Penilaian Pengetahuan Bentuk Teknik Penilaian: Tes Tertulis Uraian Penilaian Ketrampilan Bentuk Teknik Penilaian: Portofolio

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 81

4. Penilaian Ketrampilan Bentuk Teknik Penilaian: Portofolio

Membuat motto yang mengungkapkan penghayatan akan kesederajatan perempuan dan laki-laki. Instrumen Penilaian : No Aspek yang dinilai Skor 1. Motto menarik dirumuskan dalam bahasa yang padat dan singkat, mengandung ajakan yang jelas. 50 2. Sesuai dengan tema yang ditentukan. 10 3. Tampilan menarik tata letak, tata warna. 20 Skor Total 80 Nilai akhir: Skor yang diperoleh x 100 = Skor maksimal PENGAYAAN Bagi peserta didik yang telah menuntaskan Kompetensi Dasar dalam Bab ini, dapat diberikan pengayaan melalui salah satu kegiatan berikut. a. Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka ke perpustakaan atau mencari di koran, majalah, dan browsing internet untuk menemukan ar- tikel yang menunjukkan tentang kesederajatan perempuan dan laki-laki, mis- alnya dalam bidang pendidikan atau pekerjaan. b. Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi rangkuman singkat dari artikel tersebut. REMEDIAL Bagi peserta didik yang belum menuntaskan Kompetensi Dasar dalam bab ini, dapat diberikan remedial melalui salah satu kegiatan berikut. a. Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami. b. Berdasarkan hal-hal yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajari kembali dengan memberikan bantuan peneguhan-pe- neguhan yang lebih praktis. c. Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan per- tanyaan yang lebih sederhana. 82 Buku Guru Kelas VII SMP Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 83 Manusia yang diciptakan oleh Allah sebagai pribadi unik, baik sebagai perempuan maupun laki-laki, dalam perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa membutuh kan orang lain dan tak dapat hidup tanpa bantuan sesama. Itulah sebabnya manusia disebut makhluk sosial. Ada empat lingkup hidup tempat manusia bertumbuh dan berkembang, yakni keluarga, jemaat Gereja, sekolah, dan masyarakat. Masing-masing lingkup memberi peran dan pengaruh secara khas. Dalam bab ini, kita akan mencoba untuk melihat dan menyadari kembali sumbangan keempat lingkup hidup itu. Dengan demikian, diharapkan peserta didik dapat semakin mampu bersikap positif terhadap keempat lingkup tersebut, dan mampu menempat kan diri lebih baik lagi, serta semakin berkembang dengan lebih baik dalam perkembangan peserta didik dalam berelasi dengan sesamanya. Topik-topik yang akan dibahas dalam bab ini adalah sebagai berikut. A. Peran Keluarga bagi perkembanganku. B. Peran Sekolah bagi perkembanganku. C. Peran Gereja bagi perkembanganku. D. Peran Masyarakat bagi perkembanganku. Peran Keluarga, Sekolah, Gereja Masyarakat bagi Perkembanganku Bab III 84 Buku Guru Kelas VII SMP

A. Peran Keluarga bagi Perkembanganku

Kompetensi Dasar 1.5 Bersyukur atas peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat terhadap pengembangan dirinya. 2.5 Bertanggung jawab pada keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat atas peran mereka terhadap pengembangan dirinya. 3.5 Memahami peran keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat dalam mengembangkan dirinya. 4.5 Melakukan aktivitas misalnya menyusun doa puisi refleksi merencanakan suatu kegiatan yang mengungkapkan rasa syukur atas peran keluarga, sekolah,Gereja dan masyarakat terhadap pengembangan dirinya. Indikator Peserta didik mampu 1. Menjelaskan peran anggota keluarga dalam perkembangan dirinya. 2. Menjelaskan berbagai tindakan yang perlu dilakuka sebagai wujud tanggung jawab dalam keluarga. 3. Menjelaskan peran keluarga menurut Dokumen Konsili Vatikan II Pernyataan tentang Pendidikan Kristen, artikel 13. 4. Menyusun doa untuk keluarga. Bahan Kajian 1. Peranan keluarga dalam proses pengembangan diri. 2. Tanggung jawab terhadap keluarga. 3. Pandangan Gereja tentang Peran Keluarga bagi perkembangan diri seseorang. Sumber Belajar 1. John Powell. Mengapa Takut Mencinta. Cipta Loka Caraka: Jakarta. 2. George Kirchberger Vinncent de Ornay Penyadur. Panggilan Keluarga Kristen. Penerbit LPBAJ dan Celesty Hieronika, Jakarta: 1999. 3. Tim Pembinaan Persiapan Berkeluarga DIY. Membangun Ke luarga Kristiani. Kanisius, Yogyakarta: 1981. 4. Robert J. Wicks. Self-Care for Every Day, Kasihilah Dirimu dari Hari ke Hari. Kanisius, Yogyakarta: 2002. 5. Pengalaman Peserta Didik. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 85 Pendekatan Kateketis dan Saintifik Metode 1. Diskusi Kelompok 2. Sharing 3. Releksi Waktu 3 Jam Pelajaran Pembelajaran Dasar Keluarga pada dasarnya merupakan lingkungan pertama dan utama bagi setiap orang dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, segala pengalaman dan kondisi yang terjadi dalam keluarga mempunyai daya pengaruh yang paling kuat bagi pembentukan diri seseorang. Pembentukan diri itu terjadi dalam relasi antaranggota keluarga, antaranak dengan orang tua, antarorang tua, antaranggota keluarga yang lain dan antarkeluarga dengan lingkungan sekitar. Mengingat pentingnya kedudukan keluarga dalam proses pembentukan diri, maka idealnya keluarga menjadi surga, tempat seseorang merasa aman, nyaman, terlindungi dan mendapat pengaruh yang baik. Keluarga idealnya menjadi tempat bagi setiap anggotanya untuk belajar, mengasihi, melayani, dan mengembangkan diri dan mengembangkan iman. Tetapi sayangnya, banyak remaja sekarang mengenal keluarga jauh dari idealisme seperti itu. Keluarga sering dirasakan bagai neraka yang membuat mereka tidak betah dan ingin tinggal di luar. Para bapa bangsa Israel mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya keluarga, baik dalam kaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka, maupun dalam kaitannya dengan kehidupan beriman. Sikap hormat dan tanggung jawab terhadap keluarga, antara lain dapat diwujudkan dalam sikap hormat terhadap orang tua. “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan kepadamu” lih. Kel 20: 12 dan Ams 4: 1-13, 6: 20-22. Gagasan tersebut masih dipertahankan dalam Perjanjian Baru. Yesus sendiri memperlihatkan sikap hormat dan penghargaan yang luhur kepada kedua orang tua-Nya. Dengan berupaya memperdalam pengetahuan agama di Bait Allah, Ia memperlihatkan keinginan- Nya untuk menjadi anak yang berguna bagi sesama bandingkan Lukas 2: 41- 52. Bahkan, sebelum wafat, Yesus menitipkan Ibu-Nya kepada para murid-Nya bandingkan Yohanes 19: 26-27. Sikap terhadap orang tua juga dipertegas dalam ajaran Santo Paulus. Ia mengajak setiap orang untuk mendengarkan nasihat dan didikan mereka bdk. Ef 6: 3.