Kekakuan Kolom Stiffness PENDAHULUAN

Gambar 3.3 Faktor panjang tekuk untuk beberapa kondisi perletakan sumber :AISC-LRFD

3.3 Kekakuan Kolom Stiffness

Suatu struktur harus memiliki kekakuan yang cukup sehingga pergerakkannya dapat dibatasi. Kekakuan struktur K dapat diukur dari besarnya simpangan antar lantai drift bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka bangunan tersebut akan semakin kaku Smith dan Coull, 1991. Ada perbedaan antara displacement dan drift, displacement adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai sedangkan drift adalah simpangan suatu lantai di ukur dari dasar lantai di bawahnya. Sehingga : K = i j Nmm Kekakuan bahan itu sendiri dipengaruhi oleh modulus elastisitas bahan dan ukuran elemen tersebut. Dan modulus elastisitas berbanding lurus dengan kekuatan bahan, maka semakin kuat bahan maka bahan tersebut juga semakin kaku. Namun bahan yang terlalu kaku bisa menjadi getas patah seketika. Universitas Sumatera Utara k ` ℎ k l ℎ k ` ℎ k l ℎ h m ` m ` d = y k l k `

3.3.1 Kekakuan Kolom Jepit-Jepit

Pada prinsip bangunan geser shear building balok pada lantai tingkat dianggap tetap horizontal baik sebelum maupun sesudah terjadi pergoyangan. Adanya pelat lantai yang menyatu secara kaku dengan balok diharapkan dapat membantu kekakuan balok sehingga anggapan tersebut tidak selalu kasar. Pada prinsip desain bangunan tahan gempa dikehendaki agar kolom lebih kuat dibanding balok, namun rasio tersebut tidak selalu linier dengan kekakuannya. Berdasarkan prinsip bangunan geser shear building maka diperlukan asumsi untuk menyederhanakan proses analisis dinamik. Salah satu anggapan tersebut adalah bahwa titik pertemuan antara kolom dengan balok dianggap tidak berotasi agar balok tetap horizontal sebelum dan sesudah pergoyangan. Oleh karena kenyataannya join-join struktur bangunan dapat berotasi secara bebas, maka untuk menghitung kekakuan kolom ini maka diambil model kolom jepit-jepit yang join atasnya mengalami perubahan tempat. Gambar 3.4 Kolom jepit-jepit sumber : Analisa Struktur Universitas Sumatera Utara 5 = F\n dan 5 = F\n 3 = 5 + 5 = p F\n E + F\n E q 3 = \n E Karena K = i dan P = H 1 , maka : K= 3 = \n E dimana kekakuan ini mengabaikan efek P-∆. Dengan cara yang sama, maka kekakuan untuk kolom jepit-sendi dapat dicari. Gambar 3.5 Kolom jepit-sendi sumber : Analisa Struktur M = E \n dan H = 5 = E\n E y K = 3 = E\n E Pada umumnya sebuah bangunan memiliki beberapa kolom sebagai dukungan. Susunan dari tiap kolom mempengaruhi kekakuan bangunan. Karena kolom saling memperkuat satu sama lain maka susunan kolom-kolom tersebut dapat diibaratkan seperti rangkaian pegas paralel. M y Universitas Sumatera Utara a b Gambar 3.6 a struktur pegas paralel b struktur pegas seri sumber : Respon Dinamik Struktur Elastik Untuk struktur yang tersusun seperti seperti rangkaian pegas paralel, maka kekakuan kolom akan bertambah sebanding dengan jumlah kolom pada portal tersebut karena pada prinsipnya semua kolom saling mendukung. K eq = ∑ r Sedangkan untuk susunan kolom seperti rangkaian pegas seri akan menjadi st = u v w r

3.3.2 Kekakuan Kolom Menurut Cara Muto 1956,1975

Muto 1975 memberikan alternatif tata cara menghitung kekakuan kolom dengan cara memperhitungkan kekakuan balok. Hal ini berarti bahwa join- join dimungkinkan untuk berotasi. Kekakuan relatif blok dan kolom dinyatakan dalam : Z = n Z Z 7 = n 7 x 7 h P y K 1 K 2 K 3 y ` y l y c q tm’ h 1 h 2 h 3 P P K 1 K 3 K 2 y Universitas Sumatera Utara Yang mana K adalah suatu koefisien, k c dan k b masing-masing adalah kekakuan relatif kolom dan balok, h c dan l b berturut-turut adalah tinggi kolom dan panjang balok. Muto memberikan rumus kekakuan berdasarkan kondisi pengekangan kolom oleh balok, yaitu pada kolom tepi, kolom tengah, dan kolom bawah. Gambar 3.7 Kolom tepi, kolom tengah, dan kolom bawah sumber : Respon Dinamik Struktur Elastik Kekakuan Muto dapat dituliskan seperti persamaan di bawah : = z = dengan z = ΄ ΄ + dan = = \n E K m adalah kekakuan Muto, C m adalah koefisien kekakuan Muto, dan K f adalah kekakuan kolom jepit-jepit. Sementara nilai k ’ diberikan berdasarkan letakkondisi masing-masing kolom gambar 3.6 1. Kolom tepi : ΄ = ∑ 0 7 +∑ 0 77 Z 2. Kolom tengah : ΄ = ∑ 0 7 +∑ 0 77 Z | ` | } | l | l | ` | } | b | c | ` | l | } Universitas Sumatera Utara 3. Kolom bawah : ΄ = ∑ 0 7 Z • Kolom tingkat dasar dapat berotasi yang dikontrol oleh adanya balok- balok sloof : z = ΄ +1. ΄ + • Titik balik kolom terletak pada ` c ℎ dari join atas dengan h tinggi kolom. Apabila kekakuan tingkat dasar diambil rata-rata dari kekakuan kolom jepit-jepit dan kekakuan kolom normal : z = ΄ + ΄ +

3.4 Dinding Pengisi Masonry