Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

(1)

SKRIPSI

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PERKAPITA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT PADA

TAHUN 2010-2013 OLEH

AZURA ANNISA FITRI HUTAPEA 110503237

PROGRAM STUDI STRATA 1 DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah dianggap sah berpengaruh secara signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita di Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 9 kabupaten/kota setiap tahunnya dari 27 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk periode tahun 2010-2013. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Data yang dianalisis dalam penelitian ini dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode SEM Bayes dengan menggunakan software Amos 22. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier dengan metode estimasi parameter Bayes.

Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara simultan kedua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan per kapita. Secara parsial, belanja modal berpengaruh signifikan negatif terhadap pendapatan per kapita, sedangkan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan per kapita. Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang paling signifikan. Penelitian ini masih butuh diteliti oleh peneliti selanjutnya, karena keterbatasan dari penelitian ini.

Kata Kunci : Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Per Kapita, Metode SEM Bayes.


(3)

iii ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL EXPENDITURE AND REVENUE OF REGIONAL INCREASING PER CAPITA INCOME GOVERNMENT OF DISTRICT /

CITY OF WEST JAVA PROVINCE IN 2010-2013

This study analyzed the influence of Capital Expenditure and Local Revenue to Income Per Capita in the District Government / City of West Java Province.

The method of this paper is a causal research design, with a sample of nine districts / cities annually from 27 districts / cities in West Java Province. This research was conducted for the period 2010-2013. The type of data used is secondary data. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS), West Java. The data analyzed in this study report on the realization of the Budget (APBD). The analytical method used in this research is Bayes SEM method using software Amos 22. Testing the hypothesis in this study uses linear regression with Bayesian parameter estimation method.

The result of this hypothesis shows that simultaneously both of independent variables significantly influence to increase of per capita income. Partially, capital expenditures is significantly negative on income per capita, while the regional revenue is positive significant on per capita income. Regional Revenue has the most significant effect. This research still needs further investigated by researchers, due to the limitations of this study.

Keywords: Capital Expenditure, Local Revenue, Income Per Capita, SEM Bayes Method.


(4)

iv KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat- Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT PADA TAHUN 2010-2013”, memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana ekonomi (SE) pada Program Studi Ilmu Akuntansi Universitas Sumatra Utara.

Dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini peneliti telah banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, C.A., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua

Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M, Ak., selaku Sekretaris Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini. Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak., selaku Sekretaris


(5)

v Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iskandar Muda, S.E., M.Si., Ak., selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak memberi masukan, saran-saran, arahan, bimbingan serta kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan penyelesaian skripsi sehingga sangat membantu penulis dalam penyusunan skripsi. Semoga Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat selalu.

4. Bapak Rasdianto, S.E., M.Si., Ak., selaku dosen pembanding yang telah

memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta pegawai akademik di Program Studi Akuntansi

Universitas Sumatra Utara.

6. Kepada orang tua penulis, Ir. H. Amrulsyah Hutapea dan Dra. Hj. Halidah Sari

Daulay. Terima kasih atas segala curahan kasih sayang yang selalu diberikan melalui perhatian, motivasi, semangat, doa dan dukungan moril maupun dukungan materil yang diberikan dengan tulus dari awal hingga kini,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada kedua sahabat saya, Irna Rahmadani dan Dian Indah P. S. Sitorus, yang

telah memberikan dukungan selama pembuatan skripsi ini.

8. Kepada teman-teman seperjuangan saya yang telah berpartisipasi dalam

pembuatan skripsi ini, Emmanuella, Kartika Sari, Irfan Praditya, Shan Prada, Ilham Yahya, Arif Rivan, Yessica, Santa, Desy, Irene, dan teman- teman angkatan


(6)

vi 2011 lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Terimakasih banyak atas dukungan dan semangatnya sehingga skripsi ini bisa diselesaikan oleh penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkat- Nya kepada seluruh pihak yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi kepada peneliti selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi ini. Segala bentuk usaha dan perjuangan telah semaksimal mungkin dilakukan oleh penulis. Meskipun demikian, skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis menyadari bahwa keterbatasan penulis membuat skripsi ini menjadi kurang sempurna, karena itu masih diperlukan saran maupun masukan dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan bermanfaat bagi pembacanya.

Medan, Agustus 2015

(Azura Annisa Fitri Hutapea)


(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Teoritis ... 5

2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah ... 5

2.1.2 Belanja Modal ... 10

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah ... 12

2.1.4 Pendapatan Per Kapita ... 16

2.1.4.1 Indikator Kesejahteraan Negara ... 16

2.1.4.2 Standar Pertumbuhan Kemakmuran Negara ... 17

2.1.4.3 Pembanding Tingkat Kemakmuran Antarnegara ... 17

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 23

2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian... 23

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Populasi dan Sampel ... 26

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 27

3.4 Metode Pengumpulan ... 28

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 28

3.6 Metode dan Teknik Analisis Data ... 30

3.6.1 Sekilas AMOS Versi 22 ... 30

3.6.2 Metode Estimasi Parameter Maximum Likelihood dan Bayesian ... 30


(8)

viii

3.6.3 Uji Normalitas ... 33

3.6.4 Uji Multikolinearitas ... 34

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Statistik Deskripstif ... 35

4.2 Uji Asumsi Normalitas ... 36

4.3 Uji Asumsi Multikolinearitas ... 36

4.4 Uji Outlier ... 37

4.5 Regresi Linear dengan Metode Estimasi Bayes pada Software AMOS Versi 22 ... 38

4.5.1 Menguji Signifikasi Belanja Modal (�1) Terhadap Pendapatan Per Kapita (�) ... 44

4.5.2 Menguji Signifikansi Pendapatan Asli Daerah (�2) Terhadap Pendapatan Per Kapita (�) ... 44

4.6 Pembahasan Hasil Analisis ... 45

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 49

5.3 Implikasi Teori ... 50

5.4 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(9)

ix DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

3.1 Daftar Sampel Penelitian ... 27

3.2 Definisi dan Pengukuran Variabel ... 28

4.1 Statistik Deskriptif dari Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal, dan Pendapatan Asli Daerah ... 35

4.2 Model Penelitian ... 36

4.3 Uji Multikolinearitas dengan AMOS 22 ... 36

4.4 Uji Outlier dengan AMOS 22 ... 37

4.5 Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood ... 42

4.6 Analisis Korelasi ... 42


(10)

x DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual Penelitian ... 24

3.1 Metode-Metode Estimasi Parameter yang Tersedia dalam AMOS 22 ... 32

3.2 Model Diuji dengan Menggunakan Software AMOS 22 ... 33

4.1 Metode Estimasi Bayes dan Maximum Likelihood ... 40

4.2 Model Penelitian ... 41

4.3 Hasil AMOS dengan Metode Bayes ... 42


(11)

xi DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Daftar Populasi dan Sampel ... 53


(12)

ii ABSTRAK

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PER KAPITA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

2010-2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah dianggap sah berpengaruh secara signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita di Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian kausal, dengan jumlah sampel 9 kabupaten/kota setiap tahunnya dari 27 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan untuk periode tahun 2010-2013. Jenis data yang dipakai adalah data sekunder. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat. Data yang dianalisis dalam penelitian ini dari laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode SEM Bayes dengan menggunakan software Amos 22. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier dengan metode estimasi parameter Bayes.

Hasil hipotesis ini menunjukkan bahwa secara simultan kedua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan per kapita. Secara parsial, belanja modal berpengaruh signifikan negatif terhadap pendapatan per kapita, sedangkan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan positif terhadap pendapatan per kapita. Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh yang paling signifikan. Penelitian ini masih butuh diteliti oleh peneliti selanjutnya, karena keterbatasan dari penelitian ini.

Kata Kunci : Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Per Kapita, Metode SEM Bayes.


(13)

iii ABSTRACT

EFFECT OF CAPITAL EXPENDITURE AND REVENUE OF REGIONAL INCREASING PER CAPITA INCOME GOVERNMENT OF DISTRICT /

CITY OF WEST JAVA PROVINCE IN 2010-2013

This study analyzed the influence of Capital Expenditure and Local Revenue to Income Per Capita in the District Government / City of West Java Province.

The method of this paper is a causal research design, with a sample of nine districts / cities annually from 27 districts / cities in West Java Province. This research was conducted for the period 2010-2013. The type of data used is secondary data. Data obtained from the Central Statistics Agency (BPS), West Java. The data analyzed in this study report on the realization of the Budget (APBD). The analytical method used in this research is Bayes SEM method using software Amos 22. Testing the hypothesis in this study uses linear regression with Bayesian parameter estimation method.

The result of this hypothesis shows that simultaneously both of independent variables significantly influence to increase of per capita income. Partially, capital expenditures is significantly negative on income per capita, while the regional revenue is positive significant on per capita income. Regional Revenue has the most significant effect. This research still needs further investigated by researchers, due to the limitations of this study.

Keywords: Capital Expenditure, Local Revenue, Income Per Capita, SEM Bayes Method.


(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Kebijakan terkait yang tertuang dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah efektif diberlakukan per Januari tahun 2001 (UU ini dalam perkembangannya diperbarui dengan dikeluarkannya UU No.32 tahun 2004 dan UU No. 33 tahun 2004). Diberlakukannya undang-undang ini memberikan peluang bagi daerah untuk menggali potensi lokal dan meningkatkan kinerja keuangannya dalam rangka mewujudkan kemandirian daerah.

Terjadinya krisis moneter dan transisi politik memicu Republik Indonesia menerapkan desentralisasi (otonomi daerah) sejak 1 Januari 2001 yang didasarkan pada UU No. 22 tahun 1999 tentang “Pemerintah Daerah” yang sudah diperbaharui menjadi UU No.32 tahun 2004 dan UU No. 25 tahun 1999 tentang “Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah” yang diperbaharui menjadi UU No. 33 tahun 2004 yang mengatur penyelenggaraan. Pemerintahan Daerah yang lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi dimana kota dan kabupaten bertindak sebagai “motor” sedangkan pemerintah propinsi sebagai koordinator.


(15)

2 Pada prinsipnya alokasi belanja modal dibuat untuk menghasilkan aset tetap milik pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah dan atau masyarakat di daerah bersangkutan. Dalam perspektif penganggaran partisipatif, keterlibatan masyarakat diharapkan dapat memberikan masukan penting dalam memilih aset tetap yang akan diperoleh dari pelaksanaan anggaran belanja modal. Penyediaan fasilitas publik yang sesuai dengan kebutuhan publik merupakan keniscayaan, bukan suatu pilihan.

Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius dari pemerintah dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung (investasi). Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbeda-beda.

Wong (2004), menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Dengan terpenuhinya fasilitas publik maka masyarakat merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada


(16)

3 gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002).

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul : ”Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh Belanja Modal terhadap Peningkatan Pendapatan

Per Kapita tahun 2010-2014 pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?

2. Apakah terdapat pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Peningkatan

Pendapatan Per Kapita tahun 2010-2014 pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?

3. Apakah belanja modal dan pendapatan asli daerah baik secara parsial maupun

simultan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?


(17)

4 1.3. Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini adalah menganalisis apakah terdapat pengaruh belanja modal dan pendapatan asli daerah baik secara parsial maupun secara simultan terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi peneliti, untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan dan

wawasan khususnya mengenai pengaruh belanja modal dan pendapatan asli daerah terhadap peningkatan pendapatan per kapita.

b. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi dan dasar pengembangan

dalam melakukan penelitian sejenis berikutnya,

c. Bagi Pemerintah daerah di Jawa Barat dapat menjadi bahan masukan bagi

DPRD dalam menetapkan alokasi anggaran di dalam Peraturan daerah tentang APBD.


(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

Dalam UU No 33 pasal 1 ayat 17, menyebutkan bahwa APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD merupakan rencana keuangan tahunan daerah, dimana disatu sisi menggambarkan anggaran pengeluaran guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran dan disisi lain menggambarkan penerimaan daerah guna membiayai pengeluaran yang telah dianggarkan.

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan No 2 paragraf 8 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) (Mursyidi:2009). Moito dalam Kifliansyah, 2009:319, menyatakan

APBD merupakan dokumen anggaran tahunan, maka seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran Pemerintah Daerah yang akan dilaksanakan pada satu tahun anggaran dicatat dalam APBD. Dengan demikian APBD dapat menjadi cerminan kinerja dan kemampuan Pemerintah Daerah dalam membiayai dan mengelola penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan di daerah masing-masing pada satu tahun anggaran.

Mamesa: 2005, menyatakan

Berdasarkan pasal 64 ayat 2 Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, maka pada orde baru APBD dapat


(19)

6 didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan Pemda dimana pada satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah selama satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain menggambarkan perkiraan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara). Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.

Adapun Struktur APBD berdasarkan Kepmendagri nomor 13 tahun 2006 terdiri dari 3 bagian yaitu:

1) Pendapatan Daerah, 2) Belanja Daerah, 3) Pembiayaan.

Selisih antara Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dapat mengakibatkan terjadinya surplus atau defisit anggaran. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja daerah lebih besar dari anggaran belanja daerah. Sedangkan defisit anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan dan belanja


(20)

7 daerah lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Surplus dan defisit merupakan unsur dari pembiayaan (Darise: 129)

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:

1.1 Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

1.2 Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.


(21)

8 1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah merupakan seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan yang meliputi:

1. Hibah Tidak Mengikat. Hibah tidak mengikat diartikan bahwa

pemberian hibah tersebut ada batas akhirnya tergantung pada kemampuan keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan tersebut dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga,organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.

2. Dana Darurat Dari Pemerintah. Dana Darurat adalah dana yang

berasal dari APBN yang dialokasikan kepada Daerah yang mengalami bencana nasional, peristiwa luar biasa, dan/atau krisis solvabilitas. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban atau kerusakan akibat bencana alam. Pemerintah mengalokasikan Dana Darurat yang berasal dari APBN untuk keperluan mendesak yang diakibatkan oleh bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak dapat ditanggulangi oleh Daerah dengan menggunakan sumber APBD.

3. Dana Bagi Hasil Pajak Dari Propinsi Ke Kabupaten Atau Kota.


(22)

9 provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya pada APBD memperhitungkan rencana pendapatan pada Tahun Anggaran 2011, sedangkan pelampauan target Tahun Anggaran 2011 yang belum direalisasikan kepada pemerintah daerah dan menjadi hak pemerintah kabupaten/kota atau pemerintah desa ditampung dalam Perubahan APBD Tahun Anggaran 2012.

4. Dana Penyesuaian Dan Dana Otonomi Khusus. Dana Penyesuaian

dan Dana Otonomi Khusus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah, sebagaimana ditetapkan dalam undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang otonomi khusus bagi Provinsi Papua, dan penyesuaian Otonomi Khusus bagi Provinsi yang menerima DAU lebih kecil dari tahun anggaran sebelumnya.

5. Bantuan Keuangan Dari Propinsi Atau Dari Pemerintah Daerah

Lainnya. Pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dapat menganggarkan bantuan keuangan kepada pemerintah daerah lainnya dan kepada desa yang didasarkan pada pertimbangan untuk mengatasi kesenjangan fiskal, membantu pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang tidak tersedia alokasi dananya, sesuai kemampuan keuangan masing-masing daerah. Pemberian bantuan


(23)

10 keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum digunakan untuk mengatasi kesenjangan fiskal dengan menggunakan formula antara lain variabel: pendapatan daerah, jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin dan luas wilayah yang ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Bantuan keuangan yang bersifat khusus digunakan untuk membantu capaian kinerja program prioritas pemerintah daerah/desa penerima bantuan keuangan sesuai dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan penerima bantuan. Pemanfaatan bantuan keuangan yang bersifat khusus ditetapkan terlebih dahulu oleh pemberi bantuan.

2.1.2 Belanja Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pembentukan modal yang sifatnya menambah aset tetap atau aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 1 (satu) periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset. Aset tetap mempunyai ciri-ciri berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dan nilainya relatif material. Sedangkan ciri-ciri aset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah, mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dan nilainya relatif material.


(24)

11 Belanja modal meliputi antara lain :

a. Belanja modal tanah, adalah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk

pengadaan/ pembelian/pembebasan penyelesaian, balik nama dan sewa tanah, pengosongan, pengurugan, perataan, pematangan tanah, pembuatan sertifikat, dan pengeluaran lainnya sehubungan dengan perolehan hak atas tanah dan sampai tanah dimaksud dalam kondisi siap pakai.

b. Belanja modal peralatan dan mesin, adalah pengeluaran untuk pengadaan

peralatan dan mesin yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan .

c. Belanja modal gedung dan bangunan, adalah pengeluaran yang digunakan

untuk pengadaan/penambahan/penggantian gedung dan bangunan sampai dengan bangunan dan gedung dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

d. Belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, adalah pengeluaran yang digunakan

untuk pengadaan / penambahan / penggantian / peningkatan pembangunan / pembuatan serta perawatan yang menambah kapasitas sampai jalan, irigasi dan jaringan dimaksud dalam kondisi siap digunakan.

e. Belanja modal lainnya, adalah pengeluaran yang digunakan untuk pengadaan/

penambahan/penggantian/peningkatan pembangunan/pembuatan serta perawatan terhadap fisik lainnya atau aset tetap lainnya dan aset lainnya yang tidak dapat dikategorikan kedalam belanja modal diatas. Pengeluaran untuk


(25)

12 memperoleh aset tersebut sampai dengan siap digunakan. Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pengadaaan software, pengembangan website, pengadaan lisensi yang memberikan manfaat lebih dari satu tahun baik secara swakelola maupun kontraktual.

Belanja modal lainnya dapat digunakan untuk pembangunan aset tetap renovasi yang akan diserahkan kepada entitas lain dan masih di lingkungan pemerintah pusat. Termasuk dalam belanja ini adalah pengadaan/pembelian barang-barang kesenian, dan koleksi perpustakaan.

Suatu belanja dikategorikan sebagai belanja modal apabila :

1. Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset

lainnya yang menambah masa umur, manfaat, dam kapasitas;

2. Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau

aset lainnya yang telah ditetapkan oleh pemerintah;

3. Perolehan aset tetap tersebut diniatkan bukan untuk dijual atau dibagikan.

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan daerah adalah semua hak daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode anggaran tertentu (UU.No 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari penerimaan dari dana perimbangan pusat dan daerah, juga yang berasal daerah itu sendiri yaitu pendapatan asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.


(26)

13 Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah adalah sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah serta besaran penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. (UU.No 32 Tahun 2004). Pengertian pendapatan asli daerah menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 yaitu sumber keuangan daerah yang digali dari wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Nurcholis (2007:182), “pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperopleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan daerah, dan lain-lain yang sah”.

Dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendapatan asli daerah adalah semua penerimaan keuangan suatu daerah, dimana penerimaan keuangan itu bersumber dari potensi-potensi yang ada di daerah tersebut misalnya pajak daerah, retribusi daerah dan lain-lain, serta penerimaan keuangan tersebut diatur oleh peraturan daerah.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli menurut Undang-Undang RI No.32 Tahun 2004 yaitu :


(27)

14

1. Pendapatan asli daerah (PAD) yang terdiri dari :

1) Hasil pajak daerah yaitu Pungutan daerah menurut peraturan yang

ditetapkan oleh daerah untuk pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum publik. Pajak daerah sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah daerah yang hasilnya digunakan untu pengeluaran umum yang balas jasanya tidak langsung diberikan sedang pelaksanannya bisa dapat dipaksakan.

2) Hasil retribusi daerah yaitu pungutan yang telah secara sah menjadi pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik pemerintah daerah bersangkutan. Retribusi daerah mempunyai sifat-sifat yaitu pelaksanaannya bersifat ekonomis, ada imbalan langsung walau harus memenuhi persyaratan-persyaratan formil dan materiil, tetapi ada alternatif untuk mau tidak membayar, merupakan pungutan yang sifatnya budgetetairnya tidak menonjol, dalam hal-hal tertentu retribusi daerah adalah pengembalian biaya yang telah dikeluarkan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan anggota masyarakat.

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik daerah merupakan pendapatan daerah dari keuntungan bersih perusahaan daerah yang berupa dana pembangunan daerah dan bagian untuk anggaran belanja daerah yang disetor ke kas daerah, baik perusahaan daerah yang dipisahkan,sesuai


(28)

15 dengan motif pendirian dan pengelolaan, maka sifat perusahaan dareah adalah suatu kesatuan produksi yang bersifat menambah pendapatan daerah, memberi jasa, menyelenggarakan kemamfaatan umum, dan memperkembangkan perekonomian daerah.

4) Lain-lain pendapatan daerah yang sah ialah pendapatan-pendapatan yang tidak termasuk dalam jenis-jenis pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan dinas-dinas. Lain-lain usaha daerah yang sah mempunyai sifat yang pembuka bagi pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan baik berupa materi dalam kegitan tersebut bertujuan untuk menunjang,melapangkan, atau memantapkan suatu kebijakan daerah disuatu bidang tertentu.

2. Dana perimbangan diperoleh melalui bagian pendapatan daerah dari

penerimaan pajak bumi dan bangunan baik dari pedesaan, perkotaan, pertambangan sumber daya alam dan serta bea perolehan hak atas tanah dan bangunan. Dana perimbangan terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.

3. Lain-lain pendapatan daerah yang sah adalah pendapatan daerah dari sumber

lain misalnya sumbangan pihak ketiga kepada daerah yang dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan


(29)

16 kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 79 Undang-Undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas) yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi daerah. Sumber pendapatan daerah terdiri dari hasil pajak daerah dan hasil retribusi daerah.

2.1.4 Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan indikator yang digunakan secara luas untuk mengukur tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Walaupun demikian harus diakui bahwa tingkat kesejahteraan suatu masyarakat yang diukur menggunakan indikator pendapatan per kapita mengandung beberapa kelemahan karena hanya memberi indikator rata – rata.

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan PDB perkapita.

2.1.4.1 Indikator Kesejahteraan Negara

Angka pendapatan perkapita merupakan ukuran yang paling dapat diandalkan untuk melihat tingkat kesejahteraan suatu negara. Ini disebabkan


(30)

17 karena pendapatan perkapita telah mencakup faktor jumlah penduduk sehingga secara langsung menunjukkan tingkat kemakmuran, sementara komponen pendapatan nasional lainnya seperti GNP, GDP, dan sebagainya belum menunjukkan tingkat kemakmuran masyarakat secara langsung karena tidak memperhitungkan faktor jumlah penduduk.

2.1.4.2 Standar Pertumbuhan Kemakmuran Negara

Pendapatan perkapita merupakan standar umum untuk

membandingkan tingkat kemakmuran atau kesejahteraan suatu negara dari tahun ke tahun. Apabila pendapatan perkapita meningkat, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, untuk memastikan apakah kesejahteraan masyarakat memang benar-benar meningkat, kita harus memperhitungkan pendapatan perkapita secara riil, yaitu peningkatan pendapatan perkapita dibandingkan dengan tingkat kenaikan harga atau inflasi.

2.1.4.3 Pembanding Tingkat Kemakmuran Antarnegara

Selain sebagai pembanding tingkat kemakmuran suatu negara dari tahun ke tahun,pendapatan perkapita juga umum digunakan sebagai pembanding tingkat kemakmuran antar negara yang satu dengan lainnya. Dengan menetapkan standar pendapatan perkapita, maka negara-negara di dunia dapat dikelompokkan ke dalam negara berpendapatan rendah, menengah, atau tinggi.


(31)

18 Secara ringkas, dapat disimpulkan beberapa manfaat dari perhitungan pendapatan perkapita, yaitu:

1. Mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara dari waktu

ke waktu.

2. Membandingkan tingkat kesejahteraan antara negara satu dengan

lainnya.

3. Sebagai pedoman bagi pemerintah dalam membuat kebijakan

ekonomi.

4. Mengelompokkan berbagai negara ke dalam beberapa

tingkat pendapatan.

Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2001 telah mengelompokkan negara-negara diseluruh dunia menjadi lima kelompok berdasarkan pendapatan perkapitanya, yaitu:

1. Kelompok negara berpendapatan rendah (low income economies), yaitu

negara-negara yang memiliki PNB perkapita US$520 atau kurang.

2. Kelompok negara berpendapatan menengah bawah (lower-middle income

economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US$1740.

3. Kelompok negara berpendapatan menengah (middle income economies),


(32)

19

4. Kelompok negara berpendapatan menengah atas (upper-middle income

economies), yaitu negara-negara yang memiliki PNB perkapita sekitar US$4870.

5. Kelompok negara berpendapatan tinggi (high income economies), yaitu

negara-negara yang mempunyai PNB perkapita sekitar US$25.480.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Variabel Hasil penelitian

1 Ramayanti,

Maya (2011) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kot a di Propinsi Sumatera Utara Independen -Pendapatan Asli Daerah -Transfer Pemerintah Pusat Dependen -Pendapatan Per Kapita

1. Secara parsial dapat diambil kesimpulan, bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Per Kapita, sedangkan transfer pemerintah pusat tidak berpengaruh signifikan. 2. Secara simultan, dapat diambil kesimpulan bahwa


(33)

20 Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Pendapatan Per Kapita.

3. Angka R sguare atau koefisien

determinasi

adalah 0.555. Hal in berarti bahwa 55,5% variasi atau perubahan dalam Pendapatan Per kapita dapat dijelaskan oleh variasi atau perubahan dari Pendapatan Asli Daerah dan transfer pemerintah pusat, sedangkan sisanya sebesar 45,5% dijelaskan oleh sebab-sebab lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

2 Maharani S,

Nisa (2011) Pengaruh Realisasi Belanja Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Independen -Realisasi Belanja Daerah -Angkatan Kerja 1. Realisasi belanja tidak langsung berpengaruh secara langsung terhadap output


(34)

21 Output dan Pendapatan Per Kapita Dependen -Pendapatan Per Kapita dan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output. 2. Realisasi belanja langsung memiliki pengaruh langsung terhadap output dan pengaruh tidak langsung terhadap pendapatan per kapita melalui output.

3. Tenaga kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap output dan pendapatan per kapita, namun pengaruh langsung terhadap pendapatan per kapita memiliki pengaruh yang negatif. 4. Output berpengaruh langsung secara positif terhadap pendapatan per kapita. 3 (2015) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Independen -Pendapatan Asli Daerah 1. Secara simultanPendapa


(35)

22 Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara -DAU -Belanja Modal Dependen -Pendapatan Per Kapita (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

2. Secara parsial variabel Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Sedangkan variabel Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal secara parsial tidak berpengaruh dengan tingkat alpha 5% terhadap Pendapatan Perkapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara.

3. Nilai R Square atau Koefesien Determinasi


(36)

23 sebesar 0,599 yang berarti bahwa 59,9% faktor-faktor

Pendapatan

Perkapita dapat dijelaskan oleh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Belanja Modal,

sedangkan

30,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Menurut Erlina (2008 : 38), “kerangka teoritis adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu”. Hubungan yang dijelaskan adalah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan juga jika ada variabel yang lain yang menyertainya.

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:


(37)

24

Peningkatan Pendapatan Per Kapita

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

Belanja Modal

H2

Pendapatan Asli Daerah

H3 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Penelitian

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

H1 : Belanja Modal berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


(38)

25 H2 : Pendapatan asli daerah berpengaruh signifikan positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita pada pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.


(39)

26 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau satu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Dalam penelitian ini akan diuji pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Perkapita pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

3.2 Populasi dan Sampel

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”, (Sugiyono, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah 27 kabupaten dan kota.

“Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan karekteristik populasi”, (Erlina, 2008). Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu yaitu kelengkapan data yang tersedia.

Adapun pertimbangan yang ditentukan oleh peneliti dalam pengambilan sampel adalah:


(40)

27

a. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat yang mempublikasikan Laporan

Realisasi APBDnya dalam situs Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia

b. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat yang mempublikasikan Laporan

Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal, dan Pendapatan Per Kapita selama periode 2010-2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang diperoleh dalam penelitian ini berjumlah 9 kabupaten dan kota dengan empat tahun pengamatan yang berarti 36 Sampel.

Tabel 3.1

Daftar Sample Penelitian

No Pemerintahan Kabupaten No Pemerintahan Kota

1 Kabupaten Bandung 1 Kota Banjar

2 Kabupaten Garut 2 Kota Sukabumi

3 Kabupaten Karawang

4 Kabupaten Purwakarta

5 Kabupaten Subang

6 Kabupaten Sumedang

7 Kabupaten Tasikmalaya

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, data yang diukur dalam suatu skala numerik (angka) yaitu data Pendapatan Perkapita tahun 2010-2013 dan data Pendapatan Asli Daerah, Belanja Modal tahun 2010-2013, dan merupakan data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat. Sumber data Pendapatan Perkapita, data


(41)

28 Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal diperoleh dari Departemen Keuangan

Republik Indonesia melalui situs yaitu www.depkeu.djpk.go.id dan situs Badan Pusat

Statistik yaitu

3.4 Metode Pengumpulan

Data metode pengumpulan data dilakukan dengan yang digunakan studi dokumentasi, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa data perkembangan alokasi Pendapatan Perkapita, data Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat selama tahun amatan 2010-2013, serta buku, artikel yang menguatkan dan berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari internet dengan cara mengunduh data-data yang diperlukan dengan mengakses dari

situs Departemen Keuangan Republik Indonesia yaitu www.depkeu.djpk.go.id dan

situs Badan Pusat Statistik yaitu

3.5 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Tabel 3.2

Definisi dan Pengukuran Variabel Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Indikator Skala

Dependen Pendapatan

Per Kapita

Pendapatan per kapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun.

Pendapatan Daerah Regional Bruto dibagi jumlah penduduk. Rasio

Independen Belanja

Modal

Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

Realisasi Pengeluaran Belanja Modal.


(42)

29 pembentukan modal

yang sifatnya menambah aset tetap

atau aset lainnya yang member manfaat lebih dari satu periode akuntansi, termasuk didalamnya adalah pengeluaran untuk biaya pemeliharaan yang sifatnya mempertahankan atau menambah masa manfaat, meningkatkan kapasitas dan kualitas aset.

Independen Pendapatan

Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan

daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang

bertujuan untuk memberikan

keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai mewujudkan asas desentralisasi. Realisasi PAD, yang diperoleh dari masing-masing APBD Kabupaten/Kota se-Propinsi Jawa Barat. Rasio


(43)

30 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data

3.6.1 Sekilas AMOS Versi 22

Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran. Metode estimasi maximum likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi secara normal multivariat. Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti. Dengan perkembangan statistik Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil dan data tidak multivariate normal dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014:330).

Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC). Program AMOS 22 telah mengintegrasikan MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi Bayesian.

3.6.2 Metode Estimasi Parameter Maximum Likelihood dan Bayesian

Dalam statistika inferensial diasumsikan bahwa distribusi populasi diketahui dengan pasti. Teknik yang digunakan untuk menaksir nilai parameter jika distribusi populasi diketahui dengan pasti adalah metode maximum likelihood dan metode ini hanya mendasarkan inferensi pada sampel, tetapi jika distribusi populasi tidak diketahui maka metode maximum likelihood tidak dapat digunakan (Ghozali, 2014:327).


(44)

31 Pendekatan alternatif dengan model statistik Bayesian yang memandang bahwa setiap kuantitas yang tidak diketahui nilainya (unknown) sebagai variabel random dan diberikan distribusi probabilitasnya. Jadi Bayesian memperkenalkan suatu metode di mana kita perlu mengetahui bentuk distribusi awal (prior) dari populasi dengan metode bayes. Menurut bayes parameter populasi berasal dari suatu distribusi sehingga nilainya tidaklah tunggal (merupakan variabel random), sedangkan menurut metode klasik (maximum likelihood) parameter populasi diasumsikan tetap (konstan) walaupun nilainya tidak diketahui (Ghozali, 2014:327).

Masing-masing pendekatan sudah tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada metode maximum likelihood teknik estimasi parameternya lebih mudah, sehingga orang banyak menggunakan teknik ini. Akan tetapi teknik ini sangat sensitif terhadap data ekstrim. Data ekstrim sangat berpengaruh terhadap nilai rata-rata ataupun variasi. Sedangkan pada metode Bayes, karena nilai parameternya berasal dari suatu distribusi, maka kesulitan pertama yang dijumpai adalah menentukan bagaimana bentuk distribusi parameter tersebut. Walaupun menentukan distribusi awal (prior) dari parameter sulit, tetapi estimasi parameter dengan metode Bayes lebih menjanjikan karena peneliti tidak perlu tahu tentang distribusi awal dari populasi (Ghozali, 2014:327-328).

Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif daripada statistik klasikal. Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisis data


(45)

32 kuantitatif karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan. Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah. Dengan menggunakan MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014:329).

SEM dengan estimasi maximum likelihood memerlukan jumlah sampel yang besar dan data harus berdistribusi normal multivariate. Metode estimasi Bayes dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil dan tidak berdistribusi normal. Dengan jumlah sampel besar maka metode estimasi Bayes hasilnya akan mendekati metode maximum likelihood (Ghozali, 2014:330).

Gambar 3.1 menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam software AMOS Versi 22.

Gambar 3.1 Metode-Metode Estimasi Parameter yang Tersedia dalam AMOS 22


(46)

33 Berdasarkan Gambar 3.1, metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam AMOS Versi 22 adalah Maximum likelihood, Generalized least squares, Unweighted least squares, Scale-free least squares, Asymptotically distribution-free, dan Bayesian Estimation.

Diketahui model yang akan diuji disajikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Model Diuji dengan Menggunakan Software AMOS 22 3.6.3 Uji Normalitas

Salah satu asumsi yang dikenakan dalam penggunaan SEM dengan metode estimasi parameter Maximum Likelihood adalah asumsi normalitas. Pengujian asumsi normalitas dilakukan dengan membandingkan nilai critical ratio (c.r.)

dengan nilai ±1,96. Widarjono (2015:262) menyatakan nilai c.r. yang berada di


(47)

34 3.6.4 Uji Multikolinearitas

Selain asumsi normalitas, terdapat asumsi lain yang dikenakan dalam penggunaan SEM dengan metode estimasi parameter Maximum Likelihood, yakni asumsi multikolinearitas. Uji multikolinearitas merupakan suatu uji untuk menguji ada tidaknya korelasi yang kuat di antara variabel bebas. Ghozali (2011) menyatakan nilai korelasi yang kurang dari 0,9 diindikasi tidak terjadi gejala multikolinearitas yang berat.


(48)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel pendapatan per kapita, belanja modal, dan pendapatan asli daerah. Berdasarkan analisis statistik deskriptif diperoleh gambaran sampel sebagai berikut.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif dari Pendapatan per Kapita, Belanja Modal, dan Pendapatan Asli Daerah

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean

Std. Deviation

Pendapatan per Kapita 36 7.567 36.705 16.34503 7.160974

Belanja Modal 36 50,596 692,368 238,410.72 162,765.130

Pendapatan Asli Daerah

36 37,359 660,841 179,052.44 156,086.877

Valid N (listwise) 36

Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui nilai pendapatan per kapita minimum adalah 7.567 sedangkan nilai pendapatan per kapita maksimum adalah 36.705. Rata-rata (mean) pendapatan per kapita adalah 16.34503, dan standar deviasinya sebesar 7.160974. Diketahui nilai belanja modal minimum adalah 50,596 sedangkan nilai belanja modal maksimum adalah 692,368. Rata-rata (mean) belanja modal adalah


(49)

36 238,410.72, dan standar deviasinya sebesar 162,765.130. Nilai pendapatan asli daerah minimum adalah 37,359 sedangkan nilai pendapatan asli daerah maksimum adalah 660,841. Rata-rata (mean) pendapatan asli daerah adalah 179,052.44, dan standar deviasinya sebesar 156,086.877.

4.2 Uji Asumsi Normalitas

Tabel 4.2

Uji Normalitas dengan AMOS 22 Assessment of normality (Group number 1)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

X2 10.528 13.401 .403 .987 -.323 -.396

X1 10.832 13.448 -.040 -.099 -.126 -.154

Y 2.024 3.603 .469 1.148 -.562 -.689

Multivariate -2.142 -1.173

Berdasarkan output AMOS untuk uji normalitas di atas (Tabel 4.2), diketahui nilai

c.r. (critical ratio) dari pendapatan asli daerah (X2) adalah −0,396, kemudian nilai

c.r. (critical ratio) dari belanja modal (X1) adalah −0,154, dan nilai c.r. (critical

ratio) dari pendapatan per kapita (Y) adalah −0,689. Widarjono (2015:262)

menyatakan nilai c.r. yang berada di antara ±1,96 berarti data berdistribusi normal.

Diketahui nilai critical ratio dari belanja modal (X1), pendapatan asli daerah (X2),

dan pendapatan per-kapita (Y) berada di antara ±1,96. Hal ini berarti asumsi

normalitas dipenuhi.

4.3 Uji Asumsi Multikolinearitas

Tabel 4.3

Uji Multikolinearitas dengan AMOS 22

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)


(50)

37

X2 X1 Y

X2 1.000

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

X1 <--> X2 .527

Uji multikolinearitas merupakan suatu uji untuk menguji ada tidaknya korelasi yang kuat di antara variabel bebas. Diketahui variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah belanja modal (X1) dan pendapatan asli daerah (X2). Diketahui nilai korelasi antara belanja modal (X1) dan pendapatan asli daerah (X2) adalah 0,527. Ghozali (2011) menyatakan nilai korelasi yang kurang dari 0,9 diindikasi tidak terjadi gejala multikolinearitas yang berat.

4.4 Uji Outlier

Tabel 4.4

Uji Outlier dengan AMOS 22

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

30 7.197 .066 .914

21 6.524 .089 .841

34 6.113 .106 .751

27 4.860 .182 .915

9 4.845 .183 .816

28 4.717 .194 .723

10 4.653 .199 .594

18 4.652 .199 .429

25 4.409 .221 .397


(51)

38 Tabel 4.4 menyajikan hasil uji outlier dengan AMOS 22. Probabilitas, baik p1 atau p2 dari tiap-tiap objek tidak signifikan (lebih besar dari 0,05), maka disimpulkan bahwa tidak terdapat data yang menyebar secara ekstrim (tidak terdapat outlier).

4.5 Regresi Linear dengan Metode Estimasi Bayes pada Software AMOS Versi 22

Perkembangan software AMOS telah berlangsung sangat cepat dan sekarang AMOS Versi 22 telah ada dipasaran. Metode estimasi maximum likelihood yang digunakan oleh program AMOS 22 memerlukan asumsi yang sangat ketat berkaitan dengan jumlah sampel harus besar dan data terdistribusi secara normal multivariat. Asumsi ini sering tidak dapat dipenuhi oleh peneliti. Dengan perkembangan statistik Bayesian saat ini, persoalan jumlah sampel kecil dan data tidak multivariate normal dapat diatasi dengan mudah (Ghozali, 2014:ix).

Statistik Bayesian menggunakan iterasi jumlah re-sampling data yang sangat besar untuk mencapai distribusi normal dengan menggunakan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC). Program AMOS 22 telah mengintegrasikan MCMC ke dalam program, sehingga kita dapat menggunakan metode estimasi Bayesian.

Dalam statistika inferensial diasumsikan bahwa distribusi populasi diketahui dengan pasti. Teknik yang digunakan untuk menaksir nilai parameter jika distribusi populasi diketahui dengan pasti adalah metode maximum likelihood dan metode ini hanya mendasarkan inferensi pada sampel, tetapi jika distribusi populasi tidak


(52)

39 diketahui maka metode maximum likelihood tidak dapat digunakan (Ghozali, 2014:327).

Pendekatan alternatif dengan model statistik Bayesian yang memandang bahwa setiap kuantitas yang tidak diketahui nilainya (unknown) sebagai variabel random dan diberikan distribusi probabilitasnya. Jadi Bayesian memperkenalkan suatu metode di mana kita perlu mengetahui bentuk distribusi awal (prior) dari populasi dengan metode bayes. Menurut bayes parameter populasi berasal dari suatu distribusi sehingga nilainya tidaklah tunggal (merupakan variabel random), sedangkan menurut metode klasik (maximum likelihood) parameter populasi diasumsikan tetap (konstan) walaupun nilainya tidak diketahui (Ghozali, 2014:327).

Masing-masing pendekatan sudah tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pada metode maximum likelihood teknik estimasi parameternya lebih mudah, sehingga orang banyak menggunakan teknik ini. Akan tetapi teknik ini sangat sensitif terhadap data ekstrim. Data ekstrim sangat berpengaruh terhadap nilai rata-rata ataupun variasi. Sedangkan pada metode Bayes, karena nilai parameternya berasal dari suatu distribusi, maka kesulitan pertama yang dijumpai adalah menentukan bagaimana bentuk distribusi parameter tersebut. Walaupun menentukan distribusi awal (prior) dari parameter sulit, tetapi estimasi parameter dengan metode Bayes lebih menjanjikan karena peneliti tidak perlu tahu tentang distribusi awal dari populasi (Ghozali, 2014:327-328).

Sampai tahun 1980an statistik Bayes masih dipandang sebagai alternatif daripada statistik klasikal. Belum diterimanya statistik Bayes untuk analisis data kuantitatif


(53)

40 karena perhitungan distribusi posterior yang sangat sulit dilakukan. Baru dalam tahun 1990an ditemukan metode Markov Chain Monte Carlo (MCMC) yang diikuti dengan pertumbuhan personal computer membuat perhitungan distribusi posterior menjadi sangat mudah. Dengan menggunakan MCMC kita dapat menyelesaikan masalah yang sebelumnya tidak bisa diselesaikan dengan metode tradisional (Ghozali, 2014:329). SEM dengan estimasi maximum likelihood memerlukan jumlah sampel yang besar dan data harus berdistribusi normal multivariate. Metode estimasi Bayes dapat dilakukan dengan jumlah sampel kecil dan tidak berdistribusi normal. Dengan jumlah sampel besar maka metode estimasi Bayes hasilnya akan mendekati metode maximum likelihood (Ghozali, 2014:330). Gambar 4.1 menyajikan metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam software AMOS Versi 22.

Gambar 4.1 Metode Estimasi Bayes dan Maximum Likelihood

Berdasarkan Gambar 4.1, metode-metode estimasi parameter yang disediakan dalam AMOS Versi 22 adalah Maximum likelihood, Generalized least squares,


(54)

41 Unweighted least squares, Scale-free least squares, Asymptotically distribution-free, dan Bayesian Estimation.

Berdasarkan Gambar 4.2, terdapat 2 variabel eksogen, yakni belanja modal (X1) dan pendapatan asli daerah (X2). Sedangkan pendapatan per kapita (Y) merupakan variabel endogen.

Gambar 4.2 Model Penelitian

Diketahui model yang akan diuji disajikan pada Gambar 4.2. Gambar 4.3 merupakan hasil berdasarkan software AMOS menggunakan metode Bayes, sedangkan Gambar 4.4 dan Tabel 4.5 merupakan hasil berdasarkan software AMOS berdasarkan metode Maximum Likelihood.


(55)

42 Gambar 4.3 Hasil AMOS dengan Metode Bayes

Gambar 4.4 Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood Tabel 4.5

Hasil AMOS dengan Metode Maximum Likelihood Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Y <--- X1 -.234 .071 -3.273 .001 par_1

Y <--- X2 .515 .064 8.107 *** par_2

Berdasarkan hasil AMOS di atas, diperoleh persamaan sebagai berikut.

Pendapatan perkapita = -0,23Belanja Modal + 0,52Pendapatan Asli Daerah + 0,05. Tabel 4.6

Analisis Korelasi

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y


(56)

43

X2 X1 Y

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Berdasarkan output AMOS di atas (Tabel 4.6), diketahui nilai korelasi antara belanja modal (X1) dan pendapatan per-kapita (Y) 0,116. Kemudian diketahui nilai korelasi antara Pendapatan Asli Daerah (X2) dan Pendapatan Per Kapita (Y) adalah 0,743. Diketahui nilai korelasi Pendapatan Asli Daerah (X2) lebih besar dibandingkan Belanja Modal (X1), maka Pendapatan Asli Daerah (X2) memiliki korelasi yang lebih besar terhadap Pendapatan Per Kapita (Y) dibandingkan Belanja Modal (X1).

Tabel 4.7 Koefisien Determinasi

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

Y .657

Diketahui nilai Squared Multiple Correlations adalah 0,657. Hal ini berarti pengaruh belanja modal (X1) dan pendapatan asli daerah (X2) secara simultan atau bersama-sama terhadap pendapatan per-kapita (Y) sebesar 0,657 atau 65,7%, sisanya sebesar 34,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.

Untuk pengujian signifikansi berdasarkan software AMOS metode Bayes, Ghozali (2014:349) menyatakan, “jika dalam range literval lower bound dan upper bound memuat angka 0, maka pengaruh tidak signifikan secara statistik”.


(57)

44 4.5.1 Menguji Signifikansi Belanja Modal () terhadap Pendapatan per Kapita (�).

Berdasarkan hasil AMOS pada Gambar 4.3, diketahui nilai koefisien regresi

untuk pengaruh belanja modal (�1) terhadap pendapatan per kapita (�) adalah

-0,233. Karena nilai koefisien regresi tersebut bernilai negatif, hal ini berarti

belanja modal (�1) memiliki pengaruh negatif terhadap pendapatan per kapita (�).

Untuk mengetahui pengaruh negatif tersebut signifikan atau tidak, maka perhatikan nilai credible interval lower bound -0,391 dan upper bound -0,070. Ghozali (2014:349) menyatakan jika dalam range literval lower bound dan upper bound memuat angka 0, maka pengaruh tidak signifikan secara statistik. Perhatikan bahwa karena tidak memuat angka 0 pada credible interval, maka

pengaruh belanja modal (�1) terhadap pendapatan per kapita (�) signifikan secara

statistik. Diketahui juga hasil AMOS dengan pendekatan maximum likelihood juga signifikan, yakni nilai probability (P) = 0,001 < 0,05.

4.5.2 Menguji Signifikansi Pendapatan Asli Daerah () terhadap Pendapatan per Kapita (�).

Berdasarkan hasil AMOS pada Gambar 4.3, diketahui nilai koefisien

regresi untuk pengaruh pendapatan asli daerah (�2) terhadap pendapatan per

kapita (�) adalah 0,514. Karena nilai koefisien regresi tersebut bernilai positif, hal

ini berarti pendapatan asli daerah (�2) memiliki pengaruh positif terhadap


(58)

45 atau tidak, maka perhatikan nilai credible interval lower bound 0,397 dan upper bound 0,652. Ghozali (2014:349) menyatakan jika dalam range literval lower bound dan upper bound memuat angka 0, maka pengaruh tidak signifikan secara statistik. Perhatikan bahwa karena tidak memuat angka 0 pada credible interval,

maka pendapatan asli daerah (�2) terhadap pendapatan per kaputa (�) signifikan

secara statistik. Diketahui juga hasil AMOS dengan pendekatan maximum likelihood juga signifikan, yakni pada kolom P dan baris X2 ditandai dengan “***” yang berarti signifikan.

4.6 Pembahasan Hasil Analisis

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diatas dapat diketahui bahwa secara simultan variabel Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen Pendapatan Per Kapita. Hal ini didukung dari nilai

koefisien regresi sebesar -0.233. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa belanja modal mempunyai korelasi negatif dan signifikan secara statistik terhadap variabel pendapatan per kapita. Diketahui juga hasil AMOS dengan pendekatan maximum likelihood juga signifikan, degan nilai P = 0,001<0,05. Artinya belanja modal memiliki pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pendapatan per kapita.

Variabel PAD memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap pendapatan per kapita. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,514. Diketahui juga hasil AMOS dengan pendekatan maximum likelihood juga signifikan, yakni pada kolom P dan baris X2 ditandai dengan “***” yang berarti signifikan.


(59)

46 Artinya PAD memiliki pengaruh yang nyata terhadap peningkatan pendapatan per kapita dan hubungannya positif. Pendapatan asli daerah berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pendapatan per kapita sejalan dengan penelitian BAPPENAS (2003) yang mengindikasikan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan Pendapatan Per Kapita serta menegaskan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara Belanja Modal dengan Pendapatan Per Kapita secara langsung adalah hubungan negatif sehingga pertambahan pendapatan per kapita akan berdampak menurunnya belanja modal dalam hubungan secara langsung. Sedangkan sisi yang lain belanja modal yang melewati proses menjadi pendapatan asli daerah memiliki efek yang positif. Hal ini mengidentifikasikan bahwa Kebijakan penggunaan belanja modal untuk peningkatan pendapatan per kapita lebih efektif melalui pendapatan asli daerah dari pada

digunakan secara langsung untuk menigkatkan pendapatanper kapita,

Dari penelitian sebelumnya oleh Ramayanti (2011), PAD juga menunjukkan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Per Kapita. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wong (2004) menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah. Dengan terpenuhinya fasilitas publik maka masyarakat merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada


(60)

47 gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD (Mardiasmo, 2002).


(61)

48 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Secara parsial Belanja Modal dan PAD berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan per kapita pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat, sebagaimana ditunjukkan oleh angka signifikansinya setelah dilakukan uji AMOS. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Belanja Modal dan PAD merupakan hal utama yang perlu diperhatikan dan dijadikan tolok ukur yang baik untuk menentukkan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wong (2004), “menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur industri mempunyai dampak yang nyata terhadap kenaikan pajak daerah”. Dengan terpenuhinya fasilitas publik maka masyarakat merasa nyaman dan dapat menjalankan usahanya dengan efisien dan efektif sehingga pada akhirnya akan meningkatkan partisipasi publik dalam pembangunan. “Semakin tinggi tingkat investasi modal diharapkan mampu meningkatkan kualitas layanan publik dan pada gilirannya mampu meningkatkan tingkat partisipasi publik terhadap pembangunan yang tercermin dari adanya peningkatan PAD”, (Mardiasmo, 2002). Sejalan dengan penelitian BAPPENAS (2003) yang mengindikasikan Pendapatan Asli Daerah


(62)

49 berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan pendapatan per kapita serta menegaskan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi.

2. Secara simultan, dapat diambil kesimpulan Belanja Modal dan PAD

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan pendapatan per kapita pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Sampel dalam penelitian ini dibatasi pada kabupaten/ kota tertentu, yaitu

sembilan pemerintahan Kabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Barat. Hal ini menyebabkan hasil penelitian hanya berlaku untuk pemerintahan Kabupaten/ Kota yang menjadi sampel penelitian.

2. Penelitian hanya mengambil dua variabel independen sehingga hasil

penelitian ini belum dapat menjelaskan semua variabel yang mempengaruhi peningkatan pendapatan per kapita.

3. Tahun penelitian hanya terbatas pada 4(empat) tahun saja, yaitu periode 2010-


(63)

50 5.3 Implikasi Teori

1. Belanja Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap perubahan

Pendapatan Asli Daerah. Penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa Belanja pembangunan memberikan dampak yang positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah.

2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap

perubahan Pendapatan Per Kapita. Penelitian ini mendukung BAPENAS (2003) yang menegaskan bahwa pertumbuhan PAD seharusnya sensitif terhadap kenaikan pertumbuhan ekonomi.

5.4 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar lebih memperbanyak

Kabupaten/Kota yang akan diuji, sehingga akan diperoleh sampel yang banyak dan hasil yang lebih akurat.

2. Peneliti menyarankan untuk mengambil jangka waktu yang lebih lama untuk

diteliti.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar lebih banyak menggunakan variabel

independen dalam penelitian.

4. Bagi Pemerintah agar lebih bijaksana dalam pengoptimalan dan pengelolaan

penerimaan dan pengeluaran daerah yang bersumber dari pendapatan asli daerah dan belanja modal masing-masing Kabupaten/Kota di Jawa Barat, sehingga akan berdampak pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat.


(64)

51 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemeriksa Keuangan Daerah Republik Indonesia

Bappenas 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 [Dokumen Nasional ]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Erlina, dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Kedua. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

_____________, 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

_____________, 2014. AMOS 22 Update Terbaru Metode Bayes. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, PT. Grasindo, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif.Medan: Universitas Sumatera Utara.

Maharani, S., Nisa. 2011. Pengaruh Realisasi Belanja Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Output dan Pendapatan Per Kapita (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Mamesah, D.J.,1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(65)

52 Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sinaga, Dika Nivardo. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Per Kapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Ramayanti, Maya. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

Widarjono, Agus. 2015. “Analisis Multivariat Terapan Dengan Program SPSS, AMOS, dan SMARTPLS”. Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit UPP STIM YKPN.


(66)

53 LAMPIRAN

Lampiran 1 DAFTAR POPULASI DAN SAMPEL

No Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Sampel

1 2 3

1 Kabupaten Bandung √ √ √ 1

2 Kabupaten Bandung Barat X X √

3 Kabupaten Bekasi X X √

4 Kabupaten Bogor X X √

5 Kabupaten Ciamis X X √

6 Kabupaten Cianjur X X √

7 Kabupaten Cirebon X X √

8 Kabupaten Garut √ √ √ 2

9 Kabupaten Indramayu X X √

10 Kabupaten Karawang √ √ √ 3

11 Kabupaten Kuningan X X √

12 Kabupaten Majalengka X X √

13 Kabupaten Pangandaran X X √

14 Kabupaten Purwakarta √ √ √ 4

15 Kabupaten Subang √ √ √ 5

16 Kabupaten Sukabumi X X √

17 Kabupaten Sumedang √ √ √ 6

18 Kabupaten Tasikmalaya √ √ √ 7

19 Kota Bandung X X √

20 Kota Banjar √ √ √ 8

21 Kota Bekasi X X √

22 Kota Bogor X X √

23 Kota Cimahi X X √

24 Kota Cirebon X X √

25 Kota Depok X X √

26 Kota Sukabumi √ √ √ 9


(67)

54 Lampiran 2 OUTPUT SEM AMOS


(68)

55 Assessment of normality (Group number 1)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

X2 10.528 13.401 .403 .987 -.323 -.396

X1 10.832 13.448 -.040 -.099 -.126 -.154

Y 2.024 3.603 .469 1.148 -.562 -.689

Multivariate -2.142 -1.173

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y

X2 1.000

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

X1 <--> X2 .527

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

30 7.197 .066 .914

21 6.524 .089 .841

34 6.113 .106 .751

27 4.860 .182 .915

9 4.845 .183 .816


(69)

56

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

10 4.653 .199 .594

18 4.652 .199 .429

25 4.409 .221 .397

29 4.232 .237 .344

Regression Weights: (Group number 1 - Default model)

Estimate S.E. C.R. P Label

Y <--- X1 -.234 .071 -3.273 .001 par_1

Y <--- X2 .515 .064 8.107 *** par_2

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y

X2 1.000

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate


(1)

51 DAFTAR PUSTAKA

Badan Pemeriksa Keuangan Daerah Republik Indonesia

Bappenas 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 [Dokumen Nasional ]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Erlina, dan Sri Mulyani, 2007. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, USU Press, Medan

Erlina, 2008. Metodologi Penelitian, USU Press, Medan.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi Kedua. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

_____________, 2006. Aplikasi Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

_____________, 2014. AMOS 22 Update Terbaru Metode Bayes. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Halim, Abdul, 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba Empat. Jakarta.

Hanif Nurcholis, 2007, Teori dan Praktik Pemerintahan Dan Otonomi Daerah, PT. Grasindo, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2011. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif.Medan: Universitas Sumatera Utara.

Maharani, S., Nisa. 2011. Pengaruh Realisasi Belanja Daerah dan Angkatan Kerja Terhadap Output dan Pendapatan Per Kapita (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang.

Mamesah, D.J.,1995, Sistem Administrasi Keuangan Daerah, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


(2)

52 Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Sinaga, Dika Nivardo. 2015. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Belanja Modal Terhadap Pendapatan Per Kapita pada Kabupaten dan Kota di Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.

Sugiyono. 2007. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

Ramayanti, Maya. 2011. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Transfer Pemerintah Pusat Terhadap Pendapatan Perkapita Masyarakat Kabupaten/Kota di Propinsi Sumatera Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. Republik Indonesia, Undang-Undang No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan

Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.

Widarjono, Agus. 2015. “Analisis Multivariat Terapan Dengan Program SPSS, AMOS, dan SMARTPLS”. Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit UPP STIM YKPN.


(3)

53 LAMPIRAN

Lampiran 1 DAFTAR POPULASI DAN SAMPEL

No Kabupaten/Kota

Kriteria

Sampel Sampel

1 2 3

1 Kabupaten Bandung √ √ √ 1

2 Kabupaten Bandung Barat X X √

3 Kabupaten Bekasi X X √

4 Kabupaten Bogor X X √

5 Kabupaten Ciamis X X √

6 Kabupaten Cianjur X X √

7 Kabupaten Cirebon X X √

8 Kabupaten Garut √ √ √ 2

9 Kabupaten Indramayu X X √

10 Kabupaten Karawang √ √ √ 3

11 Kabupaten Kuningan X X √

12 Kabupaten Majalengka X X √

13 Kabupaten Pangandaran X X √

14 Kabupaten Purwakarta √ √ √ 4

15 Kabupaten Subang √ √ √ 5

16 Kabupaten Sukabumi X X √

17 Kabupaten Sumedang √ √ √ 6

18 Kabupaten Tasikmalaya √ √ √ 7

19 Kota Bandung X X √

20 Kota Banjar √ √ √ 8

21 Kota Bekasi X X √

22 Kota Bogor X X √

23 Kota Cimahi X X √

24 Kota Cirebon X X √

25 Kota Depok X X √

26 Kota Sukabumi √ √ √ 9


(4)

54 Lampiran 2 OUTPUT SEM AMOS


(5)

55 Assessment of normality (Group number 1)

Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.

X2 10.528 13.401 .403 .987 -.323 -.396

X1 10.832 13.448 -.040 -.099 -.126 -.154

Y 2.024 3.603 .469 1.148 -.562 -.689

Multivariate -2.142 -1.173

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y

X2 1.000

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate

X1 <--> X2 .527

Observations farthest from the centroid (Mahalanobis distance) (Group number 1)

Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

30 7.197 .066 .914

21 6.524 .089 .841

34 6.113 .106 .751

27 4.860 .182 .915

9 4.845 .183 .816


(6)

56 Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2

10 4.653 .199 .594

18 4.652 .199 .429

25 4.409 .221 .397

29 4.232 .237 .344

Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Estimate S.E. C.R. P Label

Y <--- X1 -.234 .071 -3.273 .001 par_1 Y <--- X2 .515 .064 8.107 *** par_2

Implied (for all variables) Correlations (Group number 1 - Default model)

X2 X1 Y

X2 1.000

X1 .527 1.000

Y .743 .116 1.000

Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model) Estimate