Korelasi Logam Berat pada sedimen, air dan organ ikan.

jauh organisme perairan telah tercemar oleh bahan pencemar terutama logam berat. Kandungan Logam Pb yang terdistribusi pada organisme ikan, baik dengan sedimen dan air dari semua stasiun pengamatan terlihat bahwa stasiun tiga telah mengalami pendistribusi kandungan logam dalam tubuh organisme yang paling tinggi. Untuk logam Cd stasiun dua mempunyai nilai biokonsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan stasiun pengamatan lainnya. Semua spesies hewan air sangat dipengaruhi oleh hadirnya logam yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya toksisitas logam dalam air terhadap mahluk yang hidup di dalamnya, yaitu sebagai berikut: 1. Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut 2. Pengaruh interaksi antara logam dan toksikan lainnya. 3. Pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH dan kadar oksigen yang terlarut dalam air. 4. Kondisi biota, fase siklus hidup, besarnya ukuran organisme, jenis kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi. 5. Kemampuan biota untuk menghindar dari pengaruh polusi. 6. Kemampuan organisme untuk beraklimatisasi terhadap bahan toksik logam.

5.5. Korelasi Logam Berat pada sedimen, air dan organ ikan.

Hasil uji korelasi logam Pb dari variabel-variabel pengamatan yaitu air, sedimen, insang dan ginjal ikan disajikan pada Tabel 22. Tabel 22. Korelasi logam Pb pada sedimen, air dan organ ikan Sedimen Air Insang Ginjal Sedimen 1 Air 0,7487 1 Insang 0,1721 0,7819 1 Ginjal -0,1415 0,5503 0,9508 1 Tabel 22. menunjukkan nilai korelasi antara variabel pengamatan. Penentuan nilai korelasi antar variabel pengamatan bertujuan untuk melihat keeratan antar variabel pengamatan terhadap kandungan logam Pb. Semakin tinggi nilai korelasi atau nilai korelasi mendekati 1 dan -1 berarti keeratan antar variabel makin erat. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai korelasi antar variabel terhadap logam Pb bervariasi dari -0,1415 sampai 0,9508. Hubungan keeratan antar variabel yang terlihat sangat erat adalah antar organ insang dan ginjal ikan. Dalam hal ini nilai korelasi mendekati 1 yaitu sebesar 0,9508 berarti bahwa semakin tinggi kandungan logam Pb dalam organ insang, semakin tinggi juga kandungan logam Pb di ginjal ikan. Keeratan hubungan antar insang dan ginjal ini disebabkan oleh adanya proses fisiologis yang terjadi dalam tubuh ikan baung tersebut. Organ insang sebagai filter yang pertama dalam masuknya bahan pencemar akan menyaring bahan pencemar tersebut. Bahan pencemar yang tidak mampu disaring oleh insang akan diekskresikan oleh organ ginjal, karena ginjal berfungsi dalam ekskresi yang akan memfilter dan mengekskresikan bahan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Keeratan hubungan juga terlihat pada insang dengan media air, dengan nilai korelasi 0,7819. Keeratan hubungan antara air dan organ insang ini sejalan dengan fungsi insang sebagai alat pernafasan bagi ikan. Dalam hal ini organ insang berhubungan langsung dengan air dalam melakukan respirasi. Dalam air yang terkontaminasi oleh bahan pencemar, baik secara langsung maupun tidak langsung bahan pencemar tersebut akan ikut masuk atau terikat pada organ insang pada saat ikan melakukan respirasi. Proses pengendapan logam berat dalam air membutuhkan waktu yang cukup lama dan banyak faktor fisika dan kimia perairan yang ikut mempengaruhi proses pengendapan dan pendistribusian logam berat tersebut di perairan. Oleh karena itu maka nilai korelasi antara sedimen dan air cukup tinggi yang mengandung arti bahwa keduanya berkorelasi cukup erat dengan nilai 0,7487. Tingginya logam berat di perairan juga berkorelasi positif terhadap substrat dasarnya. Pendistribusian logam berat dalam air untuk sampai ke dasar perairan tergantung pada faktor fisika kimia perairan tersebut serta banyaknya dan tingkat intensitas aktivitas manusia yang bisa menyebabkan tingginya logam berat di perairan. Korelasi atau hubungan antara variabel lainnya menunjukkan tingkat keeratan yang tidak terlalu menonjol. Hal ini terlihat pada Tabel 22 yang nilai korelasinya sangat kecil dan tidak mendekati nilai 1 dan -1. Hasil analisis korelasi logam Cd dari variabel-variabel pengamatan yaitu air, sedimen, insang dan ginjal ikan disajikan pada Tabel 23 Tabel 23. Korelasi logam Cd pada sedimen, air dan organ ikan Sedimen Air Insang Ginjal Sedimen 1 Air 0,2052 1 Insang 0,2126 -0,9127 1 Ginjal 0,3756 -0,8300 0,98546 1 Tingkat keeratan antar variabel terhadap logam berat Cd, juga menunjukkan korelasi yang sangat erat antara organ insang dengan ginjal ikan yaitu sebesar 0,98546. Korelasi yang positif antara organ insang dan ginjal ikan terhadap bahan pencemar disebabkan adanya proses fisiologis dalam tubuh ikan itu sendiri yakni terjadinya akumulasi logam-logam berat tersebut pada organ tubuh. Tapi ada beberapa variabel yang menunjukkan nilai korelasi yang mendekati -1, yaitu korelasi antara air dan insang dengan nilai korelasi -0,9127 dan korelasi antara air dan ginjal dengan nilai korelasi -0,8300. Nilai korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan Cd dalam air maka semakin rendah kandungan Cd dalam organ insang dan ginjal ikan baung yang terdapat di Sungai Kampar. Hal ini mengandung arti bahwa proses masuknya logam Cd pada ikan baung sangat sedikit yang melalui proses respirasi pada insang, hal ini diduga karena logam Cd masuk melalui permukaan kulit ataupun proses metabolisme dari organisme lain melalui proses rantai makanan. Untuk variabel lainnya tingkat keeratannya sangat rendah dengan nilai antara 0,2126 sampai 0,3756. Sedangkan variabel dengan tingkat keeratan yang rendah adalah antara sedimen dengan air, serta antara insang dengan ginjal ikan.

5.6. Pengelolaan Wilayah Sungai Kampar