Trametes sp. 2 Eksplorasi Jamur Beracun Pada Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Sicike-cike, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara

permukaan licin, memiliki garis-garis konsentris dan kerutan radial, berwarna coklat kemerahan bagian tepi putih, pucat, krem hingga coklat abu-abu. Permukaan pori berwarna krem gelap. Spora berukuran 9-11 x 3-4 mikron, silindris, elips dan licin. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu lapuk. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat kehitaman, tumbuh pada kayu yang telah lapuk, habitatnya pada daerah yang tidak terlalu lembab, tidak tertutupi oleh naungan dan cukup mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia pada Trametes sp. 1 adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida dan triterpensteroid. Berikut disajikan gambar Trametes sp. 1 pada Hutan TWA Sicike-cike. Gambar 13. Trametes sp. 1

7. Trametes sp. 2

Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Polyporaceae Genus : Trametes Spesies : Trametes sp. 2 Hasil pengamatan menunjukkan spesiesTrametes sp. 2memiliki ciri-ciri tubuh atau sporophore tidak bertangkai sessil bentuk semi sirkular dimidate seperti kulit atau seperti gabus. Panjang pileus 15-18 cm, lebar 2-7 cm, permukaan licin, memiliki garis-garis konsentris dan kerutan radial, berwarna coklat kemerahan bagian tepi putih, pucat, krem hingga coklat abu-abu. Permukaan pori berwarna krem gelap. Spora berukuran 9-11 x 3-4 mikron, silindris, elips dan licin. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu yang lapuk.Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat keputihan, tumbuh pada batang pohon yang telah mati, habitatnya pada daerah yang lembab, tertutupi oleh naungan dan sedikit mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia Trametes sp. 2 adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan triterpensteroid. Berikut disajikan gambarTrametes sp. 2 pada Hutan TWA Sicike-cike. Gambar 14. Trametes sp. 2 Tingkat Keanekaragaman Jamur Beracun di Hutan TWA Sicike-cike Jamur beracun yang ditemukan di Hutan TWA Sicike-cike ada tujuh jenis jamur. Data analisis jamur beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Analisis JamurBeracun di Hutan TWA Sicike-cike Jenis Jamur Beracun K Kr F Fr INP H Nama Latin Colitricia sp 25500 20.83 0.53 16.73 37.56 Ganoderma applanatum 5780 4.72 0.29 9.18 13.90 Ganoderma sp. 1 10380 8.48 0.46 14.73 23.21 Ganoderma sp. 2 13100 10.70 0.59 18.66 29.36 Trametes versicolor 28800 23.53 0.48 15.42 38.95 Trametes sp. 1 21500 17.56 0.46 14.57 32.13 Trametes sp. 2 17360 14.18 0.34 10.72 24.90 Total 122420 100 3.14 100 200 1.84 Nilai Kerapatan Relatif KR tertinggi dari tabel diatas adalah sebesar 23,53 yaitu jenisTrametes versicolor. Nilai KR dari jamurTrametes versicolortinggi dikarenakan jamur Trametes versicolor memiliki tempat tumbuh yang sesuai dengan kondisi lapangan di Hutan TWA Sicike-cike. Nilai KR terendah yaitu sebesar 4,72 dari jenis jamur Ganoderma applanatum. Jamur Ganoderma applanatum memiliki nilai KR rendah karena jenis ini hanya sedikit tumbuh di Hutan TWA Sicike-cike. Beragamnya nilai KR dapat disebabkan oleh kondisi Hutan TWA Sicike-cike yang memiliki beragam kondisi lingkungan sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Loveless 1989 menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas. Nilai Frekuensi Relatif FR paling tinggi yang ditunjukkan pada tabel 3 adalah sebesar 18,66 yaitu pada jenis jamur Ganoderma sp. 2. Nilai ini menunjukan bahwa jenis jamur Ganoderma sp. 2dominan tumbuhan di Hutan TWA Sicike-cike. Sedangkan nilai FR terendah sebesar 9,18 pada jenis jamur Ganoderma applanatum. Nilai ini rendah disebabkan bahwa jenis jamur Ganoderma applanatum tidak tumbuh merata pada Hutan TWA Sicike-cike tetapi hanya tumbuh di tempat tertentu. Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental frekuensi 0-25, jenis assesori 25-50, jenis konstan 50,75 dan jenis absolut diatas 75. Berdasarkan data tabel 2, bahwa tumbuhan yang ada di Hutan TWA Sicike-cike termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0-25. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas dan hidup pada daerah tertentu saja. Sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan 1998 Indeks Nilai Penting INP ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif KR dan Frekuensi Relatif FR. Nilai INP tertinggi pada tabel diatas adalah sebesar 38,95 yaitu pada jenis jamur Trametes versicolor. Nilai INP jenis jamur Trametes versicolor tinggi menunjukkan bahwa jenis ini dapat tumbuh pada daerah yang tidak mendapat cahaya dengan baik sehingga tanpa cahaya yang banyak jenis jamur Trametes versicolor dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan INP terendah yaitu sebesar 13,90 pada jenisjamur Ganoderma applanatum.Nilai INP pada jenis jamur Ganoderma applanatum rendah dikarenakan jenis jamur Ganoderma applanatum sulit dapat hidup dengan baik pada daerah Hutan TWA Sicike-cike sehinga jenis ini hanya sedikit penyebarannya pada hutan tersebut. Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner H’ jamur beracun yang tumbuh di Hutan TWA Sicike-cike yang ditunjukkan melalui tabel 3 adalah sebesar 1,84. Bahwa nilai H’ 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah jarang. Data dalam tabel 3 menunjukkan bahwa ketujuh jamur beracun di Hutan TWA Sicike-cike tergolong ke dalam kategori berkeanekaragaman jarang. Pengujian Metabolit Sekunder Jamur Beracun di Hutan TWA Sicike-cike Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada jamur sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh jamur ada 4 golongan yang umum diuji yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpensteroid. Data hasil pengujian metabolit sekunder jamur beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini. dssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss Tabel 4. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder Keterangan: + : Mengandung senyawa metabolit sekunder Dimana: + lemah ++ sedang +++ kuat - : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Jenis Jamur Hasil Pengujian Metabolit Sekunder Alkaloid Flavonoid Glikosida Saponin Tanin Triterpen Steroid Meyer Boucahdart Dragendroff Trametes versicolor ++ ++ ++ + ++ ++ - ++ Ganoderma applanatum +++ +++ +++ ++ +++ + - ++ Ganoderma sp. 1 +++ +++ +++ ++ +++ +++ - +++ Ganoderma sp. 2 +++ +++ +++ + +++ + - +++ Trametes sp. 1 + + + + ++ + - + Colitricia sp ++ ++ ++ + + - - +++ Trametes sp. 2 + + + + ++ + - +++ Kandungan Metabolit Sekunder pada JamurBeracun diHutan TWA Sicike- cike melalui Uji Metabolit Sekunder Berdasarkan hasil uji metabolit sekunder diperoleh bahwa jamurberacun pada kawasan Hutan TWA Sicike-cike mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder.

1. Alkaloid