Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

(1)

UTARA, JAKARTA TIMUR, PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015

Skripsi

Oleh:

Safira Anindita

1111101000027

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

Skripsi, 29 September 2015

Safira Anindita, NIM : 1111101000027

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

xii + 87 halaman + 7 tabel + 2 gambar + 2 lampiran ABSTRAK

Latar Belakang: Bertambahnya Usia Harapan Hidup menyebabkan wanita Indonesia, khususnya DKI Jakarta, lebih lama berada pada masa menopause. Setiap wanita memiliki usia menopause yang berbeda. Wanita di Negara berkembang, seperti Indonesia, memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan Negara maju. Mengidentifikasi faktor yang terkait dengan usia menopause sangat penting untuk dilakukan karena usia menopause memiliki kaitan dengan risiko timbulnya beberapa penyakit kronik seperti penyakit kardiovaskular, kanker payudara, kanker endomentrium dan osteoporosis.

Tujuan: Diketahuinya prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara. Jumlah sampel sebanyak 226 orang yang dipilih berdasarkan teknik simple random sampling. Uji T test Independen dan ANOVA merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause.

Hasil: Prevalensi menopause adalah sebesar 42,85%. Rata-rata usia menopause adalah sebesar 49,17 tahun. Hasil analisis bivariat menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir dan status perkawinan), faktor reproduksi (paritas, usia menarche dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dan faktor gaya hidup (merokok) dengan usia menopause.

Kesimpulan: Wanita nulipara, usia menarche yang lebih cepat, mengkonsumsi kontrasepsi oral dan merokok berhubungan dengan usia menopause yang lebih cepat. Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan sosialisasi mengenai faktor-faktor yang berubungan dengan menopause, terutama pada wanita usia subur.

Kata Kunci : Usia Menopause, Faktor Reproduksi, Faktor Gaya Hidup Daftar Bacaan : 63 (1996-2014)


(4)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES PUBLIC HEALTH MAJOR

EPIDEMIOLOGY

Undergraduate Thesis, September 29, 2015

Safira Anindita, NIM : 1111101000027

Factors Associated with Age at Menopause in Women at RW 01, Utan Kayu Utara, East Jakarta, Jakarta City 2015

xii + 87 pages + 7 tabel + 2 pictures + 2 attachments ABSTRACT

Background: Increased life expectancy made women in Indonesia, especially in Jakarta, live longer with menopause. Every woman has a different age of menopause. Women in developing countries, such as Indonesia, have earlier age at menopause than women in developed countries. Identifying factors associated with age at menopause are important because age at menopause has been associated with risk of onset of several chronic diseases, such as cardiovascular diseases, breast and endometrial cancers and osteoporosis.

Objective: To find out the prevalence of menopause, average age at menopause and the associated factors in women at RW 01, North Utan Kayu, East Jakarta, Jakarta City

Methods: This study used a cross-sectional study design. The population in this study were all women aged 30 years and older. A total sample of 226 women selected by simple random sampling technique. Independent T test and ANOVA test used to determine the factors associated with age at menopause.

Results: The prevalence of menopause is 42.85%. The average age at menopause was 49.17 years. Results of bivariate analysis stated that there is a significant relationship between sociodemographic factors (birth decade dan marital status), reproductive factors (parity, age of menarche and use of oral contraceptives) and lifestyle factor (smoking) with age at menopause.

Conclusion: Nulliparous women, early menarche, oral contraceptives users and smokers are associated with age at menopause. Therefore, it is very important to dissemination of the factors that associated with age at menopause, especially in women of reproductive age.

Keywords: age at menopause, reproductive factors, lifestyle Factors Reference: 63 (1996-2014)


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN USIA MENOPAUSE PADA WANITA DI RW 01 KELURAHAN UTAN KAYU

UTARA, JAKARTA TIMUR, PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, Agustus 2015

Disusun Oleh: Safira Anindita NIM. 1111101000027

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Pembimbing I

Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D NIP. 197904272005012005

Pembimbing II

Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D NIP. 197106052006042012


(6)

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Safira Anindita

NIM : 1111101000027

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 4 Oktober 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Waringin No. 2 RT 03 RW 01 Kelurahan Utan

Kayu Utara Kecamatan Matraman Jakarta Timur

Telepon : 085692405336

E-mail : safiraanindita@yahoo.com

PENDIDIKAN

1997-1999 : TK Alabror

1999-2005 : SD Mutiara 17 Agustus Bekasi

2005-2008 : SMPN 1 Bekasi

2008-2011 : SMAN 30 Jakarta

2011-sekarang : Peminatan Epidemiologi, Program Studi

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI Paduan Suara SMPN 1 Bekasi Paduan Suara SMAN 30 Jakarta PASIFIK (Paduan Suara FKIK)


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, pencipta dan pemelihara alam semesta yang kekal dan abadi. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan hamba Allah yang suci. Alhamdulillah pada akhirnya skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menopause pada Wanita Di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015” ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca sehingga menjadi inisiasi untuk melakukan penelitian berikutnya. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orangtua yang tidak pernah berhenti memberikan dukungan moral serta materi sehingga peneliti bersemangat dalam menyelesaikan proposal skripsi; 2. Hoirun Nisa, M.Kes, Ph.D dan Fase Badriah, SKM, M.Kes, Ph.D selaku

dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan saran, arahan dan motivasi;

3. Keluarga besar Abdul Rachim yang selalu mendukung dan memberikan dukungan moral maupun materi dalam menyelesaikan proposal skripsi ini; 4. Muhammad Iqbal yang senantiasa memberikan dukungan semangat dan doa


(9)

5. Putri Anggraini, Anjar Nofiani, Desi Pusparini, Alfica Agus, Denok Ariska dan seluruh teman-teman Epidemiologi 2011 yang selalu bersedia menjadi tempat bertanya dan senantiasa memberikan semangat;

6. Rahma Yusfarani, Dwi Nurvita, Putri Handayani, Sarah Islamia, Putri Dwi Karina, Nadita Anggiasari, Unique Gita dan seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat dan doa satu sama lain;

7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyusun proposal skripsi ini, dimana tidak bisa dituliskan satu per satu.

Skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan keterbasan, sehingga peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kemajuan penelitian selanjutnya.

Jakarta, 26 September 2015


(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ... v

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Pertanyaan Penelitian... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 6

1. Bagi Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara ... 6

2. Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur ... 7

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 7

F. Ruang Lingkup ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Menopause ... 8

B. Mekanisme Terjadinya Menopause ... 9

C. Gejala Menopause ... 11

D. Dampak Menopause ... 14

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause ... 15

1) Faktor Sosio-Demografi ... 15


(11)

3) Faktor Gaya Hidup ... 24

F. Kerangka Teori ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 27

A. Kerangka Konsep... 28

B. Definisi Operasional ... 30

C. Hipotesis ... 37

BAB IV METODE PENELITIAN ... 38

A. Desain Penelitian ... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Pengumpulan Data... 42

F. Manajemen Data ... 42

G. Analisis Data ... 44

BAB V HASIL ... 47

A. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 47

B. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 47

C. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 49

D. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 52

BAB VI PEMBAHASAN ... 54

A. Keterbatasan Penelitian ... 54

B. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 54

C. Frekuensi Faktor Sosio-Demografi pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 56

D. Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 63


(12)

E. Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita

di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 ... 75

BAB VII PENUTUP ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN ... 86

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 30

Tabel 4.1 Kode Variabel ... 43

Tabel 5.1 Prevalensi Kejadian Menopause dan Rata-rata Usia Menopause ... 47

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Hubungan Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015... 48

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015... 50

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015... 52

DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori ... 27


(13)

1 A. Latar Belakang

Usia harapan hidup penduduk Indonesia pada tahun 2012 berhasil meningkat sebesar 0,87 tahun, dari 69 tahun pada tahun 2008 menjadi 69,87 tahun pada tahun 2012. Provinsi dengan Usia Harapan Hidup paling tinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan usia harapan hidup sebesar 73,49 tahun (Depkes, 2013). Meningkatnya usia harapan hidup menandakan bahwa semakin meningkat risiko penyakit degeneratif dan semakin panjang wanita hidup pada masa menopause. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 menyatakan bahwa sebanyak 2,9% wanita usia 10-59 tahun di Indonesia telah memasuki masa menopause (Litbangkes, 2010).

Menopause merupakan hal alamiah, setiap wanita akan mengalami transformasi dari masa reproduksi ke masa menopause. Namun, usia terjadinya menopause pada setiap wanita berbeda-beda. Wanita Asia memiliki usia menopause yang lebih cepat (42,1 sampai 49,5 tahun) dibandingkan wanita Eropa (50,1 sampai 52,8 tahun), Amerika Utara (50,5 sampai 51,4 tahun), dan Amerika Latin (43,8 sampai 53 tahun) (Palacios dkk., 2010). Penelitian di Indonesia, menyatakan bahwa rata-rata usia menopause wanita Indonesia adalah 49,98 tahun (Yohanis dkk., 2013). Penelitian lain di Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa rata-rata usia menopause penduduk tersebut adalah 49 tahun (Rohmatika, 2012). Sedangkan penelitian di Jawa Barat menyatakan rata-rata usia menopause adalah 47,40 tahun (Setiasih, 2003).


(14)

Menopause merupakan risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular. Jumlah estrogen yang sedikit di dalam tubuh memiliki efek yang merugikan pada fungsi kardiovaskular dan metabolisme tubuh sehingga masa menopause merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular (Sharma, 2008). Selain itu, menopause juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan stres. Penelitian di India menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status menopause dengan kejadian stres (Mukherjee dkk., 2012).

Penelitian Svejme (2012) membuktikan bahwa wanita yang mengalami menopause usia dini memiliki risiko sebanyak 1,83 kali untuk mengalami osteoporosis pada umur 77 tahun dan sebanyak 1,68 kali berisiko mengalami patah tulang (Svejme dkk., 2012). Usia terjadinya menopause yang lebih lambat (late menopause) meningkatkan risiko kejadian kanker payudara, kanker endomentrium dan ovarian (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013).

Banyak faktor yang berhubungan dengan usia menopause, antara lain faktor sosio-demografi, faktor reproduksi dan faktor gaya hidup. Penelitian di India menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak (Pathak dkk., 2010). Penelitian di Polandia menyatakan bahwa wanita dengan usia menarche yang lebih awal akan mengalami menopause 0,3 tahun lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan usia menarche yang lebih lama (Kaczmarek, 2006). Hasil penelitian Dorjgochoo (2008) menyatakan terdapat hubungan antara usia


(15)

pertama melahirkan dengan usia menopause, bahwa wanita yang pertama kali melahirkan dibawah 20 tahun akan mengalami menopause yang lebih lambat. Selanjutnya, hasil penelitian kohort di Belanda membuktikan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis tinggi selama ≥ 3 tahun meningkatkan risiko sebesar 1,12 kali untuk mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral (Vreis dkk., 2001).

Faktor lain yang berhubungan dengan menopause adalah faktor gaya hidup. Penelitian Meschia menyatakan bahwa perokok memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok (Meschia dkk., 2000). Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang merokok berisiko sebanyak 1,63 kali untuk terjadinya menopause lebih awal dibandingkan dengan wanita bekas perokok (Hardy dkk., 2000). Selanjutnya, penelitian Schoenaker (2014) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik yang tinggi terjadinya menopause yang lebih cepat.

Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 menyatakan bahwa prevalensi menopause di daerah perkotaan (3,4%) lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan (2,2%). Wilayah DKI Jakarta merupakan wilayah tertinggi ketiga setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kepulauan Bangka Belitung dengan prevalensi menopause sebesar 3,7% (Litbangkes, 2010). Kecamatan Matraman memiliki kepadatan penduduk tertinggi di Jakarta Timur yaitu sebesar 37.529 orang per km2 (BPS, 2014). Kelurahan Utan Kayu Utara yang terletak di Kecamatan Matraman memiliki proporsi wanita yang lebih banyak


(16)

dibandingkan pria yaitu sebesar 50,2%, dengan proporsi wanita usia 30 tahun keatas terbanyak yaitu di RW 01.

RW 01 merupakan RW dengan proporsi penduduk wanita sebesar 59,84% dari jumlah penduduk. Sebanyak 48,7% dari jumlah wanita berada pada usia 30 tahun keatas, dimana pada usia tersebut wanita mulai memasuki masa menopause sehingga rentan terhadap penyakit kardiovaskular dan osteoporosis. Belum konsistennya faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

B. Rumusan Masalah

Usia Harapan Hidup wanita di Indonesia meningkat menjadi 69,87 tahun pada tahun 2012 dan Provinsi DKI Jakarta memiliki Usia Harapan Hidup tertinggi (73,49 tahun). Dengan demikian, wanita yang tinggal di Provinsi DKI Jakarta akan lebih lama berada pada masa menopause dibandingkan dengan wanita yang tinggal di Provinsi lain. Sedangkan berhentinya reproduksi akan meningkatkan risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular, osteoporosis dan kanker payudara. Berdasarkan studi pendahuluan, diketahui bahwa 11 dari 25 orang (44%) wanita di RW 01, Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta sudah mengalami menopause. Sebanyak 18,2% diantaranya mengalami menopause pada usia kurang dari 45 tahun dan sebanyak 27,3% diantaranya mengalami menopause pada usia lebih dari 53 tahun. Sedikitnya penelitian di Indonesia


(17)

mengenai usia menopause dan masih tidak konsistennya faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause maka penelitian ini perlu untuk dilakukan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Berapakah prevalensi wanita menopause dan rata-rata usia menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta?

2. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta?

3. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta?

4. Bagaimanakah frekuensi dan hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahuinya prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta


(18)

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya prevalensi wanita menopause dan rata-rata usia menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

b. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

c. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan riwayat penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

d. Diketahuinya frekuensi dan hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Puskesmas Kelurahan Utan Kayu Utara

Bahan informasi dalam pengendalian masalah reproduksi yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan usia menopause sehingga dapat mengendalikan masalah menopause seperti menopause dini atau bahkan terlambat menopause pada masa yang akan datang.


(19)

2. Bagi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Timur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan dan informasi mengenai prevalensi wanita menopause serta sebagai identifikasi awal wanita yang berisiko mengalami morbiditas di masa yang akan datang serta sebagai dasar perencanaan kesehatan terutama kesehatan reproduksi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah bukti dan informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause yang diharapkan dapat sebagai masukan untuk penelitian berikutnya.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi cross-sectional yang dilakukan pada bulan April sampai Juni 2015. Penelitian ini dilakukan pada wanita usia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi menopause, rata-rata usia menopause dan faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Menopause

The Council of Alfiliated Menopause Societies (CAMS) menyatakan menopause merupakan penghentian menstruasi secara permanen yang bukan merupakan penyakit melainkan proses alamiah sebagai akibat dari berkurangnya produksi ovarium yang dihasilkan oleh hormon seksual. Menopause dapat dinyatakan ketika seorang wanita tidak mengalami siklus menstruasi selama 12 bulan berturut-turut (Kalb, 2007).

Menurut World Health Organization (WHO), menopause adalah pemberhentian siklus menstruasi secara permanen yang disebabkan oleh hilangnya aktivitas folikel ovarium yang dinyatakan apabila mengalami amenorrhea (tidak menstruasi) selama 12 bulan (WHO, 1996). Fase menopause dibagi menjadi dua yaitu perimenopause dan postmenopause. Perimenopause merupakan fase transisi menuju menopause dimana mulai terjadi perubahan hormon dan terjadi siklus menstruasi secara tidak teratur. Sedangkan postmenopause merupakan fase dimana wanita tidak mengalami menstruasi lebih dari 12 bulan (Martin, 2013). Prematur menopause merupakan menopause yang terjadi pada usia < 40 tahun, sedangkan menopause dini terjadi pada usia ≤ 45 tahun dan menopause terlambat terjadi pada usia > 53 tahun (Shuster dkk, 2011)(Fox-Spencer dan Brown, 2007).


(21)

1. Natural Menopause

Natural menopause merupakan sebuah proses alamiah dari berhentinya periode menstruasi. Proses tersebut biasa terjadi pada wanita berusia antara 48 dan 55 tahun sebagai akibat tidak adanya hormon yang dihasilkan oleh ovarium, dengan kata lain, ovarium sudah tidak lagi memproduksi hormon (Kalb, 2007).

2. Induced Menopause

Induced menopause terjadi ketika seseorang berhenti menstruasi diakibatkan karena operasi pengangkatan ovarium (hysterectomy) atau pemberhentian fungsi ovarium akibat kemoterapi, radiasi, terapi obat, atau proses pengobatan lainnya. Induced menopause dapat terjadi pada usia kapan saja karena merupakan hasil dari sebuah kondisi fisik yang tidak diharapkan (Kalb, 2007).

B. Mekanisme Terjadinya Menopause

2. Penuaan reproduksi pada wanita adalah perkembangan alami yang terjadi melalui 3 tahap, yaitu masa reproduksi, transisi menopause, dan akhirnya menopause. Penuaan reproduksi pada wanita diduga disebabkan oleh penurunan kualitas dan kuantitas oosit di primordial, menengah dan folikel primer (Steiner, 2011). Menopause merupakan proses panjang dari terjadinya atresia follikular yang dimulai selama fase interurin dan terjadi secara terus-menerus hingga terjadinya menopause. Sel embrio primordial wanita berasal dari kuning telur yang berkembang menjadi oogenia yaitu sel yang belum matang. Sekitar 7 juta oogenia dibentuk pada bulan kelima


(22)

dari perkembangan janin. Kemudian, oogenia akan berkembang menjadi oocytes (hampir sepenuhnya menjadi sel kelamin) (Martin, 2013).

3. Pembentukan oocytes berhenti pada saat janin perempuan berusia lima bulan dan tidak dapat melanjutkan memproduksi oocytes pada saat lebih dari lima bulan di dalam uterus. Pada saat transisi menuju masa menopause terjadi proses degenerasi dan resorpsi 3,4 sampai 7 juta sel sehingga akan menjadi kurang dari 1000 folikel yang tersisa (Martin, 2013).

4. Oogonia yang semula berjumlah 7 juta, mengalami penurunan sehingga hanya menghasilkan sekitar 2 juta oocytes pada saat lahir dan menjadi sekitar 400.000 pada awal pubertas. Folikel dan oocytes, yang merupakan unit perkembangan, merosot sebelum ovulasi (Martin, 2013). Sedikitnya jumlah folikel menyebakan penurunan jumlah sel granulosa. Sedikitnya sel granulosa menyebabkan menurunnya produksi Anti-mullerian Hormone (AMH) dan inhibin. Rendahnya jumlah inibin pada fase luteal dan fase awal folekular menyebabkan peningkatan secara prematur follicle-stimulating hormone (FSH). Fase folikular (dari onset awal menstruasi sampai terjadinya ovulasi) menjadi singkat. Dengan demikian, peningkatan awal fase FSH dan estradiol dan siklus menstruasi yang menjadi singkat dapat diamati pada wanita yang telah berkurang ovarium cadangannya (Steiner, 2011).

5. Selama menopause, penurunan produksi estrogen dan inhibin ovarium mengurangi sinyal umpan balik negatif terhadap hipofisis dan hipotalamus dan menyebabkan peningkatan yang progresif pada kadar gonadotropin.


(23)

Inibin bekerja secara khusus untuk meregulasi FS, maka kadar FSH meningkat secara tidak proporsional teradap LH (Heffner dan Schust, 2006).

A. Gejala Menopause

Setiap wanita akan mengalami gejala menopause yang berbeda-beda dengan tingkat keparahan yang juga berbeda. Saat menopause, terjadi kekurangan hormon estrogen yang menyebabkan beberapa wanita mengalami gejala. Beberapa gejala akan muncul di awal sekitar usia 40 tahun, beberapa pada pertengahan dan beberapa muncul pada saat akhir (Hess, 2008) . Adapun gejala-gejala menopause yaitu:

1. Gejala Awal Menopause

Ketidakteraturan siklus menstruasi dan amenorrhea (tidak menstruasi) merupakan karakteritik yang biasa terjadi pada wanita menuju usia menopause. Gejala umum yang sering muncul pada saat awal terjadinya menopause yaitu perasaan mudah lelah dan perasaan nyeri pada bagian otot dan sendi (Hess, 2008). Kebanyakan wanita juga akan merasakan rasa panas (hot flashes), yaitu perasaan panas yang muncul secara tiba-tiba melalui bagian atas tubuh dan disertai dengan kemerahan dari leher dan wajah, berkeringat diikuti dengan perasaan menggigil (Whitney, 2005).

Gejala lain yang sering muncul yaitu adanya berkeringat di malam hari dan gangguan tidur. Gangguan tidur yang sering terjadi diakibatkan karena keringat di malam hari dan gangguan kandung kemih. Perubahan mood dan kekeringan pada vagina juga merupakan


(24)

gejala yang sering dialami (Hess, 2008). Berkurangnya hormon estrogen menyebabkan vagina menjadi lebih kering dan tipis, sehingga menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seksual, hal terebut juga mempengaruhi keinginan sesorang untuk melakukan hubungan seksual (Whitney, 2005).

Penurunan kemampuan dalam berpikir, mengingat dan ketajaman mental (perubahan kognitif) juga biasa terjadi pada masa awal terjadinya menopause.Selain itu perasaan depresi dan penurunan gairah seksual juga biasa terjadi. Penurunan gairah seksual dapat terjadi dikarenakan penurunan jumlah estrogen. Namun, hal tersebut bukan hanya dipengaruhi oleh hormon seksual tetapi juga dipengaruhi oleh image diri, kelelahan dan juga kekeringan pada vagina. Sebaliknya, banyak wanita yang mengaku gairah seksual meningkat dikarenakan tidak perlu menghawatirkan akan terjadi kehamilan (Hess, 2008).

2. Gejala Pertengahan Menopause

Saat menopause berlangsung, gejala-gejala pada saat awal seperti perubahan faktor kognitif, gangguan saat tidur dan penurunan libido menjadi lebih meningkat. Lalu, memungkinkan untuk timbulnya gejala lain seiring semakin berkurangnya estrogen yang dapat mempengaruhi fungsi tubuh dan organ lain (Hess, 2008).

Dinding vagina dan kandung kemih akan lebih sensitif terhadap estrogen. Penurunan jumlah estrogen akan berpengaruh terhadap sistem urogenital, akibatnya vagina akan menjadi lebih kering, lebih


(25)

tipis, dan penurunan elastisitas sehingga sering menyebabkan kesakitan ketika melakukan hubungan seksual. Dalam beberapa kasus, wanita menopause akan mengalami peningkatan debit dan minor infeksi vagina, seperti infeksi ragi atau vaginitis nonspesifik yang terjadi akibat dinding vagina yang menjadi lebih kering dan tipis (Hess, 2008).

Penipisan jaringan kandung kemih akan menyebabkan tekanan panggul serta menyebabkan kandung kemih kehilangan kemampuannya untuk sepenuhnya kosong saat buang air kecil. Sehingga, tanpa disengaja urin akan keluar saat tertawa, bersin, batuk, atau bahkan selama berolahraga (Whitney, 2005).

3. Gejala Akhir Menopause

Pada masa ini, biasanya wanita menopause akan mengalami pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan jangka panjang, gaya hidup, dan kehidupan secara keseluruhan, seperti:

a. Proses Kognitif

Gejala yang terjadi yaitu kesulitan untuk berpikir, mengingat dan memproses informasi. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan berkurangnya estrogen di dalam sel otak, seiring dengan berkurangnya jumlah estrogen yang dialirkan melalui darah ke otak. Hal tersebut menyebabkan kemampuan untuk mengirimkan sinyal dari satu syaraf ke yang lain menjadi sulit dikarenakan fungsi otak mulai berkurang. Dalam beberapa kasus, dengan


(26)

berkurangnya sirkulasi darah di otak, menyebabkan demensia dan bahkan penyakit Alzheimer.

b. Sistem Kardiovaskular

Penurunan estrogen berhubungan terhadap meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular. Estrogen memberikan pengaruh positif pada kesehatan dan vitalitas pembuluh darah serta dapat memberikan pengaruh pada tingkat kolesterol dan lipid.

c. Kepadatan tulang

Kepadatan tulang akan secara signifikan menurun pada saat menopause. Pengeroposan tulang akan terus berlanjut sepanjang masa menopause yang diakibatkan oleh penurunan estrogen dalam tubuh. Penurunan kepadatan tulang tersebut diduga dapat menyebabkan peningkatan risiko osteoporosis dan fraktur tulang.

B. Dampak Menopause

Menopause merupakan hal alamiah, namun kejadian menopause dapat berisiko terhadap beberapa penyakit seperti osteoporosis dan kardiovaskular. Sedikitnya jumlah estrogen dalam tubuh memiliki efek yang merugikan pada fungsi kardiovaskular dan metabolisme tubuh sehingga masa menopause merupakan faktor risiko berkembangnya penyakit kardiovaskular (Sharma, 2008).

Selain itu, status menopause dapat menyebabkan terjadinya gangguan psikologi seperti stres. Penelitian di India menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status menopause dengan kejadian stres (Mukherjee dkk., 2012).


(27)

Penelitian Svejme (2012) membuktikan bahwa wanita menopause usia dini memiliki risiko sebanyak 1,83 kali untuk mengalami osteoporosis pada umur 77 tahun, sebanyak 1,68 kali berisiko mengalami patah tulang dan sebanyak 1,59 kali berisiko mengalami kematian (Svejme dkk., 2012). Usia terjadinya menopause yang lebih lambat (late menopause) meningkatkan risiko kejadian kanker payudara, kanker endomentrium dan ovarian (Gold dkk., 2001) (Forman dkk., 2013).Hal ini berhubungan dengan adiposa yang terdapat pada wanita menopause. Konsentrasi estradiol yang beredar meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh yang terjadi pada wanita menopause sehingga menyababkan kanker payudara.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause 1) Faktor Sosio-Demografi

a. Tahun Lahir

Tahun lahir dapat mempengaruhi usia menopause. Seiring dengan jalannya waktu, wanita yang lahir pada tahun yang lebih muda dapat mengalami menopause lebih cepat ataupun lebih lambat daripada wanita yang lahir pada tahun sebelumnya. Hasil penelitian Al Deen dan Sadik di Iraq menyatakan bahwa bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Wanita yang lahir lebih dulu, mengalami menopause yang lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih lama (Al Deen dan Sadik, 2009).


(28)

Hasil penelitian yang dilakukan pada wanita eropa menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause. Namun, dalam penelitiannya, Dratva menyatakan hal sebaliknya bahwa wanita yang lahir lebih awal mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang lahir lebih lambat (Dratva dkk., 2009).

Namun, mekanisme hubungan antara tahun lahir dengan usia menopause sulit untuk dijelaskan. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan adanya faktor lain seperti pengaruh dari usia menarche dan faktor gaya hidup atau dapat juga terjadi karena penggunaan hormone terapi pada masa perimenopause (Delavar dan Hajiahmadi, 2011).

b. Status Perkawinan

Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang tidak pernah menikah akan mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah (Hardy dkk., 2000). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita dengan status janda atau tidak menikah akan memasuki masa menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang menikah (Gold dkk., 2001). Penelitian Sievert menyatakan bahwa wanita yang menikah dan wanita janda memasuki masa menopause yang lebih lama dibandingkan dengan wanita yang belum menikah dan wanita yang bercerai (Sievert dkk., 2001).


(29)

Sievert dalam penelitiannya mengenai hubungan status perkawinan dan usia menopause menjelaskan bahwa hubungan status perkawinan dengan usia menopause mungkin disebabkan oleh aktivitas seksual. Wanita yang aktif secara seksual minimal seminggu sekali menunjukkan kadar estrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang kurang aktif secara seksual (Sievert dkk., 2001). Namun, hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian Kaczmarek di Polandia bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan menopause (Kaczmarek, 2007).

c. Status Pendidikan

Status pendidikan juga dapat menjadi faktor yang berhubungan dengan usia menopause. Hasil penelitian Schoenaker menyatakan bahwa wanita yang memiliki status pendidikan tinggi dan menengah akan memasuki masa menopause lebih lambat dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan yang rendah (Schoenaker dkk., 2014). Hasil penelitian serupa yaitu hasil penelitian di US yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menopause dengan status pendidikan, dimana wanita yang memiliki pendidikan yang tinggi memiliki efek proteksi sebesar 0,77 kali untuk mengalami menopause prematur dibandingkan dengan wanita yang memiliki pendidikan rendah (Gold dkk., 2013).


(30)

Sebaliknya, Hasil penelitian Al Deen menyatakan hal berbeda bahwa tidak terdapat hubungan antara status pendidikan dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Penelitian Bansal et al juga menyatakan hal serupa bahwa tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan usia menopause. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan tingkat pendidikan merupakan salah satu dari faktor sosial ekonomi yang dapat berpengaruh terhadap usia menopause melalui pola dan kualitas dari pola makan, paritas dan IMT, namun pengaruh secara pasti dari tingkat pendidikan masih belum jelas (Tehrani dkk., 2014).

d. Status Pekerjaan

Status pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usia menopause. Penelitian di Iraq menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Hasil penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang tidak bekerja berhubungan dengan kejadian menopause yang lebih awal dibandingkan dengan wanita yang bekerja (Gold dkk., 2001).

Namun, sebaliknya, hasil penelitian di Polandia menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status pekerjaan dengan usia menopause (Kaczmarek, 2007). Hasil tersebut dapat terjadi karena status pekerjaan tidak


(31)

berhubungan langsung dengan usia menopause, melainkan berhubungan melalui pola gaya hidup dan reproduksi seseorang.

2) Faktor Reproduksi a. Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan terdahulu yang telah berhasil dilahirkan dan mencapai batas viabilitas, tanpa memperhitungkan jumlah anak (Oxorn, 2010). Paritas dibagi menjadi empat kategori, yaitu cukup bulan, prematur, aborsi, dan kelahiran hidup (Haws, 2008). Paritas sering dikaitkan dengan masalah-masalah reproduksi, salah satunya adalah usia menopause.

Penelitian Pathak menyatakan bahwa wanita dengan paritas yang lebih sedikit cenderung akan mengalami menopause pada usia dini dibandingkan dengan wanita dengan jumlah paritas yang lebih banyak (Pathak dkk, 2010). Hal tersebut didukung oleh penelitian Delavar bahwa wanita yang tidak memiliki anak akan mengalami menopause lebih awal (Delavar, 2010).

Penelitian Meschia menyatakan hal yang sama bahwa semakin banyak wanita melahirkan anak akan semakin lama wanita tersebut mengalami menopause. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah cadangan ovarium atau tingkat Anti-Mullerian Hormone pada saat dewasa tinggi. Namun, hasil


(32)

penelitian Bragg, yang dilakukan pada wanita sejak lahir hingga dewasa muda, menyatakan bahwa pada wanita dengan paritas lebih banyak yang lebih tinggi memiliki kadar Anti-Mullerian Hormone yang sedikit dibandingkan dengan paritas rendah (Bragg, 2012).

Wanita dengan paritas tinggi, memiliki jumlah kumulatif siklus menstruasi yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak memiliki anak. Dengan demikian, dapat mempengaruhi jumlah cadangan oosit yang lebih banyak dan paparan hormon estrogen yang lebih lama sehingga wanita yang memiliki paritas banyak cenderung akan mengalami menopause pada usia yang lebih lambat (Dorjgochoo et al., 2008).

Namun, hasil penelitian Gold menyatakan hal sebaliknya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara paritas dengan usia menopause (Gold et al., 2013). Hasil yang sama yaitu hasil penelitian yang dilakukan pada wanita di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata antara wanita yang tidak memiliki anak dengan wanita yang memiliki anak minimal satu (Delavar dan Hajiahmadi., 2011). Masih tidak konsistenya hasil penelitian mengenai hubungan antara paritas dengan usia menopause sehingga variabel ini perlu untuk diteliti.


(33)

b. Usia Menarche

Usia menarche merupakan usia saat pertama kali mengalami menstruasi. Menarche merupakan pertanda awal mulanya fungsi ovarium untuk berovulasi dan menandakan terjadinya pubertas pada seorang wanita. Usia terjadinya menarche seringkali dihubungkan dengan masalah kesehatan terutama kesehatan reproduksi. Beberapa penelitian seringkali menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause.

Penelitian di Polandia menyatakan bahwa wanita dengan usia menarche yang lebih awal akan mengalami menopause 0,3 tahun lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan usia menarche yang lebih lama (Kaczmarek, 2007). Namun, penelitian di wilayah rural Turki menyatakan bahwa usia menarche kurang dari 13 tahun mencegah terjadinya menopause dini (Vehid dkk., 2006).

Wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih cepat memiliki jumlah Anti-Mullerian hormone (AMH) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih lambat. AMH disekresikan oleh sel-sel granulosa dalam pertumbuhan folikel ovarium primer, sekunder dan antral, dengan sekresi tertinggi terdapat pada tahap sekunder dan antral, kemudian berakhir dengan pertumbuhan folikel lanjut. Tingkat AMH rendah pada saat


(34)

lahir, meningkat pada masa kanak-kanak dan puncaknya pada saat remaja, kemudian menurun secara bertahap berdasarkan usia (Bragg dkk., 2012).

Namun demikian, hubungan antara usia menopause dengan usia menarche masih tidak konsisten. Hasil penelitian Henderson menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia terjadinya menopause (Henderson dkk., 2008). Kaczmarek (2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa hal ini dapat disebabkan oleh pola hidup pada saat awal kehidupan seseorang yang mempengaruhi fungsi ovarium, seperti pola diet pada saat anak-anak dan remaja, beban kerja, keseimbangan energi dan stress (Kaczmarek, 2007).

c. Usia Pertama Melahirkan

Hasil penelitian Dorjgochoo menyatakan terdapat hubungan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause, bahwa wanita yang pertama kali melahirkan di bawah 20 tahun akan mengalami menopause yang lebih lambat (Dorjgochoo dkk., 2008). Hasil tersebut didukung oleh hasil penelitian Al-Deen yang menyatakan bahwa adanya hubungan antara usia pertama melahirkan dengan usia menopause (Al-Deen dan Sadik, 2009).

Namun sebaliknya, hasil penelitian di Iran Utara menyatakan bahwa tidak ditemukan adanya perbedaan rata-rata


(35)

usia menopause antara wanita yang pertama melahirkan pada usia < 20 tahun dan wanita yang melahirkan pada usia ≥ 20 tahun (Delavar dan Hajiahmadi, 2011). Hasil penelitian lain yaitu penelitian mengenai usia menopause dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada 7183 wanita di Polandia, menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan usia pertama melahirkan (Kaczmarek, 2007). Dengan demikian, hasil penelitian mengenai usia menopause dengan usia pertama melahirkan masih belum konsisten sehingga perlu untuk diteliti.

d. Penggunaan Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi merupakan suatu upaya mencegah pertemuan sel telur dengan sperma untuk mencegah kehamilan dengan memakai cara, alat atau obat-obatan (BKKBN, 2011). Terdapat beberapa pilihan penggunaan alat kontrasepsi, salah satunya adalah penggunaan kontrasepsi oral (pil KB). Kontrasepsi oral dapat mencegah kehamilan dengan cara mengkonsumsi obat tersebut setiap hari pada wanita usia subur. Namun, penggunaan kontrasepsi oral sering dikaitkan dengan gangguan reproduksi salah satunya adalah pengaruhnya terhadap usia menopause.

Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan usia menopause. Penelitian Gold (2001) menyatakan


(36)

bahwa penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan usia menopause (Gold dkk., 2001). Hasil penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Vries bahwa penggunaan kontrasepsi oral dengan dosis tinggi (≥50 μg) selama ≥ 3 tahun meningkatkan risiko sebesar 1,12 kali untuk mengalami menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi oral dan pengguna kontrasepsi oral dosis yang lebih rendah (≤50 μg) (Vreis dkk., 2001).

Vreis menjelaskan dalam penelitiannya bahwa penggunaan kontrasepsi oral dalam dosis yang tinggi dapat menekan FSH sehingga meningkatkan kadar radikal bebas oksidatif pada sel granulosa. Jika hal itu terjadi, akan terjadi apoptosis folikel yang dikarenakan oleh aktivasi endonuklease. Selain itu, penggunaan kontrasepsi oral akan mempercepat penipisan follicles pool dengan menurunkan konsentrasi gonadotropin, sehingga memungkinkan perkembangan spontan folikel primordial menjadi tahap akhir perkembangan folikel (Vreis, 2001).

3) Faktor Gaya Hidup a. Merokok

Penelitian Meschia menyatakan bahwa perokok memiliki usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan bukan perokok (Meshia, 2000). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang tidak merokok berhubungan dengan kejadian


(37)

menopause yang lebih lambat (Gold, 2013).Penelitian Hardy menyatakan bahwa wanita yang merokok berisiko sebanyak 1,31 kali untuk mengalami perimenopause lebih awal dan sebanyak 1,63 kali berisiko mengalami menopause lebih awal dibandingkan dengan wanita bekas perokok (Hardy, 2000).

Hasil penelitian Waylen menyatakan bahwa kadar serum ihibitan B pada wanita perokok semakin kecil dibandingkan dengan bekas perokok dan bukan perokok yang menyebabkan penuaan pada ovarian menjadi lebih cepat (Waylen, 2010). Schoenake dalam penelitiannya menjelaskan bahwa merokok berhubungan dengan produksi hormone dan metabolism, termasuk ekspresi gen CYP1A2 dan pengurangan kadar serum estrogen, meningkatnya konsentrasi 2-hydroxyestrogen dan meningkatnya kuantitas dari androgen. Semua itu dapat berpengaruh terhadap efek anti-estrogen yang dapat menyebabkan menopause menjadi lebih cepat (Schoenaker, 2014).

Meskipun demikian, penelitian mengenai dampak merokok terhadap menopause masih tidak konsisten.Penelitian Delavar menyatakan tidak ada hubungan antara merokok dengan menopause (Delavar dan Hajiahmadi, 2010).

b. Aktivitas Fisik

Prevalensi wanita menopause pada usia kurang dari 40 tahun lebih tinggi pada wanita yang memiliki aktivitas fisik di


(38)

luar rumah (Vehid dkk, 2006). Penelitian Gold menyatakan bahwa wanita yang memiliki aktifitas fisik yang tinggi akan mengalami usia menopause yang lebih cepat (Gold dkk, 2013). Hal tersebut didukung oleh hasil meta-analisis Schoenaker yang menyatakan bahwa wanita dengan aktifitas fisik sedang dan tinggi akan mengalami menopause lebih cepat dibandingkan dengan wanita dengan aktifitas fisik yang rendah (Schoenaker, 2014). Aktivitas fisik yang tinggi dapat mempengaruhi ovarium menjadi terbatas dengan mengurangi serum estrogen dan meningkatkan hormon seks globulin yang dapat menyebabkan terjadi menopause lebih cepat (Schoenaker, 2014).


(39)

D. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Ket: = faktor sosio-demografi = faktor reproduksi = faktor gaya hidup

Modifikasi dari: Bragg dkk., 2012; Dorjgochoo dkk., 2008; Vreis dkk., 2001; Waylen dkk., 2010; Schoenaker dkk., 2014


(40)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibentuk suatu kerangka konsep untuk dapat mendeskripsikan variabel-variabel yang akan diteliti, yaitu:

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan gambar diatas, dijelaskan bahwa variabel-variabel yang diteliti hubungannya dengan usia menopause adalah tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia Usia Menopause - Faktor Sosio-Demografi

1. Tahun Lahir 2. Status Perkawinan 3. Status Pendidikan 4. Status Pekerjaan

- Faktor Reproduksi 1. Paritas

2. Usia Menarche 3. Usia Pertama

Melahirkan

4. Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral

- Faktor Gaya Hidup 1. Status Merokok 2. Aktivitas Fisik


(41)

pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel lainnya tidak diteliti.

Konsumsi alkohol tidak diteliti dalam penelitian ini dikarenakan konsumsi alkohol di Indonesia tidak terlalu banyak seperti di Negara-negara lain sehingga hasilnya akan homogen. Selain itu, hasil penelitian Mikkelsen menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara konsumsi alkohol dengan usia menopause (Mikkelsen, 2006). Penelitian Mikkelsen (2006) dan Kinney (2006) menemukan bahwa tidak terdapat hubungan asosiasi antara konsumsi kafein dengan menopause (Mikkelsen, 2006; Kinney, 2006).

Peneliti merupakan seorang yang tidak ahli dalam mengukur pola makan sehingga untuk meghindari adanya bias informasi, maka pola makan tidak diteliti dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian Park (2002) menyatakan tidak terdapat hubungan antara pola makan dengan usia menopause (Park, 2002). Penelitian Martin menyatakan bahwa pengaturan pola makan seperti pengaturan konsumsi lemak dan karbohidat tidak berpengaruh terhadap usia terjadinya menopause (Martin, 2006).


(42)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Variabel Dependen

1. Menopause Berhentinya menstruasi

selama 12 bulan berturut-turut atau lebih yang bukan disebabkan karena operasi atau penyakit.

(WHO, 1996)

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Menopause

1. Belum Menopause

Ordinal

2. Usia menopause Usia terakhir mengalami menstruasi setelah tidak mengalami menstruasi selama

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner Tahun


(43)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 12 bulan berturu-turut

Variabel Independen

1. Tahun Lahir Tahun saat responden dilahirkan

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. 1940-an 1. 1950-an 2. 1960-an 3. 1970-an

(Tehrani dkk, 2014)

Ordinal

2. Status perkawinan

Status hubungan antara pria dan wanita dalam ikatan suami istri yang sah

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Belum menikah 1. Janda

2. Berpasangan (Mikkelsen dkk., 2007)

Ordinal

3. Status pendidikan

Pendidikan formal terakhir yang telah di tempuh oleh

Wawancara menggunakan

Kuesioner 0. Rendah (tamat SD sampai SMP)


(44)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

responden kuesioner 1. Menengah (tamat SMA)

2. Tinggi (diploma, S1, S2, S3) (Kaczmarek dkk., 2007)

4. Status pekerjaan Kegiatan yang dilakukan responden baik di rumah maupun di luar rumah dan memperoleh penghasilan

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Bekerja 1. Tidak bekerja

Ordinal

5. Paritas Jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh responden baik lahir hidup ataupun lahir mati

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Tidak pernah 1. 1 - 2

2. ≥ 3

(Nagel dkk,, 2005)

Ordinal

6. Usia menarche Umur ketika pertama kali mengalami menstruasi

Wawancara menggunakan

Kuesioner 0. < 14 tahun 1. ≥ 14 tahun


(45)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur

kuesioner (Kaczmarek dkk., 2007)

7. Usia pertama melahirkan

Usia yang dihitung melalui tanggal lahir responden dikurangi dengan tanggallahir anak pertama

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. < 20 tahun

1. 20 sampai 29 tahun 2. ≥ 30 tahun

(Al-Deen dan Fatih, 2009)

Ordinal

8. Riwayat penggunaan kontrasepsi oral

Riwayat penggunaan suatu cara pencegahan kehamilan melalui oral, seperti pil KB

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Pernah (menggunakan kontrasepsi oral secara teratur ≥ 3 bulan)

1. Tidak pernah (menggunakan kontrasepsi oral secara teratur < 3 bulan) 2. Tidak pakai KB (tidak


(46)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur pernah menggunakan alat

kontrasepsi atau

menggunakan kontrasepsi alamiah)

9. Status Merokok Kebiasaan menghisap batang rokok dalam kehidupan responden

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Merokok (≥100 batang rokok seumur hidup dan merokok setiap hari atau beberapa hari saat penelitian berlangsung)

1. Pernah merokok (≥100 batang rokok seumur hidup dan sudah tidak merokok saat penelitian berlangsung)


(47)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur 2. Tidak merokok (tidak pernah

merokok 100 batang seumur hidup)

(CDC, 2014) 11. Aktivitas fisik Kegiatan fisik yang

dilakukan sehari-hari meliputi bekerja, berpergian, dan olahraga

Wawancara menggunakan kuesioner

Kuesioner 0. Rendah (tidak melakukan aktivitas fisik atau tidak memenuhi kriteria tingkat aktivitas fisik sedang maupun tinggi)

1. Sedang (skor total MET individu ≥600 MET menit/minggu atau >5 hari/minggu beraktivitas


(48)

No

Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur fisik)

2. Tinggi (skor total MET individu sebesar ≥3000 MET atau >7 hari/minggu

beraktivitas fisik) (IPAQ, 2005)


(49)

C. Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara faktor sosio-demografi (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan dan status pekerjaan) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

2. Terdapat hubungan antara faktor reproduksi (paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan dan penggunaan kontrasepsi oral) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta

3. Terdapat hubungan antara faktor gaya hidup (merokok dan aktivitas fisik) dengan usia menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta


(50)

BAB IV

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi analitik dengan desain studi cross-sectional, dimana peneliti mengukur paparan dan outcome dalam waktu yang sama.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015 di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. RW 01 terdiri dari 12 RT dengan total populasi sebesar 436 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini yaitu wanita berusia 30 tahun keatas di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi seperti berikut:

a. Kriteria Inklusi

1. Wanita yang tinggal di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta dan tercatat di RT setempat


(51)

2. Wanita berusia 30 tahun keatas b. Kriteria Eksklusi

1. Menopause yang disebabkan oleh operasi (histerektomi, pengangkatan ovarium) dan terapi pengobatan (surgical menopause).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik sampel acak sederhana (simple random sampling). Pengambilan sampel acak sederhana merupakan pengambilan sampel sedemikian rupa sehingga setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Berikut ini adalah perhitungan besar sampel untuk penelitian ini:

a. Estimasi Proporsi dengan presisi mutlak

Keterangan:

n = Besar sampel d= Presisi

P = proporsi (Safitri, 2009)

= (diperoleh berdasarkan derajat kepercayaan yang diinginkan yaitu 95%)

N=Jumlah populasi Maka:


(52)

b. Uji Hipotesis Beda Rata-Rata Pada 2 Kelompok Independen

n= [

]

n = besar sampel minimum

= derajat kemaknaan α pada uji 2 sisi (two tail), yang digunakan adalah 5%

= nilai z pada kekuatan uji (power) 1-β, yang digunakan adalah 80%

= perkiraan varians

= jumlah sampel pada kelompok 1

= jumlah sampel pada kelompok 2

Pada umumnya nilai tidak diketahui sehingga diperkirakan dari varians gabungan:

= standar deviasai pada kelompok 1

= standar deviasi pada kelompok 2

= jumlah sampel kelompok 1


(53)

Maka:

Tabel 4.1 Perhitungan sampel

Kategori Sumber n1 n2 n

Status Merokok Delavar dan Hajiahmadi, 2011

47,7 46,1 730 10 3,3 4,9 68

Usia menarche Delavar dan Hajiahmadi, 2011

47,8 45,4 562 178 4,9 4,8 65

Paritas Delavar dan

Hajiahmadi, 2011

47,8 45,8 601 28 4,8 5,7 78

Status Perkawinan

Delavar dan Hajiahmadi, 2011

47,8 43,8 655 85 4,8 5,4 23

Usia pertama melahirkan

Al Deen dan Sadik, 2009

47,8 43,3 111 79 4,8 2,5 13

Estimasi proporsi digunakan untuk mengetahui prevalensi menopause di RW 01. Berdasarkan hasil perhitungan sampel, didapatkan sampel sebesar 205, dengan estimasi faktor non respon sebesar 10% maka jumlah sampel menjadi 226 orang. Sedangkan, uji hipotesis beda rata-rata pada 2 kelompok independen digunakan untuk menguji perbedaan antara 2 rata-rata pada kelompok independen. Berdasarkan perhitungan uji hipotesis, didapatkan jumlah n terbesar adalah 78, dengan estimasi faktor non respon sebesar 10% maka jumlah sampel menjadi 86 orang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Setelah dilakukan pengumpulan data penduduk RW 01 yang terdiri dari 12 RT, maka penduduk yang memasuki kriteria inklusi dimasukan ke dalam frame sampling dan diberi nomor secara berurutan,


(54)

yaitu sebanyak 436 orang yang merupakan populasi target. Kemudian, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan random. Setelah dipilih secara random dua digit angka belakang untuk sampel pertama, kemudian dilakukan pengambilan sampel di bawahnya dan sampingnya secara konsisten untuk sampel berikutnya hingga memenuhi jumlah sampel.

D. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara dengan menggunakan kuesioner. Sebelumnya, peneliti miminta persetujuan responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dengan memberikan informed concent, dimana responden bersedia menjadi partisipan tanpa paksaan dan setiap informasi yang telah diberikan oleh responden terjamin kerhasiaannya. Data yang dikumpulkan berupa status menopause, tahun lahir, usia saat menopause, alamat, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Kuesioner terkait dengan aktivitas fisik diadopsi dari International Physical Activity Questionnaire (IPAQ). F. Manajemen Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi:


(55)

1. Editing

Proses ini meliputi pengecekan data terhadap lembaran kuesioner yang dilakukan selama proses pengumpulan data yang bertujuan untuk memastikan semua variabel, baik variabel independen (tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik) maupun variabel dependen (usia menopause) terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan data oleh peneliti agar data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.

2. Coding

Proses pengkodean dilakukan terhadap setiap variabel yang ada dalam penelitian ini untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data. Berikut ini merupakan kode variabel penelitian:

Tabel 4.2Kode Variabel

Variabel Kode

Identitas Responden IR1-IR5

Status Menopause V1-V5

Faktor Sosio-demografi VA1-VA3

Faktor Reproduksi VB1-VB6


(56)

3. Entry

Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program software statistik untuk dilakukan analisis data. Data yang di entry dalam penelitian ini adalah nama responden, alamat, nomor telepon, status menopause, usia menopause, tahun lahir, usia saat menopause, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik.

4. Cleaning

Pembersihan data atau pengecekan kembali dilakukan untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam melakukan pengkodean ataupun pada saat melakukan entry data. Variabel yang dilakukan pengecekan adalah nama responden, alamat, nomor telepon, status menopause, tahun lahir, usia menopause, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik. Proses ini dilakukan dengan cara melakukan tabulasi frekuensi dari setiap variabel baik variabel independen maupun variabel dependen penelitian agar terlihat apabila terdapat data yang tidak sesuai.

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing variabel penelitian. Analisis univariat bertujuan untuk mengetahui proporsi menopause dan rata-rata usia menopause


(57)

serta untuk mengetahui proporsi variabel-variabel lainnya seperti usia, status perkawinan, status pendidikan, status pekerjaan, paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat perlu dilakukan untuk melihat hubungan antara faktor dependen dengan faktor independen. Dalam penelitian ini dilakukan analisis bivariat untuk mengetahui adakah hubungan antara paritas, usia menarche, usia pertama kali melahirkan, penggunaan kontrasepsi oral, merokok dan aktivitas fisik dengan usia menopause.

Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji T independen dan ANOVA. Uji T independen dilakukan untuk mengatahui perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang independen (Hastono, 2007). Uji T independen dilakukan pada variabel status pekerjaan, untuk melihat hubungannya dengan usia menopause. Sedangkan, uji ANOVA dilakukan untuk melihat perbedaan rata-rata lebih dari dua kelompok (Hastono, 2007). Uji ANOVA dilakukan pada variabel tahun lahir, status perkawinan, status pendidikan, paritas, usia menarche, usia pertama melahirkan, riwayat penggunaan kontrasepsi oral, status merokok dan aktivitas fisik.

Adanya kemaknaan hubungan antara dua variabel diketahui dengan melihat nilai p-value dengan membandingkan nilai p dengan α (Alpha). Nilai α yang digunakan adalah sebesar 5%. Ho ditolak apabila nilai p ≤ α, artinya terdapat perbedaan usia menopause antara kelompok


(58)

yang satu dengan kelompok yang lain. Sedangkan, Ho gagal ditolak apabila p > α, yang artinya tidak terdapat perbedaan usia menopause antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya (Hastono, 2007).


(59)

BAB V HASIL

A. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa dari keseluruhan sampel yang berjumlah 210 orang, 90 orang (42,85%) diantaranya telah mengalami menopause secara alamiah.

Tabel 5.1

Prevalensi Kejadian Menopause dan Rata-rata Usia Menopause

Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

Status Menopause

Menopause 90 42,85

Belum Menopause 120 57,15

Jumlah 210 100

Usia Menopause

Mean ± SD 49,17 ± 3,918

Jumlah 90 100

Usia menopause paling cepat adalah pada usia 39 tahun dan usia paling lambat adalah usia 56 tahun. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa rata-rata usia menopause pada wanita menopause di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timuradalah 49,17 tahun.

B. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa 44,3% dari keseluruhan responden lahir pada tahun 1960-an sedangkan sebesar 62,2% dari responden yang menopause lahir pada tahun 1960-an. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tahun lahir dengan usia menopause,


(60)

dimana semakin muda tahun lahir, maka menopause menjadi lebih cepat. Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause antara kelompok 1940-an dan 1960-an (p-value: 0,023), kelompok 1940-an dan 1970-an value: 0,000), kelompok 1950-an dan 1960-an (p-value: 0,010), kelompok 1950-an dan 1970-an (p-(p-value: 0,000), kelompok 1960-an dan 1970-an (p-value: 0,000).

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi dan Hubungan Faktor Sosio-Demografi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara

Jakarta Timur Tahun 2015

Variabel Responden Menopause Rata-rata Usia Menopause ± Standar

Deviasi

P Value

N % N %

Tahun Lahir

1940-an 4 1,9 4 4,4 53,50 ± 2,517 0,000

1950-an 27 12,9 27 30 50,96 ± 3,447

1960-an 93 44,3 56 62,2 48,50 ± 3,247

1970-an 86 40,9 3 3,3 39,67 ± 0,577

Jumlah 210 100 90 100

Status Perkawinan

Menikah 172 81,9 68 75,6 49,68 ± 4,031 0,042

Janda 23 11,0 11 12,2 48,64 ± 3,613

Belum menikah 15 7,1 11 12,2 46,55 ± 2,252

Jumlah 210 100 90 100

Status Pendidikan

Rendah 56 26,7 26 28,9 50,85 ± 2,428 0,740

Menengah 76 36,2 32 35,6 49,72 ± 4,199

Tinggi 78 37,1 32 35,6 47,25 ± 3,902

Jumlah 210 100 90 100

Status Pekerjaan

Tidak bekerja 111 52,9 45 50,0 50,11 ± 3,406 0,076

Bekerja 99 47,1 45 50,0 48,22 ± 4,199

Jumlah 210 100 90 100

Sebesar 81,9% dari keseluruhan responden berstatus menikah dan 75,6% dari responden yang menopause berstatus menikah. Wanita yang belum menikah memiliki rata-rata usia menopause yang lebih cepat (46,55 tahun)


(61)

dibandingkan wanita yang menikah dan janda. Terdapat hubungan yang signifikan antara status perkawinan dengan usia menopause (Tabel 5.2). Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang menikah dan belum menikah (p-value: 0,041).

Sebagian besar dari keseluruan responden (37,1%) berpendidikan tinggi dan sebesar 35,6% dari responden yang menopause berpendidikan tinggi. Diketahui bahwa wanita yang memiliki pendidikan tinggi mengalami usia menopause yang lebih cepat (47,25 tahun) dibandingkan dengan wanita berpendidikan rendah dan menengah. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan status pendidikan (Tabel 5.2).

Tabel 5.2 menyatakan bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden merupakan ibu rumah tangga (tidak bekerja) yaitu sebanyak 52,9%, sedangkan pada responden yang menopause sebanyak 50% merupakan ibu rumah tangga. Wanita yang tidak bekerja mengalami usia menopause yang lebih lambat (50,11 tahun) dibandingkan dengan wanita yang bekerja. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia menopause dengan status pekerjaan.

C. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar responden (49,7%) memiliki paritas 1-2 dan sebagian besar responden yang menopause (46,8%) memiliki paritas ≥ 3. Diketahui bahwa wanita yang memiliki paritas ≥ 3 mengalami usia menopause yang lebih lambat (51,54 tahun) dibandingkan


(62)

dengan wanita yang memiliki paritas 0 dan 1-2. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause diantara ketiga keompok paritas (p-value: 0,000). Hasil uji bonferroni menunjukkan adanya perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok paritas 0 dan ≥ 3 (p-value: 0,004), 1-2 dan ≥ 3 (p-value: 0,000).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Reproduksi dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur

Tahun 2015

Variabel Responden Menopause Rata-rata Usia Menopause ± Standar Deviasi

P Value

N % N %

Paritas*

0 9 4,6 6 7,59 46,33 ± 1,966 0,000

1-2 97 49,7 36 45,6 48,00 ± 3.586

≥3 89 45,6 37 46,8 51,54 ± 3.595

Jumlah 195 100 79 100

Usia Menarche

< 14 tahun 132 62,9 50 55,6 47,50 ± 3,501 0,000

≥ 14 tahun 78 37,1 40 44,4 51,25 ± 3,410

Jumlah 210 100 90 100

Usia pertama melahirkan**

< 20 tahun 27 12,9 14 19,2 48,07 ± 3,792 0,173

20 – 29 tahun 140 66,7 50 68,5 50,32 ± 3,700

≥ 30 tahun 19 9,0 9 12,3 49,56 ± 5,364

Jumlah 186 100 73 100

Riwayat Penggunaan Kontrasepsi Oral*

Pernah 81 41,5 40 50,6 48,20 ± 3,376 0,006

Tidak Pernah 73 37,4 28 35,4 50,96 ± 4,678

Tidak pakai KB 41 21,0 11 13,9 50,73 ± 2,240

Jumlah 195 100 79 100

* 15 orang dari seluruh responden belum menikah, 11 orang dari yang menopause belum menikah

** 24 orang dari seluruh responden belum menikah dan memiliki paritas 0, 17 orang dari yang menopause belum menikah dan memiliki paritas 0

Sebagian besar dari keseluruhan responden (52,9%) mengalami menarche pada usia 13-14 tahun. Sama halnya dengan responden yang telah menopause, sebagian besar (54,4%) mengalami menarche pada usia 13-14 tahun. Wanita


(63)

yang mengalami menarche lebih dahulu mengalami menopause lebih cepat (47,75 tahun) dibandingkan dengan wanita yang mengalami menarche pada usia yang lebih tus. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan usia menopause (p-value: 0,000). Hasil uji bonferroni menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok menarche usia 15-16 tahun dan 10-12 tahun (p-value: 0,001), usia 15-16 dan 13-14 tahun (p-value: 0,005).

Sebagian besar dari keseluruhan responden (66,7%) memiliki usia pertama melahirkan yaitu 20-29 tahun dan sebesar 68,5% dari responden yang menopause melahirkan pada usia 20-29 tahun. Diketahui bahwa wanita yang pertama kali melahirkan pada usia < 20 tahun, mengalami menopause yang lebih cepat (48 tahun) dibandingkan kelompok lainnya. Namun, tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara usia pertama kali melahirkan dengan usia menopause (p-value: 0,173).

Diketahui bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden (41,5%) pernah menggunakan kontrasepsi oral dan sebagian besar (50,6%) dari responden menopause pernah menggunakan kontrasepsi oral. Wanita yang pernah menggunakan kontrasepsi oral diketahui mengalami menopause pada usia yang lebih cepat (48,20 tahun) dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral dan tidak menggunakan alat kontrasepsi. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat penggunaan kontrasepsi oral dengan usia menopause (p-value: 0,006). Hasil uji bonferroni menyatakkan bahwa terdapat perbedaan bermakna rata-rata usia menopause pada kelompok yang pernah menggunakan


(64)

kontrasepsi oral dan tidak pernah menggunakan kontrasepsi oral (p-value: 0,012).

D. Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar dari keseluruhn responden (93,8%) tidak merokok. Demikian juga halnya pada responden yang menopause, sebagian besar (87,8%) berstatus tidak merokok. Diketahui bahwa wanita yang berstatus merokok mengalami menopause pada usia yang lebih cepat (45,67) dibandingkan dengan wanita yang merokok dan pernah merokok. Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa terdapat hubungan antara status merokok dengan usia menopause (p-value: 0,042). Hasil uji bonferroni menyatakan adanya perbedaan rata-rata usia menopause pada kelompok yang merokok dan tidak merokok (p-value: 0,057).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi dan Hubungan antara Faktor Gaya Hidup dengan Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur

Tahun 2015

Variabel Responden Menopause Rata-rata Usia Menopause ± Standar

Deviasi

P Value

N % n %

Status merokok

Merokok 8 3,8 6 6,7 45,67 ± 4,967 0,042

Pernah merokok 5 2,4 5 5,5 47,60 ± 4,561

Tidak merokok 197 93,8 79 87,8 49,53 ± 3,693

Jumlah 210 100 90 100

Aktifitas Fisik

Rendah 22 10,5 9 10,0 46,89 ± 4.512 0,185

Sedang 108 51,4 44 48,9 49,39 ± 3,712

Tinggi 80 38,1 37 41,1 49,46 ± 3,941


(65)

Tabel 5.4 menyatakan bahwa sebagian besar dari keseluruhan responden (51,4%) memiliki aktifitas fisik sedang. Sebagian besar dari responden menopause (48,9%) juga memiliki aktifitas fisik sedang. Wanita yang memiliki aktifitas fisik rendah cenderung mengalami usia menopause yang lebih cepat dibandingkan dengan wanita yang memiliki aktifitas fisik sedang dan tinggi. Namun, berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas fisik dengan usia menopause.


(66)

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang merupakan keterbatasan dalam penelitian dan dapat mempengaruhi hasil penelitian. Adapun keterbatasan penelitian yaitu:

1. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dimana pengukuran faktor risiko dan masalah kesehatan dilakukan pada satu waktu sehingga tidak dapat menjelaskan hubungan sebab-akibat

2. Lingkup penelitian yang sangat kecil yaitu lingkup RW, sehingga tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lebih besar (validitas eksternal)

3. Potensi adanya bias informasi yang bersumber dari recall terkait usia menarche dan usia menopause sehingga berpotensi terhadap kesalahan estimasi nilai tersebut

B. Prevalensi Menopause dan Rata-rata Usia Menopause pada Wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015

Hasil penelitian menyatakan bahwa prevalensi menopause pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur Tahun 2015 adalah sebesar 42,85%. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Safitri di Kelurahan Titi Papan Kota Medan yang memiliki prevalensi menopause yang lebih besar yaitu sebesar 51,2% (Safitri, 2009). Sedangkan, hasil penelitian Fataya di Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat memiliki prevalensi menopause yang lebih sedikit yaitu 40% (Fataya, 2013).


(67)

Hasil penelitian di Singapura menyatakan hasil yang hampir serupa dengan hasil penelitian ini, dimana prevalensi menopause adalah sebesar 42,5% (Loh dkk, 2005). Selain itu hasil serupa juga ditemukan pada penelitian di Baghdad yang menyatakan dari 500 sampel dalam penelitiannya, 200 (42%) diantaranya sudah menopause (Al Deen dan Sadik, 2009). Sedangkan, prevalensi menopause pada penelitian ini lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian di India dengan prevalensi wanita menopause sebesar 55,55% (Bansal dkk., 2014).

Rata-rata usia menopause (Standar Deviasi) pada wanita di RW 01 Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur adalah 49,17 tahun (3,918). Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Yohanis di Makassar Indonesia yang menyatakan bahwa rata-rata usia menopause adalah 49,98 tahun (Yohanis, 2013). Rata-rata usia menopause pada hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan hasil penelitian di Singapura (49 tahun) (Loh dkk., 2005), dan China (48 tahun) (Fuh dkk., 2001). Namun, hampir sama dengan hasil penelitian di Korea (49,2 tahun) (Park dkk., 2002) walaupun perbedaan rata-rata usia menopause tidak terlalu signifikan.

Hasil penelitian Palacious et al menyatakan bahwa wanita Asia memiliki rentang usia menopause yang lebih rendah (42,1 sampai 49,5 tahun) dibandingkan dengan wanita Eropa (50,1 sampai 52,8 tahun), Amerika Utara (50,5 sampai 51,4 tahun), dan Amerika Latin (43,8 sampai 53 tahun) (Palacios, 2010). Selain itu, rata-rata usia menopause yang lebih rendah dari penelitian ini di laporakan di Meksiko (45.50 tahun) dan Pakistan (44,5 tahun) (Adhi dkk., 2007).


(1)

usia menopause

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Lower Bound Upper Bound

< 20 14 48.07

3.792

1.013 45.88 50.26 40

20 - 29 50 50.32 3.700 .523 49.27 51.37 39

>= 30 9 49.56 5.364 1.788 45.43 53.68 40

Total 73 49.79 3.986 .467 48.86 50.72 39

kategori lahir baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 20 27 12.9 14.5 14.5

20 - 29 140 66.7 75.3 89.8

>= 30 19 9.0 10.2 100.0

Total 186 88.6 100.0

Missing 99 9 4.3

System 15 7.1

Total 24 11.4

Total 210 100.0

ANOVA

usia menopause

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 55.887 2 27.944 1.798 .173

Within Groups 1088.031 70 15.543

Total 1143.918 72

Kontrasepsi oral

Descriptives


(2)

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

oral 40 48.20 3.376 .534 47.12 49.28 40 55

tidak oral 28 50.96 4.678 .884 49.15 52.78 39 56

tidak pakai 11 50.73 2.240 .675 49.22 52.23 46 54

Total 79 49.53 3.971 .447 48.64 50.42 39 56

Test of Homogeneity of Variances

usia menopause

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.519 2 76 .226

ANOVA

usia menopause

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 144.125 2 72.062 5.045 .009

Within Groups 1085.546 76 14.284

Total 1229.671 78

Multiple Comparisons

usia menopause Bonferroni

(I) KB (J) KB

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

oral tidak oral -2.764* .931 .012 -5.04 -.48

tidak pakai -2.527 1.287 .160 -5.68 .62

tidak oral oral 2.764* .931 .012 .48 5.04

tidak pakai .237 1.345 1.000 -3.06 3.53


(3)

tidak oral -.237 1.345 1.000 -3.53 3.06 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Merokok

Descriptives

usia menopause

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean M Lower Bound Upper Bound

merokok 6 45.67 4.967 2.028 40.45 50.88

tidak merokok 79 49.53 3.693 .415 48.70 50.36

pernah merokok 5 47.60 4.561 2.040 41.94 53.26

Total 90 49.17 3.918 .413 48.35 49.99

Test of Homogeneity of Variances

usia menopause

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.302 2 87 .740

ANOVA

usia menopause

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 96.296 2 48.148 3.298 .042

Within Groups 1270.204 87 14.600

Total 1366.500 89

Multiple Comparisons

usia menopause Bonferroni

(I) stat merokok (J) stat merokok

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound


(4)

merokok tidak merokok -3.865 1.618 .057 -7.81 .08

pernah merokok -1.933 2.314 1.000 -7.58 3.71

tidak merokok merokok 3.865 1.618 .057 -.08 7.81

pernah merokok 1.932 1.762 .828 -2.37 6.23

pernah merokok merokok 1.933 2.314 1.000 -3.71 7.58

tidak merokok -1.932 1.762 .828 -6.23 2.37

Aktivitas fisik

Descriptives

usia menopause

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minim Lower Bound Upper Bound

aktivitas tinggi 37 49.46 3.941 .648 48.15 50.77

sedang 44 49.39 3.712 .560 48.26 50.51

rendah 9 46.89 4.512 1.504 43.42 50.36

Total 90 49.17 3.918 .413 48.35 49.99

Test of Homogeneity of Variances

usia menopause

Levene Statistic df1 df2 Sig.

.344 2 87 .710

ANOVA

usia menopause

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 51.990 2 25.995 1.720 .185

Within Groups 1314.510 87 15.109


(5)

ANOVA

usia menopause

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 96.296 2 48.148 3.298 .042

Within Groups 1270.204 87 14.600

Total 1366.500 89

Tabulasi silang paritas dengan penggunaan kontrasepsi oral

kontrasepsi oral * kategori paritas Crosstabulation

kategori paritas

Total

0 1-2 >=3

kontrasepsi oral ya Count 3 47 31 81

% within kategori paritas 33.3% 48.5% 34.8% 41.5%

tidak Count 6 50 58 114

% within kategori paritas 66.7% 51.5% 65.2% 58.5%

Total Count 9 97 89 195

% within kategori paritas 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

usia menopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 39 1 .5 1.1 1.1

40 3 1.4 3.3 4.4

42 3 1.4 3.3 7.8

44 3 1.4 3.3 11.1

45 7 3.3 7.8 18.9

46 4 1.9 4.4 23.3

47 7 3.3 7.8 31.1


(6)

49 9 4.3 10.0 47.8

50 10 4.8 11.1 58.9

51 12 5.7 13.3 72.2

52 7 3.3 7.8 80.0

53 6 2.9 6.7 86.7

54 6 2.9 6.7 93.3

55 3 1.4 3.3 96.7

56 3 1.4 3.3 100.0

Total 90 42.9 100.0

Missing 99 120 57.1