ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PERSALINAN DI PUSKESMAS RAWAT INAP MAMPU PONED dan TIDAK PONED KOTA BATAM TAHUN 2015

(1)

HELATH CENTERS CAPABEL PONED and NOT PONED IN BATAM 2015

Anggereini Puspita Sari

ProgramStudi Manajemen Rumah Sakit, Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

IINTISARI

Latar Belakang : Puskesmas PONED (Penanganan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar) merupakan upaya Pemerintaha dalam memberikan pelayanan penanganan komplikasi dan rujukan kebidanan serta neonatus, mempermudah akses pelayaanan Ibu hamil dan menurunkan AKI. Di Kota Batam terdapat 2 puskesmas mampu PONED. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kualitas pelayanan persalinan di Puskesmas mampu PONED dan tidak PONED Kota Batam Tahun 2015, meliputi SDM, sarana dan prasarana, serta kualitas pelayanan persalinan.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatanStudi Kasus. Pengumpulan data dengan indepth intervie dan Observasi. Sampel yang diperoleh dengan cara Purposif Sampling yaitu diambil adalah 2 Puskesmas PONED Belakang Padang dan Bulang, dan 2 Puskesmas Sei Panas dan Sambau dengan AKI tetringgi. Informan utama adalah Bidan Koordinator, Ka. Tata Usaha puskesmas PONED dan Tidak PONED di Kota Batam.

Hasil dan Pembahasan : Puskesmas Rawat Inap mampu PONED Belakang Padang terdapat 1 Tim Inti PONED mutasi, sedangkan SDM Puskesmas Bulang sudah memenuhi standar, sarana dan prasarana sudah lengkap namun masih ada beberapa peralatan yang tidak tersedia. Alat Transportasi belum memadai,masih menggunakan perahu kecil. Kualitas pelayanan persalinan sudah baik, Puskesmas Belakang Padang dan Bulang mengalami penurunan AKI. Puskesmas menjalin kerjasama antar sektoral yaitu mitra dan dukun untuk mensosialisasikan program PONED guna menurunkan AKI. Puskesmas Tidak PONED Sei Panas dan Sambau SDM sudah memenuhi standar, Puskesmas Sei panas memiliki ruang operasi yang tidak berfungsi karena staff ahli mutasi, obat-obatan yang mendekati masa exspired. Kualitas pelayanan Persalinan belum efektif, karena masih terdapat AKI, masyarakat belum sepenuhnya memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, karena lebih memilih klinik terdekat.

Kesimpulan : SDM Puskesmas mampu PONED Belakang Padang belum memenuhi standar, SDM Puskesmas Bulang sudah memenuhi standar, peran aktif bidan melibatkan mitra dan dukun sangat baik, transportasi kurang memadai. Puskesmas Sei Panas dan Sambau SDM sudah emmenuhi standar, sarana prasarana sudah memenuhi standar, kualitas belum efektif dalam penurunan AKI,


(2)

(3)

services and reducing the MMR (maternal mortality rate). In the city of Batam there are two health centers were able PONED. This study aimed to analyze the differences in the quality of childbirth service in health centers able PONED and unable PONED Batam 2015.

Methods: This study is a qualitative research with case study approach. Collecting data with indepth interviews and observations. Samples were obtained by purposive sampling taken from 2 PONED health centers, Belakang Padang and Bulang, and 2 unable PONED health centers, Sei Panas and Sambau. The main informants is Coordinator midwife andHead of Administration of health centers able PONED and unable PONED in Batam.

Results and Discussion: Inpatient Health Center able PONED Belakang Padang is 1 Core Team PONED was mutated, whereas human resources of Bulang already meet the standards. Facilities and infrastructure already complete but there are still some equipment that is not available. Quality of childbirth service are good.Both health centers decreased MMR. They built inter-sectoral for socializing PONED program to reduce MMR. Human resources of health centers unable PONEDSei Panas andSambau already meet the standards. Facilities and infrastructure were good but still not fully implemented.Childbirth service quality was notefective, because still the MMR, people has not fully utilize thefacilities provided.

Conclusion:Human resource in health centers able PONED Belakang Padang was not meet the standardsbutBulang has met, facilities and infrastructure need to improved and quality are good.Health centers unable PONEDSei Panas and Sambau hadenough human resources, facilities and infrastructure met the standard,quality was not effective yet.


(4)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian dan pembahasan penelitian ini disajikan dengan uraian : Kondisi Internal yang meliputi Kualifikasi Sumber Daya Manusia, sarana dan prasaranaproses layanan persalinandan Mutu pelayanan kebidanan (persalinana) di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak PONED Kota Batam serta pengetahuan tentang standar pelayanan Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak PONED meliputi pendapat tentang program PONED menurunkan AKI dan Dukungan Stakholder.

Lokasi penelitin ini di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Kota Batam, yitu : Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang, Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Bulang, Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sei Panas dan Puskesmas Rwat Inap Tidak PONED Sambau.

1. Gambaran Umum Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED a. Puskesmas Belakang Padang

Puskesmas ini terletak dikelurahan Tanjung Sari Kecmatan Belakang Padang Kota Batam, yang lebih dikenal dengan Belakang Padang Pulau Penawr Rindu. Pulau ini ditempuh dengan transportasi laut boat (pancung)


(5)

dengan waktu selam ± 15 menit dari pelabuhan domestik sekupang. Dapun

batas wilyh kerja Puskesmas Belakang Padang yaitu :

1). Sebelah Utara : Selat Pelipih (pelayaran Internasional) 2). Sebelah Selatn : Kecamatan Moro (Kab. Tg. Bali Karimun) 3). Sebelah Barat : Kabupaten Tg. Blai Karimun

4). Sebelah Timur : Sekupang (Kota Batam)

Lokasi Puskesmas RI Mampu PONED terletak di sebuah desa, diangkat menjadi Puskesmas RI sejak tahun 2005 dan PONED tahun 2013, jumlah kira-kira penduduk setempat (wilayah kerja puskesmas) yaitu25.154 Jiwa. Jumlah ibu hamil didesa tahun 2013 tahun 2014 378 ibu, tahun 2015 379 ibu. Puskesmas RI belakang padang juga dapat merawat penduduk desa tambahan lainnya yaitu sejumlah 6 kelurahan dengan mencakup 21 pulau, jumlah bed rawat inap di Puskesmassebanyak 10 buah, sejauh ini belum pernah terjadi komplikasi atau kelainan lainnya pada ibu bersalin di puskesmas ini, adapun terjadinya kejadian ibu bersalin yang meninggal pada saat persalinan di wilayah kerja Puskesmas ini pada tahun 2014 sebanyak 2 ibu dengan hipertensi dalam kehamilan dan lain-lain.

Dokumentasi dalam program pencatatan data persalinan di puskesmas ini sudah terstruktur secara regional. Puskesmas ini juga dicapai oleh penduduk terpencil disekitarnya,dengan cara rata-rata pasien datang menggunakan transpot laut dan ada jugayang didampingi oleh petugas kesehatan. Ibu hamil juga dapat mencapai puskesmas sebelum kelahiran (khususnya jika terjadi komplikasi) karena pemerintah telah menyediakan transportasi gratis untuk puskesmas dalam melalkukan atau penanganan persalinan apabila terjadi


(6)

diluar pulaubegitupun sebaliknya pasien dapat menghubungi puskesmas untuk dijemput menggunakan transportasi laut yang disediakan puskesmas bila pasien tidak memiliki alat transportasi.

Bila tidak juga dapat ditanganidengan segera, bida puskesmas berkordinasi dengan bidan desa dan perawat jaga yang standbay di pustu. Puskesmas ini belum menggunakan pedoman internasional, Pelayanan medis dipuskesmas rata-rata keseluruhan pasien menggunakan BPJS. Dengan kualifikasi pendidikan lanjutan yang diajukan untuk tenaga kebidanan adalah D4 kebidanan untuk Bidan, karena bidan dipuskesmas ini rata-rata masih D-III Kebidanan.

Rata-rata lama tinggal pasien yang tinggal dipuskesmas bagi ibu yang melahirkan yaitu 1 x 24 jam bagi ibu bersalin tanpa komplikasi atau masalah, sedangkan 3 x 24 jam untuk ibu bersalin dengan komplikasi atau masalah. Sedangkan wanitahamil yang dirawat di puskesmas padawaktu persiapan peralinan yaitu 1 sampai 2 hari. Untuk sejauh ini tidak pernah terjadi keterlambatan rujukan pada Puskesmas

b. Puskesmas Bulang

Kelurahan Pulau Buluh merupakan satu dari enam kelurahan yang berada di Kecamatan Bulang, dengan luas wilayah 2.187 km² dena berbatasan langsung

dengan :

1). Sebelah Utara : Tg. Uncang

2). Sebelah Selatan : Kelurahan Batu Legong 3). Sebelah Barat : Kelurahan Bulang Lintang


(7)

Berbatsanya kelurahan Pulau Buluh dengan kelurahan-kelurahan di minlandmembuat kelurahan ini mudah diakses baik darisegi transportasi maupun jangkauan jarak dan waktu.cukup 10 menit dari pelabuhan segulung dengan menggunakan boat (pancung).

Puskesmas RI Mampu PONED diangkat menjadi Puskesmas RI sejak tahun 2006 dan PONED tahun 15 September 2015, jumlah kira-kira penduduk setempat (wilayah kerja puskesmas) yaitu±2.657 Jiwa.Jumlah ibu hamil

didesa sejak tahun 2014 yaitu 185 ibu, tahun 2015 yaitu 207 ibu. Puskesmas RI belakang padang juga dapat merawat penduduk desa tambahan lainnya yaitu sejumlah 2 pulau yaitu pulau Gate dan PulauSelat Bertan, jumlah bed rawat inap di Puskesmas sebanyak 5 buah, sejauh ini belum pernah terjadi komplikasi atau kelainan lainnya pada ibu bersalin di puskesmas,adapun jumlah persalinan dipuskesmas tahun 2014 sebanyak 16ibu dan tahun 2015 sebanyak 42 ibu, 2 tahun terakhir sejak tahun 2014 tidak adaAngka Kematian Ibu bersalin.

Dokumentasi dalam program pencatatan data persalinan di puskesmas ini sudah terstruktur secara regional. Puskesmas ini juga dicapai oleh penduduk terpencil disekitarnya,dengan cara rata-rata pasien datang menggunakan transportasi laut dan ada jugayang didampingi oleh petugas kesehatan. Ibu hamil juga dapat mencapai puskesmas sebelum kelahiran (khususnya jika terjadi komplikasi) karena pemerintah telah menyediakan transportasi gratis untuk puskesmas dalam melalkukan atau penanganan persalinan apabila terjadi diluar pulaubegitupun sebaliknya pasien dapat menghubungi


(8)

puskesmas untuk dijemput menggunakan transportasi laut yang disediakan puskesmas bila pasien tidak memiliki alat transportasi.

Bila tidak juga dapat ditanganidengan segera, bidan puskesmas berkordinasi dengan bidan desa dan perawat jaga yang standbay di pustu. Puskesmas ini belummenggunakan pedoman internasional, Puskesmas ini menggunakan konspe tertulis dalam penanganan kebersihan puskesmas. Pelayanan medis dipuskesmas rata-ratakeseluruhan pasien menggunakan BPJS. Kapsitas (kemampuan) pegawai puskesmas cukup untuk merawat ibu hamil / persalinan. Dengan kualifikasi pendidikan lanjutan yang diajukan untuk tenaga kebidanan adalah D4 kebidanan untuk Bidan, karena bidan dipuskesmas ini rata-rata masih D-III Kebidanan.

Parameter yang digunakan dipuskesmas bulang adalah menggunakan APN, Partograf, IMD dan Standar PONED. Puskesmas ini juga menggunakan konsep tertilis mengenai kebersihan puskesmas. Puskesmas bulang melayanai pelayanan persalinan dari 100% BPJS

Rata-rata lama tinggal pasien yang tinggal dipuskesmas bagi ibu yang melahirkan yaitu 1 x 24 jam bagi ibu bersalin tanpa komplikasi atau masalah, sedangkan 3 x 24 jam untuk ibu bersalin dengan komplikasi atau masalah. Sedangkan wanitahamil yang dirawat di puskesmas padawaktu persiapan peralinan yaitu 1 sampai 2 hari. Untuk sejauh ini tidak pernah terjadi keterlambatan rujukan pada Puskesmas.

2. AnalisisSumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab II, yang dimaksud dengan SDM dalam Penelitian ini adalah Kesesuaian ketersediaannya Tenaga Inti dan


(9)

Pendukung Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED. Yang akan disajikan dalam analisis data ketersediaan tenaga kesehatan Inti dan Pendukung dalam Puskesmas Mampu PONED pada intervew dan telusur dokumen.

Data ketersediaan SDM pada intervew dan telusur dokumen disajikan dalamtabelberikut per puskesmas.

Tabel 4.1 Daftar ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang

No Jabatan Pendidikan Jumlah

1 Kepala UPT Dokter 1

2 Tim Inti Tenaga Pelaksana Pelayanan :

a. Dokter PJ Kedokteran -

b. Bidan Kordinator D-III Kebidanan 1

c. Perawat D-III Keperawatan 1

3 Tim Pendukung Pelaksana Pelayanan:

a. Dokter Umum Kedokteran 2

b. Bidan D-III Kebidanan 8

c. Perawat D-III Keperawatan 4

d. Analis Laboraturium D-III Analis 1

e. Petugas Administrasi S1 Administrasi 2

Tenaga Non Kesehatan Sebagai Penunjang Pelayanan :

f. PetugasDapur SMP 1

g. Petugas Laundry SD 1

h. Penjaga Malam SMA 2

i. Cleaning Service SD 1

j. Pengemudi

Ambulance SMA

1 Sumber : Intervew, telusur dokumen

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa SDM di Puskesmas RI Mampu PONED belum memenuhi 100% standar Puskesmas PONED, dimana menurut Nawawi 2001, Sumber Daya Manusia adalah suatu proses mendaya gunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi


(10)

Disebabkan karena Dokter Penanggung Jawab PONED sudah mutasi, sehingga yang bekerja disini adalah Bidan Kordinator dibantu dan Tim pendukung serta staff rawat inaplainnya.

Pemerintah Kota Batam Membantu dalam proses perencanaan program PONED di daerah Hinterland.

Tabel 4.2 Daftar ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Bulang

No Jabatan Pendidikan Jumlah

1 Kepala UPT Dokter 1

2 Tim Inti Tenaga Pelaksana Pelayanan :

d. Dokter PJ Kedokteran 1

e. Bidan Kordinator D-III Kebidanan 1

f. Perawat D-III Keperawatan 1

3 Tim Pendukung Pelaksana Pelayanan:

k. Dokter Umum Kedokteran 2

l. Bidan D-III Kebidanan 31

m. Perawat D-III Keperawatan 5

n. Analis Laboraturium D-III Analis 1

o. Petugas Administrasi S1 Administrasi 3

Tenaga Non Kesehatan Sebagai Penunjang Pelayanan :

p. PetugasDapur SMP

q. Petugas Laundry SD

r. Penjaga Malam SMA

s. Cleaning Service SD

t. Pengemudi

Ambulance SMA

Sumber : Intervew, telusur dokumen

Dari tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa kualifikasi SDM di Puskesmas RI Mampu PONED sudah memenuhi 100% standar Puskesmas PONED, dimana menurut Nawawi 2001, Sumber Daya Manusia adalah suatu proses mendaya gunakan manusia sebagai tenaga kerja secara manusiawi, agar potensi fisik dan psikis yang dimilikinya berfungsi maksimal bagi pencapaian tujuan organisasi. Dimana disini sudah tepenuhinya Tim Inti dan Pendukung Penyelenggara PONED.


(11)

PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) merupakan salah satu pelayanan dibawah tanggung jawab Kepala Puskesmas dan Kebidanan. Struktur organisasi Puskesmas Rawat Inap mampu PONED Belakang Padang dan Bulang dilihat dari keseluruhan dua struktur Puskesmas dapat digambarkan sebagai berikut :

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Puskesmas Rawat InapMampu PONED Belakang Padang dan Bulang

Kepala UPT Kepala Subag TU Unit Pendukung

Bidan Koordinator Pustu Plindes

Dari bagan diatas dapat dilihat struktur PONED Puskesmas Belakang Padang dan Bulang Kepala Puskesmas memiliki tanggung jawab langsung kepada Ka Subag TU, Unit Pendukung, Bidan Kordinator serta membawahi Pustu dan Polindes.

Berdasarkan pedoman PONED menurut Kemenkes 2013 yang dijadikan sebagai acuan penyelenggaraan PONED, Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dipimpin oleh Kepala UPT Puskesmas dan bertanggung jawab langsung kepada Bidan Kordinator. Untuk Puskesmas Rawat Inap mampu PONED, struktur organisasi mengacu pada struktur organisasipemerintah untuk dapat memberikan layanan yang baik dan sesuai standar PONED. dengan demikian Puskesmas RI Belakang Padang dan bulang mengacu pada peraturan pemerintah yang tertuang dalam peraturan Mentri Kesehatan


(12)

(permenkes) No 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat atau Puskesmas

Berdasarkan struktur organisasi Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang, Tim PONED bertanggung jawab langsung pada ketua UPT. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman Permenkes. Namum pada umumnya peorganisasian di seluruh Puskesmas sama, yang membedakan adalah Unit pelaksana.

Pemerintah Kota Batam Membantu dalam proses perencanaan program PONED di daerah Interland. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan Belakang Padang dalam wawancara mengenai pendapat tentang program PONED :

R1” “Sangat bagus, Menjangkau, Cepat, Menurunkan AKI, Program baik, Anggota Inti, Pindah, Implementasi baik, Pelatihan”

“R2” “Sangat membantu, Lebih dekat, Program Sesuai Pedoman , Implementasi Terlakasana dengan baik, Anggota inti dan pendukung, Mememnuhi standar, Pelatihan.

Dari ke dua definisi diatas dapat disimpulkan Program sangat Positif dapat Membantu program KIA, Implementasi berjalan dengan baik dan Keberagaman, SDM Mendapat pelatihan kshusnya kasus emergensi, Tim PONED mutasi pada Puskesmas Belakang Padang dan Tim PONED Bulang memenuhhi Standar, Pedoman Poned hanya pada SOP Puskesmas.

Pemberdayaan SDM di Puskesmas Belakang Padang belum sesuai standar Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED ini sangat berpengaruh terhadap beban kerja tim inti lainnya. Seharusnya Tim Inti tersebut pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan (dokter) terlatih PONED melalui pelatihan atau rekrutmen tenaga kesehatan


(13)

0 20 40

Pkm.BLP Pkm Bulang

Sesuai Standar Tidak Sesuai Standar

terlatih. Sedangkan pada Puskesmas Bulang tidak terjadi maslah dalam penyediaan SDM. Semua sesuai standar Penyelenggaraan PONED.

3. Analisis sarana dan Prasarana di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang

Persyaratan Sarana dan Prasarana Puskesmas Mampu PONEDbelakang padang dan Bulang digambarkan dalam grafik dibawah ini :

Diagram 4.1 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Puskesmas rawat Inap Mampu PONED

Dari diagram diatas dapat dijelaskan bahwa ada beberapa kendala ketidak sesuaian dalam struktur sarana dan prasarana di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang diantaranya ruang Perawatan Kebidanan point 1 dan 2 dimana Kebutuhan luas ruang untuk 1 (satu) tempat tidur (tt) pasien adalah minimal 7,2 m² tidak seuai, Di dalam ruang rawat pasien yang memiliki lebih dari 1 (satu) , jarak antar tt adalah 2,4m² ini dikarenakan ruangan masih kecil.

Pada puskesmas Bulang sedang dilakukan pembangunan penambahan untuk ruang rawat inap. Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2 tidak sesuai bangunan puskesmasmasih terbilang kecil. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (hospital plint) untuk memudahkan pembersihan ini jugatidak sesuai karena pertemuan antara diniding masih membentuk sudut siku. Tidak tersedianya ruang bedah minor.


(14)

Ventilasi dan Pengkondisian Udara Pada Puskesmas Bulang khususnya Ruangan yang dilengkapi dengan ventilasi mekanik harus diberikan pertukaran udara minimal 6(enam) kali per iam (ACH/Air Change Hour = 6

times) TidakSesuai, masih menggunakan Jendelaterbuka.

KelistrikanPuskesmas mampu PONED RI Belakang Padang dan Bulang tidak bersumber pada Daya Listrik Normal Yaitu sumber listrik berasal dari Perusahaan Listrik Negara,ini dikarenakan sumber listrik masih menggunakan gensetmilik puskesmas. Mengenai tata suara, pada tiap-tiap tempat tidur pasien dalam ruang perawatan dilengkapi dengan sistem panggil perawat (;nurse station) yang bertujuan menjadi alat komunikasi antara perawat dan pasien dalam bentuk visual dan audible (suara), dan memberikan sinyal pada kejadian darurat pasien ini juga tidak sesuai karena letak ruang rawat inap dan ruang bersalin berdekatan dengan ruang nurs station. Sedangkan berdasarkan pedoman penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED (kemenkes Ri, 2013) menyebutkan ruang kerja sekaligus sebagai kamar jaga untuk perawat/bidan jaga (nurse station), dengan syarat : a) mempunyai akses langsung keruang perawatan bayi baru lahir dengan masalah b) dilengkapi washtafel,kamar mandi dan WC untukpetugas, c) ada ruangan linen,tempat penyimpanan linen siap pakai. Ini dijadikan satu dengan kamar bagi petugas jaga (perawat). Penetapan pemilihan lokasi yang tepat bedampak pada efisiensi kerja dan meringankan pelayanan persalinan, yaitu dengan meminimumkan resiko terjadinya komplikasi dan mempercepat gerak kerja.


(15)

1) Ruang Pendaftaran

Askes masuk ke ruang kebidanan terdiri darisatupintu masuk staf dan pendaftaran. Pintu masuk ruang kebidanan melalui pintuutama Puskesmas.

Gambar 4.1. Akses Pendaftaran Puskesmas Belakang Padang

. Gambar 4.2. Akses pendaftaran Puskesmas Bulang

2) Ruang bersalin dan rawat Inap

Ruangan bersalin merupakan wadah pelayanan masyarakat yang berperan sebagai tempat kegiatan dan tindakan dibidang kesehatan khususnya kebidanan. Saat ini ruang persalinan Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED belum tersedia tempat khusus rujukan obstetri dan neonatal emergensi/ komplikasi, namum puskesmas dapat mempergunakan UGD yang ada.


(16)

Gambar 4.3 Ruang Bersalin dan Rawat Inap di Puskesmas Belakang Padang

Gambar 4.4. Ruang Bersalin dan rawat inap di Puskesmas Bulang 3) Kerjasama Lintas Sektoral dan kegiatan penunjang PONED

Mitra yang dapat diperankan sebagai penggerak demand (permintaan) target sasaran dan keluarga, untuk memanfaatkan pelayanan PONED yang tersedia menurut kebutuhannya, salah satunya adalah masyarakat dalam wadah UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat) yang dapat berperan dalam program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) misalnya mitra dan kader. Serta segiatan yang sudah dilakukan bersama masyarakat guna menunjang PONED.


(17)

0 20 40 60 80 100 120

Sesuai standar

Tidak Sesuai

Gambar 4.6. kemitraan Bidan dan Dukun Puskesmas Bulang 4) Transportasi

Akses Transportasi dari Batam Ke Pulau Belakang Padang menggunakan jalur laut, yaitu dengan media transportasi perahu kayu boat (pancung) jarak tempuh ± 15 menit melalui pelabuhan domestik Sagulung jika kepulau

Belakang Padang dan melalui Pelabuhan Sagulung jika hendak ke Pulau Buluh (Puskesmas Bulang).

Gambar 4.7. Sarana Transportasi ke Puskesmas belakang padang

Gambar 4.8. Sarana transportasi ke Puskesmas Bulang

5) Hasil Ceklist ketersediaan Peralatan Persalinan Puskesmas Rawat I nap Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang


(18)

0 5 10 15 20 25

Pkm. Belakang

Padang

Pkm. Bulang

Dilakukan Tidak dilakukan

Diagram 4.2 Hasil Ceklist ketersediaanPeralatan Persalinan Puskesmas Rawat I nap Mampu PONED

Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa ke 2 puskesmas Mampu PONED belum 100% memenuhi standar ketersediaan peralatan persalinan. Fasilitas yang dimiliki Puskesmas Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang belum sesuai dengan standar fasilitas Puskesmas PONED, ada beberapaalat yang seharusnya sesuai dengan standar tetapi masih kurang dan alat untuk peralatan Nasogastric tube dewasa 5 dan Nasogastric tube dewasa 8 tidakada, alatpenunjang lainya untuk penanganan emergensi juga tidak tersediaEkstraktor Vakum Manual dan Aspirator Vakum Manual.

Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas PONED masih belum sesuai dengan standarPONED. Salah satu sebab dikarenakan masih ada pengembangan pembangunan tambahan untuk puskesmas Rawat Inap Mampu PONED, ruang kebidanan telah dipersiapkan dibangun baru dengan kapasitas yang cukup besar dengan ruangan yang memadai.

4. Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang


(19)

Diagram 4.3 Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan sesuai standar mutu pelayanan persalinan standar 1-24

Berdasarkan uraian diatas semua pelayanan kebidanan dilakukan sesudai standar PONED, dan tidak menangani ektraksi vakum, termasuk tidak menolong persalinan yang terdeteksi ada kelaianan atau komplikasi. Karena begitu terdeteksi dini adanya Komplikasi pasien akan segera dirujukke faskes yang lebih tinggi yaitu Rsyang sudah PONEK.

Selain itu perlu diperhatikan dari evaluasi akhir program PONED dalam menurunkan AKI apakah sudah berjalan dengan baik atau malah sebaliknya, berikut adalah penjelasan dari kategori penjelasan informan mengenai Program PONED dapat menurunkan AKI :

“R1” “Kualitas bagus, kerjasama bidan dan mitra, memudahkan, efisiensi waktu, rawat inap 24 jam dan respon amsyarakat positif”

“R2” “Program, respon masyarakat baik, kerja sama mitra, meningkatkan kunjungan Tim PONEK, ruang bersalin kecil, percontohan”.

Untuk menurunkan AKI, Mutu pelayanan kebidanan dan persalinan Puskesmas Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang memberikan layanan kebidanan meliputi persalinan pada semua masyarakat yang membutuhkan pelayanan yang aman dan bersih.

Puskesmas Belakang Padang Mengalami Penurunan AKI, sehingga di tahun 2015 AKI = 0.

5. Gambaran Umum Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED a. Sei Panas


(20)

Pada penelitian ini penulis megnlisis kulitas pelayanan persalinan di Puskesms Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak PONED Kot Batam meliputi : struktur organissi, Mutu pelayanan kebidanan (persalinana), sarana dan prasarana proses layanan persalinan di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED dan Tidak PONED Kota Batam

Puskesmas ini terletak dikecamatan Batam Kota, dibawah kelurahan Sungai Panas. Puskesmasini terletak di pusat keramian kecamatan batam kota, mudah diakses melalui jalur darat dengan menggunakan transportasi kendaraan roda dua atau emnpat.Adapun batas wilyh kerja Puskesmas Sei Panas yaitu :

1). Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Bengkong 2). Sebelah Selatn : Kecamatan Sungai Beduk

3). Sebelah Barat : Lubuk Baja

4). Sebelah Timur : Kecamatan Nongsa

Lokasi Puskesmas RI Tidak PONED terletak di sebuah Kelurahan Sungai Panas,diangkat menjadi Puskesmas RI sejak tahun 1992 dan tidak PONED dan secra legalnya tahun 2014. Letaknya masih dapat menjangkau Rumah Sakit Terdekat, jumlah kira-kira penduduk setempat (wilayah kerja puskesmas) yaitu 26.056 Jiwa.jumlah ibu hamil sejak tahun 2014 yaitu sebanyak 2.205 ibu, tahun 2015 sebanyak 1359 ibu. Sedangkan Ibu bersalin pada tahun 2014 sebanyak 2.105 dan pada tahun 2015 sebanyak 1.298 Ibu. Puskesmas RI Sei Panas juga dapat merawat penduduk desa tambahan lainnya yaitu daerah sekitar wilayah kerja, jumlah bed rawat inap di Puskesmassebanyak 6 buah, sejauh ini belum pernah terjadi komplikasi atau kelainan lainnya pada ibu bersalin di puskesmas ini, adapun terjadinya


(21)

kejadian ibu bersalin yang meninggal pada saat persalinan di wilayah kerja Puskesmas ini pada tahun 2013 sebanyak 3 ibu dengan 2 hipertensi dalam kehamilan dan 1 lain-lain. Tahun 2014 jumlah kematian ibu menurun menjadi 1disebabkan foktor lain-lain, sedangkan pada tahun 2014 jumlah kematian ibu bersalin meningkat menjadi 4 kematian ibu bersalin yang disebabkan oleh 2 perdarahan, 1 hipertensi dalam kehamilan dan 1 lain-lain. Pada tahun 2015 angka kematian ibu masih ada sebanyak 3 ibu.

Dokumentasi dalam program pencatatan data persalinan di puskesmas ini sudah terstruktur secara regional. Puskesmasini mudah dijangkau, karena letaknya sangat strategis di pusat wilayah kerja Kecamatan batam Kota, Bangunan yang berdiri di depan jalan raya, bisa menggunakan jalurdarat dengan menggunakan alat transportasi umum atau pribadi baik roda dua atau empat. Ibu hamil juga dapat mencapai puskesmas sebelum kelahiran (khususnya jika terjadi komplikasi) dengan cepat.

Puskesmas ini belummenggunakan pedoman internasional, Puskesmas ini menggunakan konspe tertulis dalam penanganan kebersihan puskesmas. Pelayanan medis dibayarkan dipuskesmas sekitar 70% pasien menggunakan BPJS dan 30% Pribadi jumlah dokter yang bekerja di Puskesmas yaitu 8 dokter, perawat 17 dan bidan 13. Kapsitas (kemampuan) pegawai puskesmas cukup untuk merawat ibu hamil dan persalinan. Dengan kualifikasi pendidikan lanjutan yang diajukan untuk tenaga kebidanan adalah D4 kebidanan untuk Bidan, karena bidan dipuskesmas ini rata-rata masih D-III Kebidanan sesuai dengan profesi masing-masing staff.


(22)

Rata-rata lama tinggal pasien yang tinggal dipuskesmas bagi ibu yang melahirkan yaitu 2 x 24 jam bagi ibu bersalin tanpa komplikasi atau masalah, sedangkan 3 x 24 jam untuk ibu bersalin dengan komplikasi atau masalah. Sedangkan wanitahamil yang dirawat di puskesmas padawaktu persiapan peralinan yaitu 1 sampai 2 hari. Untuk sejauh ini tidak pernah terjadi keterlambatan rujukan pada Puskesmas.

b. Sambau

Puskesmas ini terletak dikecamatan Nongsa, dibawah kelurahan Sambau. Puskesmasini terletak di tengah-tengah pemukiman warga nongsa, dapat ditempuh melalui jalur darat dengan menggunakan transportasi kendaraan roda dua atau emnpat. Tetapi terkadang masih tergolong sedikit sulit untuk mengakses puskesmas bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi, karena kendaraan umum tidak sampai di puskesmas.Adapun batas wilyah kerja Puskesmas Sei Panas yaitu :

1). Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut internasional, Negara Malaysia

2). Sebelah Selatan : Kecamatan Galang 3). Sebelah Barat : Kecamatan Batam Kota

c. Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Utara dan Bintan Selatan Kabbupaten Bintan

Lokasi Puskesmas RI Tidak PONED terletak di tengah pemukiman warga kelurahan Sambau,diangkat menjadi Puskesmas RI sejak tahun Mei 2014 dan tidak PONED karena letaknya masih dapat menjangkau Rumah Sakit Terdekat, jumlah kira-kira penduduk setempat (wilayah kerja puskesmas)


(23)

yaitu 57.601Jiwa.jumlah ibu bersalin tahun 2015829 ibu, dan angka kamtian ibu bersalin sebanyak 2 ibu, kematian ibu saat hamil 4 ibu, kematian ibu saat nifas 1 ibu.

Puskesmas RI Sambau juga dapat merawat penduduk desa tambahan lainnya yaitu daerah sekitar wilayah kerja tergantung BPJS, jumlah bed rawat inap di Puskesmassebanyak 6 buah, sejauh ini belum pernah terjadi komplikasi atau kelainan lainnya pada ibu bersalin di puskesmas ini, adapun terjadinya kejadian ibu bersalin yang meninggal pada saat persalinan di wilayah kerja Puskesmas ini pada tahun 2014 sebanyak 4 ibu dengan 1hipertensi dalam kehamilan dan 3 lain-lain. Tahun 2015 jumlah kematian ibu bersalin menurun menjadi 2 disebabkan foktor lain-lain.

Dokumentasi dalam program pencatatan data persalinan di puskesmas ini sudah terstruktur secara regional. Puskesmas Ini terletak ditengan pemukiman warga, bisa menggunakan jalurdarat dengan menggunakan alat transportasi umum atau pribadi baik roda dua atau empat. Ibu hamil juga dapat mencapai puskesmas sebelum kelahiran (khususnya jika terjadi komplikasi) dengan cepat. Pada wanita hamil Apabila ada yang tidak memiliki kendaraan pribadi dan bersifat emergensy, maka puskesmas akan melakukan pejemputan dengan menggunakan Ambulance. Atau bidan puskesmas akan berkordinasi dengan bidan Polindes terdekat agar pasien segaramendaptkan pertolongan. Puskesmas ini belum menggunakan pedoman Internasional, Puskesmas ini menggunakan konspe tertulis dalam penanganan kebersihan puskesmas. Pelayanan medis dibayarkan dipuskesmas sekitar 90% pasien menggunakan BPJS dan 10% Pribadi. Jumlah dokter yang bekerja di Puskesmas Rawat Inap


(24)

yaitu 9 dokter terdiri dari 7 dokter umum dan 2 drg , perawat 5 dan bidan 12. Kapsitas (kemampuan) pegawai puskesmas cukup untuk merawat ibu hamil dan persalinan. Dengan kualifikasi pendidikan lanjutan yang diajukan untuk tenaga kebidanan adalah D4 kebidanan untuk Bidan, karena bidan dipuskesmas ini rata-rata masih D-III Kebidanan sesuai dengan profesi masing-masing staff.

Rata-rata lama tinggal pasien yang tinggal dipuskesmas bagi ibu yang melahirkan yaitu 2 x 24 jam bagi ibu bersalin tanpa komplikasi atau masalah, sedangkan 3 x 24 jam untuk ibu bersalin dengan komplikasi atau masalah. Sedangkan wanitahamil yang dirawat di puskesmas padawaktu persiapan peralinan yaitu 1 sampai 2 hari. Untuk sejauh ini tidak pernah terjadi keterlambatan rujukan pada Puskesmas

6. AnalisisSumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED

Sebagaimana telah dikemukakan dalam Bab II, yang dimaksud dengan SDM dalam Penelitian ini adalah Kesesuaian ketersediaannya Tenaga Inti dan Pendukung Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED. Yang akan disajikan dalam analisis data ketersediaan tenaga kesehatan Inti dan Pendukung dalam Puskesmas Mampu PONED pada intervew dan telusur dokumen.

Data ketersediaan SDM pada intervew dan telusur dokumen disajikan dalamtabelberikut per puskesmas.

a. Puskesmas Sei Panas

Tabel 4.3 Daftar ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sei Panas

No Jabatan Pendidikan Jumlah


(25)

Sumber : Intervew, telusur dokumen

Berdasarkan hasil telusur dokumen uraian tugas staff di Puskesmas Sei Panas telah diuraikan harus terlatih dan bersertifikat, dimana tiap anggotanya harus memenuhi kriteria standar ketenagaan untuk Puskesmas rawat Inap. Selain itu permasalahan jumlah SDM yang dimiliki Puskesmas Sei Panas dilihatadri jumlah ketenagaan Bidannya masih terbilang kurang jika dibandingkan dengan puskesmas lainnya, sehingga tidak sesuai dengan beban kerja dan kebutuhan yang harus dipenuhi Puskesmas. Dalam mencakup pelayanan di wilayah kerja Kecamatan Batam Kota Kelurahan Sungai Panas.

b. Puskesmas Sambau

Tabel 4.4 Daftar ketersediaan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sambau

No Jabatan Pendidikan Jumla

h

1 Kepala UPT SKM 1

2 Penanggung Jawab Instansi Dokter 2

2 Penanggung Jawab Instansi RI Dokter 2 3 Tim Inti Tenaga Pelaksana Pelayanan :

a. Bidan Kordinator D-III

Kebidanan

1

b. Perawat D-III

Keperawatan

17 c. Bidan Pelaksana D-III / D4

Kebidanan

7 d. Analis Laboraturium D-III Analis 1 Tenaga Non Kesehatan Sebagai Penunjang

Pelayanan :

a. Petugas Administrasi S1 Administras

i

4

b. PetugasDapur SMP 1

c. Petugas Laundry SD 1

d. Penjaga Malam SMA 5

e. Cleaning Service SD 5


(26)

RI

3 Tim Inti Tenaga Pelaksana Pelayanan : g. Bidan Kordinator D-III Kebidanan 1

h. Perawat D-III

Keperawatan

5 i. Bidan Pelaksana D-III / D4

Kebidanan

11 j. Analis Laboraturium D-III Analis 1 Tenaga Non Kesehatan Sebagai Penunjang Pelayanan :

k. Petugas Administrasi S1 Administrasi 4

l. PetugasDapur SMP 1

m. Petugas Laundry SD 1

n. Penjaga Malam SMA 2

o. Cleaning Service SD 1

p. Pengemudi Ambulance SMA 2

Sumber : Intervew, telusur dokumen

Sedangkan di Puskesmas sambau SDM yang tesedia sudah memadai hanya belum terdapat tenaga ahli yang mencukupi dari standar Puskesmas Rawat inap.

Pemerintah Kota Batam Membantu dalam proses perencanaan programRawat Inap. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan Sei Panas dalam wawancara :

“R3” “Sudah lama rawat inap, legalitas RI 2014, membantu masyarakat, terjangkau, AKI menurun, menanganiemergensi dasar, program bervariasi, implementasi baik, anggota inti belum memadai, sluruh staff , pelatihan dan kerja sama.

“R4” “Diresmikantahun 2014, melayani rujukan, terbantu, AKI menurun, biaya terjangkau, pasien umum, program bervariasi, mendapatkan pelatihan, implementasi baik, Tim inti”

Dari kedua pendapat tersebur dapat disimpulkan Program Rawat Inap sangat positif dapat membantu program KIA, legalitas peresmian Rawat inap baru tahun 2014, implementasi baik dan beragam, biaya terjangkau dan tenagah kesehatan mendapat pelatihan khususnya emergensi.


(27)

0 10 20 30 40 50

Pkm. Sei PanasPkm. Sambau

Sesuai Standar

Tidak Sesuai Standar

Selain ketersediaan SDM yang memadai untuk menjalankan program Rawat Inap, maka harus ada Stekholder yang mendukung agar program Rawat inap ini berjalan dengan baik, seperti yang disampaikan oleh informasn :

“R1” “ Dinas terkait, ruang operasi, tidak berfungsi, pindah , terjangkau, kednala beragam belum 100%, rekomendasi, penambahan fasilitas, Obat-obatan dan SDM terlatih”

“R2” “Kepala Puskesmas, fasilitas, rujukan, paling dekat, kendala beragam belum 100%, rekomendasi, penambahan fasilitas, Obat-obatan dan SDM terlatih

7. Analisis sarana dan Prasarana di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sei Panas dan Sambau

Persyaratan Sarana dan Prasarana Puskesmas Tidak PONED Sei Panas dan Sambau digambarkan dalam grafik dibawah ini :

Diagram 4.4 Hasil Observasi Sarana dan Prasarana Puskesmas rawat Inap Mampu PONED

Puskesmas Rawat Inap memiliki sarana dan prasarana yang sudah diatur dalam panduan Peyelenggaraan standar PONED, karena secara pelaksanaan puskesmas Rawat Inap Sei Panas dan Sambau sudah melakukan pelayanan berstandarkan PONED. ada beberapakendala ketidak sesuaian dalam struktur sarana dan prasarana di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED diantaranya ruang Perawatan Kebidanan point 1 dan 2 dimana Kebutuhan luas ruang untuk 1 (satu) tempat tidur (tt) pasien adalah minimal 7,2 m² tidak seuai, Di dalam ruang rawat pasien yang memiliki lebih


(28)

dari 1 (satu) , jarak antar tt adalah 2,4m². Kebutuhan luas ruangan min. 12 m2 tidak sesuai bangunan puskesmasmasih terbilang kecil. Disarankan pertemuan antara dinding dengan lantai melengkung (;hospital plint) untuk memudahkan pembersihan ini jugatidak sesuai karena pertemuan antara diniding masih membentuk sudut siku. Tidak tersedianya ruang bedah minor.

Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED ini yang sudah tersedia dalam standar bangunan yang ada adalah ruang/fasilitas pendukung, berupa: a) tempat khusus penerimaan kasus rujukan obstetrindan neonatal emergensi/komplikasi, namun puskesmas dapat mempergunakan UGD yang ada, b) dapur sederhana dengan kelengkapan memasak, c) ruang cuci/loundritempat jemur dan setrika linen untuk ruang rawat inap dan rawat jalan,(belum Tersedia) d) tersedia bagi kamar petugas jaga (perawat dan pengemudi), e) garasi ambulance, f) tempat petugas penjaga malam puskesmas (belum tersedia), g) perumahan petugas, bagi petugas inti Puskesmas Tidak PONED (belum tersedia).

Adapun gambar ruangan kebidanan dapat dilihat dalam beberapagambar berikut :

1) Ruang Pendaftaran

Askes masuk ke ruang kebidanan terdiri darisatupintu masuk staf dan pendaftaran. Pintu masuk ruang kebidanan melalui pintuutama Puskesmas.


(29)

. Gambar 4.10. Akses masuk keruang Pendaftaran Puskesmas Sambau 2) Ruang bersalin dan rawat Inap

Ruangan bersalin merupakan wadah pelayanan masyarakat yang berperan sebagai tempat kegiatan dan tindakan dibidang kesehatan khususnya kebidanan. Saat ini ruang persalinan Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED belum tersediatempatkhusus rujukan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi, namum puskesmas dapat mempergunakan UGD yang ada.

Gambar 11. Ruang Bersalin dan Rawat Inap di Puskesmas Sei Panas

Gambar 4.12. Ruang Bersalin dan rawat inap di Puskesmas Sambau

3) Kerjasama Lintas Sektoral dan kegiatan penunjang Rawat Inap

Mitra yang dapat diperankan sebagai penggerak demand (permintaan) target sasaran dan keluarga, untuk memanfaatkan pelayanan Rawat Inap yang


(30)

0 20 40 60 80 100 120

Pkm.SeiPanas Pkm.Sambau

Sesuai Tidak Sesuai

tersedia menurut kebutuhannya, salah satunya adalah masyarakat dalam wadah UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat) yang dapat berperan dalam program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) misalnya mitra dan kader. Serta segiatan yang sudah dilakukan bersama masyarakat guna menunjang PONED.

Gambar 4.13. Pelatihan Kader dan Kelas Ibu Hamil Puskesmas SeiPanas

Gambar 4.14. Kunjungan Rumah Pasien pada Puskesmas Sambau 4) Transportasi

Akses Transportasi ke Puskesmas Sei Panas dan Sambau dapat menggunakan transportasi darat,baik dengan kendaraan pribadi ataupun umum, ini disebakan lokasi Puskesmas letaknya sangat strategissehingga mudah dicapai oleh pasien. 5) Hasil Ceklist ketersediaan Peralatan Persalinan Puskesmas Rawat Inap Tidak


(31)

0 5 10 15 20 25

Pkm. Sei Panas Pkm. Sambau

dilaksanakan Tidak Dilaksanakan

Diagram 4.5 Hasil Ceklist ketersediaan Peralatan Persalinan Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED

Fasilitas yang dimiliki Puskesmas Tidak PONED Sei Panas dan Sambau belum sesuai dengan standar fasilitas Puskesmas PONED, Pada umumnya untuk ketersediaan sapras ini tidakjauh berbeda. ada beberapaalat yang seharusnya sesuai dengan standar tetapi masih kurang dan alat untuk peralatan Nasogastric tube dewasa 5 dan Nasogastric tube dewasa 8 tidakada, alatpenunjang lainya untuk penanganan emergensi juga tidak tersedia Ekstraktor Vakum Manual dan Aspirator Vakum Manual.

Berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan fasilitas yang dimiliki oleh Puskesmas PONED masih belum sesuai dengan standar Puskesmas Rawat Inap dan Penyelengara Mampu PONED. Salah satu sebab karena di Puskesmas Sei Panas Meski telah memiliki Ruang Operasi tetapi SDM tidak tersedia, dan samahalnya dengan Puskesmas Sambau karena pengadaandari Dinkes bersifat terbatas, karena himbauan jika terdteksi dini adanya komplikasi maka pasien harus segera dirujuk ke Rs yang sudah bekerjasama dengan Dinas Kesehatan yang telah PONEK.

8. Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sei Panas dan Sambau

Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Sei Panas dan Sambau dapat dilihat dalam bentuk diagram dibawah ini:


(32)

Diagram 4.6 Analisis Kualitas Pelayanan Persalinan sesuai standar mutu pelayanan persalinan standar 1-24

Berdasarkan uraian diatas semua pelayanan kebidanan dilakukan sesudai standar PONED, dari 24 standar mutu pelayanan kebidanan yang tidak dilakukan oleh bidan adalah tidak menangani ektraksi vakum, termasuk tidak menolong persalinan yang terdeteksi ada kelaianan atau komplikasi. Karena begitu terdeteksi dini adanya Komplikasi pasien akan segera dirujukke faskes yang lebih tinggi yaitu Rsyang sudah PONEK.

Terselenggaranya pelayanan di Puskesmas Tidak PONED yang bermutu dan profesional perlu dilakukan pembinaan baik terhadap Puskesmas, Dinas Kesehatan kabupaten/kotadan Dinas kesehatan provinsi.

Layanan dikatakan memuaskan apabila harapan penggunanya terpenuhi ketika menerima layanan dan dikatakan layanan prima apabila layanan yang diterima melampaui harapannya (Kemenkes Ri, 2013).

Ini belum terbukti berdasarkan hasil data Dinkes tahun 2014 ibu meninggal diwilayah kerja Puskesmas Sei Panas sebanyak 4 ibu dengan indikasi 2 perdarahan, 1 hipertensi pada kehamilan dan 1 faktorlain-lain. Ini mengalami penurunaan AKI ditahun 2015 sebanyak 1 angka, dimana AKI masih belum menurun secara signifikan, yakni AKI pada tahun 2015 sebanyak 3 kasus AKI. Sedangkan pada Puskesmas Sambau pada tahun 2014 AKI berjumlah 4 ibu, denagn indikasi kematian 1 hipertensi pada kehamilan dan 3 faktor lain-lain, sedangkan di tahun 2015 penurunan aki sudah mencapai 50% yakni dari AKI ditahun sebelumnya mencapai 4, pada tahun 2015 menurun menjadi 2 AKI,


(33)

namun ini masih terbilang program AKI belum terlaksana dengan maksimal, meski AKI tersebut terjadi di wilayah kerja.

Kunci kualitas personal/fungsional dari suatu dari satu pelayanan adalah kualitas interaksi/pertemuan antara konsumen dengan provider pemberi layanan. Seperti yang sudah dijelaskan oleh informan, bahwa keterlibatan Kader dan Mitra sangatlah berpengaruh terhadap kualitas pelayanan Rawat Inap. ini menjadi sangat penting bagi tenaga kesehatan yang ada didalampelayanan untuk dapat menciptakan citra yang baik bagi institusinya. Karena pencitraan suatu institusi merupakan hasil kerjasama yang baik antara orang-orang yang berada didalam institusi tersebut (Kemenkes RI, 2013)

Tabel 4.5 Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Mampu PONED dan Tidak PONED

No

Puskesmas Rawat Inap

SDM Sarana dan

Prasarana

Mutu Pelayanan Kebidana

PONED Tidak

PONED 1 Belakang

Padang Belum memenuhi standar Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED. Tim Inti (dokter PONED) Mutasi

Sudah hampir memenuhi standar tetapi masih ada beberapa yang belum tersedia. Yang bersifat tindakan emergensi tidak tersedia ex :Ekstraktor Vacum Sangat baik karena AKI berkurang pada wilayah kerjaPuskesmas, Kerjasmaa lintas sektoral juga terjalin sangatbaik Masyarakat sangat memanfaatkan PONED

2 Bulang Sudah memenuhi

standar Penyelenggaraan Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED. Sudah hampir memenuhi standar tetapi masih ada beberapa yang belum tersedia. Yang bersifat emergensi tidak tersedia. ex :Ekstraktor Vacum Puskesmas dalam Sangat baik karena AKI berkurang pada wilayah kerjaPuskesmas, Kerjasmaa lintas sektoral juga terjalin sangatbaik Masyarakat sangat memanfaatkan


(34)

masa

pembangunan penambahan ruangan.

PONED

3 Sei

Panas

Belum Memenuhi Standar,tetapi masih kurang jika dibandingkan dengan Puskesmas Lainnya, Tim ahli sudah Mutasike RS

Sudah hampir memenuhi standar tetapi masih ada beberapa yang belum tersedia. Yang bersifat emergensi : Vacum tidak tersedia. Puskesmas ini memiliki ruangan oprasi yang sudah tidak berfungsi. Kualitas pelayanan belum maksimal,karena penurunan AKI belum maksimal. Masyarakat belum menggunakan dan memanfaatkan Puskesmas rawat Inap dengan baik

4 Sambau Sudah Memenuhi

standar, hanya pelatihan belum merata pada semua staff tenaga pelayanan

Sudah hampir memenuhi standar tetapi masih ada beberapa yang belum tersedia. Yang bersifat emergensi : Vacum tidak tersedia. Kualitas pelayanan belum maksimal,karena penurunan AKI belum maksimal Masyarakat belum menggunakan dan memanfaatkan Puskesmas rawat Inap dengan baik


(35)

No Pertanyaan Koding Kategori

R1 R2

1 Apa pendapat saudara mengenai program PONED di Puskesmas ?

- Sangat bagus - Menjangkau - Cepat

- Menurunkan AKI - Program

- Baik

- Anggota inti - Pindah - Implementasi - Baik

- Pelatihan - Pindah

- Sangat membantu - Lebih dekat - Program Sesuai - Pedoman - Implementasi - Terlakasana dengan

baik

- Anggota inti dan pendukung

- Mememnuhi standar - Pelatihan

- Positif

- Membantu program KIA

- Implementasi baik &Keberagaman

- Mendapat pelatihan kshusnya kasus emergensi - Tim PONED mitasi dan Tim Poned

memenuhhi Standar

- Pedoman Poned hanya pada SOP Puskesmas

2 Dukungan apa saja yang didapat dari stekholder?

- Dukungan - Terlatih - Kerjasama - Kendala - Pengadaan Alat

kesehatan - Tim inti - Sudah pindah - Rekomendasi - Persediaan obat - Penambahan tim - Pelatihan

- Dukungan - Dinas kesehatan - Seminar & pelatihan - Kendala

- Transportasi - Menggunakan

pancung - Ditututpi terpal - Gelombang kuat - Rekomendasi - Transportasi

- Dukungan positif

- Tenaga Kesehatan yang terlatih

- Kecuali pengadaan sarana dan prasarana dan obat-obatan

- Transportasi yang belum aman untuk kepulau-pulau

- Rekomendasi yang belum memadai untuk dipenuhi:

 Sarana dan prasara

 Obat-obatan

 Penambahan SDM terlatih

 Alat transportasi yang aman 3 Apakah program PONED dapat

menurunkan AKI

- Kualitas bagus - Kerjasama bidan

- Program

- Respon masyarakat

- Memberikan kemudahan pada pelayanan


(36)

- Efisiensi waktu - Rawat inap 24 jam

kunjungan Tim

PONEK

- Ruang bersalin kecil - Percontohan

- Kerjasama lintas sektoral

- Meningkatkan kunjungan tim PONEK

Tabel 4.7Hasil Wawancara Berdasarkan Tema di Puskesmas Rawat Inap Mampu PONED kota Batam tahun 2015

No Pertanyaan Kategori Tema

1 Apa pendapat saudara mengenai program PONED di Puskesmas ?

- Positif

- Membantu program KIA

- Implementasi baik &Keberagaman

- Mendapat pelatihan kshusnya kasus emergensi

- Tim PONED mitasi dan Tim Poned memenuhhi Standar

- Program PONED positif

 Pelayanan cepat

 programKIA terbantu

 tenaga terlatih

- hambatannya tim Inti PONED Mutasi 2 Dukungan apa saja yang didapat

dari stekholder?

- Positif

- Tenaga Kesehatan yang terlatih

- Kecuali pengadaan sarana dan prasarana dan obat-obatan

- Transportasi yang belum aman untuk kepulau-pulau - Rekomendasi yang belum memadai untuk dipenuhi:

 Sarana dan prasara, Obat-obatan, Penambahan SDM terlatih, Alat Transportasi

- Dukungan Dinas Positif - Tetapi belum semua memadai

 Sarana prasarana

 Obat-obatan

 Transportasi yang memaddai

 SDMterlatih

3 Apakah program PONED dapat menurunkan AKI

- Memberikan kemudahan pada pelayanan

 Efisiensi waktu

 RI 24 jam

- Respon masyarakat positif - Kerjasama mitra dan kader - Kunjungan PONEK

- Program positif

 Membantu memberikan Pelayanan

 Efisiensi waktu - Kerjasama lintas sektoral


(37)

Tabel 4.8 Hasil Wawancara Berdasarkan Kategori di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED kota Batam tahun 2015

No Pertanyaan Koding Kategori

R3 R4

1 Apa pendapat saudara mengenai program PONED di Puskesmas ?

- Sudah lama rawat inap - Legalitas RI 2014 - Membantu masyarakat - Terjangkau

- AKI menurun - Emergensi dasar - Program

- Implementasi - Baik

- Anggota inti - Sluruh staff - Pelatihan - Kerja sama

- Diresmikantahun 2014 - Melayani rujukan - Terbantu

- AKI menurun - Biaya ke RS mahal - Pasien umum - Program - Pelatihan - Implementasi - Baik

- Tim inti

- Program Rawat InapPositif

 Membantu program KIA

- Legalitas Peresmian Rawat inap baru tahun 2014

- Implementasi baik dan beragam - Biaya terjangkau

- Tenagah kesehatan mendapat pelatihan khususnya emergensi

2 Dukungan apa saja yang didapat dari stekholder?

- Dinas terkait - Ruang operasi - Tidak berfungsi - Pindah

- Terjangkau - Kednala beragam

belum 100% - Rekomendasi - Penambahan fasilitas - Obat

- SDM terlatih

- Kepala puskesmas - Fasilitas

- Rujukan - Paling dekat - Kendala beragam

belum 100% - Rekomendasi - Penambahan fasilitas - Obat

- SDM terlatih

- Dukungan positif

 Rujukan ke RS PONEK terdekat - Kecuali pengadaan sarana dan prasarana

dan obat-obatan yang sudah dekat masa expayearnya

- Rekomendasi yang belum memadai untuk dipenuhi:

 Sarana dan prasara

 Obat-obatan yang jangka waktu pemakaian lama


(38)

menurunkan AKI - Pelatihan kader - Kualitas - Bagus - Kelemahan - Adanya AKI

- Memudahkan Pasien - Biaya terjangkau - Strategis

- Kualitas - Bagus - Kegiatan - Rutin - Peran kader

- Kelemahan masih ada AKI - Keterlambatan rujukan - Kelebihan - Profesional - Biayaterjangkau - Strategis

pelayanan optimal tetapi belum maksimal

 Masih ada AKI - Kerjasama antar sektoral

- kegiatan dari program inti rutin dilakukan - keterlambatan rujukan

- Efisiensi Biaya terjangkau bagi yang tidak memiliki BPJS dan lokasi sangat strategis.

- Keterlibatan lintas sektoral

Tabel 4.9 Hasil Wawancara Berdasarkan Tema di Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED kota Batam tahun 2015

No Pertanyaan Kategori Tema

1 Apa pendapat saudara mengenai program PONED di Puskesmas ?

- Program Rawat Inap Positif  Membantu program KIA

- Legalitas Peresmian Rawat inap baru tahun 2014 - Implementasi baik dan beragam

- Biaya terjangkau

 Efisiensi biaya untuk pasien umum tidak BPJS - Tenagah kesehatan mendapat pelatihan khususnya

emergensi

- Program PONED positif  Aki menurun

 programKIA terbantu  tenaga terlatih

- hambatannya tim Inti PONED Mutasi


(39)

 Rujukan ke RS PONEK terdekat

- Kecuali pengadaan sarana dan prasarana dan obat-obatan yang sudah dekat masa expayearnya

- Rekomendasi yang belum memadai untuk dipenuhi:  Sarana dan prasara

 Obat-obatan yang jangka waktu pemakaian lama  Penambahan SDM terlatih

 Sarana prasarana

 Obat-obatan yang masih lama masa expayearnya  SDM terlatih

3 Apakah program PONED dapat menurunkan AKI

- Program sangat membantu memberikan pelayanan optimal tetapi belum maksimal

 Masih ada AKI - Kerjasama antar sektoral

- kegiatan dari program inti rutin dilakukan - keterlambatan rujukan

 ketersediaan tenaga yang profesional dan terlatih - Efisiensi Biaya terjangkau bagi yang tidak memiliki

BPJS dan lokasi sangat strategis.

- Keterlibatan lintas sektoral:keterlibatan Kader

- Program positif

 Kegiatan Aktif dilakukan  Efisiensi biaya

 Membantu memberikan Pelayanan OPtimal tapi belum maksimal

 Masih adanya AKI - Kerjasama lintas sektoral


(40)

B. PEMBAHASAN

1. Puskesmas Mampu PONED Belakang Padang dan Bulang

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis Sumber Daya Manusia di Puskesmas Rawat Inapmampu PONED dan berdasarkan ketersediaan SDM di Puskesmas mampu PONED.

Peneliti menemukan beberapa temuan yang berkaitan dengan fokus penelitian. Setelah peneliti konfirmasi denga Teori Penyelenggaraan Puskesmas mampu PONED yang menjadi acuan peneliti.

Pembahasan ini dilakukan dengan cara mengkonfirmasi temuan yang didapat dilapangan dengan teori yang digunakan peneliti. Hal ini dikarenakan didalam penelitian kualitatif padadasarnya adalah secara maksimal harus dapat menampilkan teori baru. Tetapi jika tidak memungkinkan maka tindakan seorang peneliti adalaah melakukan konfirmasi dengan teori yang ada.

Dalam penelitian ini berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan, peneliti setuju bahwa Ketersediaan Sumber Daya Manusia sejalan dengan teori yang digunakan sebagailandasan oleh peneliti yaitu teori Penyelenggaraan Puskesmas Mampu PONED dalamlangkah ke tiga yaitu mempersiapkan kebutuhan sumberdaya kesehatan yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan PONED.


(41)

Tetapi jumlah dan kriteria tenaga kesehatan di PONED Belakang Padang belum memenuhi standar, ini tidak mempengaruhi terhadap pelayanan kebidanan dimana, di Puskesmas ini sudah tidak terdapat AKI pada tahun 2015, di Puskesmas Belakang Padang hanya memiliki 1 Bidan Kordinator yang sudah dilatih PONED, dibantu oleh tim pendukung lainnya,sedangkan belum ada pengganti untuk tim inti yaitu dokter yang sudah mendapatkan pelatihan PONED. Peran bidan kordinator (bidan inti) sangat berpengaruh dimana bidan tersebut rutin mengadakan penyuluhan-penyuluhan kebidanan ke-pulau-pulau yang sulit terjangkau. Bidan juga menjalin kemitraan dengan kader dan dukun setempat untuk mensosialisasikan program PONED dalam menurunkan AKI.

Puskesmas Bulang sudah memenuhi standar untuk ketersediaan SDMnya, yang terdiri dari 1 dokter, 1 Bidan, 1 Perawat yang sudah pelatihan PONED dan tim pendukung lainnya. Peran bidan sangat berpengaruh terhadap turunya AKI, dikarenakan bidan sangat aktif bersama tim pendukung lainnya untuk mensosialisaikan program PONED guna menurunkan AKI diwilayah kerja Puskesmas bekerja sama dengan mitra dan dukun yang terlatih.

Bidan juga melakukan kunjungan secara rutin kepulau-pulau wilayah kerja Puskesmas untuk memantau kesehatan ibu hamil dan warga sekitar. Dikarenakan wilayan kerja Puskesmas untuk akses transportasinya sangat terbatas yang berupa boat (pancung).


(42)

Hal ini sesuia pula pada peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Desita (2012) yang melakukan penelitian tentang PONED di Puskesmas Karang Malang Semarang yaitu Puskesmas yang mampu PONED terdiri dari Dokter, bidan dan perawat. Serta menurut Christina (2011) dalam kebijakan PONED dari segi tenaga harus terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Sedangkan menurut Hasnah (2003), dalam peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan dipuskesmas tenaga kesehatan merupakan sumber daya strategis, tenaga kesehatan maupun secara optimal menggunakan sumber daya fisik, finansial dan manusia dalam tim kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara medalam dan metode ceklist melalui lembar observasi, diketahui bahwa Puskesmas Belakang Padang dan Bulang sebagian besar sarana dan prasarananya sudah lengkap namun ada beberapa halyang tidaktersedia dikarenakan belum adanya kiriman alat lainya dari pemerintah, dan pemerintah tidak memberikan alat pertolongan menggunakan bantuan alat seperti ekstraksi vacum, dll. Agar suatu Puskesmas mampu menjalankan program PONED seoptimal mungkin maka salah satu faktor yang harus dipenuhi adalah sarana dan prasarana yang lengkap sehingga dapat mengenai kasus persalinan dengan baik.

Selain itu sarana transportasi ke dua Puskesmas ini masih menggunaka sarana transportasi yang bisa dikatakan jauh dari standar keamanan, dimana alat transportasi yang digunakan berupa kapal kecil


(43)

(pancung) terbuat dari kayu dan hanya ditutupi terpal. Ini dianggap kurang memberikan rasa aman, mengingat kondisi geografis ke-2 puskesmas berpulau-pulau dan terkadang mengalami perubahan cuaca yang tidak menentu.

Menurut Hasnah (2003), sumber daya fisik merupakan sarana pendukung kerja sehingga tenaga kesehatan dapat menjalankan perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan puskesmas dengan optimal. Sesuai dengan penelitian sebelumnya menurut kendala pengembangan program PONED yaitu SDM, sarana prasarana kurang, pembiayaan lama dan SK bentuknya surat tugas sehingga tidak ada legitimasi yang lebih jelas. Solusi pengembangan kesepakatan yaitu pemenuhan sarana prasarana, pelatihan dan pengajuan kebutuhan PONED ke pemerintah, pembiayaan lancar, dan pembuatan SK khusus. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam diketahui bahwa belum terlaksana untuk penambahan Tim PONED di Puskesmas PONED Belakang Padang, tetapi memanfaatkan SDM yang ada di Puskesmas.

Menurut Wijaya (2012), kendala persiapan puskesmas PONED yaitu kalau tidak ada dana, SDM dan sapras yang tidak memenuhi standar. Alokasi dana khusus untuk program PONED juga merupakan faktor yang terpenting. Dengan adanya dana tersebut maka kegiatan PONED bisa dilaksanakan karena dapat memenuhi pengadaan alat-alat dan obat-obat emergensi yang dibutuhkan dalam penanganan kasus persalinan.


(44)

Menurut staf Puskesmas Belakang Padang dan Bulang yang bisa dilakukan di Puskesmas PONED adalah melakukan tindakan tetapi tidak sampai operasi, menurut Bikor yang bisa ditangani yaitu kegawatdaruratan obsteri dan neonatal, tetapi tidak dapat menyebutkan secara lengkap kasus maupun tindakan yang bisa ditangani di puskesmas. Menurut bidan puskesmas yang dilakukan di PONED meliputi tindakan drip atas intruksi dokter, preklamsia ringan, dan resusitasi untuk bayi baru lahir yang mengalami asfiksia serta prarujukan sesuai protap. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam mengenai SOP dalam pelayanan PONED, diketahui bahwa SOP untuk pelayanan obstetri dan neonatal telah terpasang.

Menurut Wulan (2005), adapun kendala yang dihadapi masih banyak warga yang memiliki perhatian yang kurang terhadap sosialisasi tentang PONED. Sosialisasi sangat penting untuk dilakukan sebab program PONED seharusnya diketahui oleh seluruh ibu hamil sehingga ibu hamil bisa mengerti dan sadar akan keselamatan dalam proses persalinan. Seperti diketahui bahwa PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sistem rujukan di Puskesmas Belakang Padang dan Bulang sesuai dengan alur rujukan yang telah ditetapkan. Dimana jika puskesmas tersebut tidak dapat menangani pasien maka akan dirujuk ke rumah sakit PONEK. Hal tersebut didukung oleh


(45)

Rukmini (2006), setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran, alur pasien). Jika tidak dapat ditangani maka akan di rujuk ke rumah sakit PONEK. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pelaporan PONED telah berjalan dengan baik, dimana pelaporan mengenai angka kematian, kesakitan, angka rujukan dan penanganan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota Batam tiap 1 bulan sekali. Menurut informan dari Puskesmas PONED Supervisi sudah dilakukan tetapi tidak terjadwal dan tidak dilakukan sebagaimana seharusnya. Walaupun begitu supervisi memberikan perumusan masalah, mencari penyebab masalah dan mencari jalan keluarnya.

Hal ini juga merupakan hal penting untuk dilakukan dalam mendukung program PONED di puskesmas, karena dengan adanya pelaporan PONED pemerintah dapat mengevaluasi proses berjalannya program PONED, sehingga jika ada sesuatu yang terjadi yang dapat menghambat proses PONED dapat ditangani dengan cepat, dan pemerintah dapat mengetahui dan menemukan jalan keluar yang tepat. Selain itu dapat pula sebagai panduan untuk mengetahui angka kematian ibu dan bayi tiap tahunnya pada puskesmas tersebut.

Mengenai Kualitas Pelayanan PONED di Puskesmas PONED sudah sangat baik, dimana penurunan AKI terlihat daritahun sebelumnya. Ini tidak berpengaruh terhadap kurannya SDM di puskesmas,


(46)

2. Puskesmas Tidak PONED Sei Panas dan Sambau

Jumlah dan kriteria tenaga kesehatan di PONED menurut informan dari Puskesmas Sei Panas dan Sambau sudah cukup dan memenuhi syarat. Meskipun masih berstatus Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED tetapi pada dasaranya ke 2 Puskesmas ini sudah menjalankan Program sesuai Puskesmas PONED, yaitu sedikitnya ada seorang dokter yang mendapatkan pelatihan klinis, satu perawat terlatih sesuai fungsi dan Bidan terlatih APN. Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Sei Panas dan Sambau terdapat 4 petugas kesehatan yakni 2 dokter, 1 perawat, dan 1 bidan serta alasan mengapa tenaga tersebut dipilih adalah dilihat berdasarkan kompetensinya, dimana bidan khusus menangani persalinan sedangkan dokter sebagai pengambil keputusan. Jumlah timRawat Inap di Puskesmas Sei Panas dan Sambau telah memadai, kualifikasi untuk tim Rawat Inap yaitu dokter, bidan, perawat. Untuk menjadi tim Rawat Inap tidak ditentukan dari lama kerjanya, tidak ada persaratan khusus untuk menjadi tim Rawat Inap, karena tim Rawat Inap ditunjuk langsung oleh kepala puskesmas.

Hal ini sesuai pula pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Desita (2012) yang melakukan penelitian tentang PONED di Puskesmas Karang Malang Semarang yaitu puskesmas yang mampu PONED memiliki petugas yang telah dilatih PONED terdiri dari dokter, bidan dan perawat. Serta menurut Christina (2011) dalam kebijakan PONED dari segi tenaga harus terdiri dari dokter, perawat dan bidan. Sedangkan menurut Hasnah (2003), dalam peran sebagai pelaksana pelayanan kesehatan di


(47)

puskesmas tenaga kesehatan merupakan sumber daya strategis, tenaga kesehatan mampu secara optimal menggunakan sumber daya fisik, finansial, dan manusia dalam tim kerja.

Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam dan metode checklist melalui lembar observasi, diketahui bahwa Puskesmas Sei Panas dan Sambau sebagian besar sarana dan prasarana sudah lengkap namun ada beberapa alat yang tidak tersedia dikarenakan belum adanya kiriman alat lainnya dari dinkes seperti, Ekstraktor Vacum Manual dan Aspirator Vacum Manual, Nasogatrik Tube Dewasa 5 dan Nasogatrik Tube Dewasa 8. Agar suatu puskesmas mampu menjalankan program Rawat Inap seoptimal mungkin maka salah satu faktor yang harus dipenuh adalah sarana dan prasarana yang lengkap. Sehingga dapat menangani kasus persalinan dengan baik.

Menurut Hasnah (2003), sumber daya fisik merupakan sarana pendukung kerja sehingga tenaga kesehatan dapat menjalankan perannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan puskesmas dengan optimal. Sesuai dengan penelitian sebelumnya menurut kendala pengembangan program PONED yaitu SDM, sarana prasarana kurang, pembiayaan lama dan SK bentuknya surat tugas sehingga tidak ada legitimasi yang lebih jelas. Solusi pengembangan kesepakatan yaitu pemenuhan sarana prasarana, pelatihan dan pengajuan kebutuhan PONED ke pemerintah, pembiayaan lancar, dan pembuatan SK khusus.

Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam diketahui ketersediaan obat-obatan yang mendekati masa ekspayearnya.


(48)

Menurut staf Puskesmas Sei Panas dan Sambau yang bisa dilakukan di Puskesmas Rawat Inap adalah melakukan tindakan tetapi tidak sampai operasi, sedangkan menurut Bidan Koordinator Puskesmas Sei Panas dan Sambau yang bisa ditangani yaitu kegawatdaruratan obsteri dan neonatal, tetapi tidak dapat menyebutkan secara lengkap kasus maupun tindakan yang bisa ditangani di puskesmas. Menurut bidan puskesmas yang dilakukan di Puskesmas Rawat Inap meliputi tindakan drip atas intruksi dokter, preklamsia ringan, dan resusitasi untuk bayi baru lahir yang mengalami asfiksia serta prarujukan sesuai protap. Berdasarkan hasil penelitian dengan wawancara mendalam mengenai SOP dalam pelayanan Rawat Inap, diketahui bahwa SOP untuk pelayanan obstetri dan neonatal telah terpasang.

Menurut Wulan (2005), adapun kendala yang dihadapi masih banyak warga yang memiliki perhatian yang kurang terhadap sosialisasi tentang PONED. Sosialisasi sangat penting untuk dilakukan sebab program PONED seharusnya diketahui oleh seluruh ibu hamil sehingga ibu hamil bisa mengerti dan sadar akan keselamatan dalam proses persalinan. Seperti diketahui bahwa PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-negara Asean lainnya.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa sistem rujukan di Puskesmas Sei Panas dan Sambau sesuai dengan alur rujukan yang telah ditetapkan. Dimana jika puskesmas tersebut tidak dapat menangani pasien maka


(49)

akan dirujuk ke rumah sakit PONEK. Hal tersebut didukung oleh Rukmini (2006), setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran, alur pasien). Jika tidak dapat ditangani maka akan di rujuk ke rumah sakit PONEK. Dari hasil wawancara mendalam diketahui bahwa pelaporan Rawat Inap telah berjalan dengan baik, dimana pelaporan mengenai angka kematian, kesakitan, angka rujukan dan penanganan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota Batam tiap 1 bulan sekali. Menurut informan dari Puskesmas Sei Panas dan Sambau Supervisi sudah dilakukan tetapi tidak terjadwal dan tidak dilakukan sebagaimana seharusnya. Walaupun begitu supervisi memberikan perumusan masalah, mencari penyebab masalah dan mencari jalan keluarny.

Hal ini juga merupakan hal penting untuk dilakukan dalam mendukung program Rawat Inap di puskesmas, karena dengan adanya pelaporan Rawat Inap pemerintah dapat mengevaluasi proses berjalannya program Rawat Inap, sehingga jika ada sesuatu yang terjadi

yang dapat menghambat proses Rawat Inap dapat ditangani dengan cepat, dan pemerintah dapat mengetahui dan menemukan jalan keluar yang tepat. Selain itu dapat pula sebagai panduan untuk mengetahui angka kematian ibu dan bayi tiap tahunnya pada puskesmas tersebut. Meskidemikian Kualitas Pelayanan Persalinan di Puskesmas Rawat Inap Sei Panad dan Sambau masih belum maksimal dalm menurunkan


(50)

AKI, seprti yang dijelaskan oleh informan, ini disebabkan kurangnya masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas layanan publik berupa layanan kesehatan. Sehingga masyarakat masih memilih klinik terdekat untuk membantu persalinannya.


(51)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menurut WHO (2012), setiap hari sekitar 800 perempuan meninggal akibat kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu (99%) dari seluruh kematian ibu terjadi dinegara berkembang. Tingginya jumlah kematian ibu dibeberapa negara di dunia mencerminkan ketidakadilan dalam akses terhadap pelayanan kesehatan dan kesenjangan antara kaya dan miskin.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang mengalami kesulitan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) khususnya dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 23 per 1.000 Kelahiran Hidup (KH). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menggambarkan bahwa AKI mengalami


(52)

peningkatan dari 228 per 100.000 KH menjadi 359 KH per 100.000 KH. AKB mengalami penurunan dari 34 per 1.000 KH menjadi 32 per 1.000 KH (Depkes RI, 2013)

Dari delapan butir tujuan MDGs, tujuan kelima adalah meningkatkan kesehtan ibu, dengan target menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 – 2015, serta yang menjadi indikator untuk monitoring yaitu angka kematian ibu, proporsi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan angka pemakaian kontrasepsi (Kemenkes RI, 2013)

Millennium Development Goals (MDGs) adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB, termasuk Negara Indonesia. MDGs merumuskan 8 (delapan) tujuan pembangunan, salah satu diantareanya adalah komitmen dalam menurunkan angka kematian ibu ( AKI ) dan angka kematian bayi ( AKB )

Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masihrendahnya cakupan


(53)

pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan target 90% persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong olehtenaga medis profesional meningkat dari 66% dalam SDKI 2002-2003 menjadi73% dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir mencapai 90%. Apabila dilihat dariproyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan nampak bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi.

PONED merupakan upaya pemerintah dalam menanggulangi Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia yang masih tinggi dibandingkan di Negara-Negara Asean lainnya (Maryunani, 2013)


(54)

Pencapaian target dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) akan sulit tercapai tanpa upaya yang lebih intensif untuk mempercepat laju penurunannya. Salah satu upaya pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB adalah diselenggarakannya pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dasar berkualitas, yaitu pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas, dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Propinsi (Prawiroharjo, 2004)

Berdasarkan profil kesehatan Provinsi Kepulauan Riau (KEPRI) menggambarkan bahwa AKI mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan SDKI 2012 AKI Kepri sebanyak 227 per 100.000 KH. AKI tahun 2014 sebanyak 61 kematian ibu, dimana persalinan yang ditolong dengan tenaga medis tahun 2014 yaitu 312,33 %, pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan sebanyak 299,01 % (Kemenkes RI, 2013)


(55)

Kota Batam merupakan salah satu dari tujuh kabupaten / kota yang ada di Provinsi Kepulauan Riau, AKI di kota Batam ini masih tergolong tinggi. AKI kota Batam tahun 2012 sebesar 21 kematian ibu, mengalami penurunan di tahun 2013 sebanyak 20 kematian ibu bersalin atau 53,4 per 100.000 KH dan mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu sebesar 39 Kematian Ibu Bersalin atau 111.5 per 100.000 KH (Profil Dinkes Batam, 2014)

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Batam terdapat 14 Puskesmas pada tahun 2010, 15 Puskesmas pada tahun 2011 – 2015 dan 17 puskesmas pada tahun 2014-2015, dimana 6 diantaranya sudah dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Dinkes Batam, 2015).

Idealnya 1 Puskesmas melayani 30.000 penduduk. Artinya dengan jumlah penduduk Batam sekira 1,2 juta, dibutuhkan 40 Puskesmas. Namun yang sudah ada saat ini baru 17 Puskesmas. Dimana saat ini ketersediaan tenaga kesehatan Dokter di kota Batam tahun 2014 sebanyak 99


(56)

orang, dan tenaga bidan tahun 2014 sebanyak 416 orang (Kemenkes, 2013)

Pada tahun 2013 puskesmas Kota Batam yang memiliki fasilitas Rawat inap sejumlah 3 puskesmas, yakni di Belakang Padang, Sei Pancur dan Sei Panas. Pada tahun 2014 puskesmas Kota Batam yang memiliki fasilitas Rawat inap sudah ditambah sebanyak 3 puskesmas, yang mana total Puskesmas denga fasilitas rawat inap sudah menjadi 6 Puskesmas, puskesmas dengan rawat inap Tidak PONED yaitu Puskesmas Sei Pancur, Sei Panas dan Sambau, Puskesmas yang sudah Mampu PONED ada dua, diantaranya yaitu Puskesmas Belakang Padang dan Bulang (DinkesBatam, 2014).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Batam tahun 2012 angka tertinggi kematian ibu bersalin terjadi di Puskesmas Rawat Inap Sei Panas sebanyak 3 kematian ibu dengan indikasi tertinggi yaitu Hipertensi dalam Kehamilan. Tahun 2013 Puskesmas rawat inap mengalami penurunan angka kematian ibu bersalin yakni Puskesmas Bulang 1


(1)

39 Stilet untuk pemasangan ETT no.1 2 2 2 Buah

40 Nasogastric tube dewasa 5 2 2 2 Buah

41 Nasogastric tube dewasa 8 1 2 2 Buah

42 Kacamata/ goggle 2 3 3 Buah

43 Masker 1 4 4 Kotak

44 Apron 2 3 3 Buah

45 Sepatu boot 2 3 3 Pasang

46 Tong/ ember dengan kran 2 3 3 Buah

47 Sikat alat 1 2 2 Buah

48 Perebus instrumen (Destilasi Tingkat Tinggi) 1 1 1 Buah

49 Sterilisator kering 1 1 1 Buah

50 Tempat sampah tertutup 1 3 3 Buah

51 Pispot sodok (stick pan) 3 3 3 Buah

52 Setengah Kocher 2 3 3 Buah

53 Gunting episiotomy 4 5 5 Buah

54 Gunting talipusat 4 5 5 Buah

55 Gunting benang 4 5 5 Buah

56 Pinset anatomis 4 5 5 Buah

57 Pinset sirurgis 4 5 5 Buah

58 Needle holder 4 5 5 Buah

59 Nelaton kateter 4 6 6 Buah

60 Jarum jahit tajam (cuting) G9 1 5 5 Amplop 61 Jarum jahit tajam (cuting) G11 1 4 4 Amlop 62 Bak/ baskom plastik tempat plasenta 2 3 3 Buah

63 Ekstraktor Vakum Manual 1 1 1 Unit

64 Aspirator Vakum Manual 1 1 1 Unit

65 Waskom 2 4 4 Unit

66 Klem Kelly/ Klem Kocher lurus 1 1 1 Buah

67 Klem Fenster/ Klem Ovum 4 4 4 Buah

68 Needle holder 2 4 4 Buah

69 Pinset anatomis 1 4 4 Buah

70 Pinset sirurgis 1 4 4 Buah

71 Mangkok iodin 1 3 3 Buah

72 Tenakulum Schroeder 1 3 3 Buah

73 Klem kasa lurus (sponge foster straight) 1 2 2 Buah

74 Gunting Mayo CVD 1 2 2 Buah

75 Aligator ekstraktor AKDR 1 2 2 Buah

76 Klem penarik benang AKDR 1 2 2 Buah

77 Sonde uterus Sims 1 2 2 Buah

78 Hemoglobin meter elektronik 1 1 1 Kit

79 Tes celup Urinalisis Glukose & Protein 1 1 1 Kit 80 Tes celup hCG (tes kehamilan) 200 500 500 Buah 81 Tes golongan darah (ABO, Rhesus) 2 3 3 Kit 82 Benang chromic (jarum tapper 0) 2/ 1 3 3 Kotak 83 Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 1 3 3 Kotak 84 Spuit disposable (steril) 1 ml 100 400 400 Buah 85 Spuit disposable (steril) 3 ml 200 500 500 Buah 86 Spuit disposable (steril) 5 ml 200 500 500 Buah


(2)

87 Spuit disposable (steril) 10 ml 50 50 50 Buah 88 Spuit disposable (steril) 20 ml 50 50 50 Buah

89 Three-way Stopcock (steril) 1 1 1 Buah

90 Infus Set Dewasa 50 80 80 Buah

91 Kateter intravena 16 G 50 80 80 Buah

92 Kateter intravena 18 G 50 80 80 Buah

93 Kateter intravena 20 G 50 80 80 Buah

94 Kateter penghisap lendir dewasa 8 1 1 1 Buah 95 Kateter penghisap lendir dewasa 10 1 1 1 Buah

96 Kateter Folley dewasa 16 G 5 20 20 Buah

97 Kateter Folley dewasa 18 G 5 20 20 Buah

98 Kantong urin 10 20 20 Buah

99 Sarung tangan steril 7 50 200 200 Pasang

100 Sarung tangan steril 7,5 50 200 200 Pasang 101 Sarung tangan steril 8 50 200 200 Pasang 102 Sarung tangan panjang (manual plasenta) 10 40 40 Pasang 103 Sarung tangan rumah tangga (serbaguna) 2 10 10 Pasang

104 Plester non woven 1 2 2 Buah

105 Sabun cair untuk cuci tangan 1 5 5 Buah

106 Povidon Iodin 10 % 1 2 2 Buah

107 Alkohol 75 % 1 8 8 Buah


(3)

Hasil Observasi dan wawancara Standar Mutu Pelayanan

Kebidanan Puskesmas Rawat Inap Tidak PONED Sei Panas (R3)

dan Sambau (R4)

No Pelayanan

Keterangan Dilakukan Tidak

Dilakukan R3 R4 R3 R4

I 2(DUA)STANDAR PELYANAN UMUM

1

Persiapan Untuk Keluarga Sehat

Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada

pasien, keluarga dan masyarakat tentang kehamilan ? √ √ Apakah bidan memberikan penyuluhan kesehatan

umum (gizi, KB,kesiapan menjadi orang tua, persalinan dan nifas) ?

√ √

2

Pencatatan dan Pelaporan

Bidan telah bekerjasama dengan kader dan pamong

setempat agar semua ibu hamil dapat terctat? √ √ Bidan sudah memberikan ibu hamil KMS/buku KIA

untuk dibawa pulang, dan memberi tahu agar ibu membawanya disetiap kunjungan.

√ √

Bidan mencatat setiap kali persalinan, nifas dan

kelahiran bayi dalam partograf √ √

Bidan melakukan pemantauan buku pencatatan secara

berkala √ √

II 6 (ENAM) STANDAR PELAYANAN ANTENATAL

1

Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan

secara teratur? √ √

Bersam kader, bidan memotifsi ibu hamil? √ √ Bidan sudah melakukan komunikasi 2 (dua) arah

dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan.

√ √

2

Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan sudah memberika 4 (empat) kali pelayanan Antenatal pada ibu hamil :

- Anamnesa

- Pemantauan ibu dan janin

- Perkembangan normal/abnormal ibu hamil - Kehamilah resiko tinggi/kelainan

- Anemia - Kurang gizi - Hipertensi - PMS/infeksi HIV - Dll

√ √

Bidan sudah memeberikan pelayanan imunisasi pada

ibu hamil ? √ √


(4)

Bidan melaksanakan palpasi abdominal secara seksama untuk memperkirkan usia kehamiln ? √

√ Bila usia kehamilan bertambah, bidan melakukan

leopod untuk mengethui posisi janin untuk mencari kelainan dan merujuk tepat waktu.

√ √

4

Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan sudah melaksanakan /melakukan tindakan pencegahan anemi, penemuan, penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamilan :

- Pemberin tablet FE - Pemeriksaan kadar HB

- Penyuluhan gizi tentang zat besi

√ √

5

Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setip keniakan Tekanan Darah pada kehamilan dan mengenali tanda dan gejala preeklamsi lainnya ?

√ √

Bila terjadi tanda dan gejala preeklamsi, bidan telah mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya

√ √

6

Persiapan Persalinan

Bidan melakukan kunjungan pada setiap rumah ibu hamil untuk memberikan saran yng tepat kepada ibu dan keluarga pada trimester 3 (tiga) untuk persiapan

persalinan yang aman dan direncanakan dengan baik?

√ √

Bidan memberikan penyuluhan tentang persiapa-persiapan bila terjadi kegawat darurtan mempersiapkan

trnsportasi, biaya untuk merujuk ? √ √

III 4 (EMPAT) STANDAR PELAYANAN PERSALINAN

1

Asuhan Persalinan Kala Satu

Bidan menilai dengan cepat persalinan dan memberi asuhan dan pemntuan yang memadai sesuai kebutuhan ibu bersalin.

√ √

Bidan menolong persalinan yang bersih dan aman. √ √ 2

Persalinan Kala Dua Yang Ama

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan

plasenta yang bersih dan aman √ √

Bidan mempersilahkan ibu untuk memilih siapa yang

akan mendampingi saat persalinan. √ √ 3

Penatalakasanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Bidan membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk mengurangi perdarahan.

√ √

4

Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi Bidan melakukan episiotomi terhadap tanda-tanda

gawat janin pada kala 2 dengan aman. √ √ Bidan melakukan penjahitan perenium √ √

IV 3 (TIGA) STANDAR PELAYANAN NIFAS

1 Perawatan Bayi Baru Lahir


(5)

pernafasan spontan, mencegah asfiksia

Bidan melakukan rujukan apabila terjadi kelainan pada

Bayi Baru Lahir √ √

Bidan mencegah/menangani hipotermi dan mencegah

hipoglikemi dan infeksi. √ √

2 Penanganan pada2 (dua) jam pertama setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap

terjadinya komplikasi paling sedikit selama 2 (dua) jam pasca persalinan

√ √

Bidan memberikan asuhan pada ibu pasca persalinan

guna pemulihan √ √

Bidan memberikan asuhan kepada ibu tentang

pemberian ASI √ √

3 Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas Bidan melakukan kunjungan pada hari 3, minggu

ke-2 dan minggu ke-6 setelah persalinan. √ √ Bidan memberikan asuhan kebidanan secara umum

(kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan Bayi baru Lahir, pemberian ASI, dan Imunisasi)

√ √

V 9 (SEMBILAN) STANDAR PENANGANAN KEGAWATAN OBSTETRI DAN NEONATAL

1

Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala

perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertma pada persalinan

√ √

2

Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia Bidan mengenali secara tepat gejala eklamsi mengancam, serta merujuk/memberikan pertolongan pertaama.

√ √

3

Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama/Macet

Bidan mengenali dengan tepat partus lama/macet √ √ Bidan melakukan penanganan yang memadai dan tepat

waktu. √ √

4

Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstrakor Bidan mengenali kapan waktu perlu menggunakan ektraksi vakum.

√ √

5

Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta

Bidan Tidak mengenali retensio plasenta √ √ Bidan dapat melakukan plasenta bimanual dan

penanganan pada perdarahan √ √

6

Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Bidan Tidak mengenali perdarahan yang berlebihan

dalam 24 jam pertama setelah persalinan. √ √ Bidan Tidak melakukan pertolongan pertama kegawat

daruratan untuk mengendalikan perdarahan √ √ 7

Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder Bidan mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan

post partum sekunder. √ √


(6)

8

Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan Tidak menangani secara tepat tanda dan gejala

spesis peurperalis √ √

Bidan melakukan tindakan/rujukan

√ √

9

Penanganan Asfiksia Neonaturum

Bidan mengenali secara tepat Bayi Baru Lahir dengan

asfiksia √ √

Apa yang dilakukan bidan bila Bayi Baru Lahir dengan

Asfiksia? √ √