Analisis Histopatologi HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kualitas Air

hati, insang, daging. Hal ini terbukti pada penelitian ini bahwa di dalam tubuh ikan, ginjal yang memegang peranan penting dalam menganulir bahan pencemar yang masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan kekuatan penetrasi logam ke dalam Jaringan berturut-turut ialah : Cd, Hg, Pb, Cu, Zn, Ni. Kandungan Logam Cd jelas memiliki kekuatan penetrasi yang kuat untuk masuk ke dalam tubuh organisme ikan dibandingkan Pb. Kadmium juga bersifat toksik dan bioakumulatif terhadap organisme. Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Selain itu, keberadaan seng dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium. Polutan masuk ke dalam tubuh organisme, masuk melalui aliran darah di respiratori epithelia atau permukaan luar dari tubuh ikan. Berdasarkan hasil analisa statistik terlihat bahwa kandungan logam berat Pb Lampiran 1 menunjukkan interaksi yang nyata dengan nilai P 0,05 antara faktor air, sedimen, insang dan ginjal ikan terhadap stasiun pengamatan hulu, tengah dan hilir Sungai Kampar. Perbedaan kandungan logam berat pada masing- masing perlakuan air, sedimen, insang dan ginjal dan pada masing-masing stasiun hulu, tengah, hilir Sungai Kampar menunjukkan nilai sangat nyata pada taraf P 0,05. Kandungan logam Cd di perairan Sungai Kampar berdasarkan analisis statistik Lampiran 2 menunjukkan tidak adanya interaksi antara perlakuan dengan stasiun pengamatan pada taraf p 0,05. Kandungan logam Cd pada masing-masing stasiun menunjukkan tidak adanya perbedaan pada taraf P 0,05. Sedangkan untuk masing-masing perlakuan air, sedimen, insang dan ginjal ikan menunjukkan adanya perbedaan akan kandungan logam Cd. Namun demikian data-data tersebut masih harus diperkuat oleh analisis yang dapat menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh bahan pencemar logam berat terhadap ikan. Adapun analisis yang dapat memberi gambaran tersebut adalah analisa histopatologi.

5.3. Analisis Histopatologi

Gambaran histopatologi organ ikan baung ini dapat dijadikan indikasi ada atau tidak adanya pencemaran. Hal ini disebabkan analisa histopatologi organ insang dan ginjal ikan akan dapat menunjukkan kerusakan jaringan yang beragam, sehingga dapat dijadikan indikasi terjadinya pencemaran perairan Sungai Kampar oleh logam berat maupun oleh substansi lainnya yang menyebabkan struktur sel mengalami kerusakan.

5.3.1. Analisis Histopatologi Ginjal Ikan Baung Hemibagrus nemurus

Organ ginjal pada ikan baung yang terdapat di Sungai Kampar mengindikasikan bahwa lokasi penelitian sudah tercemar oleh logam. Hal ini terlihat dari kelainan yang terjadi pada struktur sel ginjal ikan baung tersebut. Dalam hal ini pada ginjal terjadi mineralisasi, nekrosa, infeksi dan radang limfosit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 12, 13 dan 14 dan sebagai pembanding ginjal ikan normal dapat dilihat pada Gambar 15. Tabel 19. Perubahan histologi ginjal ikan baung Stasiun Pengamatan Ginjal Keterangan I A. Bintik hitam adanya mineralisasi B. Sel radang limfosit C. Nekrosa pada tubulus II A. Pendarahan B. Nekrosa pada tubulus C. Glomerulus mengalami infeksi D. Sel radang limfosit III A. Pendarahan B. Glomerulus mengalami infeksi C. Nekrosa pada tubulus D. Sel radang limfosit Mineralisasi : indikasi adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam organ Nekrosa : kematian sel Pendarahan : sel yang mengalami pendarahan Sel radang limfosit : indikasi pencemaran sudah berlangsung lama pada organ tersebut Gambar 12. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 1 hulu sungai kampar. A Bintik hitam adanya mineralisasi, B Sel radang limfosit, C Nekrosa pada tubulus Pembesaran 40x10 Gambar 13. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 2 sekitar pabrik A Pendarahan, B Nekrosa pada tubulus, C Glomerulus mengalami infeksi, D Sel radang limfosit Pembesaran 40x10 A C B D A B C Gambar 14. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 3 muara sungai kampar, A Pendarahan, B Glomerulus mengalami infeksi, C Nekrosa pada tubulus, D Sel radang limfosit Pembesaran 40x10 Gambar 15. Ginjal ikan normal A B C D Secara keseluruhan dari hasil analisa histopatologi menunjukkan bahwa ginjal ikan baung mengalami peradangan nephritis, pendarahan hemorage, nekrosa, gomerulus dan tubulus mengalami perusakan, serta terdapat bintik-bintik hitam. Sel yang mengalami peradangan pada organ ginjal ikan baung di perairan Sungai Kampar tersebut adalah sel limfosit. Sel limfosit yang radang tersebut mengindikasikan bahwa pencemaran yang terjadi di Sungai Kampar diduga sudah berlangsung lama.

5.3.2. Analisis Histopatologi Insang Ikan Baung Hemibagrus nemurus

Dalam menganalisis suatu pencemaran dalam tubuh organisme terutama pada ikan, organ insang memiliki peranan yang penting. Insang merupakan salah satu media masuknya berbagai macam partikel tersuspensi yang ada di perairan, selain melalui kulit dan sistem pencernaan. Semakin lama paparan akan suatu bahan pencemar akan berpengaruh pada kerusakan organ insang ikan yang akan terlihat jelas melalui pengamatan histologi. Berdasarkan hasil analisa histopatologi terhadap organ insang, pada ikan baung terlihat adanya kelainan atau perubahan pada organ tersebut. Perubahan tersebut antara lain adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada organ insang ikan baung di perairan Sungai Kampar yakni mengalami degenerasi, deformasi, nekrosis dan hypertrophy seperti yang tercantum pada Tabel 20, Gambar 16 bagian hulu Sungai Kampar, Gambar 17 disekitar pabrik dan Gambar 18 muara Sungai Kampar. Tabel 20. Perubahan histologi insang ikan baung Stasiun Pengamatan Insang Keterangan I A. Degenerasi sel-sel lamella B. Mineralisasi C. Deformasi sel-sel lamella D. Pembengkakan II A. Degenerasi sel-sel lamella B. Mineralisasi C. Nekrosis D. Hypertrophi III A. Degenerasi sel-sel lamella B. Mineralisasi C. Pembengkakan Degenerasi : lamella insang yang mengalami lisis atau hancur Deformasi : susunan lamella yang tidak teratur Nekrosis : kematian sel Hypertrophi : pembesaran akibat suatu penyakitpertumbuhan yang berlebihan pada suatu bagian tubuh Gambar 16. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 1 hulu Sungai Kampar A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi, C Deformasi sel-sel lamella D Pembengkakan Pembesaran 40x10 A B C D Gambar 17. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 2 sekitar pabrik A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi, C Nekrosis, D Hypertrophi Pembesaran 40x10 Gambar 18. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 3 muara Sungai Kampar, A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi, C Pembengkakan Pembesaran 40x10 C A B D A B C Dari Tabel 20 dan Gambar 16, 17 dan 18 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua insang ikan baung yang diambil dari perairan Sungai Kampar pada setiap stasiun memperlihatkan terjadinya gejala kerusakan jaringan yaitu degenerasi sel-sel lamella dan mineralisasi. Hal ini disebabkan insang merupakan organ pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh ikan, oleh karenanya jika air di suatu perairan mengandung logam berat akan memberikan dampak pada jaringan organ insang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono 2001 bahwa insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam berat. Dengan terakumulasinya bahan pencemar logam berat pada insang ikan, akan memberikan gangguan pada fungsi normal metaloenzim dan metabolisme terhadap sel. Jika metaloenzim disubsitusi oleh yang bukan semestinya, maka protein akan mengalami deformasi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan katalitik enzim tersebut. Mineralisasi yang terdapat pada insang ikan baung secara histologi terlihat dari adanya bintik hitam, merupakan indikasi adanya suatu bahan pencemar yang masuk ke dalam insang ikan melalui media air. Bahan pencemar yang masuk dalam insang ikan diduga berasal dari kandungan logam berat. Sebagai bahan perbandingan antara organ insang ikan yang tercemar dengan organ insang ikan normal dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20. Pada organ insang yang masih normal susunan struktur dari lamella-lamella masih sangat teratur, terlihat antara lamella primer dengan lamella sekundernya, jaringan kartilago yang berisi pembuluh darah juga masih terlihat solid. Gambar 19. Insang ikan normal 1 gill raker 2 mucosal epithelium, 3 basement membrane, 4 submucosa, 5 Bone, 6 adipose tissue, 7 efferent branchial arterioles, 8 afferent branchial artery, 9 primary lamellae, 10 secondary lamellae. Gambar 20. Histologi insang ikan normal sumber : Sims, 2005

5.4. Distribusi Logam Berat