Awal paragraf disebut paragraf deduktif Contoh: Akhir paragraf disebut paragraf induktif Contoh: Awal dan di akhir paragraf disebut paragraf deduksi- induksicampuran kombinasi Di tengah paragraf disebut paragraf ineratif Contoh: Tanpa kalimat utama

Kesehatan 5

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran: Anda diharapkan dapat menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel melalui membaca intensif. Menemukan ide pokok dan permasalahan dalam artikel Membaca secara sungguh-sungguh, teliti, dan kritis untuk menemukan isi sebuah bacaan adalah jenis membaca intensif. Begitulah cara kita mencari ide pokok atau permasalahan dalam paragraf artikel. Mengapa harus ide pokoknya yang dicari? Ide pokok mewakili gagasan penulisnya. Dengan memahami ide pokok, sebenarnya kita telah menguasai permasalahan dalam bacaan itu. Bagaimana dengan detail atau rincian atau hal-hal khusus di dalamnya? Menurut para pakar, membaca dengan memahami ide pokok secara otomatis masalah detail terurusi dan terkuasai. Selain itu, bukankah yang akan kita ingat untuk jangka panjang adalah gagasan atau ide pokoknya, bukan hal-hal kecilnya? Letak ide pokok paragraf sebuah bacaan, termasuk artikel, biasanya bervariasi dengan kemungkinan sebagai berikut.

1. Awal paragraf disebut paragraf deduktif Contoh:

Faktanya, obat palsu sangat sulit dibedakan dari yang asli. Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama.

2. Akhir paragraf disebut paragraf induktif Contoh:

Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan antara obat palsu dan asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu memang sangat sulit dibedakan dari yang asli.

3. Awal dan di akhir paragraf disebut paragraf deduksi- induksicampuran kombinasi

Contoh: Obat-obatan palsu yang beredar di masyarakat tidak mudah dibedakan dari obat asli. Jangankan masyarakat awam, dokter, atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program IPA dan IPS 6 sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama. Faktanya, obat palsu memang sangat sulit dibedakan dari yang asli.

4. Di tengah paragraf disebut paragraf ineratif Contoh:

Jangankan masyarakat awam, dokter atau mereka yang ahli dalam bidang obat-obatan pun sulit membedakan mana obat palsu dan mana yang asli. Faktanya, obat palsu sangat sulit dibedakan dari yang asli. Tidak hanya kemasannya yang tampak sama. Warna obatnya juga sangat mirip obat asli. Bahkan, bau dan rasanya nyaris sama.

5. Tanpa kalimat utama

Semua kalimat secara bersama mendukung satu gagasan disebut paragraf naratif jika sifatnya menceritakan kejadian atau deskriptif jika sifatnya menggambarkanmelukiskan objek; ide pokok di seluruh paragraf. Contoh: Di pasaran banyak beredar obat berupa tablet. Tidak sedikit pula yang berbentuk kaplet. Dalam wujud cair pun tidak sulit ditemukan. Bahkan, obat isap sudah mulai digemari. Semula masyarakat tidak ambil pusing terhadap kabar merebaknya obat palsu. Bagi mereka sulit membayangkan bagaimana obat bisa dipalsukan. Belakangan media massa semakin sering memberitakan. Bahkan, ada pengedarnya yang tertangkap dan mengakui perbuatannya. Tak pelak, masyarakat pun dibuat resah. YLKI, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pun, memelopori unjuk rasa mengecam peredaran obat palsu. 1. Bacalah dengan intensif artikel berikut ini. Tentukan ide pokok setiap paragrafnya 2. Bahas hasilnya dengan teman Uji Kompetensi 1.3 Kesehatan 7 Diplomasi Flu Burung Yuny Erwanto Dosen Fakultas Peternakan UGM Pemberitaan flu burung yang bertubi-tubi secara nasional di berbagai media cetak telah memberikan kesan betapa berat dan besarnya masalah ini. Masyarakat secara luas diajak untuk khawatir dan takut dengan kasus flu burung ini. Akibatnya tidak hanya dirasakan masyarakat itu sendiri namun dunia peternakan yang dianggap sebagai pembawa wabah ini juga terbebani. Kasus di Indonesia menunjukkan flu burung justru menimpa banyak orang umum dan bukan pekerja kandang. Hal tersebut kalau kita identifikasi lebih lanjut menjadi sebuah pertanyaan besar. Begitu mudahkah virus H5N1 berpindah ke manusia ataukah ada faktor-faktor lain dari kasus kematian manusia sedangkan flu burung hanya menjadi pendorong ke arah kematian? Virus ini sebenarnya tidak menjadikan manusia sebagai habitat untuk hidup. Artinya, tumbuh optimalnya pada ayam, itik, dan unggas yang lain. Untuk dapat berpindah ke manusia ini masih menjadi tanda tanya besar apakah melalui perantara atau langsung. Perlu diketahui bahwa virus ini perlu media pelekatan sehingga dia tidak mampu terbang melalui udara langsung masuk ke saluran pernapasan. Melalui menempel di tangan, virus ini kemudian masuk saluran pernapasan. Jadi kekhawatiran yang berlebihan tidak diperlukan selama masyarakat membiasakan membersihkan badannya setelah berhubungan dengan unggas dengan detergen. Mengapa besar? Kasus flu burung di negara-negara lain tidak menjadi besar sebagaimana di Indonesia. Ini menarik untuk menjadi bahan pengkajian dan perenungan apakah kebijakan pemerintah sudah benar dalam mengendalikan kasus flu burung atau sebaliknya. Dalam mengendalikan permasalahan ini sebenarnya ada dua permasalahan besar. Pertama adalah masalah teknis penanggulangan dan kedua adalah diplomasi. Pada era sebelum SBY, walaupun sudah diketahui adanya kasus flu burung, pola penanganannya cenderung hanya dilakukan oleh departemen terkait. Keuntungan yang diperoleh adalah masalahnya tidak sampai muncul di media secara meluas. Kerugiannya adalah dananya sangat terbatas, sehingga penyelesaiannya tidak tuntas. Pada era pemerintahan SBY, presiden ditarik untuk ikut menyelesaikannya. Dengan naiknya kasus flu burung kepada RI 1 maka mau tidak mau pemberitaan kasus flu burung menjadi berita yang besar. Sehingga setiap sakit flu disertai demam dan sesak selalu dihubungkan dengan flu burung walaupun belum positif terkena virus H5N1. Akibatnya, masyarakat makin khawatir. Padahal permasalahan di daerah tropis seperti Indonesia penyakit infeksi saluran pernapasan menduduki peringkat yang tinggi. Akibatnya yang menjadi pendiagnosis adalah masyarakat umum dan media massa dengan menanyakan ke sana kemari. Karena belum pasti, akhirnya diberitakan sebagai suspect flu burung. Tentu hal tersebut tidak menyelesaikan masalah namun justru merugikan dalam pola penanggulangan dan pengendalian flu burung secara nasional. Di samping kerugian tentu ada keuntungan-keuntungan yang diperoleh misalkan kucuran dana dari dunia internasional sehingga menjadi pekerjaan besar dan proyek besar bagi instansi dan orang-orang tertentu. Dana yang besar juga bermanfaat untuk menanggulangi flu burung secara menyeluruh dan berkesinambungan. Sayang, sampai saat ini masalah flu burung belum ada tanda-tanda akan berakhir. Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMAMA Kelas XII Program IPA dan IPS 8 Diplomasi dan langkah teknis Untuk itu ada dua pendekatan yang seharusnya dapat segera dilakukan pemerintah, yaitu satu sisi dengan diplomasi flu burung dan sisi yang lain penanggulangan teknis oleh departemen terkait. Langkah diplomasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan harusnya oleh SBY atau JK karena masalahnya sudah sedemikian membesar adalah segera memberikan informasi bahwa flu burung bukanlah masalah besar dan cara penularannya ke manusia tidak mudah. Kasus kematian di dunia yang masih berkisar 150 masih sangat jauh dibanding kematian manusia karena HIV yang di Amerika saja mencapai 18.017 orang pada tahun 2003 dari 43.171 pasien HIV. SBY harus menyuarakan di forum internasional bahwa Indonesia mampu secara mandiri menanggulangi kasus flu burung. Indikasi yang terjadi dengan kasus flu burung diangkat ke dunia internasional agar ’dikasihani’, menjadikan kasus tersebut betul-betul menakutkan dan mengkhawatirkan. .... Republika, 3 Februari 2007

D. Menulis