potensi efek habituasi ke arah hukuman menuju efek obat yang akan diuji. Untuk pengaturan prosedur akhir, mencit akan mengalami 4 situasi yang berbeda:
a. Mencit diuji untuk efek habituasi tanpa obat
b. Mencit diuji untuk efek injeksi larutan saline NaCl
c. Mencit diuji untuk efek obat
d. Perlakuan pemberian stimulus berupa makanan, minuman, auditori dan
visual berupa warna.
2.3. Efek dan Potensi Obat Klorpromazin
Klorpromazin menimbulkan efek farmakologis dengan memengaruhi pusat dopaminergik, yaitu dengan bekerja sebagai antagonis pada reseptor dopamin,
memblok dopamin sehingga tidak dapat berinteraksi dengan reseptor Siswandono Soekardjo, 1995. Salah satu neurotransmiter mayor di dalam otak dan bagian
dari sistem saraf pusat adalah dopamin, yang mempunyai fungsi penting dalam menghambat gerakan pada pusat kontrol gerakan. Dopamin pada keadaan psikis
yang normal mempunyai konsentrasi yang cukup tinggi di bagian otak tertentu. Penipisan kadar dopamin pada bagian basal ganglia berhubungan dengan adanya
tremor, bradikinesia dan kekakuan Mutaqqin, 2008. Dopamin merupakan senyawa katekolamin yang penting pada otak
mamalia yang mengontrol fungsi lokomotorik, kognisi, emosi reinforcement positif dan regulasi endokrin. Pada bagian perifer, dopamin mengatur fungsi
kardiovaskuler, sekresi hormon, tonus pembuluh darah, fungsi renal dan motilitas gastrointestinal Ikawati, 2006. Pemblokan obat ini terdapat pada tiga jalur utama
yang dipengaruhinya, yaitu: jalur mesolimbik berkaitan dengan efek antipsikotik, sedasi dan gangguan performa; jalur tuberoinfudibular berkaitan dengan efek
neuroendokrin; jalur nigrostriata berkaitan dengan pergerakan Barber Robertson, 2009.
Menurut Barber Robertson 2009, efek samping antipsikotik tipikal Klorpromazin muncul akibat kerja obat pada berbagai reseptor. Antipsikotik
berkaitan dengan ekstrapiramidal, yaitu: a.
Efek Dopaminergik: efek neurologis akut distonia, tremor, Parkinsonisme dan neurologis kronis diskinesia tardif, distonia tardif.
Universitas Sumatera Utara
b. Efek Neuroendokrin: amenore, galaktore dan infertilitas.
c. Efek Idiosinkratik: Syndrome neuroleptik maligna.
d. Efek Fisiologis : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin,
kegagalan ejakulasi.
2.4. Musik Klasik
Musik adalah seni gabungan antara organisasi atau kombinasi dari suara atau bunyi dan diam yang dapat menggambarkan keindahan dan ekspresi dari emosi
dalam alur waktu dan ruang tertentu Campbell, 2001. Musik dapat menyebabkan kepuasan estetis melalui indera pendengaran dan memiliki hubungan waktu untuk
menghasilkan komposisi yang memiliki kesatuan dan kesinambungan. Musik melalui suara dapat mengubah frekuensi yang tidak harmonis kembali ke vibrasi
yang normal. Musik merupakan bahasa universal yang memiliki banyak tujuan, dan telah diketahui pada bidang kesehatan untuk mengurangi tingkat stres dan
kecemasan Covington Crosby, 1997. Wolfgang Amadeus Mozart adalah seorang pencipta musik klasik. Aliran
musik ini merupakan hasil dari kebudayaan Eropa yang muncul pada 250 tahun lalu. Mozart menciptakan musik yang memiliki irama, melodi dan frekuensi yang
tinggi sehingga dapat merangsang dan menguatkan presepsi spasial. Musik klasik memiliki intervensi dalam mengobati, menyembuhkan dan membebaskan emosi
Musbikin, 2009. Hal ini dikarenakan musik menghasilkan rangsangan ritmis yang ditangkap organ pendengaran dan ditangkap di dalam sistem saraf dan otak
akan mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengar. Ritme internal akan memengaruhi metabolisme tubuh sehingga membangun sistem
kekebalan yang lebih baik Satiadarma, 2002. Perubahan fisiologis di dalam tubuh terjadi akibat aktivitas dua sistem
neuroendokrin yang dikendalikan hipotalamus yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal Prabowo Regina, 2007. Hipotalamus merupakan pusat kontrol
stres pada otak. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus di batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Sistem saraf otonom akan
bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal untuk meningkatkan tekanan darah Primadita, 2011. Inilah yang menyebabkan musik dapat memodulasi
Universitas Sumatera Utara
status emosi dan sintesis hormon yang berhubungan dengan status emosi Kristyanto et al., 2010.
Efek menenangkan dari musik ditunjukkan dalam hal memengaruhi tingkah laku dan fisiologis dari hewan uji laboratorium Chikahisa et al., 2007.
Menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pemberian stimulasi audio terhadap berbagai jenis hewan seperti burung, kuda, anjing, ikan dan
primata Cruz et al., 2015 menyatakan bahwa pemajanan audio musik klasik dapat memberi respon positif bagi tubuh.
2.4.1. Neurokimia Musik Klasik
Musik dapat membangkitkan berbagai emosi yang kuat termasuk sukacita, kesedihan, ketakutan dan kedamaian. Musik dapat memberikan suatu sensasi dan
euforia dari pendengarnya. Musik berkaitan dengan intensitas rangsangan emosional Rickard, 2004. Musik dipercaya memiliki suatu kekuatan yang
khusus dan dampaknya tidak mudah dijelaskan secara neurokimia Bush, 1995. Kemajuan dari bidang neurosains, membuktikan bahwa musik memengaruhi
sistem neurokimia yang sama dengan reward atau upah makanan, minuman dan sebagainya sebagai stimulus.
Musik telah menunjukkan potensinya dalam mengembalikan ke frekuensi normal denyut jantung, kestabilan bernafas, sekresi keringat dan sistem saraf
otonom lainnya Blood et al., 1999. Hal ini menguatkan penelitian bahwa orang- orang menggunakan musik untuk mencapai keseimbangan fisiologis dan fisik.
Peneliti menggambarkan bahwa hasil aktivasi dari mesokortikolimbik dapat memediasi pengaruh musik pada jaringan saraf Pavlovie Bodnar, 1998.
Suatu teknologi neuroimaging telah menyelidiki aktivasi fungsional, konektivitas musik ke jaringan saraf dan pelepasan hormon dopamin terhadap
musik. Pada suatu studi lain menunjukkan bahwa jika sensasi mendengarkan musik dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan oleh aliran darah di daerah
otak yang strukturnya terdiri dari sistem mesokortikolimbik, ventral striatum termasuk nukleus akumben, otak tengah, talamus, otak kecil, insula, anterior
korteks singulate ACC dan korteks orbitofrontal OFC. Musik melibatkan aktivasi nukleus akumben yang kaya akan opioid. Opioid mengatur sekresi morfin
Universitas Sumatera Utara
analgesia dan pereda rasa nyeri. Musik terkait juga dengan aktivasi nukleus akumben dan struktur otak yang berguna untuk mengatur sistem otonom,
emosional dan fungsi kognitif Craig, 2002. Neuron dopaminergik yang berasal dari daerah ventral tegmental dan nukleus akumben serta otak tengah diperlukan
untuk suatu efektivitas rangsangan. Bagian-bagian otak tersebut membuat suatu hubungan antara subsistem emosional dan kognitif ketika mendengarkan musik,
sehingga transmisi dopamin dapat memperkuat rangsangan lainnya pada jaringan saraf.
2.5. IntelliCage