Bentuk Teknik Penilaian: Proyek Aksi nyata

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 53 b. Peserta didik diminta melakukan wawancara kepada tokoh-tokoh yang dipandang sukses dalam mengatasi keterbatasan dan dalam mengembangkan kemampuan. Kemudian menyusun hasil wawancara tersebut menjadi sebuah Kisah Hidup Tokoh Sukses, atau mendokumentasikannya melalui foto-foto yang dapat dipamerkan, atau mendokumentasikannya menjadi sebuah ilm singkat. REMEDIAL Bagi peserta didik yang belum menuntaskan Kompetensi Dasar dalam bab ini, dapat diberikan remedial melalui salah satu kegiatan berikut. a. Guru menjelaskan kembali materi pada kompetensi dasar yang belum tuntas, kemudian peserta didik diminta mempelajari materi tersebut dan menanyakan hal-hal yang belum dipahaminya. Setelah itu, Guru memberikan test secara lisan atau tertulis untuk menilai kembali penguasaan kompetensi dasar tersebut. b. Peserta didik diminta membuat doa, renungan, kliping yang berkaitan dengan kedudukan manusia sebagai citra Allah, tugas manusia sebagai citra Allah, kemampuan dan keterbatasan manusia, sikap syukur atas dirinya yang unik sebagai citra Allah yang unik. 54 Buku Guru Kelas VII SMP Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 55 Aku diciptakan sebagai Perempuan atau Laki-Laki Bab II Tak ada seorang manusia pun tercipta atas kemauannya sendiri. Kalau saat ini kita adalah perempuan atau laki-laki, itu semua bukan kemauan kita sendiri. Dapat jadi, mungkin keinginan orang tua, tetapi yang paling utama karena memang Tuhan menciptakan dan menghendaki kita terlahir sebagai perempuan atau laki-laki. Sesungguhnya kehidupan manusia bukan soal apakah dia perempuan atau laki-laki. Di hadapan Allah, perempuan atau laki-laki sama dikasihi-Nya, karena Dialah yang menciptakannya. Yang perlu dipikirkan adalah apa maksud dan panggilan Tuhan menciptakan kita sebagai perempuan atau laki-laki? Memang dalam kenyataannya ada segelintir orang yang kecewa atau mempertanyakan mengapa dirinya terlahir sebagai perempuan atau laki-laki. Tentu banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Bahkan ada di antara mereka yang berkeinginan atau memutuskan diri untuk berganti kelamin. Tentu kita tidak perlu menghakimi mereka itu. Bagaimanapun, semua agama mengajak kita untuk merasa bangga menjadi perempuan atau laki-laki, dan hidup sesuai dengan panggilannya agar dapat memuliakan Allah yang menciptakannya. Untuk mengantar kita semua agar memiliki rasa bangga menjadi perempuan atau laki-laki, dalam bab ini akan dibahas tiga topik sebagai berikut. A. Aku Bangga Sebagai Perempuan atau Laki-Laki. B. Kesederajatan Perempuan dan Laki-Laki. C. Panggilan Sebagai Perempuan atau Laki-Laki. 56 Buku Guru Kelas VII SMP

A. Aku Bangga sebagai Perempuan atau Laki-laki

Kompetensi Dasar 1.3 Bersyukur atas dirinya telah diciptakan sebagai laki-laki atau perempuan yang sederajat. 2.3 Santun terhadap perempuan dan laki-laki sebagai ciptaan Tuhan yang sederajat. 3.3 Memahami sikap dan pandangan masyarakat tentang kesederajatan perempuan dan laki-laki. 4.3 Melakukan aktivitas misalnya menyusun doa puisi refleksi kliping tentang kesederajatan perempuan dan laki-laki dalam hidup sehari-hari. Indikator Peserta didik mampu 1. Menjelaskan hal-hal yang patut dibanggakan sebagai perempuan atau laki- laki. 2. Menjelaskan perilaku atau kebiasaan yang perlu dikembangkan agar menjadi pribadi perempuan atau laki-laki yang membanggakan. 3. Menjelaskan pandangan Gereja tentang perempuan atau laki-laki seperti yang diinspirasikan dalam Kejadian 1: 26–27; 2: 18, 21–23. dan Katekismus Gereja Katolik artikel 2333 dan 2334. 4. Menyusun surat yang mengungkapkan kekaguman terhadap orang tua. Bahan Kajian 1. Kekhasan karakter perempuan dan laki-laki. 2. Hal-hal yang membuat seseorang merasa bangga sebagai perempuan atau laki-laki. 3. Hal yang membanggakan dari tokoh-tokoh suci Gereja Santa atau Santo. 4. Perilaku atau kebiasaan yang perlu dilakukan agar menjadi pribadi perempuan atau laki-laki yang membanggakan. 5. Pandangan Gereja tentang perempuan atau laki-laki seperti yang diterangkan dalam Kejadian 1: 26–27; 2: 18, 21–23. dan Katekismus Gereja Katolik artikel 2333 dan 2334. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 57 Sumber Belajar 1. Teks Kitab Suci Kejadian 1: 26-28 dan Kejadian 2: 18-25. 2. Prof. Dr. Soerjono. 1997. Remaja dan Masalah-Masalahnya. Cet. 7, Kanisius, Yogyakarta. 3. Romo Yosef Lalu, Pr., Percikan Kisah Anak Manusia, Komkat KWI. 4. Komkat KWI, Membangun Komunitas Murid Yesus, Buku Teks Pendidikan Agama Katolik untuk SMP Kelas VII, Yogyakarta, Kanisius, 2010. 5. Pengalaman Peserta Didik. Pendekatan Kateketis dan Saintifik Metode 1. Diskusi Kelompok 2. Sharing 3. Releksi Waktu 3 Jam Pelajaran Pemikiran Dasar Umumnya, remaja mempunyai kebanggaan terhadap keberadaan dirinya sebagai perempuan atau laki-laki. Tetapi kebanggaan tersebut sering disertai sikap terlalu membanggakan diri yang mengakibatkan tumbuhnya pandangan negatif tentang lawan jenis. Remaja laki-laki memandang bahwa perempuan itu cengeng, lemah. Sebaliknya, remaja perempuan sering memandang laki-laki sebagai keras dan kasar. Dengan demikian, kebanggaan yang terlalu besar terhadap keberadaan dirinya itu menutup diri mereka untuk mampu melihat hal-hal yang baik dan indah pada lawan jenisnya. Di lain pihak, ada juga sebagian kecil remaja yang merasa menyesal dilahirkan sebagai laki-laki atau sebagai perempuan. Rasa penyesalan tersebut biasanya muncul dalam berbagai ungkapan. Ada yang mengeluh terus, ada yang ingin melakukan operasi jenis kelamin, ada yang berupaya mengubah penampilan dirinya sebagai perempuan ataupun sebagai laki-laki, menyalahkan diri sendiri dan orang lain misalnya: orang tuanya atau lingkungan masyarakatnya. Bila hal tersebut sudah terjadi, maka sangat sulit baginya untuk mensyukuri hidup ini sebagai suatu anugerah Tuhan.