Kepadatan Nyamuk Aedes Angka Hinggapan

penampungan air yang berbeda-beda baik dalam jenis, bahan dasar dan warna yang digunakan. Di perkirakan dapat mempengaruhi prosentase perolehan larva pada setiap wilayah tersebut.

B. Kepadatan Nyamuk Aedes Angka Hinggapan

Kepadatan nyamuk Aedes di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dilakukan dengan berbagai metode penangkapan dari bulan April sampai dengan Agustus 2006. Didaerah ini ditemukan dua spesies yaitu A. aegypti sebagai vektor utama demam berdarah yang lebih banyak ditemukan di lokasi perumahan dan perkantoran. Nyamuk A. albopictus yang diduga sebagai vektor sekunder yang lebih banyak ditemukan di lokasi sekolah. Nyamuk Aedes yang diperoleh pada setiap penangkapan sangat berfluktuasi. Selama penangkapan A. aegypti inilah yang secara teratur ditemukan hampir di setiap lokasi. Nyamuk Aedes Yang Tertangkap Berdasarkan Bulan Penangkapan Pengamatan perilaku nyamuk Aedes menghisap darah sangat diperlukan untuk mengetahui puncak aktifitas bulanan dan aktifitas harian. Rata-rata nyamuk Aedes aegypti. ditemukan paling banyak menggigit di dalam endofagik dan nyamuk A. albopictus di luar eksofagik. Walau tidak menutup kemungkinan nyamuk A. aegypti menggigit di luar seperti terlihat dari perolehan hasil tangkapan di lokasi penelitian. Chan melaporkan 1985 penangkapan nyamuk Aedes yang dilakukan pada tahun 1966-1967 di Singapura dengan metode umpan orang dalam rumahUOD diperoleh nyamuk A. aegypti dan A. albopictus menggigit di dalam ruangan. Rata-rata Nyamuk Aedes YangTertangkap dengan Metode Umpan Orang Dalam Rumah, Sekolah dan Kantor Metode ini merupakan penangkapan nyamuk di dalam rumah atau gedung di lokasi penelitian yang dilakukan oleh kolektor penangkap dengan menggunakan orang sebagai inang yang paling disukai oleh nyamuk Aedes. Penangkapan A. aegypti dengan metode umpan orang dalam rumah rata-rata perolehan hasil tangkapan setiap 10 hari sekali selama lima bulan adalah sebesar 1,26 ekorbulan dengan perolehan rata-rata hasil tangkapan tertinggi pada bulan Mei sebesar 1,7 ekor dan terendah pada bulan Juli sebesar 0,8 ekor. Penangkapan A. aegypti dengan umpan orang dalam sekolah rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,4 ekorbulan dengan perolehan rata-rata hasil tangkapan tertinggi pada bulan Juni sebesar 0,5 ekor dan terendah pada pada bulan April sebesar 0,3 ekor. Adapun penangkapan A. aegypti dengan umpan orang dalam kantor rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,46 ekorbulan dengan perolehan rata-rata hasil tangkapan tetinggi pada bulan Agustus sebesar 0,9 ekor dan terendah pada bulan Juli sebesar 0,2 ekor. Nyamuk A. albopictus dengan metode ini di ketiga lokasi penangkapan tersebut diatas tidak ditemukan. Metode penangkapan nyamuk dengan umpan orang di dalam ini ternyata diperoleh hasil tangkapan yang tertinggi adalah A. aegypti, hal ini disebabkan karena nyamuk tersebut bersifat endofagik meskipun tidak menutup kemungkinan nyamuk tersebut mengigit di luar. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian di Singapura pada pengamatan di lokasi perumahan. Metode penangkapan umpan orang dalam indoor, rata-rata hasil tangkapan A. aegypti yang diperoleh sebesar 0,045 ekorbulan. Dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Oktober 1966 sebesar 0,143 ekor dan terendah pada bulan Januari 1967 sebesar 0,010 ekor. Nyamuk A. albopictus rata-rata hasil tangkapan sebesar 0,101 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Oktober 1966 sebesar 0,194 ekor dan terendah pada bulan Januari 1967 sebesar 0,021 ekor Chan,1985. Berdasarkan penelitian di beberapa daerah endemik DKI Jakarta pada lokasi perumahan dengan metode ini rata-rata hasil tangkapan nyamuk A. aegypti di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Diperoleh hasil tangkapan masing-masing sebesar 1,56 ; 1,42 ; 1,33 ; 1,33 dan 1,59 ekorbulan. Rata-rata perolehan tertinggi pada masing-masing wilayah tersebut diatas yakni, pada bulan September 2004 sebesar 2,75 ekor dan terendah pada bulan Nopember 2004 sebesar 0,60 ekor ; Februari 2005 sebesar 2,53 ekor dan terendah pada bulan Juli 2004 sebesar 0,65 ekor ; Februari 2005 sebesar 2,11 ekor dan terendah pada bulan Desember 2004 sebesar 0,50 ekor ; Februari 2005 sebesar 1,87 ekor dan rata-rata perolehan terendah pada bulan November 2004 sebesar 0,55 ekor dan Februari 2005 sebesar 2,73 ekor dan rata-rata perolehan terendah pada bulan Juli 2004 sebesar 0,50 ekor. Pengamatan nyamuk A. albopictus tidak dilakukan Sintorini, 2006 Tabel 6 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode penangkapan umpan orang dalam rumah, sekolah dan kantor UOD di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Lokasi Penangkapan Rumah Sekolah Kantor Bulan Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. Aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ χ χ χ χ χ April 1,4 22,2 0,3 15 0,5 17,8 Mei 1,7 27,0 0 0 0,4 20 0 0 0,8 28,6 0 0 Juni 1,1 17,5 0,5 25 0 0 0,4 14,3 0 0 Juli 0,8 12,7 0,4 20 0,2 7,2 Agustus 1,3 20,6 20 0,9 32,1 0 0 Total 6,3 100 2,0 100 100 2,3 100 Rata-rata 1,26 - - 0,4 - - 0,46 - - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 April Mei Juni Juli Agustus Bulan Penangkapan Rat a -r a ta n yam u k t e rt an g k ap e k o r Rum ah A. ae Rum ah A. alb o Sek olah A. ae Sek olah A. alb o Kantor A. ae Kantor A. alb o Gambar 8 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap dengan umpan orang dalam rumah, sekolah dan kantor UOD di Kelurahan Utan Kayu Utara April sd Agustus 2006 Kepadatan yang bervariasi antara peneliti dan pembanding berkaitan dengan cuaca dan musim. Di musim hujan intensitas hujan berhubungan dengan tersedianya habitat yang cocok untuk berkembangbiak karena dengan curah hujan sedang dengan waktu yang panjang akan menambah tempat perindukan dan meningkatnya populasi nyamuk Suroso, 2001. Kebiasaan penduduk menyimpan cadangan air dengan volume besar di musim kemarau dapat pula menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. Karena sulitnya menguras dan mahalnya kebutuhan akan air bersih terutama di DKI Jakarta. Air yang tersimpan dalam waktu yang lama diprediksi akan meningkatkan populasi nyamuk karena tersedianya habitat untuk berkembang biak. Terutama di daerah yang mempunyai air payau, sehingga perlu bagi mereka menampung air hujan dalam drum-drum besar, sebagai ketersediaan kebutuhan akan air tawar untuk minum dan memasak. Air hujan merupakah media yang sangat baik sebagai tempat perindukan yang baik dalam memfasilitasi investasi larva A. aegypti dibandingkan dari air dan sumber lain Suroso et al. 1986. Rata-rata Nyamuk Aedes Yang Tertangkap dengan Metode Penangkapan Umpan Orang Luar Rumah, Sekolah dan Kantor Metode ini merupakan penangkapan nyamuk di luar rumah atau gedung di lokasi penelitian yang dilakukan oleh kolektor penangkap dengan umpan orang sebagai inang yang paling disukai oleh nyamuk Aedes. Berdasarkan hasil pengamatan, kepadatan nyamuk A. aegypti setiap 10 hari sekali selama lima bulan dengan metode umpan orang luar rumah rata-rata hasil tangkapan sebesar 0,07 ekorbulan. Rata-rata perolehan hasil tangkapan tertinggi pada bulan April sebesar 0,30 ekor dan terendah pada bulan Juni sampai dengan Agustus tanpa perolehan hasil tangkapan. Penangkapan A. aegypti dengan umpan orang luar sekolah diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,1 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Juni sebesar 0,2 ekor dan terendah pada bulan Mei tanpa perolehan hasil tangkapan. Perolehan rata-rata hasil tangkapan A. aegypti selama lima bulan dengan metode penangkapan umpan orang luar kantor adalah sebesar 0,07 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tetinggi pada bulan April, Juni dan Agustus sebesar 0,1 ekor dan terendah pada bulan Juli tanpa perolehan hasil tangkapan. Hasil penangkapan nyamuk A. albopictus dengan metode umpan orang luar rumah rata-rata perolehan hasil tangkapan adalah sebesar 0,06 ekorbulan, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Mei sebesar 0,2 ekor. Pada bulan April, Juli dan Agustus merupakan perolehan terendah tanpa hasil tangkapan sama sekali. Tabel 7 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode penangkapan umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor UOL di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006. Lokasi Penangkapan Rumah Sekolah Kantor Bulan Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ χ Χ χ χ χ April 0,3 85,7 0 0 0,1 20 1,4 46,8 0,1 27,8 0,2 20 Mei 0,05 14,3 0,2 71,4 0 10 1,2 38,7 0,06 16,7 0,8 80 Juni 0,08 28,6 0,2 40 0 0 0,1 27,8 0 0 Juli 0,05 0,45 14,5 Agustus 0,15 30 0.1 27,8 0 0 Total 0,35 - 0,28 100 0,5 100 3,1 100 0,36 100 1,0 Rata-rata 0,07 - 0,06 - 0,1 - 0,62 - 0,07 - 0,2 - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 April Mei Juni Juli Agustus Bulan Penangkapan R at a- rat a n yam u k ter tan g kap eko r Rum ah A.ae Rumah A.alb o Sekolah A.ae Sekolah A.alb o Kantor A.ae Kantor A.alb o Gambar 9 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap dengan umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor UOL di Kelurahan Utan Kayu Utara April sd Agustus 2006 Rata-rata hasil tangkapan A. albopictus selama lima bulan sebesar dengan metode penangkapan umpan orang luar sekolah adalah sebesar 0,62 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Juni sebesar 1,4 ekor dan terendah pada bulan Juni dan Agustus tanpa perolehan hasil tangkapan. Penangkapan A. albopictus dengan metode umpan orang luar kantor diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,2 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tetinggi pada Mei sebesar 0,8 ekor dan terendah pada bulan Juni, Juli dan Agustus tanpa perolehan hasil tangkapan. Kepadatan yang bervariasi antara peneliti dan pembanding berkaitan dengan cuaca dan musim. Di musim hujan intensitas hujan berhubungan dengan tersedianya habitat yang cocok untuk berkembangbiak karena dengan curah hujan sedang dengan waktu yang panjang akan menambah tempat perindukan dan meningkatnya populasi nyamuk Suroso, 2001. Kebiasaan penduduk menyimpan cadangan air dengan volume besar di musim kemarau dapat pula menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes. Karena sulitnya menguras dan mahalnya kebutuhan akan air bersih terutama di DKI Jakarta. Air yang tersimpan dalam waktu yang lama diprediksi akan meningkatkan populasi nyamuk karena tersedianya habitat untuk berkembang biak. Metode penangkapan nyamuk dengan umpan orang diluar ini ternyata diperoleh hasil tangkapan yang tertinggi adalah A. albopictus, hal ini disebabkan karena nyamuk tersebut bersifat eksofagik. Perolehan tangkapan tertinggi nyamuk A. albopictus di lokasi sekolah karena adanya pohon bambu dan tanaman sebagai habitat yang paling disukai. Hal ini disebabkan karena pada awalnya A. albopictus ini merupakan spesies yang ada dihutan dan biasanya tempat berkembangbiaknya berada di lubang pohon, ketiak daun dan tunggul bambu yang ada di hutan.. Nyamuk A. aegypti hidupnya lebih sering berada di lingkungan manusia dan berkembangbiaknya lebih sering ditemukan dalam wadah buatan manusia WHO, 2003. Rata-rata Nyamuk Yang Tertangkap Saat Sedang Istirahat di Rumah, Sekolah dan Kantor Metode ini merupakan penangkapan nyamuk sedang hinggap atau istirahat di dalam maupun di luar rumah atau gedung yang dilakukan oleh kolektor penangkap. Biasanya perolehan nyamuk Aedes ini di baju-baju tergantung, alat-alat dapur, tanaman, di buku-buku dan tempat-tempat lembab yang terlindungi dari cahaya maupun angin. Tabel 8 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode penangkapan nyamuk hinggap di rumah, sekolah dan kantor di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006. Lokasi Penelitian Rumah Sekolah Kantor Bulan Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ χ χ χ χ χ April 1,2 21,8 0,6 31,6 0 0 0,3 12,5 0 0 Mei 1,5 27,3 0 0 0,2 10,5 0 0 0,9 37,5 0 0 Juni 1 18,2 0 0 0,5 26,3 0 0 0,7 29,2 0 0 Juli 0,8 14,5 0 0 0,3 15,8 0 0 0,1 4,17 0 0 Agustus 1 18,2 0 0 0,3 15,8 0 0 0,4 16,7 0 0 Total 5,5 100 0 0 1,9 100 0 0 2,4 100 0 0 Rata-rata 1,1 - - 0,4 - - 0,48 - - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 April Mei Juni Juli Agustus Bulan Penangkapan R a ta- rat a n yam u k ter tan g ka p eko r Rumah A.ae Rumah A.alb o Sekolah A.ae Sekolah A.alb o Kantor A.ae HDR A.alb o Gambar 10 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap sedang istirahat di dalam rumah, sekolah dan kantor di Kelurahan Utan Kayu Utara April sd Agustus 2006 Hasil tangkapan tertinggi nyamuk A. aegypti dengan metode penangkapan nyamuk sedang istirahat di dalam rumah diperoleh dari hasil rata-rata hasil tangkapan setiap 10 hari sekali selama lima bulan penangkapan. Diperoleh hasil sebesar 1,1 ekorbulan. Rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Mei sebesar 1,5 ekor dan terendah pada bulan Juli sebesar 0,8 ekor. Penangkapan A. aegypti dengan metode sedang istirahat di dalam sekolah diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,4 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan April sebesar 0,6 ekor dan terendah pada bulan Mei sebesar 0,2 ekor. Metode penangkapan A. aegypti sedang istirahat di dalam kantor diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama lima bulan sebesar 0,48 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tetinggi pada bulan Mei sebesar 0,9 ekor. Terendah pada bulan Juli sebesar 0,1 ekor. Nyamuk A. albopictus dengan metode ini di ketiga lokasi penangkapan tersebut di atas tidak ditemukan. Bila dibandingkan dengan penelitian yang di lakukan Chan 1985 di Singapura, memperoleh rata-rata hasil tangkapan nyamuk A. aegypti yang hinggap di dalam rumah sebesar 0,88 ekorbulan. Rata-rata perolehan tertinggi pada bulan November 1966 sebesar 1,33 ekor dan terendah pada bulan Oktober 1966 sebesar 0,43 ekor. Rata-rata tangkapan nyamuk A. albopictus sebesar 0,07 ekorbulan dengan rata-rata perolehan tertinggi pada bulan Nopember 1966 sebesar 0,13 ekor dan terendah pada bulan Desember 1966 sebesar 0,03 ekor. Hasil penelitian di Kelurahan Johar baru dan di Kelurahan Koja Selatan, Jakarta diperoleh rata-rata hasil tangkapan pada masing-masing lokasi yakni, sebesar 0,11 ekorbulan dan sebesar 0,11 ekorbulan di kedua kelurahan memperoleh hasil yang sama. Dengan perolehan tertinggi di masing-masing lokasi yakni, pada bulan Maret 1994 sebesar 0,24 ekor dan pada bulan Maret 1994 sebesar 0,24 ekor. Terendah pada bulan Agustus 1993 sebesar 0,03 ekor dan pada bulan Juli 1993 sebesar 0,04 ekor Hasyimi et al. 1994 Berdasarkan penelitian lanjutan di lokasi Kelurahan Johar Baru dan Kelurahan Koja selatan tahun 1994 sampai dengan 1995 perolehan rata-rata hasil tangkapan pada masing-masing lokasi yakni, sebesar 0,14 ekorbulan dan 0,15 ekorbulan. Dengan perolehan tertinggi pada bulan Juli 1994 sebesar 0,20 ekor dan pada bulan Januari 1995 sebesar 0,24 ekor. Terendah pada bulan Februari 1995 sebesar 0,06 ekor dan pada bulan Nopember 1994 sebesar 0,05 ekor Hasyimi et al. 1995. Menurut Sintorini 2006 yang melakukan pengamatan di beberapa daerah endemik DKI Jakarta pada lokasi perumahan dengan metode ini pada masing-masing wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Di peroleh rata-rata hasil tangkapan nyamuk A. aegypti yakni sebesar 1,50 ekorbulan ; 1,29 ekorbulan ; 0,99 ekorbulan ; 0,78 ekorbulan dan 0,87 ekorbulan. Dengan rata-rata perolehan tertinggi pada masing-masing wilayah yakni, pada bulan Maret 2005 sebesar 2,17 ekor ; bulan Maret 2005 sebesar 1,81 ; bulan Februari 2005 sebesar 1,95 ekor ; September 2004 sebesar 1,74 ; bulan April 2004 sebesar 1,15 ekor. Terendah pada bulan Agustus 2004 sebesar 0,69 ekor ; pada bulan Agustus 2004 sebesar 0,84 ekor ; pada bulan Agustus 2004 sebesar 0,62 ekor ; pada bulan Juni 2004 sebesar 0,24 ekor dan pada bulan Oktober 2004 sebesar 0,62 ekor. Pengamatan nyamuk A. albopictus tidak dilakukan. Adanya perbedaan kepadatan populasi nyamuk Aedes tersebut di atas dipengaruhi oleh karakteristik lingkunganhabitat. Semua ini menggambarkan kemampuan adaptasi yang spesifik bagi nyamuk untuk dapat berkembangbiak. Perbedaan lokasi, tahun, jumlah kolektor, dan jumlah jam penangkapan dapat mempengaruhi hasil perolehan tangkapan nyamuk Aedes antara peneliti dan pembanding. Selain itu faktor-faktor aspek perilaku nyamuk, lingkungan dan perilaku manusia juga diperkirakan ikut dalam menunjang peranan Aedes sebagai vektor. Nyamuk Aedes Yang Tertangkap Berdasarkan Jam Penangkapan Pengamatan aktifitas nyamuk penting untuk dilakukan sebagai salah satu penentu risiko terjadinya penularan karena seringnya kontak dengan manusia dan mobilisasainya. Studi yang spesifik dengan pengamatan kecenderungan populasi musiman dan evaluasinya habitatnya merupakan indikator terdapat habitat yang tidak jauh pula, karena biasanya penyebaran nyamuk dewasa tidak terlalu jauh antara 50-200 m2. Penelitian terbaru di Puerto Rico menyatakan bahwa nyamuk betina dewasa dapat menyebar lebih dari 400 meter untuk mencari tempat bertelur Deitz et al. 1986. Berdasarkan hasil penelitian Nelson et al. 1978 puncak aktif nyamuk Aedes antara jam 08.00-13.00 dan 15.00-17.00. Berdasarkan hasil penelitian yang dipelajari oleh Oda et al. 1983 disimpulkan nyamuk ini sebenarnya melakukan penghisapan darah di sepanjang hari sejak matahari terbit hingga menjelang matahari terbenam. Nyamuk A. aegypti mempunyai dua puncak aktif menggigit pada jam 08.00-10.00 dan 10.00-12.00 serta 15.00-17.00 dan 16.00-18.00. Keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh angin, suhu dan kelembaban udara sehingga dapat menambah atau mengurangi aktivitas di dalam menggigit DEPKES, 2002. Rata-rata Nyamuk Aedes Yang Tertangkap dengan Metode Penangkapan Umpan Orang Dalam Rumah, Sekolah dan Kantor Rata-rata perolehan A. aegypti setiap dua jam selama 12 jam penangkapan dengan metode umpan orang dalam rumah adalah sebesar 1,3 ekor2jam. Dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 16.00-18.00 sebesar 1,9 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 sebesar 0,2 ekor. Penangkapan A. aegypti dengan metode umpan orang dalam sekolah diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 jam sebesar 0,38 ekor2jam dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 10.00-12.00 sebesar 0,7 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 tanpa perolehan hasil tangkapan. Hasil tangkapan A. aegypti dengan metode umpan orang dalam kantor selama 12 jam rata-rata diperoleh sebesar 0,47 ekor2jam dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 16.00-18.00 sebesar 0,7 ekor dan terendah pada jam 12.00-14.00 sebesar 0,2 ekor. Nyamuk A. albopictus dengan metode ini di ketiga lokasi penangkapan tersebut di atas tidak ditemukan. Aktifitas Aedes menggigit dengan metode ini di lokasi penelitian pada saat menjelang gelap dimungkinkan pada saat itu penghuni rumah sudah pulang dari tempat bekerja ataupun sekolah sehingga memudahkan bagi nyamuk untuk mencari makan. Semakin padatnya manusia maka semakin banyak CO 2 yang dikeluarkan yang diperkirakan merupakan salah satu parameter yang disukai oleh nyamuk Aedes untuk mendekat. aroma yang spesifik dari tiap-tiap inang diduga juga mempengaruhi banyak atau sedikitnya nyamuk Aedes betina yang mendatanginya dan menggigit pada saat membutuhkan darah untuk pematangan telurnya. Hasil tangkapan dengan metode ini diperoleh A. aegypti lebih dominan di lokasi perumahan dan perkantoran. Perolehan hasil tangkapan yang tertinggi terdapat di lokasi perumahan dengan puncak aktif menggigit pada jam 10.00-12.00 dan 16.00-18.00. Puncak aktif menggigit ini sebagai studi banding dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan nyamuk A. aegypti betina mempunyai dua periode waktu menggigit. Pada saat menjelang matahari terbit 08.00-10.00 dan 08.00-13.00 dan sebelum matahari terbenam gelap 15.00-17.00 dan 16.00-18.00 Nelson et al. 1978 dan DEPKES, 2002. Tabel 9 Rata-rata dan rosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode umpan orang dalam rumah, sekolah dan kantor UOD di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dari jam 08.00-20.00 dalam bulan April sd Agustus 2006 Lokasi Penangkapan Rumah Sekolah Kantor Periode Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ 08.00-10.00 1.3 16.5 0 0 0.5 21.7 0 0.5 17.9 0 10.00-12.00 1.6 20.3 0 0.7 30.4 0 0 0.5 17.9 0 0 12.00-14.00 1.1 13.9 0 0 0.5 21.7 0 0.2 7.14 0 14.00-16.00 1.8 22.8 0 0 0.1 4.35 0 0.6 21.4 0 16.00-18.00 1.9 24.1 0 0 0.5 21.7 0 0 0.7 25 0 0 18.00-20.00 0.2 2.53 0 0 0.3 10.7 0 Total 7.9 100 0 0 2.3 100 0 0 2.8 100 0 0 Rata-rata 1.3 - 0 - 0.38 - 0 - 0.47 - 0 - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 08.00- 10.00 10.00- 12.00 12.00- 14.00 14.00- 16.00 16.00- 18.00 18.00- 20.00 Rumah A. ae Rumah A. alb o Sekolah A. ae Sekolah A. alb o Kantor A. ae Kantor A. alb o Gambar 11 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap dengan umpan orang dalam rumah, sekolah dan kantor UOD di Kelurahan Utan Kayu Utara pada jam 08.00-20.00 April sd Agustus 2006 Rata-rata Nyamuk Aedes Yang Tertangkap dengan Metode Penangkapan Umpan Orang Luar Rumah, Sekolah dan Kantor Rata-rata perolehan A. aegypti setiap dua jam selama 12 jam penangkapan dengan metode penangkapan umpan orang luar rumah sebesar 0,05 ekor2jam. Dengan rata-rata perolehan tertinggi dari 10.00-12.00 dan 16.00-18.00 sebesar 0,1 ekor. Rata-rata perolehan hasil tangkapan terendah pada jam 08.00-10.00, 12.00-16,00 dan 18.00-20.00 sebesar 0,03 ekor. Hasil tangkapan A. aegypti selama 12 jam dengan metode penangkapan umpan orang luar sekolah adalah sebesar 0,12 ekor2jam, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 14.00-16.00 sebesar 0,3 ekor dan terendah pada jam 08.00-10.00 tanpa perolehan hasil tangkapan. Penangkapan A. aegypti dengan metode umpan orang luar kantor diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 jam sebesar 0,07 ekor2jam, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 08.00-10.00 sebesar 0,2 ekor. Rata-rata perolehan hasil tangkapan terendah pada jam 14.00-16.00 dan 18.00-20.00 tanpa perolehan hasil tangkapan. Aktivitas tertinggi nyamuk A. albopictus menggigit di lokasi perumahan dengan metode umpan orang luar rumah rata-rata perolehan setiap dua jam selama 12 jam penangkapan sebesar 0,05 ekor2jam. Dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 10.00-16.00 sebesar 0,07 ekor. Rata-rata perolehan hasil tangkapan terendah pada jam 08.00-10.00 dan 16.00-20.00 sebesar 0,03 ekor. Penangkapan A. albopictus dengan metode umpan orang luar sekolah diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 jam sebesar 0,63 ekor2jam, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 16.00-18.00 sebesar 1,5 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 tanpa perolehan hasil tangkapan. Hasil tangkapan A. albopictus dengan metode umpan orang luar kantor diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 jam sebesar 0,25 ekor2jam, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 08.00-10.00 sebesar 0,5 ekor. Rata-rata perolehan hasil tangkapan terendah pada jam 14.00-16.00 dan18.00-20.00 tanpa perolehan hasil tangkapan. Hasil penelitian di Singapura pada beberapa kota yang mempunyai banyak pepohonan, A. aegypti dan A. albopictus dapat hidup bersama. Namun pada umumnya A. aegypti lebih banyak ditemukan pada lokasi perumahan kumuh, ruko dan flat bertingkat. Adapun nyamuk A. albopictus keberadaanya tidak bergantung dari jenis rumah tetapi lebih sering ditemukan di daerah terbuka dan banyak tanaman WHO, 2003. Tabel 10 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor UOL di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dari jam 08.00-20.00 dalam bulan April sd Agustus 2006 Lokasi Penangkapan Rumah Sekolah Kantor Periode Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ 08.00-10.00 0.03 9.38 0.03 10 0 0 0.9 23.7 0.2 45.5 0.5 33.3 10.00-12.00 0.1 31.3 0.07 23.3 0.07 9.46 0.3 7.89 0.07 15.9 0.3 20 12.00-14.00 0.03 9.38 0.07 23.3 0.2 27 0.6 15.8 0.1 22.7 0.3 20 14.00-16.00 0.03 9.38 0.07 23.3 0.3 40.5 0.5 13.2 0 0 0.3 20 16.00-18.00 0.1 31.3 0.03 10 0.1 13.5 1.5 39.5 0.07 15.9 0.1 6.67 18.00-20.00 0.03 9.38 0.03 10 0.07 9.46 Total 0.32 100 0.3 100 0.74 100 3.8 100 0.44 100 1.5 100 Rata-rata 0.05 - 0.05 - 0.12 - 0.63 - 0.07 - 0.25 - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 08.00- 10.00 10.00- 12.00 12.00- 14.00 14.00- 16.00 16.00- 18.00 18.00- 20.00 Rumah A. ae Rumah A. alb o Sekolah A. ae Sekolah A. alb o Kantor A. ae Kantor A. alb o Gambar 12 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap dengan umpan orang luar rumah, sekolah dan kantor UOL di Kelurahan Utan Kayu Utara pada jam 08.00-20.00 April sd Agustus 2006 Rata-rata Nyamuk Yang Tertangkap Saat Sedang Istirahat di Rumah, Sekolah dan Kantor Rata-rata hasil tangkapan A. aegypti setiap dua jam selama 12 jam dengan metode penangkapan nyamuk sedang hinggap di dalam rumah adalah sebesar 1,08 ekor2jam, dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 08.00-10.00 sebesar 1,6 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 sebesar 0,5 ekor. Penangkapan A. aegypti sedang istirahat di dalam sekolah diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 jam sebesar 0,38 ekor2jam dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 12.00-14.00 sebesar 0,6 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 sebesar 0,2 ekor. Hasil tangkapan A. aegypti sedang istirahat di dalam kantor diperoleh rata-rata hasil tangkapan selama 12 sebesar 0,5 ekor2jam dengan rata-rata perolehan tertinggi pada jam 10.00-12.00 sebesar 0,7 ekor dan terendah pada jam 18.00-20.00 sebesar 0,2 ekor. Nyamuk A. albopictus dengan metode ini di ketiga lokasi penangkapan tersebut diatas tidak ditemukan. Pengamatan di RW.10 dan RW.07 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur selama penelitian dengan metode penangkapan umpan orang dalam dan penangkapan nyamuk sedang hinggapIstirahat peneliti memperoleh kepadatan populasi yang dominan adalah A. aegypti. Dengan metode penangkapan umpan orang luar diperoleh kepadatan populasi yang dominan adalah A. albopictus. Kepadatan populasi nyamuk Aedes ini di asumsikan berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan populasi nyamuk pada suatu lingkungan yang dipengaruhi ketersediaan darah dan kondisi fisik lingkungannya seperti suhu udara, tempat berkembang biak dan tempat istirahat. Penangkapan dengan ketiga metode tersebut diatas menunjukkan puncak aktif menggigit nyamuk Aedes pada jam 16.00-18.00, hal ini kemungkinan disebabkan karena berkurangnya faktor cahaya matahari. Walaupun nyamuk Aedes ini bersifat diurnal tetapi dia lebih senang menggigit dan beristirahat di tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung, lembab dan sedikit angin. Frekuensi menghisap darah tergantung pada lamanya waktu yang digunakan nyamuk sampai di tempat istirahat, lamanya pencernaan darah, lamanya perkembangan telur, lamanya pencapaian tempat peneluran yang cocok dan lamanya waktu yang digunakan hingga menghisap darah lagi Rozendaal, 1997. Pengamatan terhadap nyamuk Aedes sebagai vektor sangat penting terutama untuk mengetahui penyebaran, habitat utama jentik, dugaan risiko terjadinya penularan dan memprioritaskan lokasi serta waktu pelaksanaan pengendalian WHO, 2003. Tabel 11 Rata-rata dan prosentase nyamuk Aedes yang tertangkap dengan metode penangkapan nyamuk hinggap di rumah, sekolah dan kantor di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur dari jam 08.00-20.00 dalam bulan April sd Agustus 2006 Lokasi Penangkapan Rumah Sekolah Kantor Periode Penangkapan A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus A. aegypti A. albopictus χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ χ⎯ 08.00-10.00 1.6 24.6 0 0 0.4 17.4 0 0 0.4 13.3 0 0 10.00-12.00 1.3 20 0 0 0.5 21.7 0.7 23.3 0 0 12.00-14.00 0.9 13.8 0 0.6 26.1 0 0 0.6 20 0 0 14.00-16.00 1.1 16.9 0 0 0.2 8.7 0 0 0.5 16.7 0 16.00-18.00 1.1 16.9 0 0 0.4 17.4 0 0.6 20 0 18.00-20.00 0.5 7.69 0 0 0.2 8.7 0 0 0.2 6.67 0 Total 6.5 100 0 0 2.3 100 0 0 3 100 0 0 Rata-rata 1.08 - 0 - 0.38 - 0 - 0.5 - 0 - 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 08.00- 10.00 10.00- 12.00 12.00- 14.00 14.00- 16.00 16.00- 18.00 18.00- 20.00 Rum ah A. ae Rum ah A. alb o Sek olah A. ae Sek olah A. alb o Kantor A. ae Kantor A. alb o Gambar 13 Rata-rata nyamuk Aedes tertangkap sedang istirahat di dalam rumah, sekolah dan kantor di Kelurahan Utan Kayu Utara pada jam 08.00-20.00 April sd Agustus 2006 Pengamatan Lingkungan Fisik Hubungan Kepadatan Populasi Aedes Betina dengan Suhu dan Kelembaban Asumsi mengenai sebaran populasi Aedes yang didasarkan pada data hasil pengamatan suhu dan kelembaban di lokasi penelitian disajikan dalam bentuk grafik. Kepadatan nyamuk sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu dan kelembaban. Nyamuk merupakan hewan berdarah dingin dan karenanya proses-proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungan. Suhu rata-rata optimum untuk perkembangannya 25-30°C dengan kelembaban diatas 70. Pertumbuhan nyamuk akan terhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10°C dan lebih dari 40°C. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuknya, umumnya diatas 5 - 6°C diatas batas dimana spesies secara normal dapat beradaptasi DEPKES, 200l. Lokasi Perumahan Selama penelitian berlangsung suhu rata-rata lingkungan di lokasi perumahan RW.10 antara 29,6°C - 30,3°C dan kelembaban rata-rata antara 75 - 80. Pada lokasi ini suhu rata- rata tertinggi di bulan Juli sebesar 30,3°C, sedangkan yang terendah pada bulan Mei sebesar 29,6°C. Rata-rata kelembaban tertingi pada bulan Mei sebesar 80 dan terendah di bulan Juli sebesar 75 dengan rata-rata kepadatan A. aegypti betina tertinggi diperoleh pada bulan Mei dengan hasil tangkapan sebesar 1,1 ekorbulan dan yang terendah pada bulan Juli dengan hasil tangkapan sebesar 0,5 ekorbulan. Di lokasi ini A. albopictus betina tidak diperoleh hasil tangkapan. Tingginya suhu menurut perkiraan dipengaruhi oleh kepadatan lokasi perumahan dan kepadatan penghuni dalam setiap rumah yang melebihi satu kepala keluarga, sehingga terjadi penguapan panas tubuh yang mempengaruhi suhu dan kelembaban dalam suatu ruangan, akibatnya menciptakan lingkungan yang cocok bagi aktifitas nyamuk nyamuk A. aegypti menggigit. Kemungkinan ini akan mempengaruhi kecepatan metabolisme yang sebagian besar diatur oleh suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk adalah binatang berdarah dingin sehingga metabolisme dan siklus hidupnya tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan. Nyamuk dapat bertahan dalam suhu rendah, tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhu turun sampai batas kritis. Pada suhu yang sangat tinggi akan mengalami perubahan proses fisiologinya. Kejadian-kejadian biologis tertentu seperti lamanya pradewasa, kecepatan pencernaan darah yang dihisap, pematangan dari indung telur, frekwensi mencari makan juga sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban DEPKES, 2001. Gambar 14 Rata-rata nyamuk Aedes dan suhu di Perumahan Rw.10 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Gambar 15 Rata-rata nyamuk Aedes dan kelembaban di Perumahan Rw.10 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Lokasi Sekolah Pada lokasi sekolah suhu rata-rata yang diperoleh antara 30,7°C - 31,3°C dan kelembaban rata-rata antara 70 - 75. Pada lokasi ini suhu rata-rata tertinggi di bulan Juli sebesar 31,3°C sedangkan yang terendah di bulan Juni sebesar 30,7°C. Rata-rata kelembaban tertinggi di bulan Juni sebesar 75 dan terendah di bulan Juli sebesar 70 dengan rata-rata kepadatan A. aegypti betina tertinggi diperoleh di bulan Juni dengan hasil tangkapan sebesar 0,09 ekor dan yang terendah di bulan Juli dengan hasil tangkapan sebesar 0,037 ekor. Adapun A. albopictus betina rata-rata kepadatan tertinggi diperoleh di bulan Mei dengan hasil tangkapan sebesar 0,050 ekor dan terendah di bulan Juli sampai dengan Agustus dengan tidak adanya perolehan hasil tangkapan. Gambar 16 Rata-rata nyamuk Aedes dan suhu di Sekolahan Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Gambar 17 Rata-rata nyamuk Aedes dan kelembaban di Sekolahan Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April - Agustus 2006 Di lokasi ini kepadatan nyamuk dipengaruhi oleh adanya tanaman sebagai tempat berlindung dan tempat beristirahat serta menjaga dari dehidrasi. Nyamuk bernafas dengan spirakel dan menyebabkan penguapan tinggi, sehingga memerlukan kelembaban yang tinggi, karena bila kelembaban rendah maka nyamuk akan mati kekeringan. Banyaknya tanaman akan mempengaruhi kelembaban dan pencahayaan di dalam maupun di luar rumah, sehingga akan memperpanjang umur nyamuk. Keadaan lingkungan yang seperti ini merupakan habitat yang sangat disenangi oleh nyamuk sebagai tempat berkembangbiak. Tingginya A. albopictus di lokasi ini dibandingkan dengan lokasi perumahan dan perkantoran diprediksi adanya pohon bambu sebagai indikator adanya spesies ini karena seringnya ditemukan larva nyamuk ini di tunggul bambu WHO, 2003. Adanya suatu jenis tumbuhan pada suatu tempat dapat dipakai sebagai indikator memperkirakan adanya jenis-jenis nyamuk tertentu DEPKES, 2001. Lokasi Perkantoran Pada lokasi perkantoran suhu rata-rata antara 31,1°C - 31,5°C dan kelembaban rata-rata antara 68-73. Pada lokasi ini rata-rata suhu tertinggi di bulan Juli sebesar 31,5°C, sedangkan yang terendah pada bulan Mei sebesar 31,1°C dengan rata-rata kelembaban tertinggi di bulan Mei sebesar 73 dan terendah di bulan Juni dan Juli sebesar 68. Rata-rata kepadatan A. aegypti betina tertinggi diperoleh di bulan Mei dengan hasil tangkapan sebesar 0,6 ekorbulan dan yang terendah di bulan Juli dengan hasil tangkapan sebesar 0,2 ekorbulan. A. albopictus betina rata-rata kepadatan tertinggi diperoleh di bulan Mei dengan hasil tangkapan sebesar 0,3 ekorbulan dan terendah di bulan Juni sampai dengan Agustus karena tidak ditemukan hasil tangkapan. Perbedaan suhu di perumahan, sekolah dan perkantoran tidak berbeda jauh. Suhu udara dipemukiman biasanya lebih rendah 1°C-2°C dari pada suhu di tempat-tempat umum. Adapun kelembaban udara di pemukiman biasanya lebih tinggi 20-30 daripada Kelembaban di tempat-tempat umum DEPKES, 2001. Di Indonesia dengan iklim tropis yang merupakan lingkungan yang disukai oleh nyamuk mempengaruhi mudahnya nyamuk beradaptasi. Terutama tingginya kasus demam berdarah di DKI Jakarta yang selalu menjadi daerah dengan kasus tertinggi dimungkinkan karena dipicu dengan kondisi suhu dan kelembaban di lokasi endemik tersebut. Gambar 18 Rata-rata nyamuk Aedes dan suhu di Perkantoran Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Gambar 19 Rata-rata nyamuk Aedes dan kelembaban di Perkantoran Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur April sd Agustus 2006 Suhu dan kelembaban yang diperoleh selama melakukan pengamatan di lokasi penelitian antara 29,6°C-31,5°C dengan kelembaban antara 68 - 80 merupakan lingkungan yang cocok bagi perkembangbiakan dan umur nyamuk Aedes. Kenaikan atau penurunan suhu dan kelembaban di suatu lokasi bervariasi menurut luas dan letak ketinggian suatu wilayah, curah hujan, ada tidaknya tanaman dan kekhususan lain dari suatu wilayah sebagai lokasi pengamatan. Menurut pengamatan Hasan 1995 suhu berpengaruh terhadap umur nyamuk. Dengan suhu 21°C umur nyamuk betina mencapai umur 100 hari dan jantan 79 hari, pada suhu 27°C nyamuk betina mencapai umur 67 hari dan jantan 55 hari, sedangkan pada 33°C nyamuk betina mencapai umur 37 hari dan jantan 22 hari. Semakin rendah suhu semakin panjang umur nyamuk, sedangkan semakin tinggi suhu semakin pendek. Keadaan demikian sesuai dengan pernyataan bahwa aktifitas menghisap darah akan berkurang pada suhu diatas 35°C dan dibawah 17°C Christopher, 1960. Menurut Gould et al. 1988 pada suhu antara 15°C -20°C dan kelembaban 80-90 akan memperpanjang umur nyamuk, sedangkan pada suhu 30°C -35°C akan mengurangi umur nyamuk. Bila umur nyamuk panjang maka kemungkinannya sebagai vektor akan lebih lama, karena sekali saja virus dengue ini berada di tubuh nyamuk maka sepanjang hidupnya dapat menjadi penular yang infektif. Selain itu suhu juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan virus di dalam tubuh nyamuk. Dengan suhu 26°C diperlukan waktu 25 hari sedangkan dengan suhu 30°C hanya diperlukan waktu 10 hari sampai nyamuk dapat menularkan pada saat menggigit berikutnya Daryono, 2004. Dengan suhu lebih rendah dari 15°C hampir tidak mungkin terjadi penularan. Walaupun potensi nyamuk yang bisa menjadi vektor terdapat dalam jumlah yang besar. Pada kelembaban dibawah 60 umur nyamuk juga akan menjadi pendek, sehingga tidak cukup untuk siklus pertumbuhan virus dalam tubuh nyamuk. Kelembaban udara merupakan banyaknya kandungan uap air dalam udara yang diperlukan oleh nyamuk untuk mencegah keringnya cairan dalam tubuhnya. Nyamuk selalu mencari tempat yang lembab dan basah sebagai tempat perindukannya untuk menjaga mekanisme penguapan air yang tinggi DEPKES, 2001.

C. Pengamatan Pengetahuan Sikap dan Perilaku Masyarakat di Perumahan RW.10