Kemustahilan ketiadaan Pra-asumsi Interpretasi

kali muncul kedalam keberadaannya”. Inilah makna di mana perkataan Heidegger yang lebih terkenal “Bahasa merupakan tempat tinggal keberadaan” harus diinterpretasikan.

e. Kemustahilan ketiadaan Pra-asumsi Interpretasi

Harapan akan interpretasi “tanpa prasangka dan pra-asumsi” pada pokoknya terletak pada permukaan operasional cara memahami. Apa yang muncul dari “obyek” adalah apa yang memungkinkan seseorang untuk menampakkan dan mentematisasikan dunia terhadap karyanya dalam pemahamannya yang akan mengarah pada pencerahan. Adalah naïf untuk mengasumsikan “Apa yang sesungguhnya ada” merupakan “Bukti dari”. Makna yang sebenarnya dari apa yang diasumsikan sebagai bukti diri terletak pada suatu bentuk pra-asumsi yang tidak di perhatikan, yang ada dalam setiap konstruksi interpretasi oleh penafsir yang “Obyektif” dan “Tanpa pra-asumsi”. Bentuk pra asumsi yang sudah di tentukan dan dijamin inilah yang diungkap Heidegger dalam analisisnya terhadap pemahaman. Dalam interpretasi sastra, ini bermakna bahwa penafsir yang “Tidak memiliki pra- asumsi” sama sekali terhadap sebuah teks lirik puisi memiliki asumsi sebelumnya. Bahkan ketika ia mendekati sebuah sebuah teks, ia berkemungkinan melihatnya sebagai sebuah bentuk teks tertentu, katakanlah sebuah lirik, dan pada saat itu ia telah menempatkan dirinya dalam postur yang ia interpretasikan untuk menjadi tepat terhadap sebuah teks tertentu tersebut. Perjumpaannya dengan sebuah karya tidaklah dalam konteks diluar ruangan dan waktu yang khusus. Sebagai misal, terdapat sebuah alasan mengapa ia berdalih pada teks ini dan tidak pada teks lainnya, dan dengan begitu ia mendekati teks tersebut dengan mempertanyakannya, tidak dengan keterbukaan yang kosong. Dengan begitu, penting untuk diingat bahwa pra-struktur pemahaman tidaklah sesederhana bentuk kesadaran yang selalu muncul pada dunia yang sudah ditentukan. Melihat dalam cara ini akan terjerumus kembali kedalam model interpretasi subyek-obyek sesungguhnya yang di analisis Heidegger sebagai hal yang mentransenden. Lebih dari itu, pra-struktur muncul dalam konteks dunia yang sudah mencakup subyek dan obyek. Heidegger menggambarkan pemahaman dan interpretasi dengan cara ini adalah untuk menempatkannya sesuai dengan dikotomi subyek-obyek. Ia mendiskusikan bagaimana sesuatu itu dengan sendirinya masuk dalam pandangan melalui makna, pemahaman, dan interpretasi. Ia mendiskusikan apa yang dapat di sebut dengan struktur ontologis pemahaman. Sebagai konsekuensinya, hermeneutic sebagai sebuah teori pemahaman, sesungguhnya merupakan teori pengungkapan ontologis. Karena keberadaan manusia itu sendiri merupakan proses pengungkapan ontologis, Heidegger tidak akan mengizinkan kita untuk melihat problem hermeneutic terpisah dari eksistensi manusia. Dengan demikian, hermeneutic dalam pemikiran Heidegger merupakan teori fundamental tentang bagaimana pemahaman muncul dalam keberadaan manusia. Analisisnya mengawinkan hermeneutika dengan ontology eksistensial dan fenomonologi, dan analisisnya mengarah pada suatu landasan bagi hermeneutika tidak dalam subyektifitasnya namun dalam fakta dunia dalam historisitas pemahaman.

f. Karakter Derivatif Pernyataan