Teknik Pengumpulan data Uji Hipotesa

Pn = Total pendapatan daerah yang dihitung pada tahun ke-n P0 = Total pendapatan daerah yang dihitung tahun ke-0 tahun sebelum n Dengan rasio pertumbuhan kita dapat melihat pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah daerah. Rasio pertumbuhan yang baik adalah yang tiap tahun semakin meningkat maka dapat diketahui bahwa pertumbuhan kinerja keuangan pemerintah daerah tersebut dapat dikatakan baik. Belanja Modal Rasio Keserasian = x 100 Realisasi belanja Dengan rasio keserasian melalui rasio belanja modal dengan realisasi belanja modal terhadap total belanja daerah. Rasio keserasian memberikan kita gambaran bagaimana pemerintah daerah memberikan prioritas pada belanja modal pada alokasi dana.

2. Variabel Belanja Modal

Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk memperoleh aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal meliputi belanja modal untuk perolehan tanah, gedung dan bangunan, gedung dan bangunan, peralatan dan aset tak berwujud. Belanja Modal = Belanja Tanah + Belanja Peralatan dan Mesin + Belanja Gedung dan Bangunan + Belanja Jalan, Irigrasi dan Jaringan + Belanja Aset Tetap Lainnya

3. Variabel Pendapatan asli Daerah

Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digali di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasaran pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan + lain-lain PAD yang sah

F. Uji Kualitas Data

1. Alat Analisis

Penelitian yang saya lakukan menggunakan pendekatan Partial Least Square PLS. Penelitian sebelumnya yang menggunakan metode yang sama diantaranya Nugroho 2012, Anjani 2015 dan Astiti, D.N.Y 2016,. PLS adalah salah satu metode statistika SEM berbasis varian yang didesain untuk menyelesaiakan regresi berganda. Square Equation Modeling SEM memberikan kemampuan untuk melakukan analisis jalur path dengan variabel laten. Pada penelitian ini menggunakan aplikasi Smart PLS 3. Metode Partial Least square PLS dipilih dalam penelitian ini dikarenakan kinerja keuangan tidak dapat diukur secara langsung. Variabel tersebut mempunyai indikator-indikator untuk mengukurnya dimana indikator kinerja keuangan yaitu berupa rasio-rasio. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, pengujian outer model dan pengujian inner model atau uji hipotesis. Selain dikarenakan karena variabel kinerja keuangan yang memiliki banyak indikator keutungan lain yang didapat yaitu PLS dapat digunakan dengan jumlah sampel yang tidak besar dan dapat diterapkan pada semua skala data. Data dapat berupa nominal, kordinal, interval dan rasio. Berikut beberapa keuanggulan dari software Smart PLS yang digunakan dalam penelitian ini: a. Orientasi analisis smart PLS lebih ke arah prediksi bukan konfirmasi model b. Jumlah sample yang dibutuhkan dalam analisis relatif kecil dan data dalam analisis smart PLS tidak harus memiliki distribusi normal c. SmartPLS mampu menguji model formatif dan reflektif dengan skala pengukuran indicator berbeda dalam satu model. Apapun bentuk skalanya rasio kategori, Likert, dan lain-lain dapat diuji dalam satu model.

2. Statistik deskriptif

Statistik Deskriptif yang dimaksud untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata mean, standar deviasi, maksimum, dan minimum. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah kinerja keuangan, PAD, dan belanja modal. Uji statistik deskriptif bertujuan untuk melihat distribusi data dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian. Dikarenakan penelitian ini menggunakan sample per kabupaten dan kota maka gambaran statistik deskriptifnya di paparkan setiap kabupaten dan kota.

3. Outner Model

Secara keseluruhan outer model pengukuran dari indikator- indikator pada variabel laten dimana dalam penelitian ini merupakan indikator-indikator dari kinerja keuangan. Outner model atau evaluasi measurement, pada outner model ini kita menganalisis yaitu uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas atau convergent validity, model ini menspesifikansi hubungan antar variabel laten dengan indikator- indikatornya. Convergent validity dari model pengukuran dengan model reflektif indikator dinilai berdasarkan loading factor. Atau dapat dikatakan bahwa outer model mendefinisikan bagaimana setiap indikator berhubungan dengan variabel latennya. Ukuran reflektif dikatakan tinggi jika loading factor lebih dari 0,70 dengan konstruk yang ingin diukur, namun jika nilainya diatas 0,5 atau 0,6 terhadap konstruk yang dituju sudah dapat diterima. Selain loading factor pada uji validitas convergent dapat dilihat nilai Average variance extracted AVE. Dimana dikatakan valid jika nilai diatas 0,5. Uji validitas lainnya itu discriminant Cross loading. Pada nilai Cross loading kita melihat bagaimana nilai dominan pada indikator- indikator terhadap variabel laten nya. Cross loadings berguna untuk menilai apakah konstruk memiliki discriminant validity yang memadai, yaitu dengan cara membandingkan korelasi indikator suatu konstruk tersebut dengan konstruk lainnya. Jika korelasi indikator konstruk yang dituju memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap konstruk lain, maka dikatakan konstruk memiliki discriminant validity yang tinggi. Uji Reliabilitas model yang digunakan pada penelitian ini adalah composite reliability. Uji reliability dilakukan dengan melihat nilai composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Hasil composite realiability akan menunjukkan nilai yang memuaskan jika di atas 0,7.

G. Uji Hipotesa

Inner model Pengujian model struktural inner model, dilakukan untuk menguji hubungan antara konstruk laten pengujian hipotesis. Menggambarkan hubungan antara variabel laten yang ada pada model penelitian. Dalam menilai model dengan PLS dimulai dengan melihat R-square untuk setiap variabel laten dependen. r-square berfungsi menjelaskan kemampuan independent variable menjelaskan dependent variable. Semakin tinggi nilai R-square maka semakin besar kemampuan variabel tersebut dapat menjelaskan variabel tertuju. Pengujian dilakukan dengan menggunakan teknik resampling dan bootsrapping. Pengaruh antar variabel dianggap signifikan pada tingkat 5 jika nila t statistik hasil analisis data lebih besar dari t tabel . Uji hipotesis dengan melihat Estimate for Path Coefficients merupakan nilai koefisien jalur atau besarnya hubunganpengaruh konstruk laten. Pada penelitian ini menggunakan 10 sample sehingga Nilai signifikan yang digunakan one tailed t-value atau nilai t tabel yang digunakan 1,89 signifikan 5. Sehingga dalam peneletian ini hipotesis dapat diterima jika memiliki t statistik atau t hasil analisis pada tabel Path Coefficient output SmartPLS 3 lebih besar dari t-tabel yaitu 1,89.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

D.I. Yogyakarta merupakan daerah sebagai tujuan wisata, daerah yang masih cukup kental budayanya dan tujuan para mahasiswa menimba ilmu. Ada beberapa pembangunan-pembangunan baik dari swasta atau pembenahan dari pemda setempat di beberapa tempat. Namun pembangunan ini tidak merata pada seluruh Kab dan Kota di Provinsi Yogyakarta dikarenakan potensi daerah yang berbeda maupun kemampuan pembangunan fiskal daerah tersebut serta kebijakan pemerintah daerah kabupaten masing-masing. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa Laporan Realiasai Anggaran pendapatan dan Belanja Pemda Kabupaten dan Kota pada Provinsi D.I Yogyakarta tahun anggaran 2005 sampai dengan 2014 Subjek penelitian ini adalah setiap pemda Kabupaten dan Kotadi D.I Yogyakarta yang dimanaprovinsi D.I Yogyakarta memiliki 4 empat Kabupaten dan 1 satu kota yaitu Kab. Kulon Progo, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Sleman serta Kota Yogyakarta.. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang berada di Pulau Jawa. Objek penelitian ini berupa belanja modal BM, pendapatan asli daerah PAD, dankinerja keuangan KK. Gambar 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja di Kabupaten dan Kota di Yogyakarta Tahun 2014 Sumber: BPS Yogyakarta Berdasarkan gambar 4.1 dimana realisasi dari Belanja Modal, PAD, Total Pendapatan dan Belanja daerah pada setiap kabupatenkota. Dilihat dimana nilai belanja pembangunan atau Belanja Modal tertinggi pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp. 310.415.291.000,- yaitu pada Kabupaten Bantul. Nilai pendapatan dan PAD terbesar yaitu 2.076.820.131.000,- dan 573.337.600.000,- yaitu pada Kabupaten Sleman. Namum total belanja tersebesar juga diperoleh di Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp. 1.896.477.378.000,-. Kabupaten Sleman daerah Provinsi Yogyakarta yang cukup luas. Kabupaten Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki tempat berpotensi untuk berinvestasi yang baik ada beberapa Mall besar dan Universitas besar berada di Kabupaten ini. Kabupaten Sleman merupakan perbatasan Yogyakarta dengan kota Magelang Jawa Tengah. Kab. Kulon Progo Kab. Bantul Kab. Gunung Kidul Kab. Sleman Kota Yogyakarta Belanja Modal 146,753,615 310,415,291 127,289,722 282,862,049 193,078,200 PAD 158,800,564 357,411,063 159,304,338 573,337,600 470,630,760 Total Pendapatan 1,120,601,41 1,813,917,14 1,372,846,29 2,076,820,13 1,459,735,67 Real Belanja 1,060,754,01 1,700,351,27 1,267,067,50 1,896,477,37 1,336,633,01 500,000,000 1,000,000,000 1,500,000,000 2,000,000,000 2,500,000,000 Belanja Modal PAD Total Pendapatan Real Belanja

B. Hasil penelitian

1. Kabupaten Kulon Progo a. Statistik Deskriptif Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kabupaten Kulon Progo Belanja Modal dan PAD dalam ribuan Keterangan Minimum Maksimum Mean Std Deviation Belanja Modal 10 12963815 147830580 90186537,7 44945697,22 PAD 10 24332501 158800564 61098118,2 40130548,97 Rasio Efektivitas 10 0,939 1,711 1,231 0,227851554 Rasio Efesiensi 10 0,798 1,028 0,962 0,064701242 Rasio Kemandirian 10 0,08 0,224 0,112 0,043559915 Rasio Keserasian 10 0,053 0,202 0,131 0,050795395 Rasio Pertumbuhan 10 0,025 0,457 0,149 0,125162915 Dari tabel di atas kita dapat melihat statistik deskriptif belanja modal, PAD serta bebrapa rasio kinerja keuangan pada Kabupaten Kulon Progo. Pada belanja modal memiliki nilai minimal Rp. 12.963.815.000,- pada tahun 2005 dengan nilai maksimal yaitu Rp147.830.580.000,- yang terjadi pada tahun 2012 dimana terjadi penurunan realisasi belanja modal pada tahun 2013 dan 2014. Rata-rata realisasi belanja modal selama 10 tahun yaitu sebesar Rp. 90.186.537.700,- serta standart deviasi sebesar Rp 44.945.697.220,-. Kemudian PAD memiliki nilai minimal Rp. 24.332.501.000,- yang terjadi pada tahun 2005 dan nilai maksimal yaitu sebesar 158.800.564.000,- yaitu nilai PAD pada tahun 2014. Rata-rata realisasi PAD selama 10 tahun yaitu sebesar Rp. 61.098.118,200,- serta standart deviasi sebesar Rp 40.130.548.970,-.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus pada setiap Kabupaten dan Kota di Provinsi D.I Yogyakarta)

2 8 18

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DENGAN ALOKASI BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA D.I. YOGYAKARTA)

0 3 19

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DENGAN PENDAPATAN ASLI Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Intervening Padakabupaten / Kota Diprovinsi Jawa

0 5 15

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah Sebagai Variabel Intervening Padakabupaten / Kota Diprovin

0 3 19

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN KINERJA KEUANGAN DAERAH DENGAN PENDAPATAN ASLI Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening pada Kabupaten dan Kota di Provinsi

0 2 18

PENDAHULUAN Pengaruh Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Kinerja Keuangan Daerah Dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai Variabel Intervening pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2013.

0 3 10

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI.

0 0 14

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI.

0 3 47