Pengaruh Penerapan Green Accounting Terh (1)

Pengaruh Penerapan Green
Accounting Terhadap Profitabilitas
Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
ABSTRAK
Setiap perusahaan didirikan untuk memperoleh keuntungan. Industri sebagai
salah satu sektor penting dalam pertumbuhan ekonomi dapat menimbulkan
dampak yang bersifat negative maupun positif bagi daerah sekitarnya.
Manakala gerakan peduli lingkungan (green movement) melanda dunia, dari
sini berkembanglah ilmu ekonomi yang tidak hanya merangkum informasi
tentang perusahaan dengan pihak ketiga tetapi juga dengan lingkungannya.
Sehingga muncullah istilah yang dinamakan green accounting atau akuntansi
lingkungan (environmental accounting). Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh penerapan Green Accounting yang terdiri dari
environmental performance, environmental reporting, green product,
environmental activity terhadap profitabilitas dengan indikator NPM (Net
Profit Margin). Objek penelitian adalah 20 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder berupa laporan keuangan, CSR dan PROPER yang dipublikasikan
oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Data dianalisis menggunakan analasis
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa environmental

reporting dan environmental activity secara signifikan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Sedangkan environmental performance dan green
product tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengaruh dari kerusakan alam terhadap kehidupan manusia telah memunculkan
serangkaian tindakan serius dari masyarakat dunia untuk melakukan upaya pencegahan dampak
kerusakan lingkungan alam secara lebih luas. Contoh kecil dari tindakan manusia sebagai upaya
global mengurangi dampak kerusakan lingkungan adalah dengan mengurangi perubahan iklim.
Inilah salah satu contoh tindakan yang mempelopori mengapa para pemerhati lingkungan,
pebisnis dan pemerintah mengubah cara pikir mereka dari hanya peduli akan laba tetapi juga
mulai peduli terhadap lingkungan yang menjadi sumber daya utama bagi usaha mereka. Dari
upaya merawat lingkungan tersebut akan timbul pengaruh terhadap bidang akuntansi di
Indonesia dengan munculnya istilah Green Accounting.
Konsep akuntansi lingkungan atau green accounting sebenarnya sudah mulai
berkembang sejak tahun 1970-an di Eropa, diikuti dengan mulai berkembangnya penelitianpenelitian yang terkait dengan isu green accounting tersebut di tahun 1980-an (Bebbington,
1997; Gray, dkk., 1996). Di negara-negara maju seperti yang ada di Eropa (Roussey, 1992)
Jepang (Djogo, 2006) perhatian akan isu-isu lingkungan ini berkembang pesat baik secara teori
maupun praktik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya peraturan terkait dengan lingkungan ini.

Green accounting adalah jenis akuntansi lingkungan yang menggambarkan upaya untuk

menggabungkan manfaat lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi atau
suatu hasil keuangan usaha. Green Accounting menggambarkan upaya untuk menggabungkan
manfaat

lingkungan dan biaya ke dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Green

accounting berkaitan dengan informasi lingkungan dan sistem audit lingkungan. Peran

utama green accounting adalah untuk mengatasi masalah lingkungan sosial dan mungkin
memiliki dampak pada pencapaian pembangunan berkelanjutan dan lingkungan di negara
manapun dan mempengaruhi perilaku perusahaan dalam menghadapi isu-isu tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Selain itu, green accounting juga digunakan sebagai upaya perusahaan
untuk

membantu


dalam

mencapai

kepada stakeholder perusahaan.

tujuan

perusahaan

terhadap

tanggung

jawab

Pengungkapan akuntansi lingkungan di negara-negara berkembang memang masih sangat
kurang. Banyak penelitian yang berkembang di area

social


accounting

disclosure

memperlihatkan bahwa pihak perusahaan melaporkan kinerja lingkungannya masih sangat
terbatas. salah satu faktor keterbatasan itu adalah lemahnya sangsi hukum yang berlaku di negara
tersebut. Akuntansi lingkungan kerapkali dikelompokkan dalam wacana akuntansi sosial. Hal ini
terjadi karena kedua diskursus tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menginternalisasi
eksternalitas (lingkungan sosial dan lingkungan ekologis), baik positif maupun negatif, ke dalam
laporan keuangan perusahaan. Serupa dengan akuntansi sosial, akuntansi lingkungan juga
menemui kesulitan dalam pengukuran nilai cost and benefit eksternalitas yang muncul dari
proses industri.

Demikian pula dengan praktik akuntansi lingkungan di Indonesia sampai saat ini juga
belum efektif. Cepatnya tingkat pembangunan di masing-masing daerah dengan adanya otonomi
ini terkadang mengesampingkan aspek lingkungan yang disadari atau tidak pada akhirnya akan
menjadi penyebab utama terjadinya permasalahan lingkungan. Para aktivis lingkungan di
Indonesia


menilai kerusakan

lingkungan

yang

terjadi selama

ini disebabkan oleh

ketidakkonsistenan pemerintah dalam menerapkan regulasi. Ketidakkonsistenan pemerintah
misalnya mengabaikan regulasi mengenai tata ruang. Kawasan yang seharusnya menjadi
kawasan lindung dijadikan kawasan industri, pertambangan dan kawasan komersial lain.
Otonomi daerah telah mengubah kewenangan bidang lingkungan menjadi semakin terbatas di
tingkat kabupaten/kota. Tanpa kontrol yang kuat dari pemerintah pusat atau provinsi, potensi
kerusakan lingkungan akan semakin besar.

Sebuah perusahaan dikatakan memiliki kepedulian terhadap permasalahan lingkungan
hidup jika perusahaan tersebut memiliki perhatian terhadap permasalahan lingkungan hidup di
sekitarnya. Berikutnya, perusahaan dikatakan memiliki perhatian yang baik manakala

perusahaan tersebut mempunyai keterlibatan dalam kegiatan peduli lingkungan hidup ataupun
konservasinya. Hal ini harus diikuti dengan pelaporan akuntansi lingkungan yang ada di
perusahaan. Tahapan akhir dari wujud kepedulian ini adalah adanya audit lingkungan yang
dengannya efektivitas dan efisiensi dari program peduli lingkungan tersebut diukur.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam penelitian ini ada beberapa rumusan masalah
yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan akuntansi lingkungan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti
Fatimah ?
2. Apakah Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak Siti Fatimah telah menerapkan sistem
akuntansi lingkungan sebagai pertanggungjawaban sosial kepada masyarakat, khususnya dalam
pengelolaan limbah dan lingkungan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku ?

1.3 Tinjauan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini dijabarkan sebagai berikut :
1. Mengetahui penerapan akuntansi lingkungan di Rumah Sakit Khusus Daerah Ibu dan Anak
Siti Fatimah.
2. Untuk mengetahui pengolahan limbah dan lingkungan yang di terapkan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku.


2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Green Accounting
Green accounting adalah jenis akuntansi yang mencoba untuk menghubungkan

faktor biaya lingkungan ke dalam hasil kegiatan usaha perusahaan. Seperti diketahui
bahwa produk domestik bruto mengabaikan lingkungan dalam pembuatan keputusan.
Dalam Environmental Accounting Guidelines yang dikeluarkan oleh menteri lingkungan
Jepang

(2005:3)

dinyatakan

bahwa

akuntansi

lingkungan


mencakup

tentang

pengidentifikasian biaya dan manfaat dari aktivitas konservasi lingkungan, penyediaan
sarana atau cara terbaik melalui pengukuran kuantitatif, serta untuk mendukung proses
komunikasi yang bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan,
memelihara hubungan yang menguntungkan dengan komunitas dan meraih efektivitas
dan efisiensi dari aktivitas konservasi lingkungan. Ditambahkan pengertian dari US EPA
(1995) akuntansi lingkungan sebagai aspek dari sisi akuntansi manajemen, mendukung
keputusan manajer bisnis dengan mencakup penentuan biaya, keputusan desain produk
atau proses, evaluasi kinerja serta keputusan bisnis lainnya.

B. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu tindakan atau konsep yang
dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan perusahaan tersebut) sebagai bentuk
tanggungjawab mereka terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan fenomena strategi perusahaan yang
mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era

dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting
daripada sekedar profitability. Menurut International Finance Corporation Komitmen
dunia bisnis untuk memberi kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan
melalui kerjasama dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat
luas untuk meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis
maupun pembangunan.

C. Fungsi Green Accounting

1. Fungsi Internal
Sebagai salah satu tahap dalam sistem informasi lingkungan perusahaan, fungsi
internal memungkinkan untuk mengatur biaya konservasi lingkungan dan
menganalisa biaya lingkungan dengan manfaatnya, dan meningkatkan efektivitas dan
efisiensi aktivitas konservasi lingkungan terkait dengan keputusan yang dibuat.
Akuntansi lingkungan dapat berfungsi sebagai alat manajemen yang digunakan
manajer dan unit bisnis terkait.

2. Fungsi Eksternal
Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kuantitatif dari kegiatan konservasi
lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mempengaruhi

keputusan stakeholder, seperti konsumer, mitra bisnis, investor, dan masyarakat lokal.
Diharapkan bahwa publikasi dari akuntansi lingkungan dapat memenuhi tanggung
jawab perusahaan dalam akuntabilitas stakeholderdan digunakan untuk evaluasi dari
konservasi lingkungan. Intinya adalah bahwa akuntansi lingkungan bertujuan untuk
meningkatkan jumlah informasi yang relevan yang dibuat untuk pihak yang
memerlukan dan dapat digunakan. Kesuksesan dari akuntansi lingkungan tidak
tergantung dari bagaimana perusahaan mengklasifikasikan biaya yang terjadi di
perusahaan.

D. Jenis Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan dari sisi pengguna dibedakan menjadi tiga jenis (Fasua 2011)

1. Laba Akuntansi Nasional
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi pendapatan nasional mengacu pada
akuntansi sumber daya alam, menyajikan informasi statistik suatu negara tentang
kualitas dan nilai konsumsi sumber daya alam, yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan.

2. Akuntansi Keuangan


Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi keuangan mengacu pada penyusunan
laporan akuntabilitas lingkungan untuk pengguna eksternal disesuaikan dengan
prinsip akuntansi berterima umum.

3. Akuntansi Manajemen
Akuntansi lingkungan dalam konteks akuntansi manajemen mengacu pada proses
bisnis dengan pertimbangan penentuan biaya, keputusan investasi modal, dan
evaluasi kinerja yang terkait dengan pelestarian lingkungan.

E. Konsep Green Accounting
Konsep sistem akuntansi lingkungan dapat diterapkan oleh perusahaan dalam
skala yang besar maupun skala kecil dalam setiap industri dalam sektor manufaktur dan
jasa. Penerapan akuntansi lingkungan harus dilakukan dengan sistematis atau didasarkan
pada kebutuhan perusahaan. Keberhasilan dalam penerapan akuntansi lingkungan terletak
pada komitmen manajemen dan keterlibatan fungsional. Sebuah perusahaan tidaklah
terlepas dari tanggung jawab lingkungan, karena itu diperlukan suatu cara untuk
mengintegralkan biaya lingkungan misalnya konsep eksternalitas dimana konsep ini
melihat dampak langsung aktivitas suatu entitas terhadap lingkungan sosial, non-sosial
dan ekologis. Langkah awal yang dapat dilakukan terkait biaya lingkungan adalah dengan
mengategorikan jenis biaya terkait dengan memerhatikan beberapa aspek seperti lokasi
situs limbah, jenis limbah berbahaya, metode pembuangan, dan lainnya. Biaya
lingkungan mengandung biaya yang eksplisit dan implisit. Biaya implisit seperti biaya
yang timbul akibat potensi kewajiban yang muncul.
Sistem penilaian biaya lingkungan dapat membantu memperbaiki keputusankeputusan yang terkait dengan keputusan bauran produk, pemilihan input produksi,
penilaian pencegahan pencemaran, evaluasi pengelolaan limbah serta penentuan harga
produk. Terdapat beberapa cara untuk mengetahui biaya-biaya lingkungan perusahaan
yaitu dengan mengadopsi sistem akuntansi konvensional, activity based costing, full cost
accounting dan total cost assessment

F. Peraturan Yang Terkait Dengan Green Accounting

1. Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 entang Pengelolaan Lingkungan Hidup. UU ini
mengatur tentang kewajiban setiap orang yang berusaha atau berkegiatan untuk
menjaga, mengelola, dan memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
lingkungan hidup. Akibat hukum juga telah ditentukan bagi pelanggaran yang
menyebabkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
2. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. UU ini mewajibkan
bagi perseroan yang terkait dengan sumber daya alam untuk memasukkan
perhitungan tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai biaya yang dianggarkan
secara patut dan wajar. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No: KEP134/BL/2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau
Perusahaan Publik. UU ini mengatur mengenai kewajiban laporan tahunan yang
memuat Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) harus menguraikan
aktivitas dan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 32 (Akuntansi Kehutanan) dan
No. 33 (Akuntansi Pertambangan Umum). Kedua PSAK ini mengatur tentang
kewajiban perusahaan dari sektor pertambangan dan pemilik Hak Pengusaha Hutan
(HPH) untuk melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan keuangan.

G. Sifat Dasar Akuntansi Lingkungan

1. Relevan.
Akuntansi lingkungan harus memberikan informasi yang valid terkait dengan
manfaatbiaya pelestarian yang dapat memberikan dukungan dalam pengambilan
keputusan stakeholder . Namun, pertimbangan harus diberikan kepada materialitas
dan signifikansi dari relevansi. Dalam akuntansi lingkungan, materialitas ditempatkan
pada aspek kuantitas dan signifikansi ditempatkan pada aspek kualitas. Dari sudut
pandang materialitas, perhatian diberikan kepada dampak kuantitatif dari data yang
dinyatakan dalam nilai moneter atau unit fisik. Sedangkan signifikansi berfokus pada
kualitas informasi dari sudut pandang pelestarian lingkungan atau dampak masa
depan yang dibawanya.
2. Handal
Akuntansi lingkungan harus menghilangkan data yang tidak akurat atau bias dan
dapat memberikan bantuan dalam membangun kepercayaan dan keandalan
stakeholder . Pengungkapan data akuntansi lingkungan harus akurat dan tepat mampu

mempresentasikan manfaat-biaya serta tidak menyesatkan. Pengungkapan informasi
akuntansi lingkungan seharusnya tidak hanya menjadi formalitas belaka dari sekedar
memenuhi persyaratan undang-undang yang berlaku. Bila perlu, perusahaan harus
menentukan metode yang tepat dan sesuai dengan pengungkapan dan secara akurat
dapat menggambarkan kegiatan lingkungan yang sebenarnya sedang dilakukan.
Dalam hal pengungkapan informasi tersebut tidak sepenuhnya dikomunikasikan
ketika mengikuti format yang ditetapkan oleh undangundang yang berlaku, informasi
tambahan yang diperlukan harus disediakan untuk lebih menjelaskan realitas secara
lengkap. Ruang lingkup akuntansi lingkungan harus diperluas ke semua hal yang
bersifat material dan signifikan untuk semua kegiatan pelestarian lingkungan.
3. Mudah dipahami
Dengan tujuan pengungkapan data akuntansi lingkungan yang mudah untuk
dipahami, akuntansi lingkungan harus menghilangkan setiap kemungkinan timbulnya
penilaian yang keliru tentang kegiatan perlindungan lingkungan perusahaan. Untuk
memastikan bahwa informasi yang diungkapkan mudah dipahami bagi para

pemangku kepentingan, kata-kata harus dibuat sesederhana mungkin. Tidak peduli
seberapa kompleks kandungan informasinya, sangat perlu untuk mengungkapkan
semua hal yang dianggap penting.
4. Dapat dibuktikan
Data akuntansi lingkungan harus diverifikasi dari sudut pandang objektif. Informasi
yang dapat dibuktikan adalah hasil yang sama dapat diperoleh bila menggunakan
tempat, standar, dan metode yang persis sama dengan yang digunakan oleh pihak
yang menciptakan data.

H. Ruang Lingkup Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan bertujuan mengukur biaya dan manfaat sosial sebagai
akibat dari aktivitas perusahaan dan pelaporan prestasi perusahaan Akuntansi lingkungan
adalah sebuah alat fleksibel yang dapat diterapkan dalam skala penggunaan dan cakupan
ruang lingkup yang berbeda. Skala yang digunakan tergantung dari kebutuhan,
kepentingan, tujuan, dan sumber daya perusahaan. Permasalahan dalam menentukan
ruang lingkup akuntansi lingkungan adalah bagaimana perusahaan dapat menentukan
biaya lingkungan yang muncul akibat aktivitas bisnisnya yang mana biaya tersebut
terkadang tidak dapat diukur secara akuntansi. Semakin luas cakupannya perusahaan
mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengukurnya.

I. Biaya Perlindungan Lingkungan

Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara, termasuk Indonesia
masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan seperti halnya pada
penerbitan financial reporting (Utama, 2006 dalam Suryono dan Prastiwi 2011). Bila
dikaitkan dengan tanggung jawab entitas dalam upaya pelestarian lingkungan, maka
PSAK tersebut belum mengakomodasinya secara totalitas. Ada dua hal penting yang
perlu didiskusikan, yaitu:

1. Pengungkapan

masih

bersifat

sukarela.

Perusahaan

terlebih

dahulu

akan

mempertimbangkan manfaat dan biaya atas pengungkapan informasi lingkungan. Jika
manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan, maka perusahaan
dengan sukarela akan mengungkapkan informasi tersebut (Darwin, 2004). Hal ini
berimplikasi pula pada luas dan kedalaman pengungkapan informasi lingkungan. Jika
informasi tersebut bersifat „bad news‟ maka perusahaan mempertimbangkan untuk
tidak mengungkapkan hal tersebut
2. Akuntansi lingkungan belum dianggap sebagai bagian integral dalam operasional
perusahaan, sehingga beban lingkungan yang timbul tidak diperlakukan sebagai
tambahan harga pokok produksi dan atau tambahan biaya operasional tidak langsung.
Padahal, pada hakekatnya biaya lingkungan adalah biaya yang muncul akibat
kegiatan proses produksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menghasilkan
barang atau jasa. Bila perusahaan tidak melakukan kegiatan produksi, maka biaya
lingkungan ini tidak akan muncul.

Dalam akuntansi lingkungan, terdapat beberapa komponen pembiayaan yang
harus dihitung, misalnya (Handayani 2010)
1. Biaya operasional bisnis yang terdiri dari biaya depresiasi fasilitas lingkungan, biaya
memperbaiki fasilitas lingkungan, jasa atau fee kontrak untuk menjalankan kegiatan
pengelolaan lingkungan, biaya tenaga kerja untuk menjalankan operasionalisasi
fasilitas pengelolaan lingkungan, serta biaya kontrak untuk pengelolaan limbah
(recycling)
2. Biaya daur ulang limbah
Biaya penelitian dan pengembangan (research and development) yang terdiri dari
biaya total untuk material, tenaga ahli, dan tenaga kerja lain untuk pengembangan
material yang ramah lingkungan, produk dan fasilitas pabrik

DAFTAR PUSTAKA
● Asri,Marselinus, Idiosyncratic Volatility and stock prices(May 24,2017).
● Kusumaningtias, Rohmawati (2013) Green Accounting, mengapa dan bagaimana.
● Fatmawati, Devia Green Accounting (Akuntansi lingkungan)