Gambar 19. Insang ikan normal 1 gill raker 2 mucosal epithelium, 3 basement membrane, 4 submucosa, 5 Bone, 6 adipose tissue,
7 efferent branchial arterioles, 8 afferent branchial artery, 9 primary lamellae, 10 secondary lamellae.
Gambar 20. Histologi insang ikan normal sumber : Sims, 2005
5.4. Distribusi Logam Berat
Distribusi suatu bahan pencemar dalam tatanan ekosistem sangat penting diperhatikan, karena sangat erat kaitannya dengan keberlanjutan ekosistem
tersebut dan dampak yang akan ditimbulkan dari pendistribusian bahan pencemar tersebut tidak terkecuali untuk ekosistem perairan. Sebagaimana diketahui,
ekosistem perairan yang terdapat di Provinsi Riau mempunyai peranan penting bagi masyarakat adalah ekosistem perairan Sungai Kampar. Sungai Kampar
melewati berbagai daerah yang ada di Provinsi Riau dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat untuk kehidupannya, baik dengan memanfaatkan air sungai
tersebut maupun memanfaatkan organisme yang berada di ekosistem Sungai Kampar seperti ikan, krustasea dan organisme lainnya.
Distribusi bahan pencemar terutama logam berat menjadi faktor penting dalam penentuan kualitas perairan bagi masyarakat di sekitarnya. Berdasarkan
data yang diperoleh, koefisien distribusi logam terutama logam Pb dan Cd di perairan Sungai Kampar, terlihat bahwa logam lebih banyak terdistribusi di
stasiun satu sedangkan pada stasiun dua dan tiga telah mengalami penurunan atau dengan kata lain bahan pencemar sudah mengalami pengenceran. Hal ini
dikarenakan karakteristik perairan Sungai Kampar yang mengalami pasang surut dua kali dalam sehari, dan sering terjadinya bono gelombang besar yang datang
dari arah laut pada saat pasang, menjadi penyebab yang mempercepat perairan melakukan purifikasi.
Polutan ditransportasikan dengan jarak yang sangat jauh. Jarak perjalanan suatu polutan tergantung pada faktor seperti stabilitas perairan dan sifat fisik dari
polutan dan kecepatan aliran dari perairan tersebut. Selain itu faktor densitas dari perairan juga merupakan faktor yang penting. Dalam hal ini densitas akan
meningkat jika temperatur dan konsentrasi garam ikut meningkat pula. Untuk lebih jelasnya koefisien distribusi logam Pb dan Cd dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Hasil perhitungan koefisien distribusi dan biokonsentrasi faktor Koefisien Distribusi
Biokonsentrasi Faktor BCF1 BCF2
No Stasiun Pb Cd
Pb Cd Pb Cd 1
I 1,7220 1,2000 2,1341 1,7460 1,2393 1,4550
2 II
1,3044 0,8636 1,8155 1,6151 1,3919 1,8703 3
III 0,7706 0,8431 3,2992 1,1649 4,2816 1,3817
Faktor biokonsentrasi juga memegang peranan penting dalam pendistribusian logam. Karena biokonsentrasi faktor melihat distribusi kandungan
logam yang terdapat di perairan, baik di badan air itu sendiri maupun di dasar perairan yaitu pada substratnya terhadap organisme uji terutama ikan. Dengan
penentuan biokonsentrasi faktor ini, bisa memberikan gambaran dasar seberapa
jauh organisme perairan telah tercemar oleh bahan pencemar terutama logam berat. Kandungan Logam Pb yang terdistribusi pada organisme ikan, baik dengan
sedimen dan air dari semua stasiun pengamatan terlihat bahwa stasiun tiga telah mengalami pendistribusi kandungan logam dalam tubuh organisme yang paling
tinggi. Untuk logam Cd stasiun dua mempunyai nilai biokonsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan stasiun pengamatan lainnya.
Semua spesies hewan air sangat dipengaruhi oleh hadirnya logam yang terlarut dalam air, terutama pada konsentrasi yang melebihi normal. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi daya toksisitas logam dalam air terhadap mahluk yang hidup di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bentuk ikatan kimia dari logam yang terlarut
2. Pengaruh interaksi antara logam dan toksikan lainnya.
3. Pengaruh lingkungan seperti suhu, kadar garam, pH dan kadar oksigen
yang terlarut dalam air. 4.
Kondisi biota, fase siklus hidup, besarnya ukuran organisme, jenis kelamin, dan kecukupan kebutuhan nutrisi.
5. Kemampuan biota untuk menghindar dari pengaruh polusi.
6. Kemampuan organisme untuk beraklimatisasi terhadap bahan toksik
logam.
5.5. Korelasi Logam Berat pada sedimen, air dan organ ikan.