xxv
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Corporate Governance dan Teori Keagenan
Teori  keagenan  berusaha  menjawab  masalah  keagenan  yang  terjadi  jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja yang
berbeda.  Teori  keagenan  menjelaskan  pola  hubungan  antara  prinsipal  dan  agen, dimana suatu pihak tertentu disebut prinsipal mendelegasikan pekerjaan kepada
pihak lain disebut agen, yang melakukan pekerjaan tersebut Eisenhardt, 1989. Fokus dari teori ini adalah penentuan kontrak yang paling efisien yang mendasari
hubungan antara prinsipal dan agen. Teori  keagenan  ditekankan  untuk  mengatasi  dua  permasalahan  yang  dapat
timbul  dalam  hubungan  keagenan  Eisenhardt,  1989.  Pertama  adalah  masalah keagenan yang timbul ketika a  keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan prinsipal
dan  agen  berlawanan  dan  b  merupakan  suatu  hal  yang  sulit  atau  mahal  bagi prinsipal  untuk  memastikan  apakah  agen  telah  bertindak  sebagaimana  mestinya.
Kedua  adalah  masalah  pembagian  risiko  yang  timbul  ketika  prinsipal  dan  agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko.
Teori keagenan memandang bahwa manajer perusahaan sebagai “agen” bagi para  pemegang  saham,  akan  bertindak  dengan  penuh  kesadaran  bagi
kepentingannya  sendiri,  bukan  sebagai  pihak  yang  arif  dan  bijaksana  serta  adil terhadap  pemegang  saham  karena  adanya  potensi  konflik  kepentingan  yang
selanjutnya  akan  memicu  apa  yang  dinamakan  biaya  keagenan  agency  costs.
xxvi
Biaya  keagenan  agency  costs  terdiri  dari  monitoring  cost,  bonding  cost,  dan residual loss.
Berkaitan dengan masalah keagenan, corporate governance yang merupakan konsep  yang  didasarkan  pada  teori  keagenan  diharapkan  bisa  berfungsi  sebagai
alat  untuk  memberikan  keyakinan  kepada  para  investor  bahwa  mereka  akan menerima return atas dana yang telah mereka investasikan. Corporate governance
berkaitan dengan bagaimana para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan  bagi  mereka,  yakin  bahwa  manajer  tidak  akan  mencuri
menggelapkan  atau  menginvestasikan  ke  dalam  proyek-proyek  yang  tidak menguntungkan  berkaitan  dengan  dana  kapital  yang  telah  ditanamkan  oleh
investor, dan berkaitan dengan bagaimana para investor mengontrol para manajer Shleifer dan Vishny, 1997 dalam Darmawati, dkk, 2005.
2.2 Pengertian Corporate Governance