Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Urine Sapi

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN URINE SAPI

SKRIPSI

OLEH :

FRANS J. A. SARAGIH
110301247
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)
TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN URINE SAPI

SKRIPSI


OLEH :

FRANS J. A. SARAGIH
110301247
BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2015

Judul Penelitian : Respons
Pertumbuhan
dan
Produksi
Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap

Pupuk Kandang Ayam dan Urine Sapi
Nama
: Frans J. A. Saragih
NIM
: 110301247
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat
: Budidaya Pertanian dan Perkebunan

Bawang
Pemberian

Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing

(Ir. Rosita Sipayung, MP.)
Ketua

(Ferry Ezra T. Sitepu, SP., MSi.)
Anggota


Mengetahui,

(Prof. Dr. Ir. T Sabrina, M. Agr. Sc.)
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

ABSTRAK
FRANS J. A. SARAGIH : Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Pupuk Kandang
Ayam dan Urine Sapi, dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan
FERRY EZRA T. SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemberian pupuk
kandang ayam dan urine sapi tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di
atas permukaan laut, pada bulan Mei hingga Agusutus 2015. Metode penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk
kandang ayam (tanpa pupuk kandang ayam, 1,9 Kg/plot, 2,9 Kg/plot dan
3,9 Kg/plot) dan pemberian urine sapi (tanpa urine sapi, 500 ml/plot, 600 ml/plot,
dan 700 ml/plot). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per

rumpun, jumlah anakan per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot basah umbi
per sampel, bobot kering jual umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, dan
bobot kering jual umbi per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 - 7 MST, jumlah
daun per rumpun 3 - 7 MST, jumlah anakan per rumpun 3 - 7 MST, diameter
umbi per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot kering jual umbi per
sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering jual umbi per plot. Pemberian
urine sapi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.
Interaksi antara pemberian pupuk kandang dan urine sapi berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter pengamatan.
Kata kunci : bawang merah, pupuk kandang ayam, urine sapi

ABSTRACT
FRANS J. A. SARAGIH : Response in growth and production of
shallot (Allium ascalonicum L.) to application of chicken manure and cow urine,
guided by ROSITA SIPAYUNG and FERRY EZRA T. SITEPU.
This research has been conducted to obtain dose of chicken manure and
cow urine which can improve the growth and production of the shallot. This
research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in

May-August 2015 using factorial randomized block design with two factors, dose
of chicken manure (no chicken manure, 1,9 Kg/plot, 2,9 Kg/plot and 3,9 Kg/plot)
and dose of cow urine (no cow urine, 500 ml/plot, 600 ml/plot, 700 ml/plot).
Parameter observed were plant height, number of leaves per clump, number of
tillers per clump, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight per sample,
dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb weight per
plot.
The results showed that aplication of chicken manure significantly affected
parameter plant height 3 - 7 MST, number of leaves per clump 3 - 7 MST, number
of tillers per clump 3 - 7 MST, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight
per sample, dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb
weight per plot. Aplication of cow urine not significantly affected on all
parameters of observation. Interaction between aplication of chicken manure and
cow urine not significantly affected on all parameters of observation.
Keywords : shallot, chicken manure, cow urine

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 7 Januari 1993 dari
ayah J. J. Saragih dan ibu T. br. Tarigan. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga
bersaudara.

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Pematangsiantar dan pada
tahun 2011 penulis masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
melalui Ujian Masuk Bersama (UMB). Penulis memilih program studi
Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan Perkebunan (BPP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai pengurus bidang
Kerohanian Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi (Himagrotek) tahun
2014-2015, sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Katolik (IMK) St. Fransiskus
Xaverius FP USU, sebagai asisten praktikum di Laboratorium Dasar
Agronomi (2015), asisten praktikum di Laboratorium Teknologi Budidaya
Tanaman Hortikultura (2015), asisten praktikum di Laboratorium Teknologi
Budidaya Tanaman Perkebunan (2014), dan asisten praktikum di Laboratorium
Budidaya Tanaman Sayuran (2015).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Anglo Eastern
Plantation Management Indonesia, Kebun PT. Tasik Raja di desa Bukit Tujuh
Kabupaten Labuhan Batu Selatan mulai 11 Juli – 18 Agustus 2014.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Respons
Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap

Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Urine Sapi”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda
J. J. Saragih dan Ibunda T. br. Tarigan yang telah memberikan dukungan
finansial dan spiritual. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
Ibu Ir. Rosita Sipayung, MP., selaku ketua komisi pembimbing dan kepada
Bapak Ferry Ezra T. Sitepu, SP., MSi. selaku anggota komisi pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dan masukan selama penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga ditujukan kepada seluruh staf pengajar, pegawai serta sahabat
dan teman di lingkungan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara yang telah berkontribusi dalam kelancaran studi dan
penyelesaian skripsi ini.
Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi petani budidaya bawang merah
serta bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.

Medan, Agustus 2015

Penulis

DAFTAR ISI

Hal.
ABSTRAK ............................................................................................................ i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...............................................................................................
Tujuan Penelitian ...........................................................................................
Hipotesis Penelitian .......................................................................................
Kegunaan Penelitian ......................................................................................

1
3
3
3


TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .............................................................................................
Syarat Tumbuh ...............................................................................................
Iklim .......................................................................................................
Tanah ......................................................................................................
Pupuk Kandang Ayam ....................................................................................
Urine Sapi .......................................................................................................

4
5
5
6
6
9

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................
Bahan dan Alat ...............................................................................................
Metode Penelitian ..........................................................................................
Pelaksanaan Penelitian ...................................................................................

Persiapan lahan ..................................................................................
Persiapan bahan tanam ......................................................................
Pemupukan ........................................................................................
Persiapan Urine Sapi .........................................................................
Penanaman .........................................................................................
Penyulaman .......................................................................................

12
12
12
15
15
15
15
15
16
16

Pengaplikasian Urine Sapi .................................................................
Pemeliharaan .....................................................................................

Penyiraman ..............................................................................
Penyiangan dan Pembumbunan ...............................................
Pengendalian Hama dan Penyakit ............................................
Panen .................................................................................................
Pengeringan .......................................................................................
Peubah Amatan ..............................................................................................
Tinggi Tanaman (cm) ........................................................................
Jumlah Daun per Rumpun (helai)......................................................
Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) ..............................................
Diameter Umbi per Sampel (mm) .....................................................
Bobot Basah Umbi per Sampel (g) ....................................................
Bobot Kering Jual Umbi per Sampel (g) ...........................................
Bobot Basah Umbi per Plot (g) .........................................................
Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g) ................................................

16
16
16
16
17
17
17
17
17
17
18
18
18
18
18
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ............................................................................................................... 19
Pembahasan.................................................................................................... 38
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .................................................................................................... 43
Saran .............................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
LAMPIRAN .......................................................................................................... 46

DAFTAR TABEL
No.
1.
2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.

Hal.
Rataan tinggi tanaman (cm) bawang merah umur 3 - 7 MST pada
perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi ........................
Rataan jumlah daun per rumpun (helai) tanaman bawang merah
umur 3 - 7 MST pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam
urine sapi ..............................................................................................
Rataan jumlah anakan per rumpun (anakan) tanaman bawang merah
umur 3 - 7 MST pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam
urine sapi ..............................................................................................
Rataan diameter umbi per sampel (mm) tanaman bawang merah
pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi................
Rataan bobot basah umbi per sampel (g) tanaman bawang merah
pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi................
Rataan bobot kering jual umbi per sampel (g) tanaman bawang
merah pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi.....
Rataan bobot basah umbi per plot (g) tanaman bawang merah pada
perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi ........................
Rataan bobot kering jual umbi per plot (g) tanaman bawang merah
pada perlakuan pemberian pupuk kandang ayam urine sapi................

20

23

26
29
31
33
35
37

DAFTAR GAMBAR
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

Hal.
Perkembangan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis
pupuk kandang ayam ...........................................................................
Hubungan tinggi tanaman bawang merah umur 7 MST pada
berbagai dosis pupuk kandang ayam ...................................................
Perkembangan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah
pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ...........................................
Hubungan jumlah daun per rumpun tanaman bawang merah umur
7 MST pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ...............................
Perkembangan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah
pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ...........................................
Hubungan jumlah anakan per rumpun tanaman bawang merah umur
7 MST pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ...............................
Hubungan diameter umbi per sampel tanaman bawang merah pada
berbagai dosis pupuk kandang ayam ...................................................
Hubungan bobot basah umbi per sampel tanaman bawang merah
pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ...........................................
Hubungan bobot kering jual umbi per sampel tanaman bawang
merah pada berbagai dosis pupuk kandang ayam ................................
Hubungan bobot basah umbi per plot tanaman bawang merah pada
berbagai dosis pupuk kandang ayam ...................................................
Hubungan bobot kering jual umbi per plot tanaman bawang merah
pada berbagai dosis pupuk kandang ayam .........................................

21
22
24
25
27
28
30
32
34
36
38

DAFTAR LAMPIRAN
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.

Hal.
Bagan Plot Penelitian ...........................................................................
Bagan Penanaman pada Plot ................................................................
Jadwal Kegiatan Pelaksanaan Penelitian .............................................
Deskripsi Varietas Bawang Merah ......................................................
Hasil Analisis Tanah ............................................................................
Hasil Analisis Pupuk Kandang Ayam ..................................................
Hasil Analisis Urine sapi .....................................................................
Perhitungan Dosis Kebutuhan Pupuk Kandang Ayam dan Urine Sapi
Data Curah Hujan dan Kelembaban Udara ..........................................
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Bawang Merah Umur
3 MST ..................................................................................................
Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 3 MST .............
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Bawang Merah Umur
4 MST ..................................................................................................
Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 4 MST .............
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Bawang Merah Umur
5 MST ..................................................................................................
Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 5 MST .............
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Bawang Merah Umur
6 MST ..................................................................................................
Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 6 MST .............
Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Bawang Merah Umur
7 MST ..................................................................................................
Sidik Ragam Tinggi Tanaman Bawang Merah Umur 7 MST ............
Data Pengamatan Jumlah Daun per Rumpun (helai) Tanaman
Bawang Merah Umur 3 MST ..............................................................
Sidik Ragam Jumlah Daun per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 3 MST ........................................................................................
Data Pengamatan Jumlah Daun per Rumpun (helai) Tanaman
Bawang Merah Umur 4 MST ..............................................................
Sidik Ragam Jumlah Daun per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 4 MST .......................................................................................
Data Pengamatan Jumlah Daun per Rumpun (helai) Tanaman
Bawang Merah Umur 5 MST ..............................................................
Sidik Ragam Jumlah Daun per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 5 MST ......................................................................................
Data Pengamatan Jumlah Daun per Rumpun (helai) Tanaman
Bawang Merah Umur 6 MST ..............................................................

46
47
48
49
50
50
50
51
53
54
54
55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.

Sidik Ragam Jumlah Daun per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 6 MST ........................................................................................
Data Pengamatan Jumlah Daun per Rumpun (helai) Tanaman
Bawang Merah Umur 7 MST ..............................................................
Sidik Ragam Jumlah Daun per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 7 MST .......................................................................................
Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Tanaman
Bawang Merah Umur 3 MST ..............................................................
Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 3 MST ........................................................................................
Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Tanaman
Bawang Merah Umur 4 MST ..............................................................
Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 4 MST ........................................................................................
Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Tanaman
Bawang Merah Umur 5 MST ..............................................................
Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 5 MST ........................................................................................
Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Tanaman
Bawang Merah Umur 6 MST ..............................................................
Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 6 MST ........................................................................................
Data pengamatan Jumlah Anakan per Rumpun (anakan) Tanaman
Bawang Merah Umur 7 MST ..............................................................
Sidik ragam Jumlah Anakan per Rumpun Tanaman Bawang Merah
Umur 7 MST .......................................................................................
Data Pengamatan Diameter Umbi per Sampel (mm) Tanaman
Bawang Merah .....................................................................................
Sidik Ragam Diameter Umbi per Sampel Tanaman Bawang Merah ..
Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Sampel (g) Tanaman
Bawang Merah .....................................................................................
Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Sampel Tanaman Bawang
Merah ...................................................................................................
Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Sampel (g) Tanaman
Bawang Merah (Transformasi Akar Kuadrat) .....................................
Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Sampel Tanaman Bawang
Merah (Transformasi Akar Kuadrat) ...................................................
Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Sampel (g) Tanaman
Bawang Merah .....................................................................................
Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Sampel (g) Tanaman
Bawang Merah .....................................................................................

62
63
63
64
64
65
65
66
66
67
67
68
68
69
69
70
70
71
71
72
72

48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.

Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Sampel (g) Tanaman
Bawang Merah (Transformasi Akar Kuadrat) ..................................... 73
Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Sampel Tanaman Bawang
Merah (Transformasi Akar Kuadrat) .................................................. 73
Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Plot (g) Tanaman Bawang
Merah ................................................................................................... 74
Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah .. 74
Data Pengamatan Bobot Basah Umbi per Plot (g) Tanaman Bawang
Merah (Transformasi Akar Kuadrat) ................................................... 75
Sidik Ragam Bobot Basah Umbi per Plot Tanaman Bawang Merah
(Transformasi Akar Kuadrat) ............................................................... 75
Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g) Tanaman
Bawang Merah ..................................................................................... 76
Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Plot Tanaman Bawang
Merah ................................................................................................... 76
Data Pengamatan Bobot Kering Jual Umbi per Plot (g) Tanaman
Bawang Merah ..................................................................................... 77
Sidik Ragam Bobot Kering Jual Umbi per Plot Tanaman Bawang
Merah ................................................................................................... 77
Foto Penelitian ..................................................................................... 78

ABSTRAK
FRANS J. A. SARAGIH : Respons Pertumbuhan dan Produksi Bawang
Merah (Allium ascalonicum L.) terhadap Pemberian Pupuk Kandang
Ayam dan Urine Sapi, dibimbing oleh ROSITA SIPAYUNG dan
FERRY EZRA T. SITEPU.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis pemberian pupuk
kandang ayam dan urine sapi tertentu yang dapat meningkatkan pertumbuhan dan
produksi bawang merah. Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter di
atas permukaan laut, pada bulan Mei hingga Agusutus 2015. Metode penelitian
menggunakan rancangan acak kelompok faktorial dengan dua faktor yaitu pupuk
kandang ayam (tanpa pupuk kandang ayam, 1,9 Kg/plot, 2,9 Kg/plot dan
3,9 Kg/plot) dan pemberian urine sapi (tanpa urine sapi, 500 ml/plot, 600 ml/plot,
dan 700 ml/plot). Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun per
rumpun, jumlah anakan per rumpun, diameter umbi per sampel, bobot basah umbi
per sampel, bobot kering jual umbi per sampel, bobot basah umbi per plot, dan
bobot kering jual umbi per plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam
berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 3 - 7 MST, jumlah
daun per rumpun 3 - 7 MST, jumlah anakan per rumpun 3 - 7 MST, diameter
umbi per sampel, bobot basah umbi per sampel, bobot kering jual umbi per
sampel, bobot basah umbi per plot, bobot kering jual umbi per plot. Pemberian
urine sapi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan.
Interaksi antara pemberian pupuk kandang dan urine sapi berpengaruh tidak nyata
terhadap semua parameter pengamatan.
Kata kunci : bawang merah, pupuk kandang ayam, urine sapi

ABSTRACT
FRANS J. A. SARAGIH : Response in growth and production of
shallot (Allium ascalonicum L.) to application of chicken manure and cow urine,
guided by ROSITA SIPAYUNG and FERRY EZRA T. SITEPU.
This research has been conducted to obtain dose of chicken manure and
cow urine which can improve the growth and production of the shallot. This
research had been conducted at experimental field of Fakultas Pertanian USU in
May-August 2015 using factorial randomized block design with two factors, dose
of chicken manure (no chicken manure, 1,9 Kg/plot, 2,9 Kg/plot and 3,9 Kg/plot)
and dose of cow urine (no cow urine, 500 ml/plot, 600 ml/plot, 700 ml/plot).
Parameter observed were plant height, number of leaves per clump, number of
tillers per clump, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight per sample,
dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb weight per
plot.
The results showed that aplication of chicken manure significantly affected
parameter plant height 3 - 7 MST, number of leaves per clump 3 - 7 MST, number
of tillers per clump 3 - 7 MST, diameter of the bulbs per sample, wet bulb weight
per sample, dry bulb weight per sample, wet bulb weight per plot, and dry bulb
weight per plot. Aplication of cow urine not significantly affected on all
parameters of observation. Interaction between aplication of chicken manure and
cow urine not significantly affected on all parameters of observation.
Keywords : shallot, chicken manure, cow urine

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
utama sayuran di Indonesia. Selain dipakai sebagai bahan untuk bumbu masakan,
bawang merah juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan, sehingga
permintaan bawang merah semakin lama semakin meningkat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produktivitas tanaman
bawang merah di Sumatera Utara mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
Adapun produktivitas tanaman bawang merah di Sumatera Utara pada tahun 2011
adalah 9,00 ton/ha dengan produksi 12.449 ton dan luas panen 1384 ha. Pada
tahun 2012 produktivitas tanaman bawang merah adalah 8,95 ton/ha dengan
produksi 14.156 ton dan luas panen 1581 ha, sedangkan pada tahun 2013
produktivitas tanaman bawang merah adalah 7,92 ton/ha dengan produksi 8305
ton dan luas panen 1048 ha. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi
penurunan produktivitas tanaman bawang merah di setiap tahunnya.
Pada saat ini peningkatan produksi bawang merah umumnya sangat
tergantung pada pupuk anorganik yang memberikan hasil yang tinggi tetapi
ternyata banyak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Pupuk anorganik
ini bisa mengganggu kehidupan dan keseimbangan tanah, meningkatkan
dekomposisi bahan organik, yang kemudian menyebabkan degradasi struktur
tanah, kerentanan yang lebih tinggi terhadap kekeringan dan keefektifan yang
lebih rendah dalam menghasilkan panenan (Reijntjes et al., 2005). Oleh karena itu
perlu dilakukan usaha untuk tetap menjaga dan memperbaiki agregasi tanah, salah
satu usaha yang penting adalah dengan memberikan pupuk organik pada tanah

sehingga kecukupan unsur hara tergantikan dari yang diserap tanaman, komposisi
tanah tidak mengalami pemadatan dengan adanya bahan organik serta pengikatan
air lebih baik sehingga pengikisan air berkurang (Isnaini, 2006).
Pemanfaatan pukan ayam termasuk luas. Pukan ayam broiler mempunyai
kadar hara P yang relatif lebih tinggi dari pukan lainnya. Kadar hara ini sangat
dipengaruhi oleh jenis konsentrat yang diberikan. Selain itu pula dalam kotoran
ayam tersebut tercampur sisa-sisa makanan ayam serta sekam sebagai alas
kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara ke dalam pukan terhadap
sayuran (Hartatik dan Widowati, 2010).
Dari hasil penelitian Jazilah et al. (2007) disimpulkan bahwa pemberian
pupuk kandang sebanyak 20 ton/Ha yang berasal dari kotoran ayam
meningkatkan bobot basah umbi per rumpun, bobot kering umbi per rumpun dan
volume umbi. Produksi umbi yang lebih tinggi ini disebabkan kandungan unsur
hara N, P, K pada pupuk kandang ayam lebih tinggi dibandingkan pada pupuk
kandang sapi.
Dewasa ini urine ternak dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
tanaman bersamaan dengan kotoran ternak atau bahan lain. Urine ternak dapat
dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak (Hartatik dan Widowati,
2010). Pupuk kandang cair (urine) selain dapat bekerja cepat juga mengandung
hormon tertentu yang ternyata dapat merangsang perkembangan tanaman. Dalam
pupuk kandang cair kandungan unsur N dan K cukup besar (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 2002). Menurut Lingga dan Marsono (2008), kandungan zat hara

pada urine sapi adalah nitrogen 1,00%, fosfor 0,50%, kalium 1,50%, dan air
sebanyak 92%.

Dari hasil penelitian Aisyah et al. (2011) disimpulkan bahwa dosis
pemberian urine sapi berpengaruh secara nyata terhadap tinggi tanaman, panjang
daun terpanjang, jumlah daun/tanaman, bobot basah tajuk dan bobot kering tajuk
pada tanaman sawi. Dari hasil peneltian Mardalena (2007) disimpulkan bahwa
pemberian urine sapi berpengaruh nyata terhadap umur berbunga, jumlah bunga
betina, umur panen dan jumlah cabang produktif pada tanaman mentimun.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
guna mengetahui pengaruh pemberian pupuk kandang ayam dan urine sapi
terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.),
sehingga dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik dalam budidaya bawang
merah dan menuju pertanian semi organik.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan dan
produksi bawang merah (Allium ascalonicum L.) terhadap pemberian pupuk
kandang ayam dan urine sapi.
Hipotesa Penelitian
Pemberian pupuk kandang ayam dan urine sapi pada dosis tertentu serta
interaksi keduanya nyata dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi
bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Kegunaan Penelitian
Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan
informasi bagi pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae,
Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, Kelas : Monocotyledonae,
Ordo

:

Liliales/Liliflorae,

Famili

:

Liliaceae,

Genus

:

Allium,

Species : Allium ascalonicum L. (Steenis et al., 2005).
Pangkal umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang
tidak sempurna. Bagian bawah cakram menjadi tempat tumbuhnya akar-akar
serabut pendek, sedangkan bagian atas diantara lapisan kelopak daun yang
membengkak, terdapat mata tunas sebagai calon tanaman baru (Brewster, 2008).
Tanaman bawang merah memiliki batang sejati (discus) yang berada pada
dasar umbi bawang merah, yang berfungsi sebagai tempat melekatnya perakaran
dan mata tunas. Pangkal daun akan bersatu dan membentuk batang semu. Yang
kelihatan seperti batang pada tanaman bawang merah sebenarnya merupakan
batang semu yang akan berubah bentuk dan fungsinya sebagai umbi lapis
(Sinclair, 1998).
Bentuk daun bawang merah memanjang seperti pipa dan berbentuk bulat,
tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang
daun. Bagian ujung daun meruncing, sedangkan bagiaan bawahnya melebar dan
membengkak. Daun berwarna hijau (Brewster, 2008).
Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna (hermaphrodites) yang
pada umumnya terdiri dari 5 - 6 helai benang sari, sebuah putik, dengan daun
bunga yang berwarna putih. Tiap rangkaian (tandan bunga) mengandung 50 - 200

kuntum bunga. Sebagaimana daunnya, tangkai bunga itu pun merupakan pipa
yang berlubang di dalamnya (Firmanto, 2011).
Biji berwarna hitam, berbentuk tidak beraturan, dan berukuran
agak

kecil, sekitar 250 biji tiap gramnya. Biji memiliki daya tumbuh

yang cepat, kecuali jika biji disimpan dalam kondisi optimum, suhu ˚C
0
dan RH rendah. Biji bawang merah matang sekitar 45 hari setelah bunga
mekar (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman bawang merah cocok tumbuh di dataran rendah sampai tinggi
(0 - 1000 m dpl). Ketinggian optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan
bawang merah adalah 0 - 450 m dpl. Tanaman bawang merah peka terhadap curah
hujan dan intensitas hujan yang tinggi serta cuaca berkabut. Tanaman ini
membutuhkan penyinaran cahaya matahari maksimal (minimal 70% penyinaran),
suhu udara 25 - 32ºC, dan kelembaban nisbi 50 - 70% (Tim Prima Tani, 2011).
Tanaman bawang merah lebih menghendaki daerah yang terbuka, dengan
penyinaran ± 80%. Apabila terlindung sinar matahari, umbinya kecil. Bawang
merah termasuk ke dalam golongan yang untuk pembentukan umbinya
membutuhkan penyinaran lebih dari 14 jam sehari. Akan tetapi, bawang merah
juga dapat ditanam pada daerah dengan lama penyinaran hanya 12 jam, walaupun
hasil umbinya lebih kecil jika dibandingkan yang ditanam di daerah yang
penyinarannya lebih lama (Firmanto, 2011)
Budidaya bawang merah pada daerah-daerah yang beriklim kering, dengan
suhu udara yang cukup tinggi dan penyinaran matahari yang penuh akan dapat

menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal. Secara umum tanaman
bawang merah lebih cocok diusahakan secara agribisnis/komersial di daerah
dataran rendah pada akhir musim penghujan, atau pada saat musim kemarau,
dengan

penyediaan

air

irigasi

yang

cukup

untuk

keperluan

memerlukan

tanah

berstruktur

tanaman

(Deptan, 2003).
Tanah
Tanaman

bawang

merah

remah,

tekstur sedang sampai liat, drainase dan aerasi yang baik, mengandung
bahan organik yang cukup, dan pH tanah netral (5,6 - 6,5). Tanah
yang paling cocok untuk tanaman bawang merah adalah tanah Aluvial
atau kombinasinya dengan tanah Glei-Humus atau Latosol. Tanah lembab
dengan air yang tidak menggenang disukai oleh tanaman bawang merah
(Tim Prima Tani, 2011).
Pada tanah yang asam (pH kurang dari 5,5) garam alumunium (Al) yang
terlarut dalam tanah akan bersifat racun, hingga tanaman bawang merah tersebut
tumbuh kerdil. Sedangkan pada tanah basa (pH lebih tinggi dari 6,5), garam
mangan (Mn) tidak dapat diserap (digunakan) oleh tanaman bawang, hingga
umbinya kecil dan hasilnya rendah. Pada tanah gambut (pHnya lebih rendah
dari 4), tanaman bawang merah memerlukan pengapuran terlebih dahulu supaya
umbinya dapat tumbuh membesar (Firmanto, 2011).
Pupuk Kandang Ayam
Salah satu alternatif untuk mempertahankan dan meningkatkan kesuburan
tanah adalah dengan pemberian bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam
tanah. Pemberian pupuk kandang, selain dapat meningkatkan kesuburan tanah

juga dapat mengurangi penggunaan pupuk buatan yang harganya relatif mahal dan
terkadang sulit diperoleh (Souri, 2001).
Pupuk kandang (pukan) didefinisikan sebagai semua produk buangan dari
binatang peliharaan yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki
sifat fisik, dan biologi tanah. Apabila dalam memelihara ternak tersebut diberi
alas seperti sekam pada ayam, jerami pada sapi, kerbau dan kuda, maka alas
tersebut akan dicampur menjadi satu kesatuan dan disebut sebagai pukan pula
(Hartatik dan Widowati, 2010).
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran hewan.
Hewan ternak yang banyak dimanfaatkan kotorannya antara lain ayam, kambing,
sapi, kuda, dan babi. Kotoran yang dimanfaatkan biasanya berupa kotoran padat
atau cair yang digunakan secara terpisah maupun bersamaan (Musnamar, 2003).
Kandungan hara dalam pukan sangat menentukan kualitas pukan. Pupuk kandang
ayam mengandung hara 57% H2O, 29% bahan organik, 1,5% N, 1,3% P2O5,
0,8% K2O, 4% CaO dengan rasio C/N 9-11 (Hartatik dan Widowati, 2010).
Komposisi kandungan unsur hara pupuk kandang sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis hewan, umur, keadaan hewan, jenis makanan,
bahan hamparan yang dipakai, perlakuan, serta penyimpanan sebelum
diaplikasikan ke lahan. Di samping mengandung unsur hara makro dan mikro,
pupuk kandang juga dilaporkan mengandung hormon seperti creatin, asam indol
asetat, dan auxin yang dapat merangsang pertumbuhan akar. Namun, seberapa
jauh tingkat keakurasiannya masih perlu diteliti lebih lanjut (Musnamar, 2003).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah adalah
dengan mengintensifkan penggunaan lahan dan pemberian pupuk yang

optimal. Pemberian pupuk organik sangat baik digunakan untuk memperbaiki
sifat fisik kimia dan biologi tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme
tanah dan lebih ramah terhadap lingkungan (Yetti dan Elita, 2008). Dosis
pupuk kandang ayam yang terbaik untuk tanaman bawang merah adalah
20 ton/Ha (Samadi dan Cahyono, 2005).
Pupuk kandang segar mempunyai C/N = 25. Bila langsung dipupuk ke
dalam tanah, jasad renik akan menarik N dari dalam tanah. Kenyataannya dalam
penarikan N ini akan berlangsung persaingan diantara jasad renik, peristiwa
persaingan antara jasad renik di dalam tanah disebut immobilisasi N. Pupuk
kandang mempunyai cara kerja yang lambat karena harus mengalami
proses-proses perubahan terlebih dahulu sebelum dapat diserap tanaman
(Sutedjo, 2002).
Pupuk kandang ayam dianggap sebagai pupuk lengkap karena selain
menimbulkan tersedianya unsur hara bagi tanaman juga mengembangkan
kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sehingga dapat membantu struktur
agregat tanah (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2002).
Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik
dibanding bahan pembenah lainnya. Pada umumnya nilai pupuk yang dikandung
pupuk kandang terutama unsur makro nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K)
rendah, tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro esensial yang lain.
Sebagai bahan pembenah tanah, pupuk kandang membantu dalam mencegah
terjadinya erosi, meningkatkan kelembaban tanah dan mengurangi terjadinya
retakan tanah. Pupuk kandang juga memacu dan meningkatkan populasi

mikrobia dalam tanah jauh lebih besar daripada hanya memberikan pupuk kimia
(Sutanto, 2002).
Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi.
Ciri fisiknya yakni berwarna cokelat kehitaman, cukup kering, tidak
menggumpal, dan tidak berbau menyengat. Ciri kimiawinya adalah C/N rasio
kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya relatif stabil
(Novizan, 2005).
Urine Sapi
Untuk pemanfaatan limbah peternakan padat sudah banyak diterapkan di
daerah pedesaan. Contohnya, di kalangan peternak sapi perah, terutama di desa
Pesanggrahan Kota Batu-Malang, dapat membuat biogas dan pupuk organik dari
kotoran sapi menjadi tambahan pendapatan dan mata pencaharian baru bagi
penduduk sekitar. Akan tetapi untuk pengelolaan limbah cair peternakan masih
sangat kurang di tingkat daerah pedesaan. Padahal jika dikaji lebih dalam lagi
kemungkinan kandungan unsur N, P, K di dalam kotoran cair sama atau bahkan
lebih banyak dibandingkan dengan kotoran padat (Huda, 2013).
Urine ternak dapat dijumpai dalam jumlah besar selain kotoran dari ternak.
Urine dihasilkan oleh ginjal yang merupakan sisa hasil perombakan nitrogen dan
sisa-sisa bahan dari tubuh yaitu urea, asam uric dan creatinine hasil metabolisme
protein. Urine juga berasal dari perombakan senyawa-senyawa sulfur dan fosfat
dalam tubuh (Hartatik dan Widowati, 2010).
Urine ternak mengandung N ±10 g/l, sebagian besar berbentuk urea. Urine
juga mengandung sejumlah unsur-unsur mineral (S, P, K, Cl, dan Na) dalam
jumlah bervariasi tergantung jenis dan makanan ternak, keadaan fisiologi dan

iklim. Hara tersebut dibutuhkan oleh mikroba dan pertumbuhan tanaman. Urine
terdiri atas 90 - 95% air. Urea dalam urine adalah bahan padat utama yang
umumnya >70% nitrogen dalam urine (Hartatik dan Widowati, 2010).
Selama ini masih jarang penggunakan urine sapi sebagai pupuk padahal
urine sapi memiliki prospek yang bagus untuk diolah menjadi pupuk cair karena
mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan oleh tanaman secara lengkap
seperti N, P, K, Ca, Mg yang terikat dalam bentuk senyawa organik. Urine sapi
yang paling baik untuk diolah menjadi pupuk cair adalah urine sapi murni segar
(kurang dari 24 jam) yang belum bercampur dengan cemaran lain yang ada dalam
kandang (Sudiro, 2011).
Beberapa keunggulan urine sapi diantaranya mempunyai kandungan unsur
hara yang lengkap diantaranya N, P, K, Ca, Fe, Mn, Zn, dan Zu. Pemberian urine
sapi dapat memberikan pengaruh pada pertumbuhan akar tanaman. Menurut
Lingga dan Marsono (2008), dari segi kadar haranya, pupuk kandang cair dari
urine sapi memiliki kandungan hara yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kotoran padatannya.
Kandungan zat hara pada urine sapi, nitrogen 1,00%, fosfor 0,50%, kalium
1,50%, dan air sebanyak 95%. Selain itu banyak penelitian yang melaporkan
bahwa urine sapi mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat digunakan
sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA. Karena baunya yang khas urine
ternak juga dapat mencegah datangnya berbagai hama tanaman sehingga urine
sapi juga dapat berfungsi sebagai pengendalian hama tanaman dari serangan
(Sudiro, 2011).

Pada proses fermentasi urine terdapat kelebihan jika dibandingkan dengan
urine yang tidak difermentasi, yaitu meningkatkan kandungan hara yang terdapat
pada urine tersebut yang dapat menyuburkan tanaman. Selain itu, bau urine yang
telah difermentasi menjadi kurang menyengat jika dibandingkan dengan bau urine
yang belum difermentasi (Sudiro, 2011).
Pupuk kandang cair juga baik sebagai sumber hara tanaman.
Mengumpulkan pupuk kandang cair dilakukan dengan cara yang baik, maka
bahan ini merupakan sumber pupuk yang dapat dimanfaatkan dengan mudah.
Saran menggunakan pupuk kandang cair : (1) lantai kandang dan tempat
memandikan ternak harus terbuat dari semen, demikan juga bak penampungan
limbah cair dan kencing dibuat dengan ukuran 3 x 3 m dan kedalaman 1,5 m,
(2) buat kolom penampungan sehingga kencing ternak dan limbah cair lainnya
dapat ditampung. Sebelum kencing dan limbah cair lainnya mencapai kolam,
buang atau pisahkan bahan padat dan dimanfaatkan untuk membuat kompos.
Untuk menyaring bahan padat dapat menggunakan kasa atau jaringan pada ujung
saluran pembuangan, (3) buat bak yang terbuat dari beton atau semen berukuran
2 x 2 m dan kedalaman 1 m. Campur kencing ternak dengan air untuk
mengencerkan sebelum digunakan untuk menyiram tanaman, (4) dapat membuat
saluran pembuangan yang terbuat dari semen atau beton langsung ke lahan
pertanian (Sutanto, 2002).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut
pada bulan Mei hingga Agustus 2015.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu umbi bibit
bawang merah varietas Medan, pupuk kandang ayam, urine sapi, air, fungisida
berbahan aktif Mankozeb dan Azoksistrobin & Difenokozanol, serta bahan lain
yang mendukung penelitian ini.
Alat-alat yang digunakan yaitu cangkul, garu, pisau/cutter, handsprayer,
pacak sampel, meteran, penggaris, timbangan digital, gembor, ember, gayung, tali
plastik, amplop, kalkulator, jangka sorong digital, kamera digital, alat tulis dan
alat lain yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
dengan 2 faktor perlakuan. Faktor-faktor perlakuan tersebut, yaitu:
Faktor I : Pupuk kandang ayam (K) dengan 4 taraf, yaitu :
K0 : Tanpa pupuk kandang ayam

K2 : 2,9 Kg/plot (20 ton/Ha)

K1 : 1,9 Kg/plot (10 ton/Ha)

K3 : 3,9 Kg/plot (30 ton/Ha)

Faktor II : Urine Sapi (U) dengan 4 taraf, yaitu :
U0 : Tanpa urine sapi

U2 : 600 ml/plot

U1 : 500 ml/plot

U3 : 700 ml/plot

Berdasarkan kedua faktor tersebut, maka diperoleh 16 kombinasi perlakuan
sebagai berikut :
K0U0

K1U0

K2U0

K3U0

K0U1

K1U1

K2U1

K3U1

K0U2

K1U2

K2U2

K3U2

K0U3

K1U3

K2U3

K3U3

Jumlah ulangan

: 3 ulangan

Jumlah plot

: 48 plot

Ukuran plot

: 120 x 120 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Jarak antar blok

: 50 cm

Jarak tanam

: 20 x 20 cm

Jumlah tanaman/plot

: 25 tanaman

Jumlah sampel per plot

: 5 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya

: 240 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya : 1200 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan
model umum sebagai berikut :
Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
i : 1, 2, 3

j : 1, 2, 3, 4

k : 1, 2, 3, 4

dimana :
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan
pemberian pupuk kandang ayam taraf ke-j dan urine sapi taraf ke-k
μ

: Nilai tengah

ρi

: Efek blok ke-i

αj

: Efek perlakuan pemberian pupuk kandang ayam pada taraf ke-j

βk

: Efek perlakuan pemberian urine sapi pada taraf ke-k

(αβ)jk : Efek interaksi dari perlakuan pemberian pupuk kandang ayam taraf ke-j
dan perlakuan pemberian urine sapi pada taraf ke-k
εijk

: Galat dari blok ke-i, perlakuan pemberian pupuk kandang ayam pada taraf
ke-j dan perlakuan pemberian urine sapi pada taraf ke-k
Jika dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata,

maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan
pada taraf 5% (Steel dan Torrie, 1993).

PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal dibersihkan dari rerumputan, sisa-sisa tanaman, dan batu-batuan
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dengan menggunakan cangkul,
parang dan alat yang mendukung.
Tanah diolah dengan mencangkul tanah sedalam ± 30 cm dengan cara
membalikkan

tanah,

menghancurkan

dan

menghaluskan

tanah.

Setelah

pengolahan tanah selesai, dilaksanakan penggaruan dan membersihkan areal
pertanaman dari rumput-rumputan kemudian diratakan, lalu dibuat plot-plot
dengan ukuran 120 x 120 cm, jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Selanjutnya lahan dibiarkan selama seminggu.
Persiapan Bahan Tanam
Untuk bahan tanam yang akan dipakai, dipilih bibit dengan berat yang
relatif sama yaitu 5 gram/siung, kemudian kulit yang paling luar yang telah
mengering dibersihkan dari sisa-sisa akar yang masih ada.
Pemupukan
Pemberian pupuk kandang ayam dilakukan satu minggu sebelum tanam
sesuai dengan dosis perlakuan yaitu 0 Kg/plot, 1,9 Kg/plot, 2,9 Kg/plot dan
3,9 Kg/plot. Pupuk kandang ayam dicampurkan secara merata di permukaan tanah
kemudian disiram hingga lembab.
Persiapan Urine Sapi
Urine sapi diperoleh dengan mengumpulkannya dari kandang peternakan
sapi perah. Pakan yang diberikan pada sapi adalah rerumputan. Urine sapi yang
telah dipersiapkan, dimasukkan ke dalam wadah atau ember dan ditutup untuk

mencegah masuknya air, kemudian difermentasikan selama dua minggu tanpa ada
dilakukan penambahan mikroorganisme.
Penanaman
Penanaman dilakukan di lahan dengan ukuran plot 120 x 120 cm, dengan
jumlah bibit di setiap plot ada 25, dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Umbi
dibenamkan ke dalam lubang tanam sampai ujungnya rata dengan permukaan
tanah lalu ditutup tanah dengan tipis.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan seawal mungkin, yaitu satu minggu setelah tanam
untuk mengganti tanaman jika ada yang mati.
Pengaplikasian Urine Sapi
Aplikasi urine sapi diberikan dengan cara menyiram permukaan tanah
di sekeliling tanaman. Pengaplikasian urine sapi dilakukan setelah tanaman
berumur 2 - 7 MST sesuai dengan dosis perlakuan dengan interval satu minggu
sekali.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari dan disesuaikan
dengan kondisi lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma di sekitar
lubang tanam agar perakaran tanaman tidak terganggu, yang disesuaikan dengan
kondisi lapangan. Pembumbunan dilakukan pada umur 4 - 7 MST dengan interval
satu minggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan secara manual pada
terserang

dan

untuk

tanaman

yang

penyakit dilakukan dengan fungisida berbahan aktif

Azoksistrobin & Difenokozanol dengan dosis 1 ml/l air. Penyemprotan fungisida
dilakukan sesuai kondisi tanaman di lahan.
Panen
Panen dilakukan pada umur 70 hari setelah tanam dan saat tanah kering
agar terhindar dari penyakit dengan cara mencabut seluruh tanaman menggunakan
tangan lalu akar dan tanahnya dibersihkan. Pemanenan dilakukan dengan kriteria
panen antara lain adalah 60 - 70% leher daun lemas, daun menguning, umbi padat
tersembul sebagian di atas tanah, dan warna kulit mengkilap.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan menebar/membentang umbi di atas plastik
pada ruangan dengan suhu 27 - 28°C. Pengeringan dilakukan selama satu minggu
setelah dilakukan penimbangan bobot basah.
Peubah Amatan
Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal umbi sampai ke ujung daun
terpanjang. Diamati mulai umur 3 MST hingga 7 MST. Data diambil dengan
interval 1 minggu.
Jumlah Daun per Rumpun (helai)
Dihitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan untuk setiap
rumpunnya. Diamati mulai umur 3 MST hingga 7 MST. Data diambil dengan
interval 1 minggu.

Jumlah Anakan per Rumpun (anakan)
Dihitung jumlah anakan yang terbentuk dalam satu rumpun. Diamati mulai
umur 3 MST hingga 7 MST. Data diambil dengan interval 1 minggu.
Diameter Umbi per Sampel (mm)
Diameter umbi per sampel diukur setelah tanaman selesai dipanen, dengan
syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun dipotong sekitar 1 cm dari
umbi. Semua umbi diukur diameternya dengan menggunakan alat jangka sorong.
Bobot Basah Umbi per Sampel (g)
Bobot basah umbi per sampel ditimbang setelah dipanen, dengan syarat
umbi