2. Perolehan jaminan pentaatan 3. Pertanggungjawaban keuangan
4. Perlindungan terhadap pertanggungjawaban pegawai Variabel ini diukur berdasarkan jawaban atas ketersediaan laporan audit
kinerja lingkungan hidup perusahaan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Susilo 2008 melakukan penelitian yang berjudul Green Accounting Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi Kasus Antara Kabupaten Sleman Dan Kabupaten
Bantul. Penelitian ini berfokus pada empat aspek lingkungan yaitu kesadaran lingkungan environmental awareness, keterlibatan lingkungan environmental
involvement, akuntansi lingkungan environmental accounting, dan pengauditan lingkungan environmental audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua kota
tersebut memiliki kesadaran mengenai isu-isu lingkungan dan memiliki komitmen tinggi terhadap lingkungan. Komitmen yang tinggi tersebut ditunjukkan dari
kesediaan pemerintahnya untuk melakukan pelaporan dan audit lingkungan. Akan tetapi, pelaporan lingkungan yang dimaksud kedua kota tersebut masih berupa
pelaporan yang bersifat kualitatif yang sangat berbeda dengan akuntasi lingkungan. Kota Sleman dan Bantul belum melakukan pelaporan yang bersifat kuantitatif. Hasil
pengujian dengan menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara Kota Sleman and Bantul dalam hal keadaan yang mendorong
terjadinya keterlibatan, pelaporan, dan pengauditan lingkungan.
Yousef 2003 melakukan penelitian yang berjudul Green accounting in developing countries: the case of U.A.E. and Jordan, Managerial Finance,
Penelitian ini berfokus pada tiga aspek lingkungan, kesadaran lingkungan, keterlibatan lingkungan, dan pelaporan lingkungan. Negara-negara maju telah
mencapai banyak kemajuan dalam bidang ini. Negara-negara berkembang seperti Yordania dan U.A.E. masih dalam tahap awal. Dua sampel pengambil keputusan
perusahaan di negara-negara yang digunakan untuk memeriksa aspek di atas. Hasil menunjukkan bahwa mereka menyadari masalah perlindungan lingkungan, namun
komitmen mereka terhadap perlindungan lingkungan masih rendah. Beberapa dari mereka melaporkan kinerja lingkungan mereka. Hasil Mann-Whitney menunjukkan
tes yang tidak ada perbedaan antara Yordania dan UEA dalam hal keadaan yang mengarah ke lingkungan, kesadaran lingkungan dan keterlibatan.
Lindrianasari 2007 melakukan penelitian yang berjudul Hubungan antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas Pengungkapan Lingkungan dengan Kinerja
Ekonomi Perusahaan di Indonesia. Peneliti mengungkapkan bahwa karena
pengukuran kinerja dilakukan oleh pihak pemerintah yang tidak mempertimbangkan laporan keuangan perusahaan, maka penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana keefektifan laporan keuangan perusahaan dan informasi pengungkapan lingkungan dilaporan tahunan perusahaan dalam menjelaskan kinerja lingkungan
perusahaan tersebut. Sampel yang diambil sejumlah 88 perusahaan, yang sebelumnya diambil dengan mempertimbangkan cluster
masing-masing perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa meskipun kinerja lingkungan dan kualitas
pengungkapan lingkungan memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja ekonomi, namun hubungan tersebut tidak memiliki nilai keberartian yang cukup.
Cahyono 2002 terhadap perusahaan tekstil, jamu dan kosmetik, sabun mandi, pupuk dan gas sebagai perusahaan yang rentan terhadap lingkungan di Kota
Semarang, hasilnya mengindikasikan bahwa sejumlah 66,7 dari perusahaan yang menjadi responden tidak berperan aktif dalam pembentukan Undang-undang
Peraturan mengenai lingkungan, baik secara individu maupun melalui asosiasi. Hasil lain mengindikasikan pula bahwa sebanyak 66,7 dari responden belum pernah
mengikuti penyuluhan tentang Analisis mengenai Dampak Lingkungan AMDAL. Lebih lanjut, fakta empirik ini juga menunjukkan rendahnya tindakan proaktif
perusahaan dalam menciptakan kepedulian terhadap lingkungan.
2.3 Kerangka Pemikiran