THROUGH THE CONCEPT ME Genset

38

BAB III THROUGH THE CONCEPT

Dalam menganalisa lokasi lingkungan tapak, penulis menanggapi bahwa tapak dalam kasus proyek revitalisasi kawasan muka Sungan Deli ini memiliki potensi yang tinggi sebagai ruang komersial, ruang hijau atau oasis publik serta ruang baru yang menjadi karakteristik lokal kota Medan. Dengan melihat kembali hubungan manusia dengan lingkungan, maka daerah muka sungai merupakan salah satu keindahan alam yang akan menjadi ruang baru bagi masyarakat, dimana masyarakat akan lebih menghargai dan lebih dekat dengan lingkungan alam. Jika ditinjau dari data tata guna lahan, lokasi tapak ini berada di daerah pusat kota yang didominasi oleh permukiman, perkantoran dan komersial yang merupakan generator aktivitas utama kawasan ini. Dengan mengusulkan perancangan fungsi pusat perbelanjaan dan fungsi hunian vertikal yang dilengkapi dengan ruang terbuka hijau pada lokasi tapak akan menjadi ruang baru bagi masyarakat yang memiliki berbagai fungsi, yaitu fungsi rekreatif, edukatif, kesehatan, komunikatif, ekologis dan komersial, serta menjadi karakteristik rancangan tepi sungai kota Medan. Penulis menerapkan konsep dengan perwujudan ruang yang memiliki keselarasan hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungan alam maupun buatan, serta manusia dengan makhluk sosial lainnya. Sebab perancangan arsitektur pada zaman sekarang ini, terutama di kota Medan yang telah kehilangan karakteristik murni dari kota itu sendiri. Ditambah lagi, pembangunan ruko-ruko komersial yang semakin luas dan memiliki skala yang cukup besar bukan menjadi pemecahan masalah bagi masyarakat ini. Bukan hanya itu saja, pembangunan gedung- gedung tinggi seperti pusat perbelanjaan dan apartemen yang megah mulai menjamur dan berlomba-lomba untuk menjadi landmark dari setiap kota. Universitas Sumatera Utara 39 3.1 Konsep Perancangan Tapak dan Ruang Terbuka Hijau Gambar 3.1 Konsep Perancangan Tapak Sumber : Dokumentasi. Pribadi Manusia sebagai pelaku utama arsitektur adalah individu yang tidak lepas dari kaidah-kaidah sosial. Oleh karena itu, dalam menganalisa faktor manusia, kita perlu mempertimbangkan perilaku dan interaksi manusia, keselamatan, kesehatan serta privasi. Kebutuhan manusia akan wadah ruang untuk melakukan kegiatan seperti, berinteraksi antar satu sama lain, serta kebutuhan akan rasa nyaman dan aman ketika berada dalam lingkungan tersebut harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan benar. Rasa aman tidak berarti bahwa manusia tersebut terisolasi dalam sebuah ruang atau bangunan, namun rasa aman itu juga harus dipenuhi dengan kenyamanan, manusia akan merasa lebih aman apabila mereka bisa berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Dengan kata lain, manusia akan merasa nyaman dengan adanya ruang untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Ketika mempertimbangkan faktor tersebut, maka penulis menerapkan ruang Universitas Sumatera Utara 40 terbuka hijau yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum. Ruang terbuka hijau yang akan diterapkan memiliki beberapa fasilitas yang akan memenuhi kebutuhan manusia tidak hanya dari fungsi rekreatif, namun juga berfungsi sebagai ruang edukatif, komunikatif, komersial dan menunjang kesehatan masyarakat. Ruang terbuka hijau yang disediakan dalam kawasan pusat kota ini hampir tidak ada dan selalu berakhir di luar kota. Padahal ruang-ruang publik seperti ini sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan kota. Dari permasalahan tersebut, maka di sinilah Ruang Terbuka Hijau dibutuhkan dan menjadi sebuah syarat yang harus ada di setiap kota. Fungsi bangunan campuran yang direncanakan dalam tapak ini akan dilengkapi dengan ruang terbuka hijau, seiring dengan kondisi bumi yang terus memburuk akibat dari pemanasan global. Penulis menerapkan beberapa alternatif sketsa dalam konsep perancangan ruang terbuka hijau ke dalam tapak. Dimulai dari fungsi rekreatif sekaligus edukatif seperti green campus 2 yang ditujukan kepada anak-anak untuk memberikan pendidikan tentang ilmu pengetahuan alam. Fungsi selanjutnya yang akan penulis terapkan dalam ruang terbuka hijau adalah fungsi komunikatif, yaitu menjadi wadah ruang terjadinya suatu komunikasi antara manusia, interaksi sosial antar masyarakat dimana masyarakat dapat bersantai bersama sanak keluarga atau teman, menjadi tempat untuk beristirahat refreshing setelah beraktivitas atau bekerja seharian. Dalam Ruang Terbuka Hijau ini, penulis juga merencanakan ruang bagi masyarakat untuk berolahraga seperti senam pagi, jogging track serta cycle-path baik bagi anak-anak, remaja, dewasa maupun manula dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang disediakan dalam Ruang Terbuka Hijau ini. Seperti yang kita ketahui, pembangunan fisik berupa gedung-gedung tinggi dan mewah di kota-kota memang sangat menarik perhatian 2 Kegiatan Green Campus mengenalkan manfaat dari menjaga dan melestarikan lingkungan alam sejak dini. Tidak hanya belajar secara teori, namun anak-anak langsung akan mempraktekkan-nya di dalam lingkungan. Universitas Sumatera Utara 41 dan membanggakan, namun di sisi lain, pembangunan tersebut kerap menggeser atau menghilangkan ruang-ruang hijau yang ada. Gambar 3.2 Konsep Waterfront Tepian Sungai Sumber : Dokumentasi. Pribadi 3.2 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian Pengolahan aksesbilitas kendaraan dan manusia menuju tapak perancangan maupun sirkulasi yang terjadi dalam bangunan merupakan bagian yang penting dalam perancangan. Pengolahan sirkulasi di dalam maupun luar bangunan perlu direncanakan dengan baik, sebab perilaku manusia psikologi memiliki dampak yang besar dalam keberhasilan sebuah bangunan tersebut berfungsi. Secara tidak langsung, apabila pengunjung mall dan penghuni kondominium tersebut merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan ketika menuju ke dalam bangunan maupun pada saat berada dalam bangunan, akan terjadi respon negatif dimana pengunjung dan penghuni tersebut akan Pada ruang terbuka ini, penulis mengusulkan sebuah area bermain air dengan desain paving berwarna air. Dengan air mancur yang muncul secara otomatis dengan menit terteentu. Universitas Sumatera Utara 42 memutuskan untuk berkunjung atau tidak di kemudian hari. Merencanakan letak gerbang utama sebagai pintu masuk utama yang akan mudah dikenali oleh masyarakat adalah bagian dari ide yang akan penulis terapkan dalam perancangan ini. Gambar 3.3 Konsep Sirkulasi dan Pencapaian Sumber : Dokumentasi. Pribadi Universitas Sumatera Utara 43 Pengolahan lahan untuk parkir merupakan tempat utama bagi pengunjung dan penghuni yang pulang dari beraktivitas menuju tempat tinggal mereka. Masalah kebutuhan parkir yang cukup dalam suatu bangunan menjadi isu yang sering terjadi dalam suatu bangunan perancangan, karena parkir berhubungan erat dengan sirkulasi kendaraan dan manusia ke dalam bangunan. Apabila tidak memikirkan dengan sungguh- sungguh perancangan sebuah tempat parkir dan hasilnya adalah tempat parkir yang buruk, sudah pasti akan membawa dampak negatif bagi suatu karya arsitektur. Namun, tempat parkir yang baik, belum tentu akan membawa dampak positif bagi suatu bangunan. Seringkali jumlah kebutuhan parkir yang disediakan kurang, bahkan yang paling ironis adalah kebutuhan parkir bagi pengendara kendaraan bermotor tidak direncanakan dalam ruang yang layak dan memenuhi standarisasi. Dalam pemograman, proses analisa merupakan bagian penting untuk menghasilkan persyaratan keberhasilan proyek, pembuatan tujuan, penegasan terhadap kondisi yang ingin dicapai di kemudian hari, serta persyaratan tampilan dan konsep. Area servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana karyawan atau pekerja, kendaraan guna servis seperti truk sampah, truk bahan makanan dan sebagainya masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi servis yang baik pada zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan pengunjung, penghuni dan servis, penulis perlu membuat diagram yang berisi pembagian sirkulasi di dalam tapak terlebih dahulu. Zoning di dalam tapak tersebut akan menghasilkan perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari konteks sekitar, sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung mall, sirkulasi penghuni kondominium dan sirkulasi service. Universitas Sumatera Utara 44 3.3 Konsep Kulit Tampak Bangunan Gambar 3.4 Konsep Kulit Tampak Bangunan Sumber : Dokumentasi. Pribadi Perencanaan awal pada rancangan tampak bangunan ini menggunakan secondary skin. 3 Bentuk dari aliran air yang mengalir akan diterapkan pada keseluruhan kulit bangunan. Dengan konsep kulit bangunan ini, rancangan yang dihasilkan akan memaksimalkan bukaan pada bangunan dan memanfaatkan pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan. Kulit bangunan ini tidak hanya mengedepankan fungsinya, melainkan juga menyatu dengan desain aristektur yang menerapkan konsep organik. Bentuk rancangan bangunan dan tapak harus dapat mencerminkan karakteristik kesatuan atau integrasi dengan alam. 3 secondary skin merupakan lapisan kedua pada bangunan dan memiliki fungsi utama sebagai penahan sinar matahari langsung. Secondary skin Universitas Sumatera Utara 45 3.4 Konsep Zoning Gambar 3.5 Konsep Zoning Sumber : Dokumentasi. Pribadi Perencanaan selanjutnya adalah pembagian zona ruang dalam bangunan. Area servis serta sirkulasi servis perlu direncanakan dengan baik, bagaimana karyawan atau pekerja, kendaraan guna servis seperti truk sampah, truk bahan makanan dan sebagainya masuk ke dalam tapak menuju area servis, bagaimana pola sirkulasi servis yang baik pada zona publik atau mall. Dalam mengorganisasikan kegiatan pengunjung, penghuni dan servis, penulis perlu membuat diagram zoning yang berisi pembagian zoning di dalam tapak terlebih dahulu. Pembagian zoning di dalam tapak tersebut akan menghasilkan perencanaan sirkulasi dalam tapak yang terdiri dari sirkulasi pejalan kaki, kendaraan dan service. Sirkulasi pejalan kaki melalui area tapak dari halte bus atau dari konteks sekitar, sedangkan sirkulasi kendaraan yang terdiri dari sirkulasi pengunjung mall, sirkulasi penghuni kondominium dan sirkulasi service. Setelah membuat sketsa konsep aspek arsitektural, penulis membuat sketsa konsep perancangan selanjutnya yaitu konsep sistem Privat Publik Semi Publik Universitas Sumatera Utara 46 bangunan tinggi. Pada konsep ini, penulis menggunakan sumber buku Panduan Bangunan Tinggi dan sumber lain sebagai acuan dan standar dalam merencanakan konsep sistem bnagunan tinggi yang terdiri dari sistem struktur, sistem ME, dan sistem pengendalian kebakaran. Setiap sudut pandang bagaimana seorang arsitek dalam memecahkan suatu permasalahan memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda, tetapi tetap memiliki tujuan yang sama. Arsitek tidak hanya cukup mempelajari teori-teori dan standar dalam merancang. Namun pembelajaran seorang arsitek juga mencakup perkembangan dan kehidupan yang terjadi di sekitarnya. Kita harus belajar untuk memersepsikan kehidupan yang terjadi di sekitar kita [4] . Seluruh bagian dari perkembangan yang terjadi merupakan bagian dari kehidupan seorang arsitek. Penulis menyadari bahwa peran seorang arsitek ini sangatlah menarik dan menantang serta memiliki tanggung jawab yang besar. Peran yang paling utama bagi arsitek adalah bahwa dia bertanggung jawab atas setiap garis yang digambarnya, menunjukkan respon dan hubungan yang terjadi antara manusia, lingkungan dan bangunan yang dirancang. Hasil dari analisis yang berupa sketsa ide rancangan penyelesaian masalah ini kemudian diasistensikan kepada dosen pembimbing, dimana dari analisa-analisa tersebut penulis akan melanjutkan kembali analisis dengan pembahasan yang lebih mendalam dengan konsep yang akan diterapkan. Mengamati dan memahami masalah ke dalam bentuk sketsa atau gambar merupakan rangkaian kegiatan dari seorang arsitek untuk menghasilkan konsep perancangan yang memenuhi aspek-aspek yang terintegrasi dalam perancangan, baik dari aspek arsitektural, aspek struktural maupun aspek ME. Karya arsitektur tidak cukup 4 Kita harus belajar untuk memersepsikan kehidupan yang terjadi di sekitar kita... Kalimat tersebut merupakan pembelajaran yang diberikan dari seorang konsultan ahli yang sudah berpengalaman dalam dunia praktek profesi arsitektur. Universitas Sumatera Utara 47 sekedar kuat dan indah, namun juga harus mewadahi kebutuhan manusia. Fungsi, teknologi dan keindahan merupakan suatu kesatuan yang menjadi faktor penyeimbang dalam merancang bangunan. Hasil dari perancangan tapak dan bangunan ini merupakan kombinasi antara ilmu, kreativitas dan selera dari manusia dalam menciptakan dan membangun arsitektur ini. Konsep utama yang diambil dari elemen sungai serta pergerakan aliran sungai, maka penulis mengusulkan tema yang akan diterapkan dalam perancangan yaitu “Fluidity Geometry of Water in Motion” yang menerapkan keseluruhan elemen yang terdapat dalam tapak menyatu menjadi satu. Dari analisis yang telah dilakukan, penulis melihat kembali ke belakang, yaitu dimulai lagi dari analisa dengan faktor manusia hingga menyesuaikan analisa tersebut dengan penerapan tema proyek ke dalam ide konseptual perancangan. Dalam proses menuju hasil akhir dalam arsitektur, akan selalu terjadi pengulangan secara terus menerus hingga menuju suatu detail yang diinginkan. Itulah sebabnya mengapa pemrograman berperan penting dalam proses desain, dimana program perancangan akan memberikan aturan-aturan untuk mengontrol informasi dalam setiap tahap detail. Berkaitan dengan pengambilan tema yang diterapkan dalam perancangan tapak dan bangunan ini, penulis mengambil gaya arsitektur organik kontemporer. Mengapa Organik Kontemporer? Pembahasan alasan dalam pengambilan gaya arsitektur ini akan dibahas pada bab selanjutnya. Universitas Sumatera Utara 48

BAB IV INNOVATION INSPIRED BY NATURE