vii
DESKRIPSI MATA KULIAH
1.1. Identitas Mata Kuliah
Nama Matakuliah : KEWIRAUSAHAAN Jumlah Sks
: 2 Jumlah Jam
: 2 Jam Minggu Semester Tingkat : III II
Status : Wajib
Prasyarat : Lulus Semester II
Waktu pertemuan : 16 kali pertemuan semester 90 menitpertemuan
1.2. Silabus
Konsep dasar kewirausahaan , analisis potensi diri dan karakter wirausahawan potensial, peluang-peluang usaha, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek dampak lingkungan,
aspek organisasi dan manajemen, aspek keuangan dan proposal usaha, teknik presentasi dan aktualisasi hasil karya.
1.3. Tujuan Pembelajaran Matakuliah
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang fungsi dan penerapan kewirausahaan, dimulai dari proses kreatif kewirausahaan , analisis potensi diri dan
karakter wirausahawan potensial, peluang-peluang usaha, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek dampak lingkungan, aspek organisasi dan manajemen, aspek keuangan
dan proposal usaha, teknik presentasi dan aktualisasi hasil karya.
viii
KEGUNAAN MATA KULIAH
Angkatan kerja terdidik
lepasan perguruan
tinggi jumlahnya
semakin meningkat dalam setiap tahun, sementara kesempatan kerja yang tersedia tidak mampu
menampung mereka
yang pada akhirnya menimbulkan angkatan kerja berupa pengangguran. Sekretariat Negara RI 2010, menggambarkan pengangguran berpendidikan
tinggi, baik diploma dua maupun diploma tiga, selama periode 2004 - 2009 bertambah
529.662 jiwa, yaitu dari 585.358 jiwa pada tahun 2004 menjadi 1.115.020 jiwa pada tahun 2009. Jika diratakan, maka setiap tahun pengangguran berpendidikan tinggi bertambah
hampir 106.000 jiwa. Pada tahun 2008 sebanyak 23,80 persen penganggur adalah mereka yang memiliki ijazah pendidikan tinggi diploma. Angka tersebut naik menjadi 26,74
persen pada tahun 2009. Langkah antisipasi membengkaknya angka pengangguran yang berstatus sarjana
seperti yang terjadi saat ini telah dilakukan oleh Program Studi Manajemen Informatika di luar domisili Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Padang dengan
memasukkan beberapa mata kuliah yang bercorak kewirausahaan pada struktur kurikulum yang berlaku
saat itu. Perubahan
yang sangat drastis pada
semua sektor kehidupan saat
ini terutama dalam persaingan
lulusan dalam
memperoleh pekerjaan
menuntut Program Studi Manajemen Informatika di luar domisili pada
khususnya dan Politeknik
Negeri Padang pada umumnya untuk membekali lulusannya dengan kemampuan adaptasi dan kreativitas agar dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
Oleh sebab itu diperlukan perubahan paradigma dalam kurikulum yang tidak hanya memfokuskan diri pada isi yang harus dipelajari, namun lebih menitikberatkan pada
kemampuan apa yang harus dimiliki oleh
lulusannya sehingga
dapat menghadapi
kehidupan di masa depan yang lebih baik serta dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Berangkat dari dasar pertimbangan tersebut maka Program Studi Manajemen
Informatika di luar domisili menetapkan profil lulusan berdasarkan hasil analisis perkembangan
lingkungan eksternal dan
internal yang
telah dilaksanakan.
Profil lulusan yang
dimaksudkan adalah peran yang diharapkan dapat
dilakukan oleh
lulusan Program Studi di
dalam masyarakat atau dunia kerja yang akan dilakoni, atau
dengan kata
lain bahwa profil
lulusan adalah menjawab pertanyaan: “akan
menjadi apa lulusan
Program Studi
Manajemen Informatika di luar domisili setelah
ix
lulus nanti?”. Profil lulusan Program Studi Manajemen Informatika di luar domisili ditetapkan, sebagai berikut:
1. Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan menganalisis informasi secara terbatas , memilih metode yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku,
serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur. 2. Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu menyelaraskan
dengan permasalahan factual di bidang kerjanya 3. Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan tertulis dalam
lingkup terbatas dan memiliki inisiatif 4. Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas kuantitas
dan mutu hasil kerja orang lain Berangkat
dari profil
lulusan Program Studi
Manajemen Informatika di luar domisili yang diharapkan tersebut sebagai outcome program pendidikan, maka dirumuskan
kompetensi yang harus dimiliki oleh lulusan sebagai output
proses pembelajaran pada Program Studi Manajemen Informatika . Kompetensi lulusan ditetapkan dengan menjawab
pertanyaan: “Untuk menjadi profil lulusan sebagaimana yang telah ditetapkan tersebut, maka lulusan harus memiliki kemampuan apa?”. Berdasarkan kajian
terhadap kebutuhan masyarakat
dan stakeholders pengguna lulusan lainnya, visi keilmuan yang
telah dicanangkan
oleh Prodi Manajemen Informatika di luar domisili
terdiri dari
kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lainnya yang diuraikan, sebagai berikut:
1. K o mp o t en s i Ut a ma
Kompetensi utama lulusan Program Studi
Manajemen Informatika adalah
kompetensi yang merupakan ciri dari lulusan Program Studi Manajemen Informatika. Kompetensi utama
lulusan Program Studi Manajemen Informatika, adalah:
a. Mampu merancang alokasi sumberdaya alam, manusia, modal dan sosial untuk meningkatkan efisiensi operasi teknologi informasi.
b. Mampu bekerjasama dalam tim yang multidisiplin. c. Memiliki pemahaman etika bisnis berwawasan teknologi informasi.
d. Mampu merancang pengoperasian dan pengembangan unit usaha teknologi informasi “baru” yang inovatif, menciptakan nilai tambah.
e. Mampu mengidentifikasi dan berani mengambil resiko serta mampu mengantisipasi ketidakpastian dalam menjalankan usaha.
x
f. Mampu berpikir analitis dan sintetis untuk mengevaluasi dan memberikan solusi
pengembangan pada teknologi informasi. g. Mampu bernegosiasi dan berkomunikasi secara efektif dengan pemangku kepentingan
dalam pengembangan teknologi informasi. h. Memiliki kepekaan pada persoalan
sosial budaya masyarakat terkait dengan pengembangan teknologi informasi.
i. Mampu merumuskan strategi serta penggunaan metode dan sumberdaya untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi tantangan pengembangan teknologi informasi masa depan.
2. Kompetensi Pendukung
Kompetensi pendukung adalah kompetensi tambahan yang harus dimiliki oleh lulusan Program Studi Manajemen Informatika Di luar Domisili untuk memperkuat
kompetensi utama yang telah ditetapkan. Kompetensi pendukung yang dimaksud, adalah: a. Mampu
berperan secara
produktif pada
berbagai jenis
usaha yang berkaitan
dengan teknologi informasi. b. Mampu membangun komunikasi dengan semua pelaku usaha secara vertikal dan
horizontal. c. Mampu mengidentifikasi peluang usaha pada bidang teknologi informasi.
d. Mampu mengkomunikasikan berbagai hasil penelitian akademik dan informasi teknologi pada semua pemangku kepentingan.
3. Kompetensi Lainnya
Kompetensi lainnya adalah kompetensi yang merupakan bekal bagi lulusan agar mempunyai keluasan dalam memilih bidang kehidupan serta dapat meningkatkan kualitas
hidupnya. Kompetensi tersebut, adalah sebagai berikut: a. Mampu memberikan apresiasi pada budaya masyarakat lokal.
b. Mampu memanfaatkan dan mengoperasikan keunggulan teknologi informasi untuk menunjang usahapengembangan bisnis.
c. Menguasai bahasa internasional Setiap kompetensi yang telah ditetapkan tersebut setidaknya mengandung lima
elemen kompetensi sebagaimana yang diwajibkan berdasarkan Kepmendiknas
No.045U2002, yakni: a landasan kepribadian, b penguasaan ilmu dan keterampilan, c kemampuan berkarya, d sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian
xi
berdasarkan ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya. Setiap kompetensi lulusan
dianalisis apakah mengandung satu atau lebih elemen-elemen kompetensi tersebut. Untuk menganalisis adanya muatan elemen kompetensi di setiap kompetensi, salah satu cara yang
bisa dilakukan adalah dengan mengecek kemungkinan strategi pembelajaran yang akan diterapkan untuk mencapai kompetensi tersebut. Jika kompetensi mengandung elemen a
landasan kepribadian yang lebih bersifat softskills, nantinya bisa diselipkan dalam bentuk hidden curriculum. Jika kompetensi tersebut mengandung elemen b penguasaan ilmu dan
ketrampilan, maka bisa diajarkan dalam bentuk mata kuliah. Jika kompetensi mengandung elemen c kemampuan berkarya, maka kompetensi tersebut bisa ditempuh dengan praktek
kerja tertentu, dan bila kompetensi tersebut
mengandung elemen d
sikap dan perilaku dalam berkarya, maka di dalam praktek kerja tersebut harus bermuatan
sikap dan perilaku. Terakhir, bila kompetensi tersebut mengandung elemen e pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat, maka kompetensi tersebut bisa diperoleh
dengan strategi praktek kerja di masyarakat.
xii
Pedoman Umum Penggunaan Buku
Bahan ajar ini dibuat sebagai bahan acuan materi dan pelaksanaan perkuliahan Kewirausahaan untuk Program Studi Manajemen Informatika Di Luar Domisili. Pada buku
ini terdapat garis-garis besar materi perkuliahan yang terdiri dari 10 bab, dimana 1 bab digunakan untuk 1 kali pertemuan dan ada 1 bab digunakan untuk beberapa kali pertemuan.
Masing-masing bab dilengkapi dengan latihan.
Sebagai upaya dalam meningkatkan efektivitas proses pembelajaran pada mata kuliah Kewirausahaan, maka dibutuhkan bahan ajar berupa buku sebagai pelengkap dalam aktivitas
pembelajaran. Penulisan buku ajar mata kuliah Kewirausahaan ini mengacu pada sasaran belajar dan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi sebagaimana yang tertuang dalam
RPKPS. Secara keseluruhan buku ini tersusun dalam sepuluh bab dengan sistematika: Gambaran konsep kewirausahaan dalam konteks pilihan karir Bab 1, analisis potensi diri dan
karakter wirausahawan potensial Bab 2 dan Peluang-peluang usaha yang dapat dipilih sesuai potensi diri Bab 3; Aspek-aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam merancang pendirian usaha yang meliputi aspek pemasaran Bab 4,
aspek produksi Bab 5, aspek dampak lingkungan Bab 6, aspek organisasi dan manajemen Bab 7 dan aspek keuangan Bab 8;
pentingnya rancangan usaha yang telah disusun dalam bentuk proposal bisnis untuk
dipresentasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders dengan sajian materi proposal bisnis Bab 9 dan teknik presentasi Bab 10.
1 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mempelajari bab ini mahasiswa mengetahui tentang beberapa pengertian dasar yang terkait dengan kewirausahaan. Pengertian-pengertian dasar tersebut akan
dijelaskan dalam definisi dan dalam contoh kehidupan sehari-hari
Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari bab ini mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan definisi dari kewirausahaan dan wirausaha
2. Menjelaskan tentang konsep kewirausahaan dan wirausaha
1.1 Teori Singkat 1.1.1 Definisi dan Konsep Kewirausahaan
Penggunaan dan pengertian atau terminologi kewirausahaan yang merujuk pada istilah entrepreneurship di Indonesia cukup beragam. Oleh karena itu, perbedaan ini
kadang cukup mengundang perdebatan yang tidak pernah ada habisnya. Jika kita hanyut dalam perbedaan pendefenisian saja tentu hasilnya adalah polemik yang hanya bersifat
semantik. Dalam pembelajaran ini kita tidak mengarahkan materi ke arah tersebut, namun dengan penyajian beberapa defenisi dan konsep kewirausahaan yang telah dikemukakan
oleh beberapa ahli, minimal dapat memperkaya pemahaman kita mengenai defenisi dan konsep kewirausahaan itu sendiri.
Perkataan kewirausahaan entrepreneurship berasal dari Bahasa Perancis, yakni entreprendre yang berarti melakukan to under take dalam artian bahwa wirausahawan
adalah seorang yang melakukan kegiatan mengorganisir dan mengatur. Istilah ini muncul di saat para pemilik modal dan para pelaku ekonomi di Eropa sedang berjuang keras
menemukan berbagai usaha baru, baik sistem produksi baru, pasar baru, maupun sumber daya baru untuk mengatasi kejenuhan berbagai usaha yang telah ada.
Arti kata kewirausahaan berbeda-beda menurut para ahli atau sumber acuan, karena adanya perbedaan penekanan. Richard Cantillon 1725
mendefinisikan kewirausahaan sebagai orang-orang yang menghadapi resiko yang berbeda dengan
mereka yang menyediakan modal. Jadi definisi Cantillon lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi
risiko atau
ketidakpastian. Pendapat yang sama
juga dikemukakan oleh Blaudeu 1797 bahwa kewirausahaan adalah orang-orang yang menghadapi resiko, merencanakan,
mengawasi, mengorganisir dan memiliki. Demikian
2 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
halnya Albert Shapero 1975 mendefenisikan sebagai pengambilan inisiatif
mengorganisir suatu mekanisme sosial ekonomi dan menghadapi resiko kegagalan. Mendefenisikan kewirausahaan dengan penekanan pada penciptaan hal-hal baru
dikemukakan oleh Joseph Schumpeter 1934 bahwa kewirausahaan adalah melakukan hal-hal baru atau melakukan hal-hal yang sudah dilakukan dengan cara baru,
termasuk di dalamnya penciptaan produk baru dengan kualitas baru, metode produksi, pasar, sumber pasokan dan organisasi. Schumpeter mengaitkan wirausaha dengan
konsep yang diterapkan dalam konteks bisnis dan mencoba menghubungkan dengan
kombinasi berbagai sumberdaya. Sejalan
dengan penekanan
pada penciptaan
hal-hal baru
dan resiko,
Hisrich, Peters, dan Sheperd 2008 mendifinisikan sebagai proses penciptaan sesuatu
yang baru pada nilai menggunakan waktu
dan upaya
yang diperlukan,
menanggung resiko keuangan, fisik, serta resiko sosial
yang mengiringi,
menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi. Wennekers
dan Thurik
1999 melengkapi
pendefenisian kewirausahaan dengan mensintesiskan
peran fungsional wirausahawan
sebagai: ...kemampuan
dan kemauan nyata seorang individu, yang berasal dari diri mereka sendiri,
dalam tim di dalam maupun luar organisasi yang ada, untuk menemukan dan menciptakan peluang ekonomi baru yang meliputi
produk, metode
produksi, skema
organisasi dan
kombinasi barang-pasar
serta untuk memperkenalkan
ide-ide mereka
kepada pasar,
dalam menghadapi
ketidakpastian dan rintangan lain, dengan membuat keputusan mengenai lokasi, bentuk dan kegunaan dari
sumberdaya dan instusi. Selain menekankan pada penciptaan hal-hal baru dan resiko, defenisi
yang dikemukakan
oleh Wennekers dan
Thurik juga menekankan
pada kemauan dan kemampuan individu. Hal ini sejalan dengan
defenisi yang tertuang dalam Inpres No. 4 Tahun
1995 yang
mendefenisikan kewirausahaan sebagai
semangat, sikap,
perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang mengarah pada upaya
mencari, menciptakan,
menerapkan cara
kerja, teknologi
dan produk baru
dengan meningkatkan efisiensi dalam
rangka memberikan pelayanan
yang lebih baik danatau memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan,
tanpa mengecilkan
berbagai pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kewirausahaan
merupakan kemauan dan kemampuan seseorang dalam menghadapi berbagai
3 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
resiko dengan mengambil inisiatif untuk menciptakan dan
melakukan hal-
hal baru
melalui pemanfaatan
kombinasi berbagai sumberdaya dengan tujuan
untuk memberikan
pelayanan yang terbaik
kepada seluruh pemangku
kepentingan stakeholders dan memperoleh keuntungan sebagai konsekuensinya.
1.1.2 Wirausahawan Dilahirkan atau Diciptakan?
Pertanyaan ini sudah sering dan sejak lama menjadi fokus perdebatan. Apakah wirausahawan
itu dilahirkan
is borned
yang menyebabkan
seseoarng mempunyai
bakat lahiriah untuk
menjadi wirausahawan
atau sebaliknya wirausahawan
itu dibentuk
atau dicetak is
made pada
dasarnya berkaitan dengan
perkembangan cara
pendekatan, yakni pendekatan
klasikal dan
event studies. Pendekatan bersifat
klasikal menjelaskan
bahwa wirausaha dan ciri-ciri
pembawaan atau
karakter seseorang
yang merupakan
pembawaan sejak lahir innate
dan untuk menjadi
wirausahawan tidak dapat dipelajari. Sedangkan
pendekatan event
studies menjelaskan
bahwa faktor-faktor
lingkungan yang
menghasilkan wirausaha atau dengan kata lain wirausaha dapat diciptakan. Sifat wirausahawan merupakan bawaan lahir sebagaimana pendapat pakar
yang menggunakan pendekatan
klasikal sebenarnya
sudah lazim
diterima sejak
lama. Namun, saat ini pengakuan tentang kewirausahaan sebagai suatu disiplin
telah mendobrak mitos tersebut dan
membenarkan pendapat
yang menggunakan pendekatan
event studies.
Seperti juga disiplin-disiplin lainnya, kewirausahaan memiliki suatu pola dan proses.
Terlepas dari
kedua pendapat
dengan pendekatan
yang berbeda tersebut,
pendapat yang lebih moderat
adalah tidak
mempertentangkannya. Menjadi wirausahawan sebenarnya tidaklah cukup hanya karena bakat dilahirkan
ataupun hanya karena dibentuk. Wirausahawan yang akan berhasil adalah wirausahawan yang
memiliki bakat yang selanjutnya dibentuk
melalui suatu
pendidikan, pelatihan
atau bergaul
dalam komunitas dunia usaha. Tidak semua orang yang memiliki bakat berwirausaha mampu untuk menjadi wirausahawan
tanpa adanya
tempaan melalui suatu pendidikanpelatihan. Kompleksnya permasalahan-permasalahan dunia usaha saat ini, menuntut seseorang yang ingin menjadi wirausahawan tidak cukup
bermodalkan bakat saja. Ada orang yang belum menyadari bahwa dia memiliki bakat sebagai wirausahawan, setelah
mengikuti pendidikan, pelatihan ataupun bergaul dengan
di lingkungan wirausaha
pada akhirnya akan menyadari dan
4 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
mencoba memanfaatkan bakat yang dimilikinya. Oleh karena itu, tidak salah jika ada
yang berpendapat bahwa bila ingin belajar berwirausaha tidak perlu mengandalkan
bakat, namun yang terpenting adalah memiliki kemauan dan motivasi yang kuat untuk mulai belajar berwirausaha.
1.1.3 Motivasi Berwirausaha
Salah satu kunci
sukses untuk berhasil
menjadi wirausahawan
adalah adanya motivasi yang kuat untuk berwirausaha. Motivasi untuk menjadi
seseorang yang berguna bagi diri sendiri, keluarga dan masyarakatnya melalui pencapaian prestasi kerja sebagai seorang
wirausahawan. Apabila seseorang
memiliki keyakinan bahwa bisnis yang akan digelutinya itu sangat bermakna bagi hidupnya, maka dia akan berjuang lebih keras untuk sukses.
Beberapa manfaat
yang dapat
diperoleh melalui
berwirausaha yang
mungkin saja sulit atau
bahkan tidak dapat diperoleh jika memilih
berkarir atau bekerja pada lembagainstansi milik orang lain atau pemerintah. Manfaat tersebut terdiri dari
manfaat bagi diri sendiri dan bagi masyarakat, sebagaimana yang diuraikan berikut ini:
a. Memiliki kebebasan untuk mengaktualisasikan potensi diri yang dimiliki
Banyak wirausahawan yang berhasil mengelola usahanya karena menjadikan keterampilanhobbynya
menjadi pekerjaannya. Dengan demikian
dalam melaksanakan aktifitas
pekerjaannya dengan suka
cita tanpa
terbebani. Berwirausaha menjadikan diri kita
memiliki kebebasan
untuk menentukan
nasib sendiri
dengan menentukan
dan mengontrol sendiri keuntungan yang ingin dicapai dengan tanpa batas. Dengan adanya penentuan
keuntungan yang
akan dicapai,
kita juga
memiliki kebebasan untuk mengambil
tindakan dalam
melakukan perubahan-perubahan
yang menurut
kita penting untuk dapat mencapainya.
b. Memiliki peluang untuk berperan bagi masyarakat
Dengan berwirausaha, kita
memiliki kesempatan
untuk berperan
bagi masyarakat. Wirausahawan
menciptakan produk
barang danatau jasa
yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Pemberian
pelayanan kepada seluruh masyarakat
terutama konsumen yang dilandasi dengan tanggung
jawab sosial
melalui penciptaan
produk yang berkualitas akan
berdampak
5 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
pada adanya pengakuan
dan kepercayaan pada masyarakat yang dilayani.
Adanya manfaat
bagi diri
sendiri dan
masyarakat dalam berwirausaha
dapat menjadi motivasi
tersendiri bagi
kita tergerak
untuk mulai
berwirausaha. Perlu
disadari bahwa pada
dasarnya kita bertindak
sebagian besar dipengaruhi oleh motivasi, bukan karena terpaksa. Kesuksesan atau
ketidaksuksesan seseorang
dalam karirnya sangat tergantung
dari motivasinya
untuk menjalankan
karirnya tersebut. Seandainya kita dapat
memulai menanamkan
dalam hati kita
bahwa dengan
berwirausaha akan memberikan
manfaat bagi diri
kita dan masyarakat, serta
manfaat- manfaat
lain yang akan diperoleh,
mungkin kita akan termotivasi untuk
memulai berwirausaha. Memperbanyak alasan untuk tidak memulai sebenarnya adalah penghambat bagi kita untuk termotivasi.
Terkait dengan
motivasi untuk berwirausaha,
setidaknya terdapat
enam “tingkat” motivasi berwirausaha dan tentunya masing-masing memiliki indikator
kesuksesan yang berbeda-beda, yaitu: a. Motivasi material, mencari nafkah untuk memperoleh pendapatan atau kekayaan.
b. Motivasi rasional-intelektual,
mengenali peluang
dan potensialitas
pasar, menggagas produk atau jasa untuk meresponnya.
c. Motivasi emosional-ekosistemik,
menciptakan nilai
tambah serta
memelihara kelestarian sumberdaya lingkungan.
d. Motivasi emosional-sosial,
menjalin hubungan
dengan atau
melayani kebutuhan sesama manusia.
e. Motivasi emosional-intrapersonal
psiko-personal, aktualisasi
jatidiri danatau
potensi- potensi diri dalam wujud suatu produk atau jasa yang layak pasar. f. Motivasi
spiritual, mewujudkan
dan menyebarkan
nilai-nilai transendental, memaknainya sebagai modus beribadah kepada Tuhan.
Umumnya seseorang yang
memulai berwirausaha
termotivasi untuk
mencari nafkah melalui perolehan pendapatan dan untuk memperoleh kekayaan. Motivasi
ini tidak
salah, namun jika
fokus kita
berwirausaha hanya untuk
mengejar keuntungan
dan kekayaan semata, bisa
jadi kita
akan melakukan
apa saja tanpa
mempertimbangkan prinsip-prinsip etika
untuk mencapai
keuntungan dan kekayaan. Kita perlu sepakat bahwa keuntungan dan kekayaan yang dapat kita
raih hanyalah
merupakan konsekuensi dari kemampuan
kita untuk memberikan pelayanan
yang maksimal kepada stakeholders kita. Inilah
6 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
alasan yang mendasari motivasi material menempati tingkatan yang terendah. Berbeda halnya jika kita memulai berwirausaha sebagai modus beribadah
kepada Tuhan, apapun
tindakan yang
kita lakukan
dalam berwirausaha
senantiasa dilandasi dengan nilai ibadah yang kita peroleh. Dengan motivasi spiritual
yang kita miliki, kita akan memaksimalkan pemanfaatan potensi diri kita sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat potensi
yang diberikan tersebut sehingga kita
tidak dikategorikan sebagai orang yang mubazir. Dengan motivasi spiritual kita akan
memberikan pelayanan yang
terbaik kepada seluruh stakeholders
dan memperhatikan
kelestarian lingkungan.
Dengan pelayanan terbaik yang kita
berikan tersebut kita harus yakin akan memberikan keuntungan bagi kita. Dan bukankah dengan melakukan tindakan-tindakan terbaik bagi diri kita, orang lain
dan lingkungan adalah perbuatan
yang bernilai
ibadah di
sisi Tuhan?
Inilah alasan yang mendasar sehingga motivasi spiritual ditempatkan pada tingkatan tertinggi.
1.1.4 Kewirausahaan Eksistensial
Pendekatan pembelajaran kewirausahaan pada
Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin diarahkan
pada konsep
kewirausahaan eksistensial.
Konsep ini memfokuskan pemahaman kewirausahaan yang berorientasi pada aktualisasi jati
diri dan
potensi-potensi diri sebagai
pembelajar kewirausahaan.
Kata eksistensial
dalam hal ini memiliki tiga arti, yaitu: 1 keberadaan manusia itu sendiri, atau, cara
khusus manusia
dalami menjalani hidupnya; 2
makna hidup; dan 3
perjuangan manusia untuk
menemukan makna
yang konkrit di
dalam hidupnya,
dengan kata lain, keinginan seseorang untuk mencari makna hidup. Dalam mempelajari kewirausahaan, para pembelajar perlu menyadari bahwa
keberadaan eksistensinya selalu ditentukan oleh dirinya sendiri. Sebagai manusia
dibutuhkan kesadaran akan diri, tahu diri dan tahu menepatkan dirinya baik sebagai pribadi maupun
sebagai bagian dari masyarakatnya. Setiap manusia memiliki kebebasan
dalam
memilih dari berbagai jenis pilihan yang dianggap benar untuk mencapai kesempurnaan
hidup. Hidup tidak bisa diterima sebagaimana
adanya, karena hidup belum selesai sehingga
dapat diubah
dan bahkan
harus diubah
ke arah
yang lebih baik. Adanya kebebasan
untuk berbuat dan menjadi sesuatu yang
diinginkan harus diiringi dengan tanggung jawab atas kebebasan itu.
Di dalam kebebasannya, setiap manusia bertindak senantiasa berdasarkan karakter, kecenderungan, potensi dan pembawaannya masing-masing. Setiap manusia harus menyadari
7 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
bahwa Tuhan telah memberikan kelebihan-kelebihan kepada dirinya yang bisa jadi tidak
dimiliki oleh orang lain, dan jika kelebihan-kelebihan tersebut tidak digunakan secara maksimal, berarti manusia yang bersangkutan kurang mensyukuri
nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. Berangkat dari argumen bahwa setiap manusia memiliki potensi, kebebasan
untuk bertindak dan
menjadi sebagaimana
yang diinginkan,
serta alasan-alasan
yang cukup mendasar sebagaimana
yang telah diuraikan, Suryana 2005 mendefenisikan kewirausahaan eksistensial sebagai jalur aktualisasi
potensi-potensi diri bakat, sikap, pengetahuan, keterampilan
untuk menciptakan
“dunia esok”
lebih baik dari “dunia kini”
dengan menghasilkan produkjasa yang berfungsi
meningkatkan kualitas hidup sesame
manusia dan menyajikannya pada tingkat harga dan tempat yang terjangkau oleh pemakai konsumen
yang membutuhkan
serta mengendalikan
konsekuensi penerimaan
yang wajar bagi dirinya
dan para
stakeholders dan
mengendalikan dampak
ke arah
positif bagi komunitas
lokal, komunitas
bisnis dan lingkungan
global dengan
menjadikan entitas bisnisnya
sebagai simpul komunitas stakeholders. Dengan
defenisi tersebut,
kewirausahaan eksistensial
dilandasi dengan
beberapa asas, yaitu: a. Asas
Fungsi Kekhalifahan
Manusia. Tuhan
telah mendelegasikan
wewenang pengelolaan Bumi
kepada manusia
untuk menciptakan
nilai tambah
bagi keseluruhan penghuninya,
serta telah
melengkapi setiap
manusia dengan potensi fitrahnya masing- masing.
b. Asas Nilai-nilai
Terpadu. Produk
yang diciptakan
wirausaha merupakan
pewujudan dan pembawa nilai
“kebajikan” tertentu,
yang dimaksudkan
untuk memenuhi
kebutuhan dan peningkatan kualitas kehidupan sesama manusia. c. Asas
Efektivitas Pelayanan.
Wirausaha menciptakan
sistem penyampaian
produk serta jasa-jasa pendukungnya
hingga pengguna
dapat menjangkaunya
dan memanfaatkannya secara efektif.
d. Asas Profitabilitas
yang Adil.
Profit merupakan
syarat dan
indikator keberhasilan usaha, perlu terdistribusi secara adil antar stakeholders, karena itu tidak
harus mencapai tingkat maksimum e. Asas
Sustainabilitas. Wirausaha
mengendalikan dampak
lingkungan dari
usahanya agar tidak
merusak negatif, dan bahkan berusaha menciptakan
dampak positif pelestarian sumberdaya alam. f.
Asas Bisnis
sebagai Simpul
Komunitas. Wirausaha
tidak membatasi
8 Bahan Ajar Kewirausahaan – Bambang Darmawan
KONSEP KEWIRAUSAHAAN
kiprahnya hanya pada
transaksi-transaksi bisnis semata,
tapi berlanjut
dengan merajut komunitas internal maupun komunitas eksternal antar stakeholders.
1.2 Rangkuman