hati, insang, daging. Hal ini terbukti pada penelitian ini bahwa di dalam tubuh ikan, ginjal yang memegang peranan penting dalam menganulir bahan pencemar
yang masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan kekuatan penetrasi logam ke dalam Jaringan berturut-turut ialah : Cd, Hg, Pb, Cu, Zn, Ni. Kandungan Logam Cd jelas
memiliki kekuatan penetrasi yang kuat untuk masuk ke dalam tubuh organisme ikan dibandingkan Pb.
Kadmium juga bersifat toksik dan bioakumulatif terhadap organisme. Toksisitas kadmium dipengaruhi oleh pH dan kesadahan. Selain itu, keberadaan
seng dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium. Polutan masuk ke dalam tubuh organisme, masuk melalui aliran darah di respiratori epithelia atau
permukaan luar dari tubuh ikan. Berdasarkan
hasil analisa statistik terlihat bahwa kandungan logam berat
Pb Lampiran 1 menunjukkan interaksi yang nyata dengan nilai P 0,05 antara faktor air, sedimen, insang dan ginjal ikan terhadap stasiun pengamatan hulu,
tengah dan hilir Sungai Kampar. Perbedaan kandungan logam berat pada masing- masing perlakuan air, sedimen, insang dan ginjal dan pada masing-masing
stasiun hulu, tengah, hilir Sungai Kampar menunjukkan nilai sangat nyata pada taraf P 0,05. Kandungan logam Cd di perairan Sungai Kampar berdasarkan
analisis statistik Lampiran 2 menunjukkan tidak adanya interaksi antara perlakuan dengan stasiun pengamatan pada taraf p 0,05. Kandungan logam Cd
pada masing-masing stasiun menunjukkan tidak adanya perbedaan pada taraf P 0,05. Sedangkan untuk masing-masing perlakuan air, sedimen, insang dan ginjal
ikan menunjukkan adanya perbedaan akan kandungan logam Cd. Namun demikian data-data tersebut masih harus diperkuat oleh analisis
yang dapat menggambarkan efek yang ditimbulkan oleh bahan pencemar logam berat terhadap ikan. Adapun analisis yang dapat memberi gambaran tersebut
adalah analisa histopatologi.
5.3. Analisis Histopatologi
Gambaran histopatologi organ ikan baung ini dapat dijadikan indikasi ada atau tidak adanya pencemaran. Hal ini disebabkan analisa histopatologi organ
insang dan ginjal ikan akan dapat menunjukkan kerusakan jaringan yang beragam, sehingga dapat dijadikan indikasi terjadinya pencemaran perairan Sungai Kampar
oleh logam berat maupun oleh substansi lainnya yang menyebabkan struktur sel mengalami kerusakan.
5.3.1. Analisis Histopatologi Ginjal Ikan Baung Hemibagrus nemurus
Organ ginjal pada ikan baung yang terdapat di Sungai Kampar mengindikasikan bahwa lokasi penelitian sudah tercemar oleh logam. Hal ini
terlihat dari kelainan yang terjadi pada struktur sel ginjal ikan baung tersebut. Dalam hal ini pada ginjal terjadi mineralisasi, nekrosa, infeksi dan radang
limfosit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 dan Gambar 12, 13 dan 14 dan sebagai pembanding ginjal ikan normal dapat dilihat pada Gambar 15.
Tabel 19. Perubahan histologi ginjal ikan baung Stasiun
Pengamatan Ginjal Keterangan
I A.
Bintik hitam adanya mineralisasi
B. Sel radang limfosit
C. Nekrosa pada tubulus
II A.
Pendarahan B.
Nekrosa pada tubulus C.
Glomerulus mengalami infeksi
D. Sel radang limfosit
III A.
Pendarahan B.
Glomerulus mengalami infeksi
C. Nekrosa pada tubulus
D. Sel radang limfosit
Mineralisasi : indikasi adanya
bahan pencemar yang masuk ke dalam organ
Nekrosa : kematian sel
Pendarahan : sel yang mengalami pendarahan
Sel radang limfosit : indikasi
pencemaran sudah berlangsung lama pada organ tersebut
Gambar 12. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 1 hulu sungai kampar. A Bintik hitam adanya mineralisasi, B Sel radang
limfosit, C Nekrosa pada tubulus Pembesaran 40x10
Gambar 13. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 2 sekitar
pabrik A Pendarahan, B Nekrosa pada tubulus, C Glomerulus mengalami infeksi, D Sel radang limfosit Pembesaran 40x10
A
C B
D A
B
C
Gambar 14. Analisis histopatologi ginjal ikan baung pada stasiun 3 muara sungai kampar, A Pendarahan, B Glomerulus mengalami infeksi, C
Nekrosa pada tubulus, D Sel radang limfosit Pembesaran 40x10
Gambar 15. Ginjal ikan normal
A B
C
D
Secara keseluruhan dari hasil analisa histopatologi menunjukkan bahwa ginjal ikan baung mengalami peradangan nephritis, pendarahan hemorage,
nekrosa, gomerulus dan tubulus mengalami perusakan, serta terdapat bintik-bintik hitam. Sel yang mengalami peradangan pada organ ginjal ikan baung di perairan
Sungai Kampar tersebut adalah sel limfosit. Sel limfosit yang radang tersebut mengindikasikan bahwa pencemaran yang terjadi di Sungai Kampar diduga sudah
berlangsung lama.
5.3.2. Analisis Histopatologi Insang Ikan Baung Hemibagrus nemurus
Dalam menganalisis suatu pencemaran dalam tubuh organisme terutama pada ikan, organ insang memiliki peranan yang penting. Insang merupakan salah
satu media masuknya berbagai macam partikel tersuspensi yang ada di perairan, selain melalui kulit dan sistem pencernaan. Semakin lama paparan akan suatu
bahan pencemar akan berpengaruh pada kerusakan organ insang ikan yang akan terlihat jelas melalui pengamatan histologi.
Berdasarkan hasil analisa histopatologi terhadap organ insang, pada ikan baung terlihat adanya kelainan atau perubahan pada organ tersebut. Perubahan
tersebut antara lain adalah adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada organ insang ikan baung di perairan Sungai Kampar yakni mengalami degenerasi,
deformasi, nekrosis dan hypertrophy seperti yang tercantum pada Tabel 20, Gambar 16 bagian hulu Sungai Kampar, Gambar 17 disekitar pabrik dan
Gambar 18 muara Sungai Kampar.
Tabel 20. Perubahan histologi insang ikan baung Stasiun
Pengamatan Insang Keterangan
I A.
Degenerasi sel-sel lamella
B. Mineralisasi
C. Deformasi sel-sel
lamella D.
Pembengkakan II
A. Degenerasi sel-sel
lamella B.
Mineralisasi C.
Nekrosis D.
Hypertrophi III
A. Degenerasi sel-sel
lamella B.
Mineralisasi C.
Pembengkakan
Degenerasi : lamella insang yang
mengalami lisis atau hancur Deformasi
: susunan lamella yang tidak teratur
Nekrosis : kematian sel
Hypertrophi : pembesaran akibat
suatu penyakitpertumbuhan yang berlebihan pada suatu bagian tubuh
Gambar 16. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 1 hulu Sungai Kampar A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi, C
Deformasi sel-sel lamella D Pembengkakan Pembesaran 40x10
A B
C D
Gambar 17. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 2 sekitar pabrik A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi, C
Nekrosis, D Hypertrophi Pembesaran 40x10
Gambar 18. Analisa histopatologi insang ikan baung pada stasiun 3 muara Sungai Kampar, A Degenerasi sel-sel lamella, B Mineralisasi,
C Pembengkakan Pembesaran 40x10
C A
B D
A B
C
Dari Tabel 20 dan Gambar 16, 17 dan 18 tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua insang ikan baung yang diambil dari perairan Sungai Kampar pada
setiap stasiun memperlihatkan terjadinya gejala kerusakan jaringan yaitu degenerasi sel-sel lamella dan mineralisasi. Hal ini disebabkan insang merupakan
organ pertama tempat penyaringan air yang masuk ke dalam tubuh ikan, oleh karenanya jika air di suatu perairan mengandung logam berat akan memberikan
dampak pada jaringan organ insang tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Darmono 2001 bahwa insang sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam
berat. Dengan terakumulasinya bahan pencemar logam berat pada insang ikan, akan memberikan gangguan pada fungsi normal metaloenzim dan metabolisme
terhadap sel. Jika metaloenzim disubsitusi oleh yang bukan semestinya, maka protein akan mengalami deformasi sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
katalitik enzim tersebut. Mineralisasi yang terdapat pada insang ikan baung secara histologi terlihat
dari adanya bintik hitam, merupakan indikasi adanya suatu bahan pencemar yang masuk ke dalam insang ikan melalui media air. Bahan pencemar yang masuk
dalam insang ikan diduga berasal dari kandungan logam berat. Sebagai bahan perbandingan antara organ insang ikan yang tercemar
dengan organ insang ikan normal dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20. Pada organ insang yang masih normal susunan struktur dari lamella-lamella masih
sangat teratur, terlihat antara lamella primer dengan lamella sekundernya, jaringan kartilago yang berisi pembuluh darah juga masih terlihat solid.
Gambar 19. Insang ikan normal 1 gill raker 2 mucosal epithelium, 3 basement membrane, 4 submucosa, 5 Bone, 6 adipose tissue,
7 efferent branchial arterioles, 8 afferent branchial artery, 9 primary lamellae, 10 secondary lamellae.
Gambar 20. Histologi insang ikan normal sumber : Sims, 2005
5.4. Distribusi Logam Berat