PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI.

(1)

i

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

Oleh : I PUTU IRVAN NIM : 1206105064

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

i

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA

PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

SKRIPSI

Oleh:

Oleh : I PUTU IRVAN NIM : 1206105064

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

ii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal ………:

Tim Penguji : Tanda tangan

1. Ketua : Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., M.Si ...

2. Sekretaris : Ni Luh Karmini, SE., M.Si. ...

3. Anggota : Drs. I Ketut Suardikha Natha, M.Si. ...

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Pembimbing

Prof. Dr. I Made Suyana Utama, SE., MS Ni Luh Karmini, SE., Msi NIP. 19540429 198303 1 002 NIP.198101312006042002


(4)

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 5 Januari 2016 Mahasiswa

I Putu Irvan NIM: 1206105064


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan YME karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI”

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini, maka pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Bagus Wiksuana, SE., M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. I Gusti Wayan Murjana Yasa, SE., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Prof. Dr. I Made Suyana Utama, SE., M.S., dan Bapak Dr. Ida Bagus Putu Purbadharmaja, SE., M.E., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Bapak Drs. Dewa Nyoman Budiana, MSi selaku Pembimbing Akademik. 5. Ibu Ni Luh Karmini, SE., M.Si., selaku dosen pembimbing atas bimbingan,

masukan serta motivasinya selama pengerjaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, SE., MSi selaku dosen pembahas skripsi atas waktu dan masukannya selama pengerjaan skripsi ini.

7. Bapak Drs. I Ketut Suardikha Natha, M.Si. selaku dosen penguji skripsi atas masukannya selama pengerjaan skripsi ini.

8. Dosen-dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan dan jurusan lain yang berada di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis atas segala ilmu, pengalaman, masukan, dan motivasi dalam penyelesaian skripsi dan pendidikan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

9. Badan Pusat Statistik atas bantuannya dalam memberikan data yang diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

10. Keluarga tercinta Bapak I Nengah Wira, Ibu Ni Made Wahyuni, adik I Nengah Adhi Irwan dan Ni Komang Irma Wirayanti serta keluarga lainnya atas dukungan dan doanya yang tulus dan tiada henti selama penulis menempuh studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 11. Ian Lemmy Kilmister, Jeff Hanneman, James Hetfield, Saul Hudson,

Adam Darski, Phil Tylor, Ivan Firmansyah, Ariestanto, Andre Tiranda, Aria Arifin, Sammy Bramantyo, Ricky Siahaan, Andyan Nasary, Doddy Hamson, Rekan-rekan EES, H-1 PRODUCTION, KKN Periode XI Desa


(6)

v

Gulingan, BE-SMFEB periode 2013, HMJ EP FEB Unud 2014, Ekonomi Pembangunan 2012, dan rekan-rekan FEB Unud yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas doa, semangat, inspirasi dan dukungannya. 12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan.

Denpasar,5 Januari 2016


(7)

vi

Judul : PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN BELANJA MODAL SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI

Nama : I Putu Irvan NIM : 1206105064

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Adanya desentralisasi fiskal memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam mengatur daerahnya serta membuat kebijakan yang dapat menunjang potensi-potensi di daerahnya. Pembentukan desentralisasi fiskal ini bertujuan meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kemandirian daerah mengelola daerahnya dan mengurangi subsidi pemerintah, serta melakukan pembangunan yang merata untuk setiap daerah. Upaya yang di lakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi masing – masing daerah adalah dengan memaksimalkanpenggunaan pendapatan asli daerah dan transfer pusat berupa dana perimbangan yang kemudian di salurkan ke belanja daerah untuk membangun sarana prasarana yang di butuhkan daerah untuk meningkatkan pelayanan publik dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuan penelitian ini yaitu 1) Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi, 2) Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi melalui belanja modal.

Penelitian ini dilakukan pada seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Pengumpulan data yang dilakukan melalui dokumen-dokumen yang terdapat di BPS. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, sedangkan teknik analisis yang digunakan yaitu analisis jalur atau path analysis.

Hasil analisis menunjukkan pendapatan asli daerah dan dana perimbangan memiliki pengaruh langsung positif dan signifikan terhadap belanja modal. Pendaptan asli daerah dan dana perimbangan memiliki pengaruh langsung positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi namun belanja modal memiliki pengaruh langsung negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kata kunci: pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja modal, pertumbuhan ekonomi


(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

2.1 Landasan Teori dan Konsep ... 14

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 14

2.1.2 Pendaptan Asli Daerah ... 18

2.1.3 Dana Perimbangan ... 22

2.1.4 Belanja Modal ... 23

2.1.5 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 27

2.1.6 Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 28

2.1.7 Hubungan Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi ... 29

2.1.8 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal ... 30

2.1.9 Hubungan Dana Perimbangan dan Belanja Modal ... 31

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya ... 34

2.3 Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

3.1 Desain Penelitian ... 36

3.2 Lokasi Penelitian ... 36

3.3 Obyek Penelitian ... 37

3.4 Identifikasi Variabel ... 37


(9)

viii

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 39

3.7 Sampel ... 40

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 40

3.9 Teknik Analisis Data ... 40

3.9.1 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 49

4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian ... 49

4.1.1 Gambaran Umum Provinsi Bali ... 49

4.1.2 Luas Wilayah ... 50

4.1.3 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Bali .. 51

4.1.4 Perkembangan Dana Perimbangan di Provinsi Bali ... 52

4.1.5 Perkembangan Belanja Modal di Provinsi Bali ... 54

4.1.6 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali ... 55

4.2 Pembahasan dan Hasil Data ... 56

4.2.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 56

4.2.2 Pegaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 57

4.2.3 Hasil Pengujian Analisis Jalur ... 58

4.2.4 Nilai Kekeliruan Taksir Standar ... 58

4.2.5 Pemeriksaan Validitas Model ... 58

4.2.6 Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 59

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 74

5.1 Simpulan ... 74

5.2 Saran ... 74

DAFTAR RUJUKAN ... 77


(10)

ix

DAFTAR TABEL

No. TABEL Halaman

1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun

2007-2013 ... 7 3.1 Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan Pengaruh

Total Variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Modal, serta Pertumbuhan Ekonomi Pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2007-2013 ... 48 4.1 Realisasi Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali Tahun 2007-2013 (Ribu Rupian/Kapita) ... 51 4.2 Realisasi Perkembangan Dana Perimbangan Pada Kabupaten/Kota

di Provinsi Bali Tahun 2007-2013 (Ribu Rupian/Kapita) ... 53 4.3 Realisasi Perkembangan Belanja Modal Pada Kabupaten/Kota di

Provinsi Bali Tahun 2007-2013 (Ribu Rupian/Kapita) ... 54 4.4 Realisasi Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Pada

Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2007-2013 (Ribu Rupian/Kapita) ... 55 4.5 Hasil Uji Regresi Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 57 4.6 Hasil Uji Regresi Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan

dan Belanja Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 57 4.7 Hasil Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung, dan

Pengaruh Total Variabel Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Modal, serta Pertumbuhan Ekonomi Pada


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

No. Lampiran Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Tahun 1995-2013

(dalam persen) ... 6 3.1 Diagram Analisis Jalur ... 41 4.1 Diagram Hasil Analisis Jalur ... 60


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Data Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali

Tahun 2007-2013 ... 81 2 Hasil Uji Persamaan Struktural 1 ... 83 3 Hasil Uji Persamaan Struktural 2 ... 84


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pembangunan ekonomi Indonesia sangat tergantung pada pembangunan ekonomi daerah. Pembangunan daerah dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran pembangunan nasional yang telah ditetapkan melalui pembangunan jangka panjang dan jangka pendek (Suliswanto, 2010). Pemerintah daerah berhak untuk mengatur sendiri keuangan daerahnya dengan sedikit mungkin campur tangan pemerintah pusat. Hal ini diatur dalam UU Nomor 32 tahun 2004. Dimana dalam pasal ini menekankan kewenangan daerah secara luas untuk mengatur sumber – sumber keuangan yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat dan kemampuan/potensi daerah atau sering disebut otonomi daerah.

Salah satu alasan dibentuknya otonomi daerah adalah daerah dapat memaksimalkan potensi daerahnya sehingga pembangunan di pusat dapat berjalan seimbang dengan pembangunan di daerah. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Desentralisasi fiskal memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam mengatur daerahnya serta membuat kebijakan yang dapat menunjang potensi-potensi di daerahnya. Pembentukan desentralisasi fiskal ini bertujuan meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kemandirian daerah mengelola daerahnya dan


(14)

2

mengurangi subsidi pemerintah, serta melakukan pembangunan yang merata untuk setiap daerah. Sejak diberlakukannya desentralisasi fiskal semua daerah yang ada di Indonesia terus menerus melakukan pembangunan dan membuat kebijakan agar dapat meningkatkan pembangunan daerahnya.

Desentralisasi fiskal memberikan kewenangan kepada daerah untuk seluruh bidang pemerintahan kecuali politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, kebijakan fiskal dan moneter, agama (Suparmoko, 2002:17). Terdapat beberapa faktor dalam keberhasilan pelaksanaan desentralisasi fiskal, yaitu pertama sumber daya manusia yang berkualitas sebagai pelaksana kebijakan atau sebagai penyelenggara pemerintahan daerah. Kedua keuangan daerah yang dikelola dengan baik, dimana dapat menggali sumber pendapatan daerah dan mengelola keuangan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Ketiga teknologi yang memadai, dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal sangat diperlukannya teknologi yang memadai guna menunjang pelaksanaan kebijakan atau peraturan yang dibuat. Keempat manajemen yang baik dalam mengelola daerah serta menjalankan kebijakan sesuai dengan peraturan yang berlaku (Kaho, 2001:60).

Pemberian otonomi daerah sangatlah berpengaruh bagi pertumbuhan daerah Menurut Subandi (2008: 133) Pembangunan daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dapat mengelola sumber daya atau potensi yang ada di daerahnya masing-masing, dan membentuk kerjasama dengan sektor swasta sehingga akan menciptakan lapangan pekerjaan baru dan dapat merangsang perkembangan dalam melakukan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.


(15)

3

Adanya pertumbuhan ekonomi tidak lepas dengan peran pemerintah dengan program-programnya yang ingin mensejahtrakan rakyat. Adanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi berasal dari Pendapatan Asli Derah (PAD) yang tinggi pula, maka disinilah peran otonomi daerah, yang dapat memperdayakan potensi daerah masing-masing. Kebebasan pemerintah daerah dalam hal merencanakan keuangan daerah dan membuat kebijakan yang dapat berpengaruh terhadap kemajuan daerah dan untuk menunjang kemajuan daerah, Pemerintah daerah mengalokasikan anggaran belanja daerah yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan publik akan sarana dan prasarana umum yang di perlukan. Dalam perencanaannya belanja daerah masuk ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Anggaran ini merupakan rencana keuangan pemerintah daerah dalam tahun tertentu yang di rancang dan di setujui bersama dengan DPRD. APBD terdiri dari pendapatan daerah , belanja daerah dan pembiayaan daerah.

Dalam menjalankan desentralisasi pemerintah daerah sering kali mengalami kekurangan dalam APBD. Hal ini disebabkan tidak seimbangnya penerimaan daerah dan dana belanja daerah yang tujuannya untuk memenuhi kebutuhan publik. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah memberika dana perimbangan. Dana perimbangan bersumber dari APBN yang terdiri atas dana bagi hasil (DBH) , dana alokasi umum (DAU) dan dana alokasi khusus (DAK). Selain bertujuan untuk menambah APBD dana perimbangan ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan pendapatan antar daerah. Sering kali dalam proporsi dana alokasi umum lebih tinggi dari penerimaan daerah, bahakan di beberapa daerah sangat kekurangan anggaran sehingga di berikan dana alokasi khusus . Hal ini


(16)

4

menunjukan masih tingginya ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana dari pemerintah pusat.

Tujuan pemerintah pusat dan daerah adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat melakukan meningkatkan infrastruktur yang memadai. Pemerintah daerah dituntut untuk memberikan proporsi belanja daerah yang lebih besar untuk pembangunan pada sektor – sektor yang produktif untuk meningkatkan kemandirian daerah .

Berdasarkan model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi ke dalam beberapa tahap yaitu tahap awal perkembangan ekonomi, persentase investasi pemerintah terhadap total investasi besar sebab tahap ini pemerintah harus menyediakan sarana prasarana. Peranan pemerintah pada tahap menengah tetap besar karena peranan swasta banyak menimbulkan kegagalan pasar dan juga menyebabkan pemerintah harus menyediakan barang dan jasa publik dalam jumlah yang lebih banyak serta kualitas yang lebih baik. Pada tahap lanjut Rostow mengatakan bahwa pembangunan ekonomi, aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat dan sebagainya.

Dalam teori ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah (government expenditure) mempunyai hubungan timbal balik yang


(17)

5

positif. Wagner menyebutkan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pertumbuhan ekonomi meningkat maka pengeluaran pemerintah juga akan meningkat (Wagner dalam Mahyuddin, 2009), dimana analogi untuk Hukum Wagner ini adalah dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka kebutuhan akan penyediaan barang publik juga akan meningkat sehingga dibutuhkan pembiayaan melalui penerimaan pemerintah yang pada akhirnya pengeluaran pemerintah juga akan meningkat atau dapat diartikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga akan mencerminkan besarnya dana pengeluaran pemerintah untuk membiayai kebutuhan layanan jasa pemerintah.

Konsep tersebut dikatakan oleh Wagner sebagai berikut: „as per capita in-come rises in industrialising nations, their public sectors will grow in relative

im-portance‟ (Peters, 2011: 5). Teori tersebut didukung oleh Peacock dan

Wiseman:“bahwa perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang

semakin meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. Oleh karena itu, dalam keadaan normal, meningkatnya GNP (Gross National

Product) menyebabkan penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga

dengan pengeluaran pemerintah menjadi semakin besar” (Mangkoe-soebroto, 1993: 173).Wagner menyatakan bahwa dalam suatu perekonomian apabila pendapatan perkapita meningkat maka secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat terutama disebabkan karena pemerintah harus mengatur hubungan yang timbul dalam masyarakat, hukum, pendidikan, rekreasi, kebudayaan dan sebagainya (Peters, 2011: 6). Belanja daerah sangat dipengaruhi


(18)

6

oleh kondisi keuangan daerah dan kemampuan daerah dalam menggali sumber-sumberkeuangan sendiri serta transfer dari pusat.

Bali merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang bergantung pada sektor pariwisata yang kemudian menghidupkan sektor lainnya. Sektor pariwisata dan sektor lainnya yang ada di Bali memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Provinsi Bali memiliki laju pertumbuhan yang berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 yang menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.

Gambar 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bali Tahun 1995-2013 (dalam persen)

Sumber:BPS Provinsi Bali, 2014

Berdasarkan Gambar 1.1 laju pertumbuhan ekonomi di Bali mengalami fluktuasi. Pada tahun 1996 laju pertumbuhan ekonomi di Bali menempati tempat tertinggi yaitu 8 persen, sementara tahun 1998 Bali mengalami kontraksi hingga sebesar negatif 4 persen. Pada saat itu Bali mengalami krisis moneter yang menyebabkan krisis ekonomi yang juga terjadi di seluruh wilayah di Indonesia. Namun pada tahun-tahun berikutnya laju pertumbuhan ekonomi di Bali perlahan kembali meningkat, walaupun beberapa kali mengalami penurunan yang tidak terlalu curam hingga tahun 2013 mencapai 6 persen.

-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 1 9 9 5 1 9 9 6 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3


(19)

7

Laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali dipengaruhi oleh laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali, sehingga besar kecilnya peningkatan maupun penurunan yang terjadi pada laju pertumbuhan kabupaten/kota akan sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Laju pertumbuhan ekonomi pada kabupaten/kota yang ada di Provinsi Bali dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2007-2013

Kabupaten/Kota 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Rata-Rata Jembrana 5.11 5.05 4.98 4.57 5.61 5.09 5.38 5.11 Tabanan 5.76 5.22 5.44 5.68 5.82 5.91 6.03 5.71 Badung 6.85 6.91 6.39 6.68 6.69 7.03 6.41 6.71 Gianyar 5.89 5.90 5.93 6.04 8.76 6.79 6.43 6.53 Klungkung 5.54 5.07 4.92 5.43 5.81 6.03 5.71 5.20 Bangli 4.48 4.02 5.71 4.97 5.84 5.99 5.61 5.23 Karangasem 5.20 5.07 5.01 5.09 5.19 5.73 5.81 5.30 Buleleng 5.82 5.84 6.01 5.85 6.11 6.52 6.71 6.12 Denpasar 6.60 6.83 6.53 6.57 6.77 7.18 6.54 6.72 Bali 5.92 5.97 5.33 5.83 6.49 6.65 6.05 6.03 Sumber:BPS Provinsi Bali 2014

Dalam Tabel 1.1 kabupaten yang memiliki rata-rata laju pertumbuhan ekonomi terendah yaitu Kabupaten Jembrana yang hanya 5,29 persen, berbanding jauh dengan Kota Denpasar yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi yaitu 6,72 persen. Kota Denpasar dan Kabupaten Badung memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang hampir sama dengan selisih 0,01 persen, dimana Kabupaten Badung lebih rendah dibandingkan Kota Denpasar. Kabupaten Badung, Gianyar, dan Buleleng serta Kota Denpasar memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali.


(20)

8

Daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya dituntut untuk lebih mandiri dalam menjalankan keuangan, baik dari segi pendapatan dan pengeluarannya. Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang tinggi merupakan tujuan dari masing-masing pemerintah daerah. Hal ini dikarenakan PAD yang tinggi menandakan otonomi daerah yang dilaksanakan berjalan dengan baik. PAD merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dari hasil mengelola potensi-potensi daerah oleh pemerintah daerah. PAD berasal dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. Setiap daerah memiliki PAD yang berbeda-beda karena potensi yang dimiliki setiap daerah berberbeda-beda. Semakin tingginya PAD suatu daerah maka semakin kecil tingkat ketergantungan daerah terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) atau Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan oleh pemerintah pusat.

PAD sangat tergantung pada jumlah dan macam-macam objek pajak maupun retribusi daerah. Setiap pemerintah daerah bebas dalam menentukan tarif pajak maupun retribusi daerahnya dengan tetap berpedoman kepada uandang-undang sebagai batas maksimum dari tarif pajak dan retribusi daerah. Pemerintah daerah harus bisa mengindentifikasi potensi-potensi dalam yang ada di daerahnya. Perekonomian suatu daerah sangat tergantung kepada pajak daerah dan retribusi daerah. Apabila pajak daerah dan retribusi daerah meningkat maka perekonomian daerah tersebut semakin tinggi.

Belanja daerah dan PAD memiliki hubungan yang erat. Besar kecilnya PAD akan membantu dalam menunjang belanja daerah. Belanja daerah kemudian


(21)

9

dialokasikan untuk belanja tidak langsung dengan porsi yang semakin besar guna manambah sarana prasarana dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat serta mengurangi angka kemiskinan yang ada (BPS Provinsi Bali, 2014). Permasalahan yang terjadi dalam pemerintah daerah saat ini adalah peningkatan pendapatan tidak selalu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

PAD menarik untuk diteliti karena PAD tiap daerah berbeda-beda, selain itu belanja modal yang dilakukan pemerintah dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat dan diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya PAD dan belanja modal memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lin dan Liu pada tahun 2000 yang menyatakan bahwa desentralisasi fiskal memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan kata lain desentralisasi fiskal berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut penelitian yang dilakukan Wong (2004) pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang sebenarnya menghasilkan peningkatan kapasitas pendapatan pemerintah daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi juga mencerminkan semakin besarnya kebutuhan layanan jasa pemerintah, sehingga dibutuhkan anggaran pemerintah yang semakin besar pula (Mahyuddin, 2009). Pendapatan per kapita berkontribusi terhadap PAD sehingga akan meningkatkan pengeluaran pemerintah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang berjudul pengaruh pendapatan asli daerah dan dana perimbangan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan belanja modal sebagai variabel intervening pada kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2007-2013.


(22)

10 1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dismpaikan maka terdapat beberapa rumusan masalah yang dapat diajukan sebagai berikut.

1) Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ?

2) Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ?

3) Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai sebagai bukti empiris, antara lain.

1) Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. 2) Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan

dan Belanja Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

3) Untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.


(23)

11 1.4Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut.

1) Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan konsep – konsep teori yang selama ini diperoleh dalam perkuliahan tentang pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan melalui berbagai temuan pada penelitian. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi, informasi dan wawasan untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan.

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran kepada pemerintah terkait pendapatan asli daerah, dana perimbangan, belanja modal dan peningkatan pertumbuhan ekonomi.

1.5Sistematika Penelitian

Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan bab yang lainnya dan disusun secara sistematis serta terperinci untuk memberikan gambaran dan mempermudah pembahasan. Sistematika dari masing-masing bab dapat diperinci sebagai berikut:


(24)

12

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitiannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung dan berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang digunakan sebagai pedoman dalam pemecahan masalah dalam laporan ini penelitian, hasil penelitian sebelumnya yang terkait yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini serta disajikan hipotesis atau dugaan sementara atas pokok permasalahan yang diangkat sesuai dengan landasan teori yang ada.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menyajikan gambaran umum wilayah, perkembangan, dan data serta menguraikan pembahasan yang berkaitan dengan pengujian pengaruh langsung maupun pengaruh tidak langsung variabel pendapatan asli daerah, belanja tidak langsung, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan di Provinsi Bali.


(25)

13 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan mengemukakan simpulan berdasarkan hasil uraian pembahasan pada bab sebelumnya, keterbatasan dalam penelitian yang telah dilakukan dan saran atas penelitian yang dilakukan agar nantinya diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.


(26)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep

2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan suatu perekonomian di suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi ini adalah perubahan fiskal yang terjadi di suatu daerah atau negara secara khusus, Seperti pertambahan infrastruktur dan jumlah produksi barang industri dan perkembangan yang menyangkut aspek ekonomi lainnya. Untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan melihat pendapatan nasional riil yang di peroleh (Sukirno. 1994:45). Ekonomi yang bertumbuh adalah ekkonomi dengan titik equilibrium antara permintaan agregat dan penawaran agregat semakin baikdibanding tahun sebelumnya (Manurung,2000:8).

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sukirno,2000:55). Jadi pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian. Dari suatu periode ke periode lainnya kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan oleh pertambahan faktor-faktor produksi baik dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah barang modal dan teknologi yang digunakan juga makin berkembang. Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat perkembangan penduduk seiring dengan


(27)

15

meningkatnya pendidikan dan keterampilan mereka. Menurut Arsyad (1999:108) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/ Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi suatu

negara. ”pertumbuhan” (growth) tidak identik dengan ”pembangunan”

(development) Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu syarat dari banyak syarat yang diperlukan dalam proses pembangunan (Meier,1989). Pertumbuhan ekonomi hanya mencatat peningkatan produksi barang dan jasa secara nasional, sedang pembangunan berdimensi lebih luas. Salah satu sasaran pembangunan ekonomi daerah adalah meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan. Laju pertumbuhan PDRB akan memperlihatkan proses kenaikan output perkapita dalam jangkapanjang. Penekanan pada ”proses”, karena mengandung unsur dinamis, perubahan atau perkembangan. Oleh karena itu pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik dapat dinilai efektifitasnya. Tingkat pertumbuhan ekonomi dalam suatu tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan menggunakan formula sebagai berikut (Sukirno, 2000:10). ��− ��−1

�−1


(28)

16 Ket:

gt = tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun t (%) Yr t = pendapatan nasional (PDRB) riil pada tahun t (Rp)

Yr t-1 = pendapatan nasional (PDRB) pada tahun sebelumnya (Rp) Pertumbuhan Ekonomi Klasik

Menurut ekonom Klasik, Smith, pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk (Arsyad,1999:55). Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ada tiga :

1. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.

3. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan tingkat pertumbuhan output.

Laju pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh produktivitas sektor-sektor dalam menggunakan faktor-faktor produksinya. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui berbagai sarana pendidikan, pelatihan dan manajemen yang lebih baik. Menurut Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik, pertumbuhan ekonomi bergantung pada faktor-faktor produksi (Sukirno, 1994:10).


(29)

17 Persamaannya adalah :

∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)

∆Y = tingkat pertumbuhan ekonomi ∆K = tingkat pertambahan barang modal ∆L = tingkat pertambahan tenaga kerja ∆T = tingkat pertambahan teknologi Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

Dalam model pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow (Solow Neo Classical Growth Model) maka fungsi produksi agregat standar adalah sama seperti yang digunakan dalam persamaan sektor modern Lewis yakni:

Y = Aeμt. Kα.L1-α Y = Produk Domestik Bruto

K = stok modal fisik dan modal manusia L = tenaga kerja non terampil

A = konstanta yang merefleksikan tingkat teknologi dasar eμt = melambangkan tingkat kemajuan teknologi

α= melambangkan elastisitas output terhadap model, yakni persentase kenaikan PDB yang bersumber dari 1% penambahan modal fisik dan modal manusia.

Menurut teori pertumbuhan Neo Klasik Tradisional, pertumbuhan output selalu bersumber dari satu atau lebih dari 3 (tiga) faktor yakni kualitas dan kuantitas tenaga kerja, penambahan modal (tabungan dan investasi) dan penyempurnaan teknologi (Todaro, 2004:184).


(30)

18 Pertumbuhan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pekembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad,1999:108). Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah.

2.1.2 Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-Undang 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yang menyatakan sumber-sumber pendapatan asli daerah yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, perusahaan daerah dan lain-lain hasil usaha daerah yang sah. Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah di samping retribusi daerah. Retribusi daerah adalah pembayaran-pembayaran kepada daerah yang dilakukan oleh para pengguna jasa-jasa daerah. Perusahaan daerah adalah suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan untuk menambah penghasilan daerah (Kaho, 2001:127).


(31)

19

Menurut (Suparmoko,2002:55) pendapatan asli daerah terdiri dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah. Pajak merupakan iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada pemerintah tanpa balas jasa langsung yang dapat ditunjuk, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak ini digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Santosa (2013) mengatakan bahwa, peningakatan pendapatan asli daerah yang dianggap sebagai modal secara akumulasi akan lebih banyak menimbulkan efek positif dan akan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Menurut Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 menyebutkan instrument penerimaan pajak daerah adalah yang paling penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah. Pajak daerah juga merupakan pemungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan perundang – undangan yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran – pengeluaran daerah.

Selain pajak daerah sumber pendaptan asli daerah yang cukup besar adalah Retribusi daerah. Menurut Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 retribusi daerah merupakan hasil pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau perusahaan.


(32)

20

Perusahaan daerah memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam peningkatan PAD, namun pada beberapa daerah kontribusi perusahaan daearh terlalu rendah. Dalam mengoptimalkan perusahaan daerah sebagai sumber pendapatan dalam peningkatan pendapatan asli daerah perlu adanya profesionalisme dalam menjalankan perusahaan tersebut. Menurut Mahmudi (2010) pendapatan daerah yang berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain: hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi, komisi, potongan, keuntungan selisih kurs, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak dan retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan atas fasilitas sosial dan fasilitas umum, dan pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan penelitian.

Menurut (Halim ,2007: 264-268), adapun yang tergolong PAD yang masuk ke dalam provinsi yaitu.

a. Pajak Daerah terdiri dari pajak kendaraan bermotor, pajak kendaraan diatas air, bea balik nama kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan di atas air, pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak air permukaan.

b. Restribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa usaha, dan restribusi perizinan tertentu.

c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan terdiri dari bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/ BUMD, bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/BUMN, bagian laba atas pernyataan modal pada perusahaan patungan/milik swasta.


(33)

21

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, tuntutan ganti rugi (TGR), komisi, potongan dan keuntungan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan denda atas keterlambatan peaksanaan pekerjaan, pendapatan daerah pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atau jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan daripenyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Adapun yang tergolong PAD yang masuk ke dalam susunan pendapatan kabupaten/kota yaitu.

a. Hasil Pajak Daerah terdiri dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, pajak parkir, pajak parkir bawah tanah, pajak sarang burung wallet, pajak lingkungan

b. Hasil Restribusi Daerah terdiri dari restribusi jasa umum, restribusi jasa usaha, dan restribusi perizinan tertentu

c. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terdiri dari hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, pendapatan bunga dposito, tuntutan ganti kerugian daerah, komisi, potongan dan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian, fasilitas sosial dan


(34)

22

fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, dan pendapatan dari anggaran/cicilan rumah.

2.1.3 Dana Perimbangan

Dana perimbangan bersumber dari APBN yang di alokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka menjalankan pemerintahan dan melaksanakan desentralisasi. Otonomi daerah hingga saat ini masih belum optimal, Hal ini dikarenakan banyak masalah yang muncul mulai dari konsisi geografis, kekayaan alam, serta potensi daerah yang berbeda – beda. Potensi daerah yang berbeda – beda menciptakan perbedaan kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut . Perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembagian yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dengan pertimbangan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerahn (Try Indarningrum, 2011).

Kebijakan subsidi dan bantuan yang didistribusikan ke daerah untuk menutup kesenjangan antara pengeluaran dan pendapatan telah dikeluarkan pemerintah sejak awal kemerdekaan (Kuncoro,2004). Menurut Sevitenyi (2012), Pengeluaran pemerintal adalah total pengeluaran pada tingkat agregat dan total pengeluaran berulang, jumlah belanja modal, administrasi, sosial dan pelayanan masyarakat, layanan ekonomi dari transfer.

Dana Perimbangan Terdiri dari dana bagi hasil , dana alokasi umum dan khusus. Dana Bagi Hasil (DBH) berupa dana bagi hasil atas jasa adalah dana yang bersumber dri APBN yang dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka


(35)

23

persentase tertentu dengan memperhatikan potensi daerah penghasil (Aryanto, 2011).

Berdasarkan UU NO. 33 Tahun 2004 , Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN, yang di alokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membuayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka desentralisasi untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. DAU diberikan berdasarkan kebutuhan daerah yang menjadi target pemberian. Kebutugan daerah diukur melalui luas wilayah, jumlah penduduk, keadaan geografis, dan tingkat pendapatan masyarakat. Kebijakan alokasi DAU diberikan dengan menggunakan proporsi terbaik, dimana daerah miskin akan menerima DAU lebih besar daripada daerah yang kaya. Semakin kaya suatu daerah maka DAU yang di alokasikan semakin kecil. Dana perimbangan Berperan sangat penting dalam mempengaruhi perekonomian.

2.1.4 Belanja Modal

Belanja modal merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum (Halim, 2004). Belanaja Modal diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu Belanja Publik yang manfaatnya dapat langsung dinikmasi masyarakat misalnya : pembangunan jembatan, jalan, dan perbaikan fasilitas umum lainnya. Kedua adalah belanja aparatur yaitu belanja yang manfaatnya dinikmati secara tidak langsung oleh masyarakat mislanya


(36)

24

pembelian mobil dinas dan pembangunan kantor-kantor pelayanan publik. Belanja modal sangat erat kaitannya dengan investasi yang dinakukan pemerintah daerah.

Menurut Kementrian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jendral Anggaran, Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah.Belanja Modal dapat diaktegorikan dalam 5 (lima) kategori utama(Syaiful, 2006) :

1. Belanja Modal Tanah Belanja Modal Tanah adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, pembeliaan, pembebasan, penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

2. Belanja Modal Peralatan dan MesinBelanja Modal Peralatan dan Mesin adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan peningkatan kapasitas peralatan dan mesin serta

inventaris kantor yang memberikan manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan dan sampai peralatan dan mesin dimaksud dalam kondisi siap pakai. 3. Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Gedung dan

Bangunan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan gedung dan bangunan yang


(37)

25

menambah kapasitas sampai gedung dan bangunan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

4. Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian, peningkatan pembangunan, pembuatan serta perawatan, dan termasuk pengeluaran untuk perencanaan, pengawasan dan pengelolaan jalan irigasi dan jaringan yang menambah kapasitas sampai jalan irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap pakai.

5. Belanja Modal Fisik Lainnya Belanja Modal Fisik Lainnya adalah pengeluaran biaya yang digunakan untuk pengadaan, penambahan, penggantian pembangunan, pembuatan serta perawatan fisik lainnya yang tidak dikategorikan kedalam kriteria belanja modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, dan jalan irigasi danjaringan, termasuk dalam belanja ini adalah belanja modal kontrak sewa beli, pembelian barang-barang kesenian, barang purbakala dan barang untuk museum, hewan ternakdan tanaman, buku-buku, dan jurnal ilmiah.

Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan bahwa pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah. Maksud pernyataan tersebut adalah belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang


(38)

26

diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas social dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jaminan sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerjadan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aset tetap yang dimiliki sebagai akibat adanya belanja modal merupakan prasyarat utama dalam memberikan pelayanan publik oleh pemerintah daerah. Untuk menambah aset tetap, pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintah daerah sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial (Syukriy Abdullah,Abdul Halim : 2006).

Belanja modal dimaksudkan untuk mendapatkan aset tetap pemerintahdaerah yaitu peralatan, bangunan, infrastruktur dan harta tetap lainnya. Secara teoritis ada tiga cara untuk memperoleh aset tetap tersebut yakni dengan membangun sendiri, menukarkan dengan aset tetap lain dan membeli.Namun biasanya cara yang dilakukan dalam pemerintahan adalah dengan cara membeli. Proses pembelian yang dilakukan umumnya melalui sebuah proses lelang atau tender yang cukup rumit.


(39)

27

2.1.5 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dengan Pertumbuhan Ekonomi Pendpatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Tujuan dari Pendapatan asli daerah adalah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah termasuk penyediaan infrastruktur yang diperlukan daerah. Infrastruktur dan sarana prasarana yang ada di daerah akan berdampak pada pertumbuh ekonomi daerah. Jika sarana dan prasarana memadai maka masyarakat dapat melakukan aktivitas sehari – harinya secara aman dan nyaman yang akan berpengaruh pada tingkat produktivitasnya yang semakin meningkat, dan dengan adanya infrastruktur yang memadai akan menarik investor untuk membuka usaha di daerah tersebut.

Dengan bertambahnya belanja daerah dalam penyediaan infratruktur maka akan berdampak pada periode yang akan datang yaitu produktivitas masyarakat meningkat dan bertambahnya investor akan meningkatkan pendapatan asli daerah. (Abimanyu, 2005) Peningkatan Pemerintah Daerah dalam investasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002). Wong (2004) menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Maka dapat di asumsikan meningkatnya pendapatan asli daerah yang diterima juga akan meningktakan alokasi dana untuk penyediaan infrastruktur yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang semakin meingkat atau


(40)

28

sebaliknya jika pendaptan asli daerah menurun maka alokasi dana untuk penyediaan infrastruktur juga menurun dan akan menyebabkan penyediaan fasilitas layanan public yang kurang, sehingga pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan.

2.1.6 Hubungan Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan Ekonomi

Ketimpaangan pertumbuhan ekonomi di setiap daerah yang berbeda – beda yang dikarenakan adanya potensi maupun letak geografis yang berbeda ini menyebabkan perlunya ada pemberian dana perimbangan . Dana perimbangan merupakan transfer dari pemerintah pusat untuk daerah yang belum mampu dalam hal pemenuhan infrastruktur dengan kemampuan pendapatan asli daerahnya. Adapun hubungan antara Dana Perimbangan dengan Pertumbuhan ekonomi yaitu, jika dilihat dari pengertiannya bahwa apabila dana perimbangan tinggi akan membuat pengeluaran untuk Belanja Modal juga semakin tinggi, dan membuat biaya untuk menunjang kesejahtraan masyarakat makin tinggi pula.

Menurut Holzt-Eakin et al (1994), menyatakan bahwa terdapat suatu keterkaitan yang sangat erat antara transfer di Pemerintah Pusat dengan Belanja di Pemerintah Daerah. Dan terdapat bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja daerah (Legrenzi and Milas, 2001). Sesuai dengan tujuan dari dana perimbangan yang bertujuan untuk mengatasi perbedaan kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Maka dari itu apabila dana perimbangan yang didapat dalam jumlah yang kecil dan tidak mampu memenuhi kekurangan dari dana yg di dapat dari pendapatan asli daerah, akan membuat biaya yang dieluarkan utuk Belanja Modal akan sedikit pula dan


(41)

29

kesejahtraan masyarakat yang ditunjang dari dana tersebut akan semakin menurun dan menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun.

2.1.7 Hubungan Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi

Belanja modal didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik. Peningkatan invesatasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik. Tujuan membangun aset tetap berupa fasilitas, sarana prasarana serta infrastruktur adalah menyediakan pelayanan publik yang memadai sehingga dapat meningkatkan produktivitas perekonomian. Apabila suatu daerah memiliki sarana prasarana yang memadai dapat membuat investor untuk melakukan investasi dan masyarakat dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman sehingga tingkat produktivitas akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan Abimanyu (2005) yang menyatakan bahwa apabila belanja modal meningkat maka akan berdampak pada produktivitas masyarakat yang semakin meningkat dan bertambahnya jumlah investor yang melakukan investasi akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah diantaranya pembangunan dan perbaikan sektor pendidikan, kesehatan, transportasi, sehingga masyarakat juga menikmati manfaat dari pembangunan daerah (Halim, 2004). Tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor serta meningkatkan produktifitas masyarakat yang akan meningkatan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan sarana dan prasarana oleh pemerintah daerah berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi


(42)

30

(Kuncoro, 2004).Syarat fundamental untuk pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Penyediaan infrastruktur yang dananya di alokasikan melalui belanja modal sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat diartikan bila belanja modal dengan jumlah yang besar maka ketersediaan fasilitas publik juga akan meningkat yang berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya bila belanja modal tidak mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, Maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.

2.1.8 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal

Pendapatan asli daerah berpengaruh erat hubungannya dengan Belanja modal karena setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah harus disesuaikan dengan pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Semakin tinggi pendapatan asli daerah maka semakin tinggi juga belanja yang dilakukan pemerintah. Menurut hukum Wagner, apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Mangkoesoebroto, 1993:171). Dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan per kapita secara tidak langsung mempengaruhi PAD yang dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah.

Menurut Prakosa (2004) bahwa, pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Belanja daerah tersebut kemudian dialokasikan untuk belanja Modal. Terdapat indikasi bahwa pemerintah daerah kurang berhati-hati dalam menyusun anggaran belanjanya dan kurang mengambil pelajaran dari realisasi anggaran tahun yang telah lalu.


(43)

31

Peningkatan invesatasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) public terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD. Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan PAD. Maka dapat di katakan bila pendapatan asli daerah yang tinggi akan ikut meningkatkan pengeluaran pemerintah dalam mengalokasikan dana untuk belanja modal guna meningkatkan fasilitas public untuk menunjang pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, jika pendapatan asli daerah yang kecil maka akan menyebabkan alokasi belanja modal yang semakin sedikit.

2.1.9 Hubungan Dana Perimbagan dengan Belanja Modal

Dana perimbangan bersumber dari APBN yang di alokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka menjalankan pemerintahan dan melaksanakan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengatasi perbedaan kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembagian yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dengan pertimbangan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerahn (Try Indarningrum, 2011).

Menurut Holzt-Eakin et al (1994), menyatakan bahwa terdapat suatu keterkaitan yang sangat erat antara transfer di Pemerintah Pusat dengan Belanja di


(44)

32

Pemerintah Daerah. Dan terdapat bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja daerah (Legrenzi and Milas, 2001). Sesuai dengan tujuan dari adanya Belanja Modal tersebut maka apabila dana perimbangan yang didapat dalam jumlah yang kecil akan membuat biaya yang dikeluarkan untuk Belanja Modal akan sedikit. Belanja Modal yang sedikit akan berdampak pada pemenuhan infrastruktur yang menyebabkan kesejahtraan masyarakat yang ditunjang dari penyediaan infrastruktur tersebut akan semakin menurun.

Pemerintah pusat mengharapkan dengan adanya desentralisasi fiskal pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya mengandalkan dana perimbangan. Dengan adanya transfer dana perimbangan dari Pemerintah Pusat maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD yang dimilikinya untuk membiayai belanja modal yang menunjang tujuan pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan publik. Dibeberapa daerah peran dana perimbangan sangat signifikan karena karena kebijakan belanja daerah lebih di dominasi oleh jumlah dana perimbangan dari pada PAD (Sidik etal, 2002). Sesuai dengan tujuan dari adanya dana perimbanga yang tujuannya adalah memenuhi kekurangan alokasi dana untuk belanja daerah, maka bila semakin banyak dana perimbangan yang diperoleh pemerintah daerah maka semakin tinggi juga alokasi belanja modal atau sebaliknya.


(45)

33 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu, dengan mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi peneliti. Oleh karena itu di bagian berikut akan diterangkan beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Santosa (2013) yang berjudul “Pengaruh PAD dan Dana perimbangan Daerah Terhadap Pertumbuhan, Pengangguran dan Kemiskinan 33 Provinsi di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAU, DAK, DBH, PAD, Pengangguran, Kemiskinan dan Pertumbuhan dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian ini PAD dan DAU tidak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan, sementara DAK dan DBH berpengaruh. PAD dan DAU berpengaruh terhadap penurunan pengangguran sementara DAK dan DBH tidak. PAD, DAU, DAK, DBH berpengaruh menurunkan angka kemiskinan, sementara pertumbuhan tidak berpengaruh pada kemiskinan dan pengangguran. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengidentifikasi PAD memengaruhi kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi memengaruhi kemiskinan dan menggunakan teknik analisis yang sama yaitu analisis jalur. Sementara perbedaannya adalah lokasi penelitian yang ini pada 33 Provinsi yang ada


(46)

34

di Indonesia sedangkan lokasi yang digunakan adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan variabel belanja tidak langsung yang digunakan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mawarni, dkk. (2013) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota di Aceh)”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD, DAU, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil analisis menunjukkan PAD berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, sementara DAU berpengaruh negatif terhadap belanja modal dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaannya dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis jalur dan menganalisis pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara perbedaannya adalah variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini yaitu belanja modal sedangkan yang digunakan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening dan lokasi yang digunakan berbeda yaitu Provinsi Bali, sedangkan penelitian ini menggunakan Provinsi Aceh.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2013) yang berjudul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kebupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi dan alat analisis yang digunakan adalah


(47)

35

analisis data panel. Hasil analisis menunjukkan belanja tidak langsung dan belanja langsung secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis pengaruh belanja tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara perbedaannya adalah lokasi penelitian ini di Jawa Tengah tahun 2007-2011, sedangkan yang digunakan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2007-2013.

2.3 Hipotesis Penelitian

Pendapatan Asli Daerah yang mempengaruhi jumlah Dana Perimbangan sehingga dapat meningkatkan Belanja Modal dan akan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan dari landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, sehingga adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. 2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

3. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.


(1)

(Kuncoro, 2004).Syarat fundamental untuk pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pengadaan modal pembangunan yang seimbang dengan pertambahan penduduk. Penyediaan infrastruktur yang dananya di alokasikan melalui belanja modal sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, dapat diartikan bila belanja modal dengan jumlah yang besar maka ketersediaan fasilitas publik juga akan meningkat yang berdampak juga terhadap pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya bila belanja modal tidak mampu menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, Maka pertumbuhan ekonomi akan menurun.

2.1.8 Hubungan Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal

Pendapatan asli daerah berpengaruh erat hubungannya dengan Belanja modal karena setiap pengeluaran yang dilakukan pemerintah harus disesuaikan dengan pendapatan yang diterima pemerintah daerah. Semakin tinggi pendapatan asli daerah maka semakin tinggi juga belanja yang dilakukan pemerintah. Menurut hukum Wagner, apabila pendapatan per kapita meningkat, secara relatif pengeluaran pemerintah pun akan meningkat (Mangkoesoebroto, 1993:171). Dapat dilihat bahwa peningkatan pendapatan per kapita secara tidak langsung mempengaruhi PAD yang dapat meningkatkan pengeluaran pemerintah.

Menurut Prakosa (2004) bahwa, pendapatan asli daerah berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Belanja daerah tersebut kemudian dialokasikan untuk belanja Modal. Terdapat indikasi bahwa pemerintah daerah kurang berhati-hati dalam menyusun anggaran belanjanya dan kurang mengambil pelajaran dari realisasi anggaran tahun yang telah lalu.


(2)

Peningkatan invesatasi modal (belanja modal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi (kontribusi) public terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD. Dengan kata lain, pembangunan berbagai fasilitas sektor publik akan berujung pada peningkatan pendapatan daerah. Pelaksanaan desentralisasi membuat pembangunan menjadi prioritas utama pemerintah daerah untuk menunjang peningkatan PAD. Maka dapat di katakan bila pendapatan asli daerah yang tinggi akan ikut meningkatkan pengeluaran pemerintah dalam mengalokasikan dana untuk belanja modal guna meningkatkan fasilitas public untuk menunjang pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya, jika pendapatan asli daerah yang kecil maka akan menyebabkan alokasi belanja modal yang semakin sedikit.

2.1.9 Hubungan Dana Perimbagan dengan Belanja Modal

Dana perimbangan bersumber dari APBN yang di alokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka menjalankan pemerintahan dan melaksanakan desentralisasi. Dana perimbangan bertujuan untuk mengatasi perbedaan kemampuan keuangan untuk memenuhi kebutuhan daerah tersebut. Perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu sistem pembagian yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dengan pertimbangan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerahn (Try Indarningrum, 2011).

Menurut Holzt-Eakin et al (1994), menyatakan bahwa terdapat suatu keterkaitan yang sangat erat antara transfer di Pemerintah Pusat dengan Belanja di


(3)

Pemerintah Daerah. Dan terdapat bukti empiris bahwa dalam jangka panjang transfer berpengaruh terhadap belanja daerah (Legrenzi and Milas, 2001). Sesuai dengan tujuan dari adanya Belanja Modal tersebut maka apabila dana perimbangan yang didapat dalam jumlah yang kecil akan membuat biaya yang dikeluarkan untuk Belanja Modal akan sedikit. Belanja Modal yang sedikit akan berdampak pada pemenuhan infrastruktur yang menyebabkan kesejahtraan masyarakat yang ditunjang dari penyediaan infrastruktur tersebut akan semakin menurun.

Pemerintah pusat mengharapkan dengan adanya desentralisasi fiskal pemerintah daerah lebih mengoptimalkan kemampuannya dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga tidak hanya mengandalkan dana perimbangan. Dengan adanya transfer dana perimbangan dari Pemerintah Pusat maka daerah bisa lebih fokus untuk menggunakan PAD yang dimilikinya untuk membiayai belanja modal yang menunjang tujuan pemerintah yaitu meningkatkan pelayanan publik. Dibeberapa daerah peran dana perimbangan sangat signifikan karena karena kebijakan belanja daerah lebih di dominasi oleh jumlah dana perimbangan dari pada PAD (Sidik etal, 2002). Sesuai dengan tujuan dari adanya dana perimbanga yang tujuannya adalah memenuhi kekurangan alokasi dana untuk belanja daerah, maka bila semakin banyak dana perimbangan yang diperoleh pemerintah daerah maka semakin tinggi juga alokasi belanja modal atau sebaliknya.


(4)

2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya

Pengkajian atas hasil – hasil penelitian sebelumnya akan sangat membantu peneliti-peneliti lainnya dalam menelaah masalah yang akan dibahas dengan berbagai pendekatan spesifik. Selain itu, dengan mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan pemahaman komprehensif mengenai posisi peneliti. Oleh karena itu di bagian berikut akan diterangkan beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Santosa (2013) yang berjudul “Pengaruh PAD dan Dana perimbangan Daerah Terhadap Pertumbuhan, Pengangguran dan Kemiskinan 33 Provinsi di Indonesia”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAU, DAK, DBH, PAD, Pengangguran, Kemiskinan dan Pertumbuhan dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil penelitian ini PAD dan DAU tidak berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan, sementara DAK dan DBH berpengaruh. PAD dan DAU berpengaruh terhadap penurunan pengangguran sementara DAK dan DBH tidak. PAD, DAU, DAK, DBH berpengaruh menurunkan angka kemiskinan, sementara pertumbuhan tidak berpengaruh pada kemiskinan dan pengangguran. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengidentifikasi PAD memengaruhi kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi serta pertumbuhan ekonomi memengaruhi kemiskinan dan menggunakan teknik analisis yang sama yaitu analisis jalur. Sementara perbedaannya adalah lokasi penelitian yang ini pada 33 Provinsi yang ada


(5)

di Indonesia sedangkan lokasi yang digunakan adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan variabel belanja tidak langsung yang digunakan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Mawarni, dkk. (2013) yang berjudul “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja Modal serta Dampaknya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Pada Kabupaten/Kota di Aceh)”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah PAD, DAU, Belanja Modal, Pertumbuhan Ekonomi dan alat analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil analisis menunjukkan PAD berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja modal dan pertumbuhan ekonomi, sementara DAU berpengaruh negatif terhadap belanja modal dan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaannya dengan penelitian ini adalah menggunakan analisis jalur dan menganalisis pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara perbedaannya adalah variabel intervening yang digunakan dalam penelitian ini yaitu belanja modal sedangkan yang digunakan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel intervening dan lokasi yang digunakan berbeda yaitu Provinsi Bali, sedangkan penelitian ini menggunakan Provinsi Aceh.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Haryanto (2013) yang berjudul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kebupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2011”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Belanja Langsung, Belanja Tidak Langsung dan Pertumbuhan Ekonomi dan alat analisis yang digunakan adalah


(6)

analisis data panel. Hasil analisis menunjukkan belanja tidak langsung dan belanja langsung secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama menganalisis pengaruh belanja tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara perbedaannya adalah lokasi penelitian ini di Jawa Tengah tahun 2007-2011, sedangkan yang digunakan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2007-2013.

2.3 Hipotesis Penelitian

Pendapatan Asli Daerah yang mempengaruhi jumlah Dana Perimbangan sehingga dapat meningkatkan Belanja Modal dan akan mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi. Berdasarkan dari landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya, sehingga adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu :

1. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. 2. Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Belanja Modal

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.

3. Pendapatan Asli Daerah dan Dana Perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi melalui Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali.