Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Manggihan Getasan Semester I Tahun
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Matematika
Matematika merupakan pelajaran yang memerlukan pemusatan pikiran untuk mengingat dan mengenal kembali semua aturan-aturan yang ada dan harus dipenuhi untuk menguasai materi yang dipelajari (Hamzah, 2009). Matematika sebagai ilmu pengetahuan tentang ruang dan bilangan, matematika sering digambarkan sebagai suatu kumpulan sistem matematika yang mempunyai struktur tersendiri dan sebagai ide-ide.
Belajar matematika merupakan belajar konsep dan struktur yang terdapat dalam bahan-bahan yang sedang dipelajari, serta mencari hubungan diantara konsep dan struktur tersebut (Karso, 2005). Belajar matematika merupakan kegiatan aktif dalam upaya memahami dan menguasai konsep matematika. Maksud dari kegiatan aktif itu sendiri adalah pengalaman belajar matematika yang
Fokus dari pembelajaran matematika adalah (1) Dengan menggunakan pemecahan masalah yang tertutup atau terbuka. (2) Dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah dan menafsirkan solusinya. (3) Pembelajaran dimulai dengan masalah kontekstual. Menurut Muhsetyo (2008) pembelajaran matematika adalah proses pemberian belajar kepada siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana sehingga siswa memperoleh kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari.
Menurut Bloom (dalam Suprijono, 2009), matematika diberikan disemua satuan pendidikan yaitu untuk (1) Membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, dan kemampuan bekerjasama. (2) Kompetensi diatas diperlukan agar mampu memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan stategi pemecahan masalah antara lain membuat diagram, mencobakan pada soal yang lebih sederhana, membuat tabel, menemukan pola, memecah tujuan, memperhitungkan setiap kemungkinan, berfikir logis, bergerak dari belakang, mengabaikan hal yang tidak mungkin mencoba-coba, menentukan apa yang diketahui, dan ditanyakan.
Pembelajaran matematika adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang melibatkan pengembangan pola berfikir dan mengolah logika pada suatu lingkungan belajar yang sengaja diciptakan oleh guru dengan berbagai metode agar program belajar matematika tumbuh dan berkembang secara optimal dan siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien. Selain interaksi yang baik antara guru dan siswa, faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan pembelajaran matematika adalah bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau yang biasa disebut dengan tim siswa kelompok prestasi ini merupakan model pembelajaran kooperatif. Semua model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan siswa juga harus mengkoordinasikan usahanya untuk pembelajaran kooperatif adalah prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya serta pengembangan keterampilan sosial.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil, yaitu antara 4-6 orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda atau heterogen (Wina, 2008).
Slavin (2008) mengemukakan dua alasan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.
Menurut Slavin (2002) model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran. Metode diskusi yang digunakan dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan diskusi, tanya jawab dan sebagainya yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa.
Ada lima tahap didalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, yaitu : 1) Penyajian kelas
Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikna motivasi untuk berkooperatif dalam bentuk kegiatan yang akan ditempuh selama pembelajaran. 2) Tahapan kegiatan belajar kelompok (Lembar Kerja Siswa) untuk setiap kelompok.
3) Tahapan menguji kinerja individu Untuk menguji kinerja individu pada umumnya digunakan tes atau kuis.
Setiap siswa berusaha untuk bertanggungjawab secara individual melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok. 4) Penskoran peningkatan individu
Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap siswa untuk menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya. 5) Tahapan mengukur kinerja kelompok
Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.
Alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD karena tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, disamping itu dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah disiapkan melalui LKS atau perangkat pembelajaran lainnya.
Menurut Slavin (2002) kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah (1) Meningkatkan kecakapan individu (2) Meningkatkan kecakan kelompok (3) Meningkatkan komitmen (4) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya (5) Tidak bersifat kompetitif (6) Tidak memiliki rasa dendam.
Menurut Slavin (2002) kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah (1) kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang (2) siswa berpestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan.
2.1.3 Hasil Belajar nyata yang merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun dari luar individu dalam belajar.
Sudjana (2001) mengemukakan hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dengan mengetahui prestasi belajar siswa, seorang guru dapat menentukan kedudukannya dalam kelas, apakah siswa tersebut termasuk kedalam kategori siswa yang pandai, sedang atau kurang.
Untuk mengetahui perkembangan sampai dimana hasil yang telah dicapai atau tingkat pemahaman materi oleh siswa dalam belajar, maka harus dilakukan evaluasi. Untuk menentukan kemajuan yang dicapai maka harus ada kriteria yang mengacu pada tujuan yang telah ditentukan sehingga dapat diketahui seberapa besar pengaruh strategi belajar mengajar terhadap keberhasilan belajar siswa. Penilaian atau hasil belajar siswa dinyatakan dalam bentuk angka, huruf atau kalimat.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, guru perlu mengadakan tes formati pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remedial bagi sisiwa yang belum berhasil. Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran dari materi tersebut.
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar siswa. Sebab guru mempunyai banyak peranan yaitu sebagai korektor, inspirator, informator, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor dan evaluator (Djamarah, 2000).
Menurut Slameto (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dikelompokkan menjadi faktor intern dan faktor ekstern. Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu (1) Faktor jasmaniah, yaitu termasuk didalamnya faktor kesehatan dan cacat tubuh yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. (3) Faktor kelelahan, ada kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sebagai minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor intern yang berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010) dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu (1) Faktor keluarga, berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. (2) Faktor sekolah, berupa kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar dan tugas rumah. (3) Faktor masyarakat, dapat berupa kegiatan siswa dalam masyarakat, mas media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Tinggi maupun rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya. Pada umumnya hasil belajar siswa yang rendah bisa diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu semangat belajar siswa yang rendah, sarana belajar yang kurang, penggunaan metodemengajar yang tidak efektif dan guru yang kurang bersemangat dalam mengajar.
Untuk itu perlu dilakukan peningkatan-peningkatan mutu pendidikan yang tentu saja melibatkan guru dan siswa sebagai pelaku utama dalam pendidikan. Model pembelajaran yang tepat dan menyenangkan sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan akan dapat membantu peningkatan hasil belajar siswa yang baik.
2.2 Hasil penelitian yang relevan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Sri Sugiyarti dari Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Siswa Kelas IV SD Negeri Keputon 01 Kec. Blado Batang Semester I Tahun pelajaran 2013-2014”.
Berdasarkan hasil dari penelitian Sri Sugiyarti disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar kabupaten Batang semester I tahun pelajaran 2013-2014. Hal ini dibuktikan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal siswa yang tuntas hanya 9 siswa (32%) degan rata-rata 53,57. Setelah dilakukan tindakan, pada siklus 1 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 15 siswa (54%) dengan rata- rata 69,29. Sedangkan pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 24 siswa (86%) dengan rata-rata 80,54.
Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan oleh Widowati mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SDN Kalisari Kecamatan Blado Kabupaten Batang Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Rata-rata nilai siswa pada pra siklus adalah 26,08%, kemudian setelah dilakukan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 47,82%. Kemudian setelah dilakukan tindakan lagi pada siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar matematika siswa mencapai 86,94%.
Hasil penelitian tersebut mendorong penulis untuk melakukan observasi dan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Manggihan Getasan semester I tahun pelajaran 2016/2017.
2.3 Kerangka berpikir
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas beberapa tahapan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.
Bagan kerangka berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir PTKSiswa kurang aktif KONDISI
Guru dalam proses AWAL menggunakan pembelajaran model sehingga pembelajaran menyebabkan konvensional hasil belajar siswa masih rendah
TINDAKAN Siswa menjadi
Guru lebih aktif dalam menggunakan proses model pembelajaran pembelajaran kooperatif tipe STAD
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD :
1. Guru menyampaikan materi menggunakan media berbasis power point yang sudah disiapkan
2. Guru membagi siswa kedalam 6 kelompok heterogen
3. Siswa aktif berdiskusi dalam kelompok
4. Siswa mendemonstrasikan hasil diskusi di depan kelas
5. Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran Melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD
KONDISI dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD AKHIR
Negeri Manggihan Getasan semester I tahun
pelajaran 2016/2017
2.4 Hipotesis tindakan
Berdasarkan kajian teori, maka hipotesis pada penelitian ini adalah melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Manggihan Getasan semester I tahun pelajaran 2016/2017.