1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Prestasi belajar itu sangat penting. Dalam suatu lembaga pendidikan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang
dicapai oleh peserta didik. Menurut Hamdani 2011: 138 prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam
diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil perubahan dalam diri siswa yang
berupa perubahan tingkah laku sebagai prestasi belajar matematika. Prestasi yang ingin dicapai oleh siswa pada hasil pembelajaran matematika merupakan
pengetahuan tentang matematika. Menurut Soemanto Hamdu dan Agustina, 2011:90 menyebutkan,
pengenalan seseorang terhadap prestasi belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui hasil-hasil yang sudah dicapai maka siswa akan lebih
berusaha meningkatkan prestasi belajarnya. Dengan demikian peningkatan prestasi belajar dapat lebih optimal karena siswa tersebut merasa termotivasi
untuk meningkatkan prestasi belajar yang telah diraih sebelumnya. Namun pada realitanya, prestasi belajar matematika masih belum
memenuhi harapan. Berdasarkan survei Trends in International Mathematics and Science Study TIMSS pada tahun 2011 diketahui bahwa prestasi
matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 42 negara dengan skor rata-rata 386. Sedangkan survey yang dilakukan oleh Organisation for
Economic Co-operation and Development OECD pada tahun 2015 menggunakan tes Programme for International Student Assesment PISA
menyatakan bahwa prestasi matematika Indonesia berada pada peringkat 69 dari 76 negara yang mengikuti PISA.
Data ujian Nasional tahun 2013 juga dapat digunakan untuk melihat rendahnya prestasi belajar siswa. Pada tingkat Nasional, nilai matematika berada
pada klasifikasi C, pada tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nilai matematika juga berada pada klasifikasi C, dan tingkat Kota Yogyakarta pada
klasifikasi B. Berdasarkan hasil ujian Nasional di tahun 2013, nilai matematika berada pada klasifikasi D dengan rata-rata 5,35 nilai tertinggi 10 dan nilai
tersendah 2,00
Trisnawati dan Dhoriva Urwatul Wutsqa, 2015: 298.
Berdasarkan data survey tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi matematika siswa
Indonesia sangat rendah. Rendahnya prestasi matematika di Indonesia juga didasari oleh masih
rendahnya prestasi belajar matematika di setiap daerah di Indonesia. Salah satunya yaitu kota Surakarta. Berdasarkan data Hasil Ujian Nasional SMP
Negeri tahun pelajaran 20122013 bahwa prestasi belajar matematika siswa- siswi sekolah di Surakarta masih belum merata. Diperoleh nilai rata-rata nilai
UN mata pelajaran matematika pada tahun 20122013 adalah 6,30 sedangkan nilai rata-rata UN mata pelajaran matematika pada tahun 20112012 adalah 7,12.
Ajeng, Budiyono, dan Sujadi, 2015: 124 Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar matematika di
Indonesia masih belum memuaskan. Dalam lingkup regional khususnya kota Surakarta terlihat jika rata-rata nilai UN di Kota Surakarta mengalami
penurunan, sehingga prestasi belajar matematika di kota Surakarta juga dapat dikatakan masih rendah. Hal ini sebagai alasan peneliti untuk melakukan
penelitian di Kota Surakarta tepatnya di SMP Muhammadiyah 4 Surakarta. Rendahnya prestasi belajar matematika mengindikasikan ada sesuatu yang
kurang tepat dan belum optimal dalam pembelajaran matematika di sekolah. Faktor penyebab rendahnya prestasi belajar matematika diantaranya minat
belajar siswa terhadap matematika dirasa masih begitu rendah. Menurut Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini 2012:169 minat adalah
kecenderungan jiwa yang aktif yang menyebabkan seseorang atau individu melakukan kegiatan. Adapun minat belajar adalah perhatian, rasa suka,
ketertarikan seseorang siswa terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar Fathurrohman dan
Sulistyorini, 2012: 174.
Minat memang sangat berpengaruh pada diri seseorang. Dengan adanya minat seseorang akan melakukan sesuatu hal yang akan menghasilkan sesuatu
bagi diri seseorang tersebut. Dalam bidang studi matematika, minat seseorang terhadap pelajaran dapat dilihat dari kecenderungan untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut. Sehingga dalam penelitian ini minat memiliki peranan untuk meningkatkan daya Tarik, inisiatif, dan semangat
siswa dalam pembelajaran matematika. Menurut Rosali Br Sembiring dan Mukhtar 2013:228 hasil belajar matematika siswa yang minat belajarnya tinggi
lebih tinggi dari pada hasil belajar matematika siswa yang memiliki minat belajar rendah.
Dari penelitian lain menyimpulkan bahwa diantaranya pembelajaran matematika dengan menggunakan penerapan multimedia interaktif belum
berhasil meningkatkan minat dan prestasi belajar matematika siswa Maria, 2015:15. Selain itu pada penelitian yang lain hanya sedikit siswa yang senang
terhadap pelajaran matematika, sebagian besar siswa kurang menyenangi pelajaran matematika. Sehingga dalam berbagai ulangan baik dalam ulangan
harian maupun dalam ulangan umum hanya siswa yang senang terhadap matematika saja yang mampu mencapai prestasi gemilang Chatarina Febriyanti
dan Seruni, 2014:247. Dari penelitin tersebut dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa masih rendah terhadap pembelajaran matematika sehingga
memberikan dampak yang negative untuk perkembangan prestasi belajar siswa. Selain minat belajar, yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
salah satunya adalah penerapan model pembelajaran. Menurut Soekamto Andani, dkk, 2014: 356 mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang disusun secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak- tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu kemampuan akademik,
penerimaan terhadap perbedaan individu dan pengembangan keterampilan social Endalina, 2013:75.
Menurut Hadi Trisnawati dan Dhoriva, 2005 menyatakan bahwa proses pembelajaran matematika selama ini yang terjadi belum sesuai dengan yang
diharapkan. Ciri praktik pendidikan selama ini adalah pembelajaran berpusat pada guru. Guru menyampaikan pelajaran dengan menggunakan metode
ceremah atau ekspositori, sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa
lebih bersifat pasif sehingga mereka lebih banyak menunggu sajian guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan atau sikap
yang mereka butuhkan. Pemilihan model pembelajaran harus dilakukan secara cermat. Salah
satunya adalah dengan penerapan model pembelajaran kooperatif. Menurut Jumanta Hamdayana 2014:115 model pembelajaran STAD merupakan
pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dimana siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang. Setiap kelompok
haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Menurut Miftahul Huda 2013:118 kelebihan pembelajaran STAD diantaranya, siswa dapat bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan
menjunjung tinggi norma-norma kelompok, siswa aktif membantu juga memotivasi semangat untuk berhasil bersama, dan aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. Selain itu interaksi antarsiswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka berpendapat,
meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok, dan tidak bersifat kompetitif.Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini dapat meningkatkan
keaktifan dan minat siswa dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran kooperatif yang lain adalah Jigsaw. Model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4 hingga 5 orang dengan
memperhatikan keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota
bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain Jumanta Hamdayama,2014:87. Menurut Miftahul Huda 2013:89 pembelajan Jigsaw memiliki beberapa
kelebihan diantaranya, mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-
rekannya, pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat, dan metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif
dalam berbicara dan berpendapat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Jigsaw juga dapat meningkatkan keaktifan dan minat belajar siswa
dalam pembelajaran matematika. Keterkaitan model pembelajaran Student Teams Achievement Division
STAD dan Jigsaw dengan prestasi belajar yaitu implementasi model pembelajaran Student Teams Achievement Division STAD dan Jigsaw dapat
meningkatkan prestasi belajar. Secara tidak langsung minat juga sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena besar kecilnya perhatian dan
kemauan yang dimiliki siswa dalam belajar. Karena model pembelajaran dan minat belajar siswa berkaitan dengan prestasi belajar yang dicapai sehingga
pemilihan model pembelajaran berpengaruh terhadap peningkatan minat belajar siswa.
Terkait dengan uraian diatas, mendorong bagi peneliti untuk melakukan suatu eksperimen penerapan pembelajaran matematika dengan model Student
Teams Achievement Division STAD dan Jigsaw terhadap prestasi belajar ditinjau dari minat belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah