300 siswa reguler.
Tabel 3. Deskripsi Subjek
Kategori

Frequensi

Presentase

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
TOTAL

158
142
300

52,7 %
47,3 %
100 %

Kelas
Kelas VII
Kelas VIII
TOTAL

165
135
300

55,0%
45,0%
100 %

Dapat diketahui dalam tabel 3 bahwa jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 300 siswa reguler SMP inklusi kota Malang. Dari 300 subjek tersebut terdapat 158
(52,7%) subjek laki-laki dan 142 (47,3%) subjek perempuan. Dengan pengambilan sampel
pada kelas VII sebanyak 165 (55,0%) siswa reguler dan kelas VII sebanyak 135 (45,0%)
siswa reguler.

Tabel 4. Perhitungan T-Score skala Dukungan Sosial
Kategori

Interval

Frequensi

Presentase

Tinggi

T-Score ≥ 50

54

18%

Rendah

T-Score < 50

246

82%

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa dukungan sosial dengan menggunakan
perhitungan T-score diperoleh sebanyak 54 (18%) siswa reguler termasuk dalam kategori
tinggi sedangkan sebanyak 246 (82%) siswa reguler termasuk dalam kategori rendah.
sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial siswa reguler pada siswa berkebutuhan
khusus tergolong rendah.
Tabel 5. Bentuk Dukungan Sosial
Bentuk Dukungan
Sosial
Emosional
Penghargaan
Instrumen
Informasi

Tinggi

F
135
148
139
197

Rendah

%
45,0%
49,3%
46,3%
65,7%

F
165
152
161
103

%
55,0%
50,7%
53,7%
34,3%

F
300
300
300
300

Total

%
0%
100%
100%
100%

Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa terdapat 135 (45,0%) tergolong dalam dukungan sosial
tinggi, dan 165 (55,0%) tergolong dukungan emosional rendah, sehingga dapat disimpulkan
bahwa dukungan emosional disini tergolong rendah. Dukungan Emosional merupakan
dukungan yang mencakup dari ungkapan kepedulian, perhatian dan empati terhadap individu
yang bersangkutan. Dukungan penghargaan terdapat 148 (49,3%) tergolong tinggi dan 152
(50,7%) tergolong rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa dukungan penghargaan disini
tergolong rendah. Dukungan Penghargaan merupakan dukungan berupa ungkapan pujian
ataupun penghargaan secara positif positif kepada seseorang. Dukungan instrumental terdapat
139 (46,3%) tergolong tinggi dan 161 (53,7%) tergolong rendah, sehingga dapat dikatakan
bahwa dukungan instrumental disini tergolong rendah. Dukungan instrumental merupakan
dukungan secara langsung erupa materi atau non materi dan dukungan instrumental ini sangat
membantu seseorang dalam melaksanakan aktivitasnya Sedangkan dukungan informasi
terdapat 197 (65,7%) tergolong tinggi dan 103 (34,3%) tergolong rendah, sehingga dapat
dikatakan bahwa dukungan instrumental disini tergolong tinggi. Dukungan Informasi
merupakan nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik.
Table 6. Perhitungan menurut Jenis Kelamin
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
TOTAL

F
35
19
54

Tinggi

%
22,2%
13,4%
18%

F
123
123
246

Rendah

%
77,8%
86,6%
82%

F
158
142
300

Total

%
100%
100%
100%

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa terdapat 35 (22,2%) siswa laki-laki tergolong
dalam dukungan sosial tinggi, dan 123 (77,8%) siswa laki-laki tergolong dalam dukungan
sosial rendah. Selain itu terdapat 19 (3,4%) siswa perempuan tergolong dalam dukungtan
sosial tinggi, dan 123 (86,6%) tergolong dalam dukungan sosial rendah. Dapat disimpulkan
bahwa dukungan sosial berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan tergolong rendah.
Tabel 7. Perhitungan Berdasarkan Kelas

Kelas 7
Kelas 8
TOTAL

F
0
135
135

Tinggi

%
0%
100%

F
165
0
165

Rendah

%
100%
0%

F
165
135
300

Total

%
100%
100%
100%

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa tidak terdapat siswa kelas 7 yang tergolong
tinggi, dan terdapat 165 siswa kelas 7 tergolong rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa
dukungan sosial pada siswa kelas 7 tergolong rendah. Sedangkan terdapat 135 siswa kelas 8
tergolong tinggi dan tidak terdapat siswa kelas 8 yang tergolong rendah. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dukungan sosial pada siswa kelas 8 tergolong tinggi.
DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian mengenai bentuk dukungan sosial siswa reguler pada siswa
berkebutuhan khusus (ABK) menunjukkan bahwa adanya keberagaman bentuk dukungan
yang diberikan siswa reguler tersebut. Dilihat dari keempat bentuk dukungan sosial
menunjukkan bahwa bentuk dukungan sosial yang mendominasi adalah dukungan informasi.
Dukungan informasi merupakan bentuk bantuan yang mencangkup berbagai hal seperti,
nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu dalam
mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap
masalah yang dihadapinya.
Hasil tersebut sesuai dengan pernyataan House (dalam Smet, 1994) bahwa dukungan sosial
merupakan interpersonal yang didalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan
berbagai bentuk dukungan sosial yang terdiri dari dukungan emosi, dukungan penghargaan,
dukungan instrument dan dukungan informasi yang diperoleh individu melalui interaksi
dengan lingkungan. Masing-masing dukungan tersebut memiliki manfaat bagi penerimanya,
sehingga dapat membantu siswa berkebutuhan khusus (ABK) dalam mengatasi masalahnya.
Apabila siswa berkebutuhan khusus mendapatkan dukungan sosial yang cukup dari siswa
reguler dalam bentuk apapun makan siswa berkebutuhan khusus akan merasa dihargai,
diperhatikan dan merasa aman. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Miller dan Miller (Bound & Castagnare, 2006) yang menemukan bahwa
dengan adanya teman untuk mendukung anak berkebutuhan khusus merupakan salah satu
bentuk intervensi dan pendidikan efektif dengan cara memberi motivasi anak berkebutuhan
khusus untuk belajar, hal itu akan memberikan manfaat bagi siswa reguler dan siswa
berkebutuhan khusus, lingkungan, sosial serta pendidikan. Selain itu Cobb (Sarafino, 1994),
mengatakan bahwa seseorang yang mendapatkan dukungan sosial percaya bahwa mereka
dicintai dan diperhatikan, berharga dan bernilai, dan menjadi bagian dari jaringan sosial,

seperti keluarga dan komunitas organisasi, yang dapat membekali kebaikan, pelayanan, dan
saling mempertahankan ketika dibutuhkan.
Sedangkan dukungan sosial yang tergolong rendah adalah dukungan emosional dimana
dukungan ini merupakan dukungan yang mencakup dari ungkapan kepedulian, perhatian dan
empati terhadap individu yang bersangkutan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya tentang empati yang dilakukan oleh Hajar (2010) dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa empati pada siswa regular di sekolah inklusi masih tergolong rendah
dengan hasil 55 siswa tergolong mempunyai tingkat empati yang cukup tinggi dan 42 siswa
mempunyai tingkat empati yang rendah, dikarenakan masih terjadinya bullying di sekolah
inklusi. begitu halnya dengan hasil interview dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti
masih terdapat diskriminasi terhadap siswa berkebutuhan khusus (ABK) disekolah inklusi
khususnya di kota Malang. Di dukung dengan teori yang di kemukakan oleh Smeth (Zulhaida,
2012) diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong seseorang untuk
memberikan dukungan sosial pada individu: 1) Empati, Empati merupakan motivasi utama
dalam perilaku menolong. 2) Norma-norma, berfungsi mengarahkan individu dalam
bertingkah laku dalam memeberikan dukungan sosial terhadap teman sebayanya atau
individu lain yang membutuhkan. 3) Pertukaran sosial, teori pertukaran sosial menjelaskan
bahwa interaksi manusia berpedoman pada ekonomi sosial yaitu reward dan hukuman dengan
cara memberikan dan menerima.
Pernyataan diatas membuktikan bahwa begitu pentingnya bentuk dukungan emosi dalam
perilaku menolong, khususnya bagi siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. karena
dengan adanya dukungan sosial yang diberikan kepada siswa berkebutuhan khusus akan
memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh dari dukungan sosial tersebut adalah
Siswaberkebutuhan khususa akan merasa diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya, sedangkan dukungan sosial dari lingkungan disekitarnya
khususnya teman sebaya membuat individu merasa aman dan dimengerti Toifur dan
Prawitasari (2003). Sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Sarason (Kumalasari,
2012) bahwa dukungan sosial merupakan perilaku peduli, kesediaan, menghargai dan
menyayangi individu pada individu lain. Oleh sebab itu dukungan sosial sangat dibutuhkan
siswa berkebutuhan khusus, apapun bentuk dukungan itu.
Terdapat empat macam bentuk dukungan sosial yang biasa diberikan (Sarafino, 1994) yaitu:
1) Dukungan emosional (Emosional Support). Dukungan emosional merupakan dukungan
yang mencakup dari ungkapan kepedulian, perhatian dan empati terhadap individu yang
bersangkutan. Dukungan emosional ini juga merupakan ungkapan perasaan, perhatian, dan
rasa ingin didengarkan. Mendengarkan keluhan seseorang akan memberikan dampak positif
sebagai saran pelepasan emosi, mengurangi kecemasan, membuat individu merasa nyaman
dan merasa diperhatikan serta dicintai disaat menghadapi berbagai tekanan dalam hidup
mereka. 2) Dukungan penghargaan (Esteem Suppot). Dukungan ini terjadi lewat ungkapan
positif kepada seseorang, dorongan untuk maju dengan perasaan individu dan berbanding
positif individu dengan individu yang lain. seperti halnya membantu keadaan individu yang
tidak mampu, maka dengan begitu seseorang akan mendapatkan penghargaan diri terkait apa
yang telah dilakukanya. 3) Dukungan instrumental (instrumental Support). Dukungan
instrumental ini bantuan secara langsung berupa, waktu, jasa, atau bisa juga dalam bentuk
materi seperti uang. Dukungan instrumental ini sangat membantu seseorang dalam
melaksanakan aktivitasnya. dan 4) dukungan informasi (Information Support). Dukungan
informasi ini mencangkup berbagai hal seperti, nasehat, petunjuk, saran, atau umpan balik.
Dukungan ini membantu individu dalam mengatasi masalah dengan cara memperluas

wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapinya. Informsi tersebut
digunakan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah secara praktis. Diharapkan
siswa reguler dapat memberikan ke empat dukungan sosial tersebut kepada siswa
berkebutuhan khusus yang ada sekolah inklusi demi keberhasilan dan keefektifan sekolah
inklusi.
Selain itu jika ditinjau dari jenis kelamin, terdapat hasil bahwa dukungan sosial siswa regular
dengan jenis kelamin perempuan dan laki- laki termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan
bentuk dukungan sosial ditinjau dari kelas di sekolah inklusi diketahui bahwa siswa regular
kelas 7 SMP inklusi kota Malang memiliki dukungan sosial yang rendah dibandingkan
dengan siswa regular yang terdapat di kelas 8 SMP inklusi. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti terkait dukungan sosial yang
diberikan oleh siswa reguler pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah inklusi adalah
kebanyakan dari siswa reguler menerima dan mendukung keberadaan siswa berkebutuhan
khusus disekolahnya. Namun ada pula yang kurang setuju atau tidak dapat menerima
keberadaan siswa berkebutuhan khusus yang berada disekolahnya, sehingga siswa reguler
yang kurang setuju tersebut melakukan diskriminasi atau bullying terhadap siswa
berkebutuhan khusus. Siswa yang mendapatkan dukungan sosial yang rendah dari teman
sebayanya merasa bahwa dirinya terasing, kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang
dari teman sebaya, bahkan merasa sebagai seseorang yang tertolak sehingga mengembangkan
harga diri yang rendah.
SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa bentuk dukungan sosial yang diberikan
siswa reguler di sekolah inklusi tingkat SMP kota Malang menunjukan bahwa bentuk
dukungan Informasi dan dukungan instrumen adalah brentuk dukungan sosial yang tergolong
tinggi atau lebih dominan dari pada yang lain. Sedangkan bentuk dukungan emosinal
merupakan bentuk dukungan sosial yang tergolong rendah.
Implikasi dari penelitian ini, yaitu diharapkan pada siswa reguler agar dapat lebih memahami
dan menerima keberadaan siswa berkebutuhan khusus (ABK). Dengan demikian siswa
berkebutuhan khusus akan merasa lebih dihargai, dibutuhkan dan diperhatikan, sehingga
siswa berkebutuhan khusus dapat belajar bersama dengan siswa reguler secara efektif tanpa
adanya perbedaan diantara keduanya di sekolah inklusi.
Daftar Pustaka
Amalia, H., & Margaretha, P. (2008). Hubungan Antara Sikap dan Dukungan Sosial Siswa
Reguler Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi. Skripsi, Program
Sarjana Unika Atma Jaya. Jakarta
Azwar, S. (2013). Sikap Manusia: Teori dan pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bond, R., & Castagnera, E. (2006). Peer Support and Inclusive Aducation: an Underutilized
resoouce. Theory into Practice, 45 (3), 13-15

Hallahan, D.P., Kauffman, J.M., & Pullen, P.C. (2009). Exeptional Learners An Introduction
to Special Education 11th ed. USA: Allyn & Bacon, 113-115
Hasan, A. S. &Muyantinah, M. H. (2014). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Penyesuaian Diri Siswa Tunarungu Di Sekolah Inklusi. Jurnal Psikologi
Pendidikan dan Perkembangan, Vol.3, No.2, 131-133
Hadjar, Dewi. (2010). Empati Siswa Reguler Terhadap Siswa Berkebutuhan Khusus Di Kelas
Inklusi SMP Negeri 18 Malang. Skripsi Universitas Negeri Malang. Malang, 35-36
Ilahi, T. M. (2013). Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 71-78
Kumalasari,F. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Penyesuaian Diri Remaja
Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur, Vol. 1, No. 1 , 25-26
Kunjtoro, Z. (2002). Dukungan Sosial Pada Lansia.www.e-psikologi.com
Mangungsong, F. (2014). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, Jilid Kesatu.
Depok: LPSP3 Universitas Indonesia,13-19
Ni’matuzahroh, & Hamida, Y. (2014). Pengembangan Model Pendidikan Inklusi Di Kota
Malang. Universitas Muhammadiyah Malang, 8-12
Ni’matuzahroh, & Hamida, Y. (2014). Buku Panduan Guru dalam Memahami Siswa ABK Di
Kelas Inklusi. Universitas Muhammadiyah Malang, 10-14
Nugroho, C. (2012, Desember). Kota Malang Dicanangkan Sebagai Kota Pendidikan
Inklusi.From http://halomalang.com/news/kota-malang-dicanangkan-sebagai-kotapendidikan-inklusi
Ristianti,A. (2011). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri
Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.