Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PELAKSANAAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI DALAM RANGKA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK

DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT Oleh:

NAMA : NOVRIZAL TAMBUNAN

NIM : 122600020

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala hikmat dan karunia-Nya serta untuk setiap berkat yang telah dianugerahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Tentang “Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat” dengan baik guna memenuhi salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Penulis telah banyak menerima bantuan moril, spiritual, dorongan serta bimbingan maupun informasi dari berbagai pihak yang sangat berperan aktif mulai dari tahap awal hingga selesainya tugas akhir ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Badaruddin. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. serta selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, pemikiran serta pengertian untuk membantu, membimbing dan mengarahkan penulis dengan sabar hingga selesainya Laporan Tugas Akhir ini.


(3)

2. Bapak Drs. Alwi Hashim Batubara, M.Si, selaku Ketua Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Arlina, S.H. M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Muhamad Ali selaku Supervisor yang membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu dosen beserta Seluruh staf pegawai Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Bu Corby Siburian, Bang Afrizal Pasaribu,S.Sos dan Pak Indra Efendi Rangkuti,S.Sos yang telah membantu saya dalam segala urusan kegiatan yang berhubungan dengan adminstrasi.

7. Bapak Muhamad Ali, selaku Kepala Sub. Bagian Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

8. Teristimewa Kepada Kedua orang tuaku tersayang dan tercinta Ayahanda Edison Tambunan dan Ibunda Ratna Sari Tanjung , Tugas akhir ini Rizal persembahkan khusus buat bapak dan mamak semoga kalian bangga dan bahagia.


(4)

9. Adikku tercinta Sanetia Betari Putri Tambunan makasi dukungan dan nasehatnya.

10. Buat teman-temanku Tax A 2012 atas semua bantuan dan dukungannya 11. Buat sahabat-sahabatku Okka, Tata, Dela, Norman, Dewanti, Wawa,

Dita, Boreg, Ziah, Yana, Liza, Akbar, Ledi, Justity yang memberikan semangatnya untuk mengarungi hari-hari ini.

12. Buat Abang ku Bang Dony yang telah membantuku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

13. Seluruh pihak yang membantu penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari kekurangan dan kelemahan baik dalam teknik penulisan maupun isi, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis mendoakan semoga Allah SWT selalu memberikan magfirah-Nya kepada kita semua dan semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juli 2015

Novrizal Tambunan NIM : 122600020


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATAPENGANTAR………...i

DAFTAR ISI ... .ii

DAFTAR TABEL ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1

B.Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 4

C.Uraian Teoritis ... 7

D.Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri ... 14

E.Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 14

F.Metode Pengumpulan Data ... 16

G.Sistematis Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 17

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM ... 19

A.Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 19

B.Visi dan Misi KPP Pratama Medan Barat ... 20

C.Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Barat ... 22

D.Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Barat ... 23

E.Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Barat ... 26

BAB III GAMBARAN DATA PKLM... 34

A.Ketentuan ... 34


(6)

C.Ketentuan Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 40

D.Pengertian Dan Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 41

E.Ruang Lingkup Dan Sasaran Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 44

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 46

A.Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Di KPP Pratama Medan Barat ... 46

B.Tata Cara Perencanaan/Persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 48

C.Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 52

D.Kontribusi Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak ... 57

E.Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak ... 59

F.Upaya-Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Tabel Halaman Tabel IV.1 Wajib Pajak Terdaftar Pada KPP Medan Barat ... 58 Tabel IV.2 Wajib Pajak Yang Melaporkan SPt Pada KPP Medan Barat ... ...58


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Pemerintah melaksanakan perbaikan dan pembangunan untuk mewujudkan masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera di segala bidang. Dalam melaksanakan pembangunan di semua sektor, pemerintah tentu membutuhkan dana yang diantaranya berasal dari pajak. Pada dasarnya, pajak merupakan kontribusi wajib berdasarkan undang-undang, yang harus dibayar oleh seluruh Wajib Pajak tanpa mendapat imbalan secara langsung yang akan digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Setiap warga Negara Indonesia yang telah berpenghasilan di atas PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak) wajib untuk membayar pajak. Setiap badan usaha wajib terdaftar sebagai Wajib Pajak dan melakukan kewajiban perpajakannya. (DIRJEN PAJAK, 2012)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” Menurut Mardiasmo (2011) menyebutkan pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara meningkatkan pelayanan publik. Penerimaan pajak berasal dari Pajak Penghasilan (PPH), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan


(9)

Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Penerimaan cukai, pencairan tunggakan pajak maupun pajak-pajak lainnya.

Penerimaan dari sektor pajak masih termasuk minim jika di bandingkan dengan jumlah penduduk dan potensi usaha masyarakat yang belum maksimal di eksploitasi sebagai sumber utama penerimaan negara Untuk mengurangi 2 ketergantungan pinjaman luar negeri, Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an penerimaan Negara masih tertumpu pada sektor minyak dan gas bumi (migas), namun dengan seiring dinamika perkembangan dunia yang kurang menguntungkan pada saat itu, dominasi dari sektor migas lambat laun mulai menyusut. Pemerintah tidak lagi mengandalkan penerimaan dari sektor ini, kemudian dicari alternatif dari penerimaan lain yang relatif aman dan mendukung kesinambungan anggaran yaitu dengan memilih sektor pajak sebagai primadona baru dalam penerimaan Negara Soeprapto (dalam Yulianawati, 2011:126).

Pemerintah menetapkan pajak sebagai sumber dana utama dalam pembangunan dikarenakan penerimaan pajak merupakan pemasukan dana yang paling potensial bagi negara karena besarnya pajak seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas politik. Pajak merupakan penerimaan negara yang wajib dibayar oleh wajib pajak kepada negara berdasarkan undang - undang yang dapat dipaksakan untuk menutupi pengeluaran-pengeluaran umum dan pengeluaran pembangunan negara. Bila kita perhatikan keadaan sekeliling kita, seperti jalan - jalan, sekolah - sekolah, fasilitas umum yang kita pakai tentu membutuhkan biaya yang sangat besar untuk membangun dan memeliharanya. Untuk


(10)

menutupi biaya-biaya tersebut diperlukan dana, yang sekarang ini paling dominan bersumber dari pajak disamping adanya sumber-sumber potensial lainnya.

Dalam meningkatkan penerimaan negara, khususnya penerimaan dari pajak dibutuhkan peranan masyarakat. Kesadaran dan kepatuhan dari wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan akan mempengaruhi besar kecilnya penerimaan pajak yang pada akhirnya juga mempengaruhi dana yang tersedia bagi pembangunan nasional.

Adapun salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah dengan melaksanakan ekstensifikasi perpajakan. Dalam hal ini, berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan perluasan objek pajak. Umumnya dalam hal ekstensifikasi perpajakan ini yang paling sering dilakukan adalah penambahan jumlah wajib pajak yang tidak mau untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak atau pengusaha kena pajak.

Berdasarkan pada praktik sehari-hari, banyak diantara masyarakat yang sudah terdaftar dan mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) masih dikirimkan surat imbauan NPWP atau pemberian NPWP secara jabatan, sedangkan adapula yang belum mempunyai NPWP tapi sama sekali belum dikirimkan surat imbauan NPWP atau pemberian NPWP secara jabatan. Hal ini merupakan salah satu pelaksanaan ekstensifikasi WP. Jadi, berdasarkan masalah tersebut penulis ingin mengetahui lebih lanjut langkah - langkah serta data - data apa saja yang menjadi dasar pelaksanaan ekstensifikasi WP, sehingga tidak menimbulkan penafsiran negatif bagi


(11)

Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Tugas Akhir tentang Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

A. Tujuan Dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis di lapangan yang langsung berhubungan dengan teori - teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

1.1 Untuk mengetahui langkah - langkah yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1.2 Untuk mengetahui faktor - faktor yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1.3 Untuk mengetahui upaya - upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi hambatan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(12)

2. Manfaat Praktk Kerja Lapangan Mandiri 2.1 Bagi Mahasiswa

a. Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori perpajakan yang telah diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.

b. Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan dan kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang perpajakan yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan. c. Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap

pekerjaan yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan, keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi pemerintahan.

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

a. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan Pajak.

b. Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat.

c. Membantu memberi saran dan ide - ide baru dalam upaya mengoptimalkan Pajak


(13)

d. Memprommosikan citra Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat kepada masyarakat.

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU)

a. Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan khususnya KPP Pratama Medan Barat.

b. Mempromosikan sumber - sumber potensi dari Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

c. Mendapat masukan untuk perbaikan revisi kurikulum yang berlaku di Program Diploma III Administrasi Perpajakan.

B. Uraian Teoritis 1. Definisi Pajak

Defenisi Pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo, (2006:1) menyatakan bahwa iuran rakyat kepada Negara berdasarkan Undang - Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Menurut P.J.A Adriani dalam Waluyo, (2003: 4) menyatakan bahwa Pajak adalah iuran wajib masyarakat kepada


(14)

negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan - peraturan umum (Undang - Undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjukan dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. N.J.Feldman dalam Resmi, (2003:1) Pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada pengusaha oleh pihak yang terutang kepada pengusaha (menurut norma - norma yang ditetapkan secara umum), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran - pengeluaran umum.

Soeparman Soemahamidjaja dalam Anshari, (2005, 10), menyatakan bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma - norma hukum, guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Undang - Undang Perpajakan Nasional "Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan pembangunan"

2. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui Ciri – Ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya fungsi pajak menurut Waluyo (2011:6) yaitu sebagai berikut :


(15)

a. Fungsi Penerimaan (Budgeter), yaitu memasukkan uang sebanyak - banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk membiayai pengeluaran - pengeluaran negara. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

b. Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu. Sebagai Contoh: Dikenakan pajak lebih tinggi terhadap minuman keras. Demikian pula terhadap barang mewah.

Siti Resmi (2009:3) juga mengemukakan terdapat 2 fungsi Pajak yaitu :

3. Pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi

Pengertian Wajib Pajak menurut Erly Suandy (2011:105) sebagai berikut: “Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan.”


(16)

Sedangkan pengertian Wajib Pajak Orang Pribadi menurut Erly Suandy (2011:105) sebagai berikut:

Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) adalah Orang Pribadi yang menurut ketentuan perundang – undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

4. Pengertian Ekstensifikasi

Ekstensifikasi adalah Kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak.

Ekstensifikasi pajak memfokuskan pada peningkatan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dan memfokuskan pada penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak. Hal ini sesuai dengan strategi ekstensifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pelayanan Pajak Kota Bandung guna mengoptimalisasi pajak daerah, antara lain:

1.Penyesuaian

tarif pajak daerah disesuaikan peraturan perundang - Undangan yang berlaku serta dengan mempertimbangkan perkembangan kondisi sosial ekonomi masyarakat.


(17)

2. Menggali potensi pajak daerah baru, melalui persiapan perlimpahan pajakpusat dan pajak propinsi. Agar kegiatan ekstensifikasi berhasil sesuai yang diharapkan maka

menurut B. Boediono dalam Yusuf, (2010:51), terdapat tiga fungsi utama aparatur perpajakan untuk menjamin suksesnya sistem perpajakan (termasuk pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi), yaitu penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan. Ketiga hal tersebut tidak boleh dipisahkan dan harus berjalan bersamaan untuk mewujudkan sistem perpajakan yang baik yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan negara dari sektor pajak. Selain itu kesadaraan wajib pajak sangat dibutuhkan karena dengan meningkatkan kesadaran dan jumlah wajib pajak maka akan meningkatkan jumlah pendapatan negara melalui pajak.


(18)

3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Menurut Siti Resmi (2011) dalam bukunya Perpajakan menyatakan bahwa :

“Nomor Pokok Wajb Pajak (NPWP) merupakan satuan sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Setiap Wajib Pajak hanya satu NPWP”.

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pada dasarnya harus dimiliki oleh setiap orang pribadi atau badan yang memiliki penghasilan diatas batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Wajib Pajak dapat mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak tempat domisili yang bersangkutan atau melalui pendaftaran via Internet.

Selain itu dengan berlakunya Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 benar – benar akan “memaksa” Wajib Pajak untuk memiliki NPWP. Beberapa ketentuan dalam UU ini memberikan insentif dan disinsentif agar orang mau secara sukarela memiliki NPWP. Salah satu ketentuan baru yang akan mendorong orang pribadi untuk memiliki NPWP adalah adanya ketentuan tarif pemotongan Pajak Penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan tarif normal.


(19)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup dari PKLM ini antara lain :

1. Mengetahui pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak serta kontribusinya terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

2. Mengetahui Faktor - faktor yang menghambat pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

3. Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan dalam pelaksanaan ekstensifikasi pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

E. Metode Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri maka Penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari pengajuan judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan, pembuatan proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.


(20)

2. Studi Literatur

Yaitu kegiatan studi mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku - buku literatur, peraturan perundang - undangan di bidang perpajakan, dan catatan - catatan yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.

3. Observasi Lapangan

Yaitu kegiatan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Barat.

4. Pengumpulan Data

Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang terdiri dari:

a. Data Primer yaitu data - data yang diperoleh dari pihak - pihak yang mengetahui dan memahami tentang tata cara pelaksanaan ekstensifikasi pajak. b. Data Sekunder yaitu data - data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang

mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

5. Analisis dan Evaluasi Data

Yaitu informasi data - data yang dikumpul, dianalisis, dan dievaluasi secara terperinci agar mencapai tujuan yang diinginkan.


(21)

F. Metode Pengumpulan Data

Adapun jenis - jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk dokumen, tabel, dan bagan. Dimana metodenya terdiri dari:

1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)

Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan memahami permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga penulis dapat memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

2. Daftar Observasi (Observation Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamatai, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.


(22)

3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan pengamatan yang dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan, Undang - Undang Perpajakan, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktorat Jenderal Pajak, Surat Edaran, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi Penulis untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam tugas akhir.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Untuk mempermudah pemahaman dalam pembahasan laporan PKLM ini, maka penulis membaginya dalam lima bab pembahasan yang terdiri dari:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari latar belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, Uraian Teoritis, ruang lingkup PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan PKLM

BAB II : GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT


(23)

Pada bab ini penulis akan menjelaskan sejarah singkat lokasi dimana Praktik Kerja Lapangan Mandiri dilakukan. Dalam hal ini sejarah singkat lokasi yang akan diuraikan penulis adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat, Struktur Organisasi, tugas dan fungsi pegawai di instansi tersebut serta gambaran lain jika dibutuhkan.

BAB III : PEMBAHASAN TATA CARA PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

Pada bab ini penulis akan membahas tentang bagaimana prosedur dan tata cara pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI

Dalam bab ini Penulis akan menganalisa data yang diperoleh, kemudian mengadakan evaluasi serta memberikan interpretasi untuk menjawab perumusan masalah yang diajukan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam bab-bab sebelumnya serta saran-saran dari penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(24)

46 BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PKLM

A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Kantor Pelayanan Pajak didirikan pada masa penjajahan Belanda . Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama belasting yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia .

Dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat , di dalam pelayanan pembayaran pajak , maka berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia NO. 267/KMK.01/1989 , diadakan perubahan secara menyeluruh pada Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK .01/2006 jo No 67/PMK.01/2008, tentang organisasi dan tata kerja instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak , yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan . Adapun sebelumnya nama sebutan dari Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak (KIP).


(25)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat didirikan pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak . Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara . Berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No 276/KMK/01/1989 tanggal 25 maret 1989 tentang organisasi dan tata usaha Direktorat Jenderal Pajak , maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak . Kemudian sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No.443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak Polonia mulai berlaku sejak tanggal 25 Januari 2002.Melalui pengumuman Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Sumatera I , PENG-04/WPJ.01/2008 Tanggal 26 Mei 2008 KPP Medan Barat di pecah menjadi KPP Pratama Medan Barat dan KPP Pratama Medan Petisah yang mulai berlaku sejak 27 Mei 2008.

B. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat VISI

Adapun visi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah menjadi pelayan masyarakat yang profesional dengan kinerja yang baik dan dapat dipercayai untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak di lingkungan kantor wilayah DJP Sumatera bagian Utara .


(26)

MISI

Adapun misi dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah meningkatkan penerimaan negara melalui PPH ,PPN , PPnBM, PTLL, serta peningkatan kecepatan dan mutu pelayanan perpajakan senantiasa memperbaharui diri sesuai dengan perkembangan aspirasi masyarakat dan tertib administrasi.

C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Wilayah kerja KPP Pratama Medan Barat adalah Kecamatan Medan Barat yang meliputi 6 kelurahan yaitu Kelurahan Kesawan, Kelurahan Silasas, Kelurahan Sei Agul, Kelurahan Karang Berombak , Kelurahan Glugur Kota dan Kelurahan Pulo Brayan Kota.

Tabel II.1 Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

Waskon I Glugur Kota

Waskon II Kesawan

Waskon III Pulo Brayan Kota

Karang Berombak

Waskon IV Sei Agul

Silalas


(27)

D. Tugas Umum dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan , pelayanan, pengawasan Wajib Pajak dibidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai ( PPN ) , Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) , serta Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dalam melaksanakan tugasnya.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menyelenggarakan fungsi :

a. Pengumpulan , pencarian, dan pengolahan data , pengamatan potensi perpajakan , penyajian informasi perpajakan , pendataan objek dan subjek pajak.

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan , penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta pemberitahuan surat lainnya .

d. Penyuluhan Perpajakan

e. Pelaksanaan Registrasi Wajib Pajak f. Pelaksanaan Ekstensifikasi

g. Penatausahaan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak h. Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak

i. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak j. Pelaksanaan Konsultasi Perpajakan


(28)

l. Pembetulan Ketetapan Pajak m. Pelaksanaan administrasi kantor

E. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok serta Fungsinya dari Setiap Seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi, dan wewenang serta tanggung jawab masing-masing seksi dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Tujuan struktur organisasi tersebut juga untuk membina keharmonisan kerja agar dapat dilaksanakan dengan teratur , baik, dan untuk mencapai tujuan secara maksimal . struktur organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lain dan bagaimana hubungan aktivitas dan fungsi dibatasi. Dalam struktur organisasi yang baik harus menjelaskan hubungan wewenang siapa melapor kepada siapa .

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat menerapkan bentuk struktur organisasi Garis dan Staff, yaitu suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan wewenang berlangsung secara vertical dan sepenuhnya dari pucuk pimpinan ke kepala bagian dibawahnya serta masing-masing pejabat. Struktur Organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dapat digambarkan sebagaimana terlampir dalam lampiran.


(29)

Adapun seksi /sub bagian yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat antara lain adalah sebagai berikut :

1) Sub Bagian Umum

2) Seksi Pengolahan Data dan Informasi(PDI) 3) Seksi Pelayanan

4) Seksi Penagihan

5) Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal( RIKI) 6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan\

7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 11) Seksi Fungsional

Saat ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat tercatat ada sekitar 76 orang pegawai yang terdaftar . Dibawah ini terdapat rincian mengenai jumlah pegawai disetiap unit pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.


(30)

Tabel II.2 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Barat

No Unit Jumlah Pegawai

(orang )

1 Sub Bagian Umum 8

2 Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 6

3 Seksi Pelayanan 11

4 Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 4

5 Seksi Penagihan 5

6 Seksi Ekstensifiksi Perpajakan 5 7 Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 6 8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 7 9 Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 7 10 Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 7

11 Seksi Fungsional 10

Jumlah 76 orang

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Tahun 2015

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 11 seksi. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat terletak di jalan Asrama No. 7 A , Medan . KPP Pratama Medan Barat dipimpin oleh seorang Kepala Kantor yang mempunyai tugas mengkoordinasi penyusunan rencana kerja KPP , mengkoordinasikan penyusunan rencana penerimaan pajak


(31)

berdasarkan potensi yang ada dan mengkoordinasikan segala hal yang bersangkutan dengan rencana kerja yang telah ditargetkan oleh Kanwil yang bersangkutan Kepala Kantor tersebut membawahi 11 seksi , yang gambaran tugas masing-masing seksi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor KPP Pratama mempunyai tugas dan mengkoordinasi pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang pajak penghasilan , Pajak Pertambahan Nilai , Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung lainnya berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

2. Sub Bagian Umum

Membantu dan menunjang kelancaran tugas kantor dan mengkoordinasikan tugas dan fungsi pelayanan kesekretariatan terutama dalam hal pengaturan perlengkapan .

Adapun tugasnya adalah sebagai berikut : a. Melakukan urusan tata usaha b. Melakukan urusan kepegawaian

c. Melakukan urusan dan perlengkapan rumah tangga

d. Melaksanakan pengurusan surat masuk KPP yang bukan WP e. Melaksanakan pengurusan surat keluar KPP


(32)

f. Melaksanakan pemrosesan berkas/arsip umum( non WP)

g. Melaksanakan penyusutan arsip yang tidak mempunyai nilai guna atau telah memenuhi jadwal retensi arsip

h. Mengelola penyelenggaraan penataan berkas kepegawaian (dosir) , surat atau dokumen di KPP untuk memudahkan penelusuran kembali. i. Mengelola penyusunan rencana kinerja , revisi rencana kinerja

pelaksana, serta evaluasi kinerja pelaksanaan di lingkungan KPP j. Mengelola penyusunan usulan surat keputusan penetapan jabatan dan

peringkat jabatan pelaksana di lingkungan KPP k. Menyetujui Konsep Surat Perjalanan Dinas ( SPD) l. Menyelenggarakan sosialisasi /pelatihan teknis pada KPP m. Menyetujui konsep laporan barang inventaris kantor di KPP

n. Mengelola penyiapan kebutuhan rapat atau pertemuan dinas kantor untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

o. Menyusun konsep tindak lanjut LHP dari instansi pengawasan fungsioanal

p. Membimbing pegawai untuk meningkatkan efesiensi , produktivitas , dan profesionalitas di Sub Bagian Umum.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Adapun tugas dari seksi ini adalah sebagai berikut :

a. Melakukan pengumpulan, pencarian , pengolahan data , penyajian, informasi perpajakan .


(33)

b. Perekaman dokumen perpajakan

c. Merekam surat setoran pajak (SSP) lembar 3 d. Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Masa PPN e. Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) PPh Pasal 21 f. Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Pasal 23/26

g. Merekam Surat Pemberitahuan ( SPT ) Final Pasal 4 ayat 2 h. Melakukan urusan tata usaha penerimaan perpajakan i. Memberikan pelayanan dukungan teknis komputer j. Pemantauan aplikasi e.SPT dan e-filling

k. Melaksanakan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan kinerja.

l. Mengarahkan pendokumentasian dokumen pengolahan kinerja di KPP

m. Menyusun laporan kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan tugas.

4. Seksi Pelayanan

Melakukan penerbitan produk hukum perpajakan , pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan , penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta kerja sama perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku .


(34)

Adapun tugasnya sebagai berikut :

a. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan b. Menerima dan meneliti , serta merekam surat permohonan dari

wajib pajak dan surat-surat lainnya .

c. Melakukan penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan wajib pajak dan surat lainnya

d. Melakukan penatausahaan pendaftaran , pemindahan data , dan pencabutan identitas wajib pajak

e. Melaksanakan urusan kearsipan wajib pajak baik dalam bentuk formulir maupun dalam bentuk media elektronik.

f. Melaksanakan penyelesaian registrasi WP , objek pajak atau pengukuhan pengusaha kena pajak

g. Melaksanakan penerimaan dan penatausahaan SPT Tahunan , SPT Masa , dan lainnya

h. Melaksanakan penerbitan Surat Keterangan NJOP

i. Melaksanakan kerjasama perpajakan dengan instansi lain j. Menyusun konsep surat tanggapan atas permasalahan dari WP 5. Seksi Penagihan

Pelaksanaan dan penatausahaan penagihan aktif , piutang pajak , penundaan dan angsuran tunggakan pajak , dan usulan penghapusan pajak serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan .


(35)

a. Melakukan urusan angsuran tunggakan pajak

b. Melaksanakan penundaan dan angsuran tunggakan pajak c. Penagihan aktif

d. Membuat daftar penghapusan piutang pajak e. Penyimpanan dokumen-dokumen

f. Melaksanakan penatausahaan SKPKB/SKPKBT/STP beserta lampirannya dan surat pembayaran pajak (SSP ) beserta buku pemindahbukuan dalam rangka pengawasan tunggakan dan pelunasan pajak

g. Melaksanakan penelitian administrasi terhadap piutang pajak yang diperkirakan tidak dapat ditagih

h. Melaksanakan pemindah berkas penagihan beserta data-data tunggakan pajak lainnya , bagi wajib pajak yang pindah ke KPP lain i. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan penagihan pajak untuk

mengetahui jumlah realisasi penagihan pajak j. Meneliti nota perhitungan STP bunga penagihan

k. Membuat usulan pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak 6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal (RIKI)

Pelaksanaan penyusunan perencanaan pemeriksaan , pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya .


(36)

a. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan pajak agar pelaksanaan tugas dapat berjalan lancar

b. Menyusun daftar nominatif dan / atau lembar penugasan pemeriksaan wajib pajak yang akan diperiksa

c. Pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

d. Menerbitkan dan menyalurkan surat perintah pemeriksaan pajak serta administrasi pemeriksaan pajak lainnya

e. Mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu penyelesaian pemeriksaan

f. Mengajukan usulan permohonan perluasan pemeriksaan

g. Melakukan pengawasan pelaksanaan jadwal pemeriksaan sesuai dengan rencana yang ditetapkan

h. Melakukan pengawasan pelaksanaan ketentuan administrasi pemeriksaan

i. Melaksanakan penerbitan dan penyaluran surat perintah pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

j. Menerbitkan Surat Perintah Pengamatan

k. Mengirimkan Laporan Hasil Pelaksanaan Pengamatan


(37)

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Pelaksanaan dan penatausahaan pengamatan potensi perpajakan , pendataan subjek pajak, dan kegiatan ekstensifikasi perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku .

Adapun tugasnya sebagai berikut : a. Pendataan subjek pajak

b. Pembentukan dan pemuktahiran basis data nilai objek pajak data menunjang ekstensifikasi

c. Menyusun konsep laporan penilaian kembali objek pajak dalam rangka keberatan

d. Melaksanakan pengamatan dan pencarian data potensi perpajakan berdasarkan rencana kerja ekstensifikasi dan instruksi instansi vertikal

e. Menyusun daftar nominatif wajib pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan pengukuhan PKP secara jabatan

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

Melaksanakan pengawasan kepatuhan wajib pajak ( PPh, PPN, PPnBM, dan pajak lainnya ), bimbingan atau himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan , penyusunan pfofil wajib pajak , analisi kinerja wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi , dan melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku . dalam satu KPP Pratama terdapat 4 (empat) Kepala Seksi


(38)

Pengawasan Konsultasi yang pembagian tugasnya didasarkan pada cakupan wilayah (teritorial tertentu) .

Adapun tugasnya sebagai berikut :

a. Membimbing dan menghimbau kepada wajib pajak dan konsiltasi teknik perpajakan kepada wajib pajak

b. Meneliti estimasi penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak , perkembangan ekonomi dan keuangan

c. Menetapkan pembuatan profil wajib pajak serta usul rencana kunjungan kerja kelokasi wajib pajak dalam rangka pengawasan dan pemuktahiran data wajib pajak

d. Menganalisis kinerja wajib pajak

e. Memberikan konsultan kepada wajib pajak tentang ketentuan pereturan perundang-undangan perpajakan

f. Meneliti pelaksanaan rekonsiliasi data wajib pajak

g. Meneliti konsep penerbitan surat keterangan bebas pemotongan pemungutan PPh dan Pemungutan PPN

h. Meneliti usulan wajib pajak patuh

i. Meneliti usulan Surat Keterangan Fiskal (SKF) Non Bursa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


(39)

BAB III

GAMBARAN DATA

A. Ketentuan

1. Sistem Pemungutan Pajak a. Official Assesment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang - undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para aparatur perpajakan. Dengan demikian berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada aparatur perpajakan.

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang - undangan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak. Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami undang-undang yang sedang berlaku dan mempunyai kejujuran tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan untuk memperhitungkan sendiri pajak yang terutang, membayar sendiri jumlah pajak yang terutang, melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dan


(40)

mempertanggungjawabkan pajak yang terutang. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak terutang pada Wajib Pajaknya sendiri.

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundang - undangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini dilakukan sesuai peraturan perundan g-undangan perpajakan, keputusan presiden dan peraturan lainnya untuk memotong dan memungut pajak, menyetor dan mempertanggungjawabkan melalui sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak banyak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

1.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak a. Kewajiban

Sebagai Wajib Pajak tentunya memiliki kewajiban yang harus mereka penuhi sebagai wujud kepatuhan berdasarkan undang-undang dan pera serta dalam pembangunan, kewajiban Wajib Pajak menurut undang - undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

1. Mendaftarkan diri pada Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif.


(41)

2. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha dan tempat kegiatan dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusha Kena Pajak.

3. Mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf latin,angka arab, satuan mata uang Rupiah, serta menandatangani dan menyampaikan kekantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

4. Menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaanya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

5. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat setoran pajak ke Kas Negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

6. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak.

7. Menyelenggarakan Pembukuan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan Wajib Pajak Badan


(42)

yang melakukan pencatatan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

8. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak atau Objek yang terutang pajak, memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan dan/atau memberikan keterangan lain yang perlu diperiksa apabila diperiksa.

b. Hak-Hak Wajib Pajak

Hak-hak Pajak menurut Undang-undang No. 16 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1. Melaporkan beberapa Masa Pajak dalam 1 Surat Pemberitahuan Masa. 2. Mengajukan surat keberatan dan banding bagi wajib pajak dengan kriteria

tertentu.

3. Memperpanjang waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan untuk paling lama 2 bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktorat Jenderal Pajak.

4. Menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktorat Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.


(43)

6. Mengajukan Keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak.

7. Mengajukan permohonan banding kepada badan peradilan pajak atau Surat Keputusan Keberatan.

8. Menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Memperoleh pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak dalam hal Wajib Pajak menyampaikan pembetulan Surat Pemberitauan Tahunan Pajak Penghasilan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lama dalam jangka waktu 1 (satu) tahun setelah berlakunya UU No.28 Tahun 2007.

B. Subjek Dan Objek Pajak 1. Subjek Pajak

Yang dimaksud dengan subjek pajak adalah orang pribadi atau badan dan bentuk usaha tetap, warisan tidak/belum dibagi yang bertempat tinggal di Indonesia yang memungkinkan dapat menerima atau memperoleh penghasilan di Indonesia.

2. Objek Pajak

Secara teoritis yang dimaksud dengan Objek Pajak adalah keadaan-keadaaan, peristiwa-peristiwa, atau perbuatan yang melibatkan objek berupa penghasilan yang selayaknya dikenakan pajak.


(44)

3. Subjek dan Objek Ekstensifikasi Wajib Pajak Kegiatan ekstensifikasi pajak dilakukan terhadap :

a. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6600 Watt atau lebih b. Pelanggan telkom dengan pembayaran pulsa rata-rata perbulan Rp. 300.000

atau lebih

c. Pemilik mobil dengan nilai Rp. 200.000.000 atau lebih atau pemilik motor dengan nilai Rp.100.000.000 atau lebih.

d. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang paspor Haji dan pemegang Paspor Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut)

e. Tenaga Kerja Asing yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan.

f. Karyawan lokal kedutaan besar asing atau organisasi internasional. g. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

Rp. 1000.000.000 atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau DHR atau data SPOP.

h. Data dari orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari Notaris dengan nilai Rp.60.000.000 atau lebih.

i. Pemilik telepon selular pasca bayar. j. Pemegang kartu kredit.


(45)

k. Pemegang polis atau premi asuransi l. Artis

m. Pemilik kapal pesiar atau yacht, speed boat dan pesawat terbang n. Pemilik atau penyewa ruang apartemen atau kondominium. o. Pemilik saham yang diperdagangkan dipasar bursa.

p. Pemilik rumah sewa dan kost.

q. Pemegang saham, komisiaris, direktur dan penerima deviden.

r. Pemilik atau penyewa atau pengguna dan pengelola ruangan pada sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau kawasan diindustri atau sentra ekonomi lainnya.

s. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT), telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, tetapi belum mempunyai NPWP.

t. Data yang ditemukan pada pelaksanaan kegiatan PSL.

C. Ketentuan Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Dalam istilah perpajakan di Indonesia, Ekstensifikasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisiaris, pemegang saham dan pegawai, maupun Wajib Pajak Oang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan /atau pertokoan.


(46)

Kegiatan Ekstensifikasi ini dilaksanakan oleh kantor Pelayanan Pajak Pratama, melalui seksi Ekstensifikasi Perpajakan. Jadi, tujuan dari kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak pada dasarnya adalah agar jumlah Wajib Pajak terdaftar pada DJP bertambah, dengan cara mencari subjek pajak yang memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak namun belum terdaftar atau mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Dasar Peraturannya adalah Per-16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisiaris, pemegang saham dan pegawai melalui pemberi kerja/Bendaharawan pemerintah.

D. Pengertian Dan Dasar Hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Pengertian Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No. : SE.06/PJ.9/2001 ekstensifikasi wajib pajak dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah wajib pajak dan mengoptimalkan penerimaan pajak.Dalam Surat Edaran tersebut adapun yang dimaksud dengan :

a. Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direkstorat Jenderal Pajak (DJP).

b. Pemeriksaan adalah kegiatan optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek pajak serta subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar dalam administrasi DJP serta hasil dari pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak sebagimana tersebut diatas


(47)

Adapun yang menjadi dasar hukum pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak adalah sebagai berikut :

a. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Wajib Pajak.

b. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.7/2001 tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi

c. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-07/PJ/2005 tentang kebijakan Pemeriksaan Tujuan Lain.

d. Peraturan Dirjen Pajak No. Per-175/Pj./2006 Tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan.

e. Peraturan Menteri Keuangan No. 132/PMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Intansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak.

f. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : SE-04/PJ.04/2007 tentang Rencana Pemeriksaan Nasional dan Kebijakan Umum Pemeriksaan tahun 2007 g. Peraturan Dirjen Pajak No. -16/Pj./2007 Tentang Pemberian Nomor

Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Berstatus Sebagai Pengurus,Komisiaris,Pemegang Saham Dana Pegawai Melalui Pemberi Kerja Atau Bendaharawan Pemerintah.


(48)

h. UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan perihal kewajiban mendaftarkan diri dan memperoleh NPWP. i. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No. Se-01/Pj/2012 Tentang

Penyempurnaan Aplikasi Approwed Sebagai Saran Pembuatan Dan Pemutakhiran Profil Wajib Pajak.

3. Unit Yang Melakukan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak , beberapa unit pelaksana ditetapkan yang terdiri dari.

1. Seksi Ekstensifikasi

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

4. Seksi pelayanan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama

5. Kantor Pelayanan Penyuluhan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) yang berada diluar kota tempat kedudukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Selanjutnya, petugas pelaksana yang melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah petugas yang memenuhi kualifikasi sebagai pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi :

a. Petugas yang ditunjuk oleh Kepala KPP

b. Petugas Kantor Penyuluhan Pajak yang ditunjuk oleh Kepala KPP c. Petugas lain yang ditunjukkan oleh Kepala Kanwil DJP


(49)

E. Ruang Lingkup Dan Sasaran Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak

Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak, sesuai Surat Edaran Dirjen Pajak No: SE-02/PJ.01/2010 meliputi:

a. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap Wajib Pajak PPh orang pribadi yang berstatus karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal diwilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas PTKP.

b. Pemberian NPWP dilokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau perkantoran atau mal atau plasa atau kawasan industri dan sentra ekonomi lainnya.

c. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.


(50)

2. Sasaran Ekstensifikasi Wajib Pajak

Sasaran utama pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak adalah subjek pajak baik orang pribadi, badan maupun BUT yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, tetapi belum mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak. Data yang digunakan untuk pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak meliputi data intern dan ekstern.


(51)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Di KPP Pratama Medan Barat

Sumber pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber dari sektor pajak. Pajak tidak hanya merupakan sumber pendapatan, tetapi juga merupakan salah satu variabel kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mengatur jalannya perekonomian.

Sebagai sumber utama penerimaan negara, Pajak mempunyai peran penting bagi kelangsungan pembangunan saat ini. Oleh karena itu, pajak harus dikelola dengan baik dan benar dengan melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengoptimalisasi potensi pajak yang dimiliki oleh wilayah kerja masing-masing Kantor Pelayanan Pajak dengan meningkatkan jumlah penerimaan Wajib Pajak.

Dalam rangka meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak, dipandang perlu untuk menegaskan hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak. Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang tujuan pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi dan Intensifikasi Pajak Orang Pribadi untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan mengoptimalkan penerimaan pajak serta Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-113/PJ/2010 tentang penggalian potensi dan pengamanan penerimaan pajak Wajib Pajak orang pribadi baru.


(52)

Berdasarkan ketentuan yang terdapat pada Surat Edaran tersebut, Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP).

Mengingat kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak merupakan salah satu program yang difokuskan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dalam rangka Meningkatkan Penerimaan Pajak, maka pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak.

Terdapat beberapa ruang lingkup kegiatan ekstensifikasi diantaranya adalah :

1. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP, termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap Wajib Pajak PPh orang pribadi yang berstatus karyawan perusahaan, orang pribadi yang bertempat tinggal diwilayah atau lokasi pemukiman atau perumahan dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan), yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas PTKP.

2. Pemberian NPWP dilokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai PKP, terhadap orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi usaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau perkantoran atau mal atau plasa atau kawasan industri dan sentra ekonomi lainnya.


(53)

3. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP terhadap Wajib Pajak badan berdasarkan data yang dimiliki atau diperoleh ternyata belum terdaftar sebagai Wajib Pajak dan atau PKP baik di domisili atau lokasi.

B. Tata Cara Perencanaan/Persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Adapun tata cara persiapan Ekstensifikasi Wajib Pajak diuraikan sebagai berikut :

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan dan memberi disposisi kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan dan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk bekerja sama membuat usulan Rencana Kerja Kegiatan.

b. Kepala Seksi PDI dan Kepala Seksi Ekstensifikasi menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana untuk mempersiapkan data-data yang diperlukan dalam Rencana Kerja Kegiatan

c. Pelaksana Seksi PDI dan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi menyiapkan data-data yang diperlukan dalam rencana kerja kegiatan dan menyampaikannya kepada kepala seksi pengolahan Data dan Informasi.

d. Kepala Seksi PDI dan Kepala Seksi Ekstensifikasi menyusun dan memaraf konsep Rencana Kerja Kegiatan dan menyampaikannya kepada kepala kantor Pelayanan Pajak Pratama.


(54)

e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Rencana Kerja Kegiatan.

f. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menatausahakan dan mengirimkan Rencana Kerja Kegiatan melalui Subbagian Umum (SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP)

g. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menerima Rencana kerja kegiatan yang telah disetujui kepala Kanwil DJP, menugaskan dan memberi disposisi kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk membuat Surat Tugas bagi Petugas Lapangan.

h. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menugaskan dan memberi disposisi kepada Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk membuat Surat Tugas bagi Petugas Lapangan.

i. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan membuat konsep Surat Tugas dan menyampaikannya kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. j. Kepala Seksi Ekstentsifikasi Perpajakan meneliti dan memaraf konsep

Surat Tugas dan menyampaikannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

k. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani konsep Surat Tugas.


(55)

2. Kegiatan Pencarian Data Dan Pemanfaatan Data 2.1 Kegiatan Pencarian Data

Adapun Pencarian Data dapat dilakukan dengan cara berikut :

a. Pertama – tama dilakukan penjajakan mengenai instansi/ asosiasi/ persekutuan profesi yang akan dihubungi dan jenis-jenis data yang akan diminta.

b. Setelah diketahui instansi/ asosiasi/ persekutuan profesi serta jenis data yang akan diminta, dilakukan penjajakan untuk mengetahui cara-cara mendapatkan data.

c. Setelah hal tersebut diatas, maka disiapkan : - Surat permintaan Data

- Surat Tugas Pencarian Data

d. Surat Permintaan Data dan Tugas Pencarian Data (setelah ditanda tangani kepala KPP) dicatat pada buku register pencarian data untuk selanjutnya diserahkan kepada petugas yang akan menyampaikan atau mengirim surat tersebut. Adapun rincian surat tersebut adalah sebagai berikut :

- Lembar I : Untuk Instansi / Lembaga pemerintah / swasta sumber - Lembar II : Dikirim kepada Kakanwil atasan langsung KPP - Lembar III : Disimpan sebagai arsip

Dengan berbekal surat tersebut, petugas mendatangi instansi / asosiasi / persekutuan profesi yang bersangkutan untuk meminta data sebagaimana telah di uraikan dalam surat permintaan data tersebut. Sebagai bukti bahwa tugas menghubungi instansi / asosiasi / persekutuan profesi yang bersangkutan telah


(56)

membubuhkan cap, tanda tangan serta tanggal pada surat tugas untuk selanjutnya dicatat pada buku register pencarian data.

Upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk menjangkau Wajib Pajak yaitu dengan cara menjalin kerja sama dengan melaksanakan ekstensifikasi wajib pajak, yaitu dengan cara menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan instansi swasta. Dalam hal ini Kantor Pelayanan Pajak sebagai unsur pelaksana Direktorat Jenderal Pajak yang langsung berhubungan dengan masyarakat / wajib pajak, maka dalam pelaksanaannya dibebankan kepada fiskus untuk mencari wajib pajak yang potensial agar memiliki NPWP dan sekaligus menghimbau kesadaran untuk membayar pajak bagi masyarakat yang belum mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.

Dari hasil himbauan inilah data-data diperoleh dari pihak ketiga, misalnya data berupa STNK,PPAT,PBB,TELKOM, Fiskal Luar Negeri dan lain sebagainya. Atas nama-nama yang tercantum dalam data-data tersebut mula-mula dicek dengan menggunakan komputer, kemudian diadakan pemeriksaan sesuai dengan alamatnya apakah sudah terdaftar sebagi wajib pajak. Apabila Wajib Pajak tersebut tidak dikenal maka unit pengolahan data tersebut memberi tanda pada daftar Wajib Pajak tidak dikenal maka akan diterbitkan surat himbauan NPWP kemudian dikirimkan kepada Wajib Pajak. Sebagimana yang telah ditentukan dalam surat himbauan tersebut, bila sampai tanggal jatuh tempo sudah lewat tapi wajib pajak tidak memberi tanggapan akan dilakukan verifikasi lapangan atau Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL).


(57)

2.2 Pemanfaatan Data

Berdasarkan tujuannya, data-data yang diperoleh dari wajib pajak digunakan untuk pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. Pemanfaatan data untuk kegiatan ekstensifiakasi Wajib Pajak yang belum terdaftar (belum mempunyai NPWP, belum mendaftarkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP) yang berdomisili atau bertempat kedudukan di wilayah kerja KPP Pratama Medan Petisah. Atas data-data tersebut, KPP Pratama Medan Petisah mengirim surat himbauan kepada calon WP supaya mendaftarkan diri atau usahanya sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak.

C. Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak 1. Pelaksanaan Kegiatan Ektensifikasi

Ekstensifikasi Wajib Pajak ini dilaksanakan dengan mewajibkan setiap wajib pajak, baik pribadi maupun badan, mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) melalui kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.

Agar pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dapat dilakukan sesuai dengan tujuan diharapkan, maka pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokkannya dengan data Master Dile Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Pajak (SIP).


(58)

b. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum ber-NPWP/ber-PKP berdasarkan data yang dimiliki.

c. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempersiapkan saran/prasarana adminstratif yang diperlukan.

d. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berkoordinasi dengan instansi yang terkait diluar DJP dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

e. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar administratif.

Data yang diterima Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat secara selektif akan dihimbau untuk mendaftarkan diri, berdasarkan tujuan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak, yakni untuk menambah jumlah Wajib Pajak terdaftar. Atas pemberitahuan yang dikirim ke Wajib Pajak terdapat beberapa kemungkinan :

- Wajib Pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dengan mengisi formulir pendaftaran Wajib Pajak.

- Wajib Pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun Pemberitahuan telah diterima.

- Wajib Pajak menanggapi Pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP.


(59)

- Wajib Pajak menanggapi Pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP.

- Wajib Pajak menannggapi Pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan terdaftar di KPP lain.

- Wajib Pajak tidak menanggapi, oleh karena itu pemberitahuan kembali dari Kantor Pos.

- Terhadap Wajib Pajak yang berusaha di sentra perdagangan atau perbelanjaan atau pertokoan atau perkantoran atau mal atau plaza atau sentra ekonomi lainnya, seluruhnya dilakukan Pemreiksaan Sederhana Lapangan (PSL).

- Wajib Pajak tidak menanggapi Pemberitahuan walaupun Pemberitahuan diterima, oleh Seksi PDI data Wajib Pajak tersebut diteruskan ke Seksi TUP untuk dilakukan proses pemberian NPWP secara jabatan sesuai dengan tata cara yang sudah ditentukan.

- Wajib Pajak yang menanggapi Pemberitahuan, tetapi menyatakan yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan Wajib Pajak yang menanggapi Pemberitahuan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan.

- Wajib Pajak yang menyatakan telah terdaftar dan memiliki NPWP dan menyatakan telah terdaftar di KPP lain akan dilakukan pencocokan data di Master File Lokal :

a. Wajib Pajak yang telah dengan nama dan alamat domisili Wajib Pajak sesuai dengan MFL, dilakukan updating dalam daftar, dan


(60)

membubuhkan catatan bahwa Wajib Pajak sudah terdaftar sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan.

b. Dalam hal Wajib Pajak terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan data MFL, dilakukan PSL.

c. Dalam hal Wajib Pajak ternyata belum terdaftar, dilakukan PSL.

Dalam rangka Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak, kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat difokuskan terhadap property base, pemberi kerja dan profesi. Oleh karena itu kegiatan Ekstensifikasi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat diprioritaskan pada:

 Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus, Komisiaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja/Bendahrawan Pemerintah sesuai dengan Peraturan Dirjen Pajak No.16/PJ/2007.

 Berdasarkan property based, yaitu Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan atau memiliki tempat usaha dipusat perdagangan dan atau pertokoan,sesuai dengan peraturan Dirjen Pajak No. 175/PJ/2006.

 Profesional based atau profesi yang sasarannya seperti dokter, notaris/PPAT, pengacara, artis, dan lain-lain.

Kepada hal yang menjadi prioritas diatas, bila ditemukan Wajib Pajak yang memiliki penghasilan diatas PTKP akan dihimbau untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak, dan bila tidak memenuhi akan diberikan NPWP secara jabatan.


(61)

2. Pengawasan

Dalam rangka pengawasan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak agar berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pelaksana kegiatan diwajibkan memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut, apapun ketentuan yang menjadi dasar pengawasan tersebut adalah :

a. Setiap pelaksana kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak secara berkala membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak untuk dikomplikasi oleh kepala seksi Ekstensfikasi Perpajakan dan diberikan kepada kepala seksi PDI (Pengolahan Data dan Informasi)

b. Kepala Kantor Penyuluhan Pajak bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak diwilayahnya, dan secara priodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada kepala KPP atasannya.

c. Kepala KPP bertanggung jawab untuk mengawasi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak diwilayahnya secara priodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Kakanwil DJP atasannya.

d. Kakanwil DJP bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di wilayahnya dan secara priodik melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Direktur Jenderal Pajak bagian Direktorat Informasi Perpajakan.


(62)

D. Kontribusi Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak

Sejak tanggal 1 Januari 1994, sistem pemungutan pajak di Indonesia telah diubah, yaitu dari official assesment menjadi self assesment system. Self assesment merupakan sistem pemungutan pajak yang memberikan kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitungkan, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang. Dengan sistem ini,diharapkan terjadinya partisipasi aktif dari masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, mengingat tingginya target penerimaan negara dari sektor pajak.

Setelah diadakannya kegiatan ekstensifikasi diKPP Medan Barat, maka pertumbuhan Wajib Pajak terdaftar bertambah secara signifikan dan jumlah Wajib Pajak yang menyampaikan SPT juga semakin bertambah setiap tahunnya, sehingga penerimaan pajak juga bertambah. Hal ini disebabkan berhasilnya kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Medan Barat. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel IV.1 pertumbuhan Wajib Pajak terdaftar di KPP Medan Barat:


(63)

Tabel IV.1 Wajib Pajak Terdaftar Pada KPP Medan Barat

2011 2012 2013

BADAN 4.043 4.262 4.419

ORANG PRIBADI 22.646 23.947 24.855

TOTAL 26.689 28.209 29.274

Sumber : Seksi PDI Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 2015 Tabel IV.2

Wajib Pajak Yang Melaporkan SPt Pada KPP Medan Petisah Tahun Jumlah SPt

Orang Pribadi ( OP ) Badan

2011 7.661 937

2012 8.239 1.011

2013 8.204 1042

Sumber : Seksi PDI Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat 2015

Dari Tabel IV.2 , dapat dilihat bahwa kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Medan Barat cukup berhasil. Hal ini dapat dilihat dari pertambahan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar ditahun 2011,tahun 2012 dan tahun 2013. Pada tahun 2013 terdaftar Wajib Pajak sebesar 24.855 WP (Jumlah WP terbanyak). Pertambahan WP tersebut sudah termasuk atas permohonan sendiri dan pemberian


(64)

NPWP secara jabatan. Pertambahan Wajib Pajak ini disebabkan oleh dikeluarkannya ketentuan yang mengharuskan setiap karyawan yang mempunyai penghasilan di atas PTKP wajib memiliki NPWP.

E. Hambatan-Hambatan Dalam Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak

Dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat belum cukup berhasil, hal ini dikarenakan adanya beberapa hambatan internal dan eksternal sebagai berikut :

1. Hambatan Internal

a. Terbatasnya Kualitas SDM yang tersedia, sehingga perlu ditingkatkan melalui berbagai pembinaan,pelatihan dan sejenisnya.

b. Program bimbingan dan peyuluhan tentang perpajakan khususnya Ekstensifikasi Wajib Pajak terbentur pada sedikitnya aparat yang menangani. c. Masih sering terjadinya kerusakan pada hardware komputer sehingga

menyebabkan lambatnya transfer data.

2. Hambatan Eksternal

a. Data yang kurang akurat

Data intern yang dimiliki KPP Pratama diperoleh dari banyak sumber, misalnya SPT yang diisi oleh Wajib Pajak . media massa dan data yang diperoleh dari instansi lain seperti Pemda setempat dan laporan bulanan PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah). Seringkali data-data yang terdapat didalamnya


(65)

tidak lengkap atau tidak mengggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu, terkait dengan kerjasama dengan pihak lain data yang diminta oleh KPP Pratama Barat kepada instansi lain tidak dapat diberikan karena berbenturan dengan data rahasia perusahaan atau instansi sehingga KPP Pratama Medan Petisah tidak bisa memaksa permintaan dan karena menjaga kode etik antar instansi.

b. Kurangnya kerjasama Dengan Pihak Terkait

KPP Pratama yang secara langsung berhadapan dengan wajib pajak. Selain memerlukan dukungan dan program yang terarah dari kantor pusat, KPP Pratama juga memerlukan kerjasama dengan instansi apapun organisasi lain yang terkait. Hal ini dilakukan karena sebagian Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh data yang ada di KPP Pratama biasanya memiliki keterkaitan dengan instansi.

c. Rendahnya Tingkat Kesadaran Wajib Pajak

Tingkat kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak tentang perpajakan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari ketidakpahaman masyarakat untuk membayar Pajak dan terlebih lagi tidak memahami undang-undang perpajakan.

d. Polemik yang berkembang dalam Masyarakat

Dalam Polemik yang berkembang dalam masyaraakat adalah momok yang menakutkan karena selaulu berkaitan dengan uang yang kebanyakan mereka berpendapat kemana uang tersebut digunakan.


(66)

f. Adanya perbedaan antara tempat tinggal WP dengan tempat kedudukan usaha WP dan hal ini tidak dilaporkan kepada KPP.

F. Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Mengatasi Hambatan Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

 Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan mengadakan studi pelatihan, mengadakan lomba penulisan tentang pajak bagi siswa tingkat SLTP sampai Perguruan Tinggi sehingga dapat memicu minat masyrakat untuk mengkaji permasalahan Pajak yang akhirnya akan menambah pemahaman masyarakat tentang perpajakan.

 Penambahan jumlah pegawai guna menyelesaikan pekerjaan secara baik dan cepat.

 Pemeriksaan penulisan dan keakuratan data dan alamat yang dicantumkan Wajib Pajak.

 Mengingkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP sehingga semua lapisan masyarakat mengerti hak dan kewajiban perpajakannya. Hal tersebut dapat ditempuh dengan :

a. Melakukan promosi pajak secara serentak

b. Pembukaan homepage DJP di internet yang dapat diakses oleh masyarakat dari seluruh lapisan dan lokasi.

c. Pemberian brosur perpajakan gratis di tempat pendidikan, pusat perbelanjaan maupun hiburan.


(67)

d. Pemberlakuan tindakan administrasi dan sanksi pidana yang lebih ketat terhadap Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tindakan Ekstensifikasi Wajib Pajak.


(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan :

1. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling potensial. Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak sehingga penerimaan pajak juga meningkat. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokkannya dengan data Master Dile Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Pajak (SIP).

1.2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum ber-NPWP/ber-PKP berdasarkan data yang dimiliki.

1.3 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempersiapkan saran/prasarana administratif yang diperlukan.

1.4 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berkoordinasi dengan instansi yang terkait diluar DJP dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

1.5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar administratif.

2. Dalam hal perkembangan, jumlah Wajib Pajak sudah mengalami peningkatan, begitu juga dengan penerimaan Pajak. Akan tetapi, pihak KPP Medan Barat tidak boleh berpuas diri mengingat masih banyak Wajib Pajak yang belum terdaftar yang akan menjadi sumber penerimaan pajak, maupun Wajib Pajak terdaftar yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan berikut :


(69)

2.1 Hambatan Internal

a. Terbatasnya Kualitas Sumber Daya Manusia

b. Masih sering terjadinya kerusakan pada hardware computer 2.2 Hambatan Eksternal

a. Data yang kurang akurat

b. Kurangnya Kerjasama dengan pihak terkait c. Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak d. Wajib Pajak yang susah ditemui

3. Hambatan - hambatan dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penambahan jumlah pegawai, pemeriksaan penulisan dan keakuratan data dan alamat yang dicantumkan Wajib Pajak, meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP, dan meningkatkan kerjasama dengan instansi atau pihak-pihak terkait.

B. Saran

1. Strategi ekstensifikasi Wajib Pajak dalam rangka peningkatan penerimaan negara harus dilakukan secara konsekuen dan konsisten dan memastikan unsur-unsur kemampuan, kepastian hukum, ketetapan waktu, memastikan efisiensi biaya.

2. Ditinjau dari aspek Wajib Pajak, masalah sosialisasi mengenai UU Perpajakan dan Peraturan Perpajakan masih belum dipahami secara baik. Peningkatan profesionalisme aparat perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dan diikuti dengan penciptaan iklim kerja yang kondusif serta peningkatan kesejahteraan yang memadai.

3. Hukum harus ditegakkan secara tegas dan baik kepada aparat pajak maupun kepada Wajib Pajak yang kurang mematuhi ketentuan perundang-undangan.


(70)

4. Penggunaan teknologi dalam pelayanan pajak harus ditingkatkan sehingga mempermudah Wajib Pajak dalam proses pembayaran pajak dan bagi instansi internal dapat memperoleh data yang akurat.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco,Bandung. Mardiasmo, 2006, Perpajakan Edisi Revisi 2006. Yogyakarta: CV Andi Offset. Waluyo, & Ilyas, B. W, 2003, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empa

Anshari Setia Negara, Tunggul, Pengantar Hukum Pajak, Bayu Media Publishing,Malang, 2006.

Peraturan Undang-Undang :

Peratuan Dirjen Pajak No. Per-175/Pj./2006 Tentang Tata Cara Pemutakhiran Data

Objek Pajak Dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Atau Memiliki Tempat Usaha Di Pusat Perdagangan Dan Atau

Pertokoan

Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus,komisiaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah

Peraturan Dirjen Pajak No.PER-32/PJ/2010 Tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak


(72)

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : Se-04/Pj.7/2001 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak


(1)

d. Pemberlakuan tindakan administrasi dan sanksi pidana yang lebih ketat terhadap Wajib Pajak yang tidak menanggapi secara positif tindakan Ekstensifikasi Wajib Pajak.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian-uraian pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan :

1. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang paling potensial. Oleh karena itu, pemerintah berupaya meningkatkan jumlah Wajib Pajak sehingga penerimaan pajak juga meningkat. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1.1 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan mencocokkannya dengan data Master Dile Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Pajak (SIP).

1.2 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum ber-NPWP/ber-PKP berdasarkan data yang dimiliki.

1.3 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mempersiapkan saran/prasarana administratif yang diperlukan.

1.4 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat berkoordinasi dengan instansi yang terkait diluar DJP dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak.

1.5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat membuat dan mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak yang terdapat dalam daftar administratif.

2. Dalam hal perkembangan, jumlah Wajib Pajak sudah mengalami peningkatan, begitu juga dengan penerimaan Pajak. Akan tetapi, pihak KPP Medan Barat tidak boleh berpuas diri mengingat masih banyak Wajib Pajak yang belum terdaftar yang akan menjadi sumber penerimaan pajak, maupun Wajib Pajak terdaftar yang belum memenuhi kewajiban perpajakannya. Hal ini disebabkan oleh hambatan-hambatan berikut :


(3)

2.1 Hambatan Internal

a. Terbatasnya Kualitas Sumber Daya Manusia

b. Masih sering terjadinya kerusakan pada hardware computer 2.2 Hambatan Eksternal

a. Data yang kurang akurat

b. Kurangnya Kerjasama dengan pihak terkait c. Rendahnya tingkat kesadaran Wajib Pajak d. Wajib Pajak yang susah ditemui

3. Hambatan - hambatan dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak dapat diatasi dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penambahan jumlah pegawai, pemeriksaan penulisan dan keakuratan data dan alamat yang dicantumkan Wajib Pajak, meningkatkan upaya penyuluhan yang dilakukan pemerintah melalui DJP, dan meningkatkan kerjasama dengan instansi atau pihak-pihak terkait.

B. Saran

1. Strategi ekstensifikasi Wajib Pajak dalam rangka peningkatan penerimaan negara harus dilakukan secara konsekuen dan konsisten dan memastikan unsur-unsur kemampuan, kepastian hukum, ketetapan waktu, memastikan efisiensi biaya.

2. Ditinjau dari aspek Wajib Pajak, masalah sosialisasi mengenai UU Perpajakan dan Peraturan Perpajakan masih belum dipahami secara baik. Peningkatan profesionalisme aparat perlu dilaksanakan secara berkesinambungan dan diikuti dengan penciptaan iklim kerja yang kondusif serta peningkatan kesejahteraan yang memadai.

3. Hukum harus ditegakkan secara tegas dan baik kepada aparat pajak maupun kepada Wajib Pajak yang kurang mematuhi ketentuan perundang-undangan.


(4)

4. Penggunaan teknologi dalam pelayanan pajak harus ditingkatkan sehingga mempermudah Wajib Pajak dalam proses pembayaran pajak dan bagi instansi internal dapat memperoleh data yang akurat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Brotodihardjo, R. Santoso, 1971, Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Eresco,Bandung. Mardiasmo, 2006, Perpajakan Edisi Revisi 2006. Yogyakarta: CV Andi Offset. Waluyo, & Ilyas, B. W, 2003, Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empa

Anshari Setia Negara, Tunggul, Pengantar Hukum Pajak, Bayu Media Publishing,Malang, 2006.

Peraturan Undang-Undang :

Peratuan Dirjen Pajak No. Per-175/Pj./2006 Tentang Tata Cara Pemutakhiran Data

Objek Pajak Dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Melakukan Kegiatan Usaha Dan Atau Memiliki Tempat Usaha Di Pusat Perdagangan Dan Atau

Pertokoan

Peraturan Dirjen Pajak No. PER-16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang berstatus sebagai pengurus,komisiaris, pemegang saham/pemilik dan pegawai melalui pemberi kerja/bendaharawan pemerintah

Peraturan Dirjen Pajak No.PER-32/PJ/2010 Tentang Pelaksanaan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 25 Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-06/PJ.9/2001 Tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak


(6)

Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor : Se-04/Pj.7/2001 Tentang Pemeriksaan Sederhana Lapangan Dalam Rangka Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi Pajak