Pengaruh Citra Pelayanan Rawat Inap Terhadap Need Masyarakat Di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

(1)

PENGARUH CITRA PELAYANAN RAWAT INAP TERHADAP

NEED MASYARAKAT DI PUSKESMAS GELUGUR DARAT

MEDAN TAHUN 2010

S K R I P S I

Oleh :

Muhammad Wisana Prasetia NIM. 071000263

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH CITRA PELAYANAN RAWAT INAP TERHADAP NEED

MASYARAKAT DI PUSKESMAS GELUGUR DARAT MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : MUHAMMAD WISANA PRASETIA

NIM : 071000263

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.kes dr. Heldy BZ, M.P.H NIP. 197308031999032001 NIP. 195206011982031003 Penguji II Penguji III

dr. Fauzi, S.K.M Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H NIP. 140052649 NIP. 140019774

Medan, 11 Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 196108311989031001


(3)

ABSTRAK

Need masyarakat merupakan salah satu faktor penentu baik atau buruknya citra pelayanan rawat inap di puskesmas. Cakupan pemanfaatan pelayanan rawat inap puskesmas di Kota Medan Tahun 2009 masih tergolong sangat rendah yaitu 390 orang (0,01%). Di Kota Medan Tahun 2010, salah satu puskesmas yang cakupannya rendah yakni terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gelugur Darat Medan yakni sebanyak 33 orang (0,04%).

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh citra pelayanan rawat inap (fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, dan kondisi lingkungan) terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang pernah rawat inap di puskesmas tahun 2010 sebanyak 33 orang responden dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel need masyarakat di puskesmas yaitu variabel pelayanan petugas kesehatan (ρ =0,001), dan kondisi lingkungan (ρ =0,009). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap need masyarakat di puskesmas yaitu variabel peran dokter (ρ =0,276).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan atau petugas Puskesmas Gelugur Darat dapat memberi kesan yang benar kepada masayarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya sehingga dapat memberi citra yang lebih baik kepada puskesmas khususnya pelayanan rawat inap.


(4)

ABSTRACT

Community Need is one of the factor for a good or bad inpatient services of image at the health center. The Scope of the utilization of inpatient service health centers in the Medan in 2009 is still relatively very low at 390 people (0.01%). In Medan City in 2010, the lowest scope one of health public center that is contained in the working area Public Health Center of Gelugur Darat Medan that is amounted to 33 persons (0.04%).

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of the image of inpatient services (service facilities, the role of doctors, health services, and environmental condition) to the need of society in Gelugur Darat Medan Public Health Center in 2010. The population of study were all patients who have been inpatient at the public of center in 2010 as many 33 people and all of them were selected to be the samples for this study. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on the need community variables in public health center were health services variable (ρ =0,001), and environmental condition (ρ =0,009). Variables which had not significant influence on community need in health public center were the role of doctor variable (ρ =0,276).

It is expected to Medan City Health Office and Gelugur Darat public health center officer can give the right impression to the communities that exist in the working area health public center, which is entirely based on experience, knowledge and understanding of the true facts so that they can give a better image to the public health services especially inpatient services.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Muhammad Wisana Prasetia Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 26 Juli 1984

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Anak ke : 1 (satu)

Jumlah saudara : 4 (empat) orang Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Karya III Gg. Keluarga No.57 Dsn I Helvetia

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1990-1996 : SD IKAL Medan 2. Tahun 1996-1999 : MTsN 2 Medan 3. Tahun 1999-2002 : MAN I Medan

4. Tahun 2002-2005 : Politeknik Jurusan Keperawatan Depkes RI Medan

5. Tahun 2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Riwayat Pekerjaan :

1. 2006-2007 : Bekerja di RS. Mitra Medika

2. 2008-2009 : Bekerja di Balai Pengobatan Kereta Api Stasiun Besar Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Citra Pelayanan Rawat Inap Terhadap Need Masyarakat Di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2011”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. dr. Heldy BZ, M.P.H, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Dosen pembimbing II sekaligus Dosen Penguji I yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan saran, bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus

Ketua Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi dan saran kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

4. dr. Fauzi, S.K.M, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan arahan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.


(7)

5. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan serta saran kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dosen Peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

7. dr. Yusniwarti Yusad, Msi, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memerhatikan dan membimbing penulis selama menjalani pendidikan.

8. Seluruh Dosen Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Kepala Puskesmas Gelugur Darat Medan dan seluruh Staf yang telah memberikan dukungan dan informasi yang dibutuhkan penulis selama penelitian.

11. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Justar Purba, SH dan Ibunda Hj Dra. Yusnah, adik- adikku serta seluruh keluarga yang menjadi motivasi dan semangat bagi penulis.

12. Seluruh teman-teman Peminatan AKK yang tidak dapat penulis sebutkan satu- per satu untuk kenangan terindah selama menempuh pendidikan di FKM USU. 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah


(8)

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Need terhadap pelayanan kesehatan ... 10

2.2 Citra pelayanan kesehatan ... 15

2.2.1 Pengukuran citra ... 2.2.1.1 Pengukuran Familiaritas-Favoribilitas ... 17

2.2.1.2 Difrensial semantik ... 18

2.2.2 Menentukan citra ... 19

2.2.3 Hubungan Antara Citra dan Perilaku ... 20

2.3 Konsep puskesmas ruang rawat inap ... 21

2.4 Kerangka Konsep Penelitian ... 24

2.5 Hipotesis Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1 Jenis Penelitian ... 26

3.2 Lokasi Penelitian ... 26

3.3 Populasi Penelitian ... 26

3.3.1 Populasi ... 26

3.3.2 Sampel ... 27

3.4 Metode Pengumpulan data ... 27

3.5 Definsi Operasional ... 27

3.6 Aspek Pengukuran ... 30

3.6.1 Variabel Bebas ... 30

3.6.2 Variabel Terikat ... 31

3.7 Teknik Analsia data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33


(10)

4.1.1 Data Geografis ... 33

4.1.2 Data Demografi ... 34

4.2 Pelayanan rawat inap puskesmas ... 35

4.3 Analisis Univariat ... 36

4.3.1 Karakteristik Responden ... 36

4.3.2 Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas ... 37

4.3.2.1 Fasilitas Pelayanan ... 37

4.3.2.2 Peran Dokter ... 40

4.3.2.3 Pelayanan Petugas Kesehatan ... 42

4.3.2.4 Ketersediaan Sarana Non Medis ... 44

4.3.2.5 Kondisi Lingkungan ... 47

4.3.3 Need Masyarakat ... 49

4.4 Analisis Bivariat ... 52

4.5 Hasil Uji Statistik Multivariat ... 54

BAB V PEMBAHASAN ... 57

5.1 Variabel Citra Pelayanan Rawat Inap yang berpengaruh terhadap Need Masyarakat Di Puskesmas ... 57

5.1.1 Variabel Pelayanan Petugas Kesehatan ... 57

5.1.2 Variabel Kondisi Lingkungan ... 59

5.2 Variabel Citra Pelayanan Rawat Inap yang tidak berpengaruh terhadap Need Masyarakat Di Puskesmas ... 60

5.2.1 Variabel Peran Dokter ... 60

5.2.2 Variabel Ketersediaan Sarana Non Medis ... 61

5.3 Need Masyarakat di Puskesmas ... 63

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

Lampiran 1. Kuisioner (Instrumen Penelitian) Lampiran 2. Hasil Pengolahan Statistik

Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian


(11)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas

Rawat Inap di Kota Medan Tahun 2009 ... 5 Tabel 3.1 Aspek skala Pengukuran Variabel Independen ... 31 Tabel 3.2 Aspek Skala Pengukuran Variabel Dependen ... 31 Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah

Kerja Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah

Kerja Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 34 Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan umur,

Jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan, Dan jumlah kunjungan pasien dalam 1 tahun terakhir

Di Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 36 Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan

Rawat Inap Puskesmas Mengenai Fasilitas Pelayanan di Puskesmas

Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra

Pelayanan Rawat Inap Mengenai Fasilitas Pelayanan

di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan

Rawat Inap Puskesmas Mengenai Peran Dokter di Puskesmas

Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra

Pelayanan Rawat Inap Mengenai Peran Dokter

di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan

Rawat Inap Puskesmas Mengenai Pelayanan Petugas Kesehatan

di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010 ... 42 Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra

Pelayanan Rawat Inap Mengenai Pelayanan Petugas Kesehatan


(12)

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan

Rawat Inap Puskesmas Mengenai Ketersediaan Sarana Non Medis

Di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 45 Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra

Pelayanan Rawat Inap Mengenai Ketersediaan Sarana Non Medis

di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 47

Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Kondisi Lingkungan

Di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra

Pelayanan Rawat Inap Mengenai Kondisi Lingkungan

di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Need Masyarakat

Di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 50 Tabel 4.15 Distribusi Responden Kategori Need Masyarakat

Di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 ... 52 Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Korelasi Person ... 53 Tabel 4.17 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 56


(13)

ABSTRAK

Need masyarakat merupakan salah satu faktor penentu baik atau buruknya citra pelayanan rawat inap di puskesmas. Cakupan pemanfaatan pelayanan rawat inap puskesmas di Kota Medan Tahun 2009 masih tergolong sangat rendah yaitu 390 orang (0,01%). Di Kota Medan Tahun 2010, salah satu puskesmas yang cakupannya rendah yakni terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gelugur Darat Medan yakni sebanyak 33 orang (0,04%).

Jenis penelitian ini menggunakan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh citra pelayanan rawat inap (fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, dan kondisi lingkungan) terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010. Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang pernah rawat inap di puskesmas tahun 2010 sebanyak 33 orang responden dan seluruhnya dijadikan sampel. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel need masyarakat di puskesmas yaitu variabel pelayanan petugas kesehatan (ρ =0,001), dan kondisi lingkungan (ρ =0,009). Variabel yang tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap need masyarakat di puskesmas yaitu variabel peran dokter (ρ =0,276).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan atau petugas Puskesmas Gelugur Darat dapat memberi kesan yang benar kepada masayarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya sehingga dapat memberi citra yang lebih baik kepada puskesmas khususnya pelayanan rawat inap.


(14)

ABSTRACT

Community Need is one of the factor for a good or bad inpatient services of image at the health center. The Scope of the utilization of inpatient service health centers in the Medan in 2009 is still relatively very low at 390 people (0.01%). In Medan City in 2010, the lowest scope one of health public center that is contained in the working area Public Health Center of Gelugur Darat Medan that is amounted to 33 persons (0.04%).

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of the image of inpatient services (service facilities, the role of doctors, health services, and environmental condition) to the need of society in Gelugur Darat Medan Public Health Center in 2010. The population of study were all patients who have been inpatient at the public of center in 2010 as many 33 people and all of them were selected to be the samples for this study. Data were collected by using questionnaires and analyzed by using multiple linear regression test.

The results of research showed that variables which had significant influence on the need community variables in public health center were health services variable (ρ =0,001), and environmental condition (ρ =0,009). Variables which had not significant influence on community need in health public center were the role of doctor variable (ρ =0,276).

It is expected to Medan City Health Office and Gelugur Darat public health center officer can give the right impression to the communities that exist in the working area health public center, which is entirely based on experience, knowledge and understanding of the true facts so that they can give a better image to the public health services especially inpatient services.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya (Depkes RI, 2009).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya ialah dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Adapun yang dimaksud pelayanan kesehatan menurut Levey dan Loomba adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah, dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Azwar, 1996).

Puskesmas sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan memiliki peranan penting dalam peningkatan kesehatan masyarakat. Saat ini puskesmas telah didirikan hampir diseluruh pelosok daerah. Puskesmas diperkuat dengan puskemas pembantu serta puskesmas keliling, kecuali untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan maka puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Tercatat pada tahun 2002 jumlah puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.277 unit, puskesmas pembantu 21.587 unit, puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit, ambulans 1.302 unit).


(16)

Sedangkan puskesmas yang memberikan fasilitas pelayanan rawat inap tercatat sebanyak 1.818 unit, sisanya sebanyak 5.459 unit tidak dilengkapi dengan fasilitas rawat inap (Depkes RI, 2004).

Pemanfaatan fasilitas kesehatan puskesmas dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata kunjungan per hari buka puskesmas dan frekuensi kunjungan puskesmas. Rata-rata kunjungan per hari buka secara nasional adalah 93,57 atau 94 kunjungan per puskesmas per hari buka, dengan kisaran antara 21 (di Propinsi Kalimantan Timur) dan 228 (di Propinsi Jawa Timur), sedangkan rata-rata frekuensi kunjungan masyarakat ke puskesmas secara nasional adalah 2,27 kali pada tahun 1996 dengan kisaran antara 1,55 (di Pronpinsi Irian Jaya) dan 3,64 di Propinsi Kalimantan Selatan (Depkes RI, 2005).

Menurut hasil Susenas dalam profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2007), dari penduduk yang berobat jalan sebesar 23,4% memanfaatkan puskesmas, dan penduduk yang pernah dirawat inap sebesar 9,81%. Hal ini mencerminkan bahwa need (kebutuhan) masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih sangat rendah. Rendahnya persentase penduduk yang berobat ke puskesmas diperkirakan karena fasilitas pelayanan yang kurang memadai, terbatasnya waktu pelayanan, dan masih banyak puskesmas yang masih sulit dijangkau serta beberapa faktor lainnya.

Pembangunan baru puskesmas rawat inap dilaksanakan dalam rangka meningkatkan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pembangunan baru puskesmas rawat inap sebenarnya diprioritaskan untuk wilayah tertinggal, terpencil, kepulauan dan


(17)

perbatasan akan tetapi pembangunan puskesmas rawat inap kini diarahkan pembangunan ke perkotaan (Depkes RI, 2008).

Pelaksanaan Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang otomomi daerah perkotaan dinyatakan bahwa kawasan perkotaan dalam penyediaan fasilitas umum di kelola bersama oleh daerah terkait dan adanya Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang desentralisasi yaitu penyerahan wewenang oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk mengurus pemerintahan dan mengatur dana pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhan. Pertimbangan adanya undang-undang ini mendasari Kota Medan untuk membuat kebijakan memfungsikan puskesmas sebagai pelayanan rawat inap agar masyarakat dapat lebih efisien dalam waktu dan dana dalam mendapatkan layanan kesehatan, serta dalam rangka pengurangan penumpukan pasien yang langsung berobat ke Rumah Sakit dan diharapkan prosedur sistem rujukan yang ada dipuskesmas dapat berfungsi dengan baik (Depkesi RI, 2006).

Masalah kesehatan masyarakat semakin meningkat di Kota Medan, sementara sarana pelayanan kesehatan perorangan yang meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan sarana pelayanan kesehatan masyarakat. Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan paripurna dalam satu gedung menyebabkan meningkatnya tuntutan pengembangan puskesmas menjadi sarana pelayanan yang moderen termasuk pelayanan rawat inap yang dilengkapi dengan fasilitas dokter spesialis.

Puskesmas yang merupakan provider pelayanan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat seharusnya bisa diberdayakan oleh masyarakat dengan optimal. Berbagai daerah Indonesia memang masih menghadapi permasalahan terhadap


(18)

pelayanan kesehatan. Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas, puskesmas pembantu dan puskesmas rawat inap (Depkes RI, 2004).

Penelitian Kurniasari (2008), di Puskesmas Pijoan Baru Provinsi Jambi menunjukkan bahwa pemenuhan kebutuhan pelayanan rawat inap dirasakan masih kurang oleh masyarakat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat membutuhkan puskesmas rawat inap tetapi harus didukung dengan perbaikan fasilitas seperti fasilitas air, pengadaan listrik, pembenahan gedung, peningkatan kualitas staf dengan pelatihan dll.

Penelitian Sugiyanto (2003), di Puskesmas Kranggan Kabupaten Temanggung Propinsi Jawa tengah mendapatkan bahwa penilaian citra oleh masyarakat terhadap puskesmas kurang baik (8,2%), diketahui bahwa fasilitas pelayanan yang masih kurang memadai seperti pelayanan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan yang cepat dan tepat.

Menurut BPS dengan hasil Riskesdas Sumatera Utara 2007 yang tidak jauh berbeda menyebut bahwa masyarakat yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah untuk rawat inap lebih rendah dibandingkan dengan pelayanan kesehatan swasta, hal ini dapat dilihat dengan masyarakat yang menggunakan Rumah Sakit swasta sebesar 2,3% sedangkan Rumah Sakit pemerintah 1,6% dan untuk puskesmas hanya sebesar 0,2%. Rendahnya keinginan masyarakat yang menggunakan fasilitas rawat inap puskesmas menggambarkan citra yang kurang baik di mata masyarakat (Profil Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2008).


(19)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Medan (2009), puskesmas rawat inap yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kota Medan hanya sebanyak 309 (0,01%). Adapun cakupan pelayanan rawat inap puskesmas yang dimanfaatkan oleh masyarakat kota Medan dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Yang Memanfaatkan Sarana Puskesmas Rawat Inap di Kota Medan Tahun 2009

No Puskesmas Rawat Inap Jumlah Kunjungan

1 Gelugur Darat 33

2 Bromo 35

3 Medan Area 18

4 Teladan 27

5 Kampung Durian 37

6 Pekan Labuhan 28

7 Tuntungan 31

8 Belawan 26

9 Sering 19

10 Medan Deli 54

11 Helvetia 0

12 Padang Bulan 0

13 Sentosa Baru 0

Jumlah Total 309

Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2009.

Di Kota Medan terdapat 39 Puskesmas dan 41 Puskesmas Pembantu, 13 diantaranya kini telah memiliki fasilitas layanan rawat inap berkapasitas 130 tempat tidur dengan berbagai pelayanan spesialis seperti spesialis kandungan, paru, THT, mata, penyakit dalam dan bedah, sebagian sudah berfungsi dan sudah ada warga yang memanfaatkan layanan rawat inapnya. Setiap Dokter spesialis melakukan kunjungan rutin 1 kali dalam satu minggu untuk layanan poliklinik spesialisasi rawat jalan. Dengan kebijakan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan seperti ini


(20)

diharapkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kota Medan yang membutuhkan bisa lebih ditingkatkan (Dinkes, 2006).

Berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 diperoleh data jumlah kunjungan puskesmas sebanyak 62885 kasus dan pemanfaatan fasilitas rawat inap tercatat sebanyak 33 orang. Hal ini menunjukkan pemanfaatan fasilitas rawat inap puskesmas masih sangat rendah. Umumnya masyarakat menggunakan puskesmas rawat inap ini untuk persalinan, selain itu juga melayani berbagai diagnosa seperti DBD, Diare, Hipertensi dll.

Berdasarkan survei pendahuluan pada Bulan Desember Tahun 2010 di Puskesmas Gelugur Darat, kegiatan yang dilakukan apabila pasien datang ke pelayanan rawat inap adalah membawa pasien ke pelayanan Gawat Darurat di ruang bagian belakang puskesmas, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien dan dilakukan anamnesa setelah itu pasien di bawa ke ruang rawat inap. Pada umumnya pasien yang rawat inap di puskesmas hanya berkisar 1-2 hari saja dan jika tidak sanggup maka pasien dirujuk ke rumah sakit terdekat. Hal ini mencerminkan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh puskesmas masih dirasakan kurang maksimal sehingga secara tidak langsung masyarakat menganggap citra dari pelayanan masih kurang baik.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut.


(21)

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dan tidak inginnya menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dalam hal ini puskesmas rawat inap. (Tjiptoherijanto, 2008).

Menurut Sutojo (2004), dalam menghendaki kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat menghendaki agar status kesehatannya dapat lebih optimal. Untuk itu masyarakat sering melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang akan ia gunakan sehingga mau tidak mau sebuah pelayanan kesehatan mempunyai suatu image (citra) di mata masyarakat. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang atau buruk. Dampak peringkat citra yang berlainan tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan kegiatan pelayanan yang diberikan. Citra buruk melahirkan dampak negatif bagi operasi pelayanan dan juga melemahkan kemampuan organisasi pelayanan dalam bersaing.

Pada dasarnya citra dari sebuah pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh karakteristik objektif dari objek tersebut seperti kelengkapan fasilitas, peran dokter dalam hal penyampaian informasi mengenai status kesehatan pasien, interaksi yang sering terjadi antara petugas dengan masyarakat dan pelayanan yang diberikan di pelayanan kesehatan tersebut. Jadi citra merupakan representasi dari suatu objek yang digambarkan oleh seseorang melalui suatu ide, kepercayaan, pendapat, gagasan, gambaran dari suatu objek (Kotler dan Clarke, 1987).

Berdasarakan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan menganggap bahwa pelayanan kesehatan dinyatakan menjadi suatu kebutuhan bila terjadi hubungan timbal balik yang baik antara pasien


(22)

dan petugas kesehatan. Keramahtamahan dan perhatian yang baik dari petugas kesehatan serta fasilitas kesehatan yang memadai akan membuat citra pelayanan kesehatan menjadi baik (Maramis, 2006)

Adanya kenyataan bahwa citra pelayanan kesehatan dinilai dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan masyarakat, mendorong penulis melakukan penelitian tentang pengaruh citra pelayanan rawat inap terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana pengaruh citra pelayanan rawat inap yakni fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, ketersediaan sarana non medis dan kondisi lingkungan) terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh citra pelayanan rawat inap terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.


(23)

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat keberbagai pihak antara lain :

1. Sebagai bahan masukan dan bagi Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat khususnya dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Untuk kepentingan pengembangan Kebijakan Kesehatan.

3. Bagi penulis sendiri dapat bermanfaat dalam upaya mengoptimalisasikan berbagai teori yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU Medan.

4. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian sejenis yang akan dilaksanakan dimasa yang akan datang.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Need terhadap Pelayanan Kesehatan

Need terhadap pelayanan kesehatan dapat didasari kepada pengertian tentang merit goods. Margolis (1982) dalam Tjiptoherijanto (2008 : 47) mengatakan merit goods ini adalah setiap bentuk pengeluaran masyarakat yang nampaknya secara umum dapat dipahami akan tetapi sulit untuk diperhitungkan dengan menggunakan teori permintaan yang biasa. Diargumentasikan bahwa need terhadap pelayanan kesehatan merupakan fungsi dari need terhadap kesehatannya sendiri, dengan didasari oleh pengalaman masa lalunya.

Pembahasan mengenai need yang perlu digaris bawahi adalah bahwa tidak seluruh need akan dapat dipenuhi, dengan demikian akan terdapat sebuah ranking need dalam pengertian ceteris paribus. Kita akan lebih memilih satu need untuk dipenuhi dibanding need yang lain, bila need yang dipilih tadi akan memberikan manfaat yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak dipilih tetapi kemungkinan untuk memenuhi suatu need merupakan fungsi dari biaya dan manfaat yang terkandung dibelakangnya yaitu biaya dan manfaat yang lebih besar. Need bukan merupakan sesuatu yang absolut maupun terbatas. Need adalah sesuatu yang dinamis dan cenderung untuk terus tumbuh bersama dengan berjalannya waktu dan dalam kasus ini pertumbuhan need tersebut akan bisa dilihat merupakan sebagian dari perkembangan penawaran fasilitas pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).


(25)

Konsep need merangkum beberapa penilaian efektifitas, potensi untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk memenuhi need (dengan segala akibat yang ditimbulkannya) dan pengakuan akan adanya keterbatasan sumber daya serta dapat juga merupakan bentuk dasar bagi alokasi sumber daya. Pada umumnya akan lebih baik untuk memasukkan sekaligus need ketika melakukan pengujian beroperasinya suatu pelayanan kesehatan tertentu. Mengingat need dapat memberikan dasar yang cukup bagi pengambilan keputusan yang tepat. Alokasi sumber daya sektor kesehatan tetap kurang efisien tanpa adanya beberapa koreksi yang menyangkut, pertama penyatuan kesepakatan tentang benefits value yang sering masih berbeda antara satu orang dan yang kedua menyangkut informasi yang benar tentang segi biayanya.

Bidang social policy pada umumnya dan pelayanan kesehatan khususnya, masyarakat sering dikatakan berada dalam keadaan membutuhkan (in need), namun seringkali apa yang dimaksud dengan need tidak jelas. Spek dan Bradshaw dalam Tjiptoherijanto (2008), telah mencoba untuk membuat suatu kerangka pikir tentang siapakah yang sebenarnya mengatakan (melakukan), tentang apa (bagi) siapa. Formula Spek melibatkan tiga kelompok yaitu masyarakat, ahli medis, dan perorangan untuk menjawab pertanyaan : ”Apakah seseorang itu sakit?” dan ”apakah seseorang itu sedang membutuhkan pelayanan umum?”. Dan pertanyaan ketiga mengenai : ”Apakah seseorang itu meminta pelayanan umum?”. Bradshaw mengatakan ada empat definisi yang berbeda mengenai need yang lazim digunakan oleh peneliti dan praktisi social policy, yaitu :


(26)

a. Normative Need terjadi manakala masyarakat memiliki standar pelayanan kesehatan yang berada di bawah definisi desirable oleh para ahli. (standar desirable disini bisa saja bervariasi antara satu ahli dengan yang lain).

b. Felt Need terjadi manakala masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan, hal ini berkaitan dengan persepsi perorangan tentang pelayanan kesehatan, sehingga dengan jelas akan berbeda dengan persepsi orang lainnya.

c. Expressed Need adalah need yang dirasakan tadi kemudian dikonversikan ke dalam permintaan. Misalnya mencari pelayanan kesehatan ke dokter puskesmas (permintaan disini tidak harus selalu seperti apa yang didefinisikan oleh para ekonom yang mencakup persoalan wiilingness to pay dan ability to pay terhadap pelayanan kesehatan).

d. Comparative Need terjadi manakala satu kelompok orang di masyarakat dengan status kesehatan tertentu tidak mendapatkan pelayanan kesehatan sedangkan kelompok yang lain dengan status kesehatan yang identik itu ternyata mendapatkan pelayanan kesehatan (Tjiptoherijanto, 2008).

Kebutuhan seseorang terhadap pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, karena merupakan wujud dari masalah-masalah kesehatan yang ada di masyarakat yang tercermin dari gambaran pola penyakit. Dengan demikian untuk menentukan perkembangan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan dapat mengacu pada perkembangan pola penyakit di masyarakat.

Adapun tuntutan kesehatan adalah sesuatu yang subjektif, oleh karena itu pemenuhan terhadap tuntutan kesehatan sedikit pengaruhnya terhadap perubahan


(27)

derajat kesehatan, karena sifatnya yang subjektif, maka tuntutan terhadap kesehatan sangat dipengaruhi oleh status sosial masyarakat itu sendiri.

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan baik, maka banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perkembangan pelayanan kesehatan secara umum dipengaruhi oleh besar kecilnya kebutuhan dan tuntutan dari masyarakat yang sebenarnya merupakan gambaran dari masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat tersebut (Jefkins, 2002).

Kebutuhan adalah keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi barang dan jasa yang dibedakan menjadi keinginan yang disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa dan keinginan yang tidak disertai kemampuan untuk membeli barang dan jasa (Tjiptoherijanto, 2008).

Rendahnya pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, dan sebagainya, seringkali kesalahan atau penyebabnya karena faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik secara fisik maupun secara sosial), tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Dan sering sekali melupakan faktor persepsi atau konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit (Notoatmodjo. S, 2007).

Pelayanan kesehatan didirikan berdasarkan asumsi bahwa masyarakat membutuhkannya. Namun kenyataannya masyarakat baru mau mencari pengobatan atau pelayanan kesehatan setelah benar-benar tidak dapat berbuat apa-apa. Hal ini bukan berarti mereka harus mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan modern (puskesmas dan sebagainya) tetapi juga ke fasilitas pengobatan tradisional


(28)

(dukun dan sebagainya) yang kadang-kadang menjadi pilihan masyarakat yang pertama. Itulah sebab rendahnya penggunaan puskesmas atau tidak digunakannya fasilitas-fasilitas pengobatan modern seperti puskesmas dengan ruang rawat inap (Depkes RI, 2004).

Menurut Anderson dalam Notoadmojo (2003), ada 3 faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu (1) mudahnya menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, (2) adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada, (3) adanya kebutuhan pelayanan kesehatan.

Menurut Alan Dever (1984) dalam ”Determinants of Health Services Utilization”, faktor-faktor yang memengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan adalah :

a. Faktor Sosiokultural yang terdiri dari : (1) norma dan nilai sosial yang ada di masyarakat, dan (2) teknologi yang digunakan dalam pelayanan kesehatan.

b. Faktor Organisasi yang terdiri dari : (1) ketersediaan sumber daya. Yaitu sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan. (2) keterjangkauan lokasi. Keterjangkauan lokasi berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan. (3) keterjangkauan sosial. Dimana konsumen memperhitungkan sikap petugas kesehatan terhadap konsumen. (4) karakteristik struktur organisasi formal dan cara pemberian pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang formal misalnya rumah sakit.


(29)

(1) Faktor yang berhubungan dengan konsumen

Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan dipengaruhi oleh : (1) faktor sosiodemografi, yaitu umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga dan status sosial ekonomi, (2) faktor sosio psikologis, yaitu persepsi sakit, gejala sakit, dan keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter, (3) faktor epidemiologis, yaitu mortalitas, morbiditas, dan faktor resiko.

(2) Faktor yang berhubungan dengan petugas kesehatan yang terdiri dari : (1) faktor ekonomi, yaitu adanya barang substitusi, serta adanya keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang dideritanya, (2) karakteristik dari petugas kesehatan yaitu tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas dan fasilitas yang dipunyai pelayanan kesehatan tersebut.

2.2Citra Pelayanan Kesehatan

Banyak organisasi pelayanan kesehatan mengatakan jika dapat memperbaiki citra, maka segala sesuatunya akan lebih baik. Seringkali organisasi-organisasi pelayanan kesehatan justru menyerahkan tanggung jawab hanya kepada hubungan massa saja. Suatu organisasi yang baik tidak akan mengembangkan citra hanya melalui upaya hubungan massanya saja, citra merupakan fungsi dari semua yang sedang atau telah dilakukan, dan juga semua yang dapat dikomunikasikan. Organisasi pelayanan kesehatan hanya cenderung mengkaitkan citra terhadap komunikasinya saja, mengindikasikan kegagalan untuk memahami bagaimana mengembangkan citra.


(30)

Istilah citra sekarang ini mempunyai bermacam-macam arti seperti gambaran organisasi, citra perusahaan, gambaran nasional, citra merek, gambaran masyarakat, gambaran diri sendiri dan lain sebagainya. Penggunaan citra yang seperti itu sudah cenderung mempunyai banyak pengertian. Citra adalah sejumlah dari kepercayaan-kepercayaan, gagasan-gagasan, kesan yang diperoleh seseorang dari suatu objek (Kotler dan Clarke, 1987).

Menurut Maramis (2006), citra adalah pengalaman sensorik yang tidak berdasarkan pada data yang ada pada waktu itu. Misalnya kita dapat menggambarkan dalam pikiran kita seekor sapi tanpa ada sapi di depan mata kita, hanya berdasarkan sapi yang kita lihat dahulu atau gambarnya dalam buku. Jadi, citra itu merupakan pencipataan ulang atau representasi mental dari suatu persepsi sebelumnya.

Menurut Steinmetz dalam Sutojo (2004), citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri atau bentuk orang perorangan, benda atau organisasi. Menurutnya bagi suatu organisasi juga dapat diartikan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati diri organisasi, selanjutnya Steinmetz mengemukakan persepsi seseorang terhadap suatu organisasi/perusahaan didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang organisasi/perusahaan yang bersangkutan.

Oleh karena itu citra sebuah pelayanan kesehatan yang sama dapat berbeda dimata dua orang yang berlainan. Seperti yang dikemukakan oleh Joe Marconi (1987), orang-orang yang memandang satu benda yang sama dapat mempunyai persepsi yang berlainan terhadap benda itu (Muzahamm, 1995).

Setiap pelayanan kesehatan mau tidak mau mempunyai citra di mata masyarakat. Citra itu sendiri dapat berperingkat baik, sedang atau buruk. Peringkat


(31)

citra yang berlainan tersebut berdampak terhadap keberhasilan kegiatan pelayanan yang diberikan. Citra buruk melahirkan dampak negatif bagi operasi pelayanan dan dapat juga melemahkan kemampuan organisasi dalam bersaing (sutojo, 2004).

2.2.1 Pengukuran Citra

Menurut Kotler dan Clark (1987) ada dua langkah pendekatan untuk mengukur suatu citra yaitumengukur seberapa familiar dan favorable citra organisasi itu, dan yang kedua yaitu mengukur lokasi citra organisasi dalam dimensi-dimensi yang relevan (yang disebut diferensial semantik).

2.2.1.1 Pengukuran Familiaritas – Favoribilitas

Citra atau image dapat didefinisikan sebagai seperangkat keyakinan, gagasan dan kesan yang dianut seseorang tentang sebuah objek. Sikap dan tindakan seseorang terhadap objek akan sangat tergantung pada objek tersebut.

Pertama kali dapat diukur dengan skala familiaritas. Untuk menetapkan familiaritas, para responden diminta untuk memeriksa salah satu dari berikut :

Tidak pernah Pernah Mengetahui Mengetahui Mengetahui Mendengar mendengar sedikit sedang dengan baik

Hasil-hasil ini mengindikasikan kesadaran masyarakat akan pelayanan tersebut. Jika banyak responden menempatkan organisasi tersebut di pilihan pertama, kedua dan ketiga, maka organisasi tersebut mempunyai suatu masalah kesadaran.

Selanjutnya dari responden tersebut yang memiliki familiaritas dengan organisasi tersebut kemudian diminta untuk menguraikan bagaimana perasaan mereka tentang organisasi tersebut dengan menggunakan skala favorabilitas :


(32)

Sangat kurang Sedikit Acuh Sedikit Sangat baik Baik kurang baik tak acuh baik

Jika responden memilih pilihan pertama, kedua dan ketiga maka organisasi terebut harus mengatasi dulu masalah citra negatifnya.

2.2.1.2 Diferensial semantik

Setiap pelayanan kesehatan perlu bergerak lebih jauh dan meneliti substansi citranya. Salah satu alat paling popular untuk mencapainya adalah melalui diferensial semantik. Metode ini mencakup langkah-langkah sebagai berikut :

• Mengembangkan sejumlah dimensi yang relevan. Peneliti dapat menggunakan hal yang biasa menjadi permasalahan tentang organisasi tersebut. Hal ini untuk mengidentifikasi dimensi yang akan digunakan dalam berpikir tentang objeknya. Misalnya orang dapat ditanyai : hal-hal apa yang sering dirasakan pasien bila sedang berada di rumah sakit. Jika seseorang mejawab mengenai kualitas perawatan medis, maka hal ini dapat diklasifikasikan kepada skala bipolar, dengan pilihan antara kualitas baik, sedang dan buruk.

• Mengurangi dimensi-dimensi yang relevan. Jumlah dimensi harus dipertahankan tetap rendah untuk menghindari keletihan/kelelahan responden. Ada tiga jenis skala dasar yakni ; skala evaluasi (kualitas baik-buruk), skala potensi (keamanan kuat-lemah) dan skala aktivitas (kualitas aktif-pasif). Dengan menggunakan hal ini sebagai pedoman, atau menjalankan analisis faktor, peneliti dapat membuang skala yang gagal untuk menambah informasi baru.


(33)

• Memeriksa varians citra,Karena setiap profil citra adalah garis rata-rata, maka hal ini tidak menggambarkan seberapa jauh variabilitas citra yang sesungguhnya.

Jadi diferensial semantik adalah alat pengukuran citra yang fleksibel dan dapat memberikan informasi penting. Misalnya, organisasi dapat mengetahui bagaimana publik memandangnya dan juga pesaing utamanya. Dengan menelaah kekuatan dan kelemahan citra pesaing. Kemudian organisasi selanjutnya dapat mengambil langkah-langkah solusi penting, dapat mengetahui bagaimana publik dan segmen pasar yang berbeda memandangnya dan juga dapat memonitor perubahan-perubahan dalam citra. Dengan mengulangi studi tentang citra secara berkala, organisasi dapat mendeteksi setiap penyimpangan ataupun peningkatan citra yang nyata (Kotler dan Clarke, 1987).

2.2.2 Menentukan Citra

Menurut Kotler dan Clarke (1987), yang menentukan citra yakni ada dua teori pembentukan citra. Pertama menegaskan bahwa citra sebagian besar ditentukan oleh objek, yakni orang menerima realita objek begitu saja. Pandangan citra yang berorientasi pada objek mengasumsikan bahwa : (1) Orang cenderung untuk memiliki pengalaman pertama dengan objek, (2) Orang mendapatkan data yang terpercaya dari objek, dan (3) Orang cenderung tergantung dengan apa yang dilihat dengan cara yang sama selain memiliki latar belakang dan kepribadian yang berbeda. Asumsi-asumsi ini sebaliknya mengimplikasikan bahwa organisasi tidak dapat dengan mudah menciptakan citra yang salah tentang dirinya sendiri.


(34)

Teori kedua menegaskan bahwa citra sebagian besar ditentukan oleh asumsi seseorang. Orang yang mempertahankan pandangan ini menegaskan bahwa : (1) Orang memiliki tingkat kontak yang berbeda dengan objek, (2) Orang yang ditempatkan di depan objek, akan secara selektif menerima aspek-aspek berbeda dari objek tersebut, (3) orang memiliki cara masing-masing untuk memproses data sensory, yang melahirkan penyimpangan selektif. Karena alasan-alasan ini orang dapat mempertahankan citra yang sangat berbeda tentang objek yang sama. Yakni, ada hubungan lemah antara citra dan objek sesungguhnya.

Kebenaran terletak diantaranya, yakni citra dipengaruhi oleh karakteristik objektif dari objek dan karakteristik subjektif dari penerima. Kita mungkin mengharapkan orang untuk mempertahankan citra yang sama terhadap suatu objek atau organisasi objek tersebut agak kompleks, bila sering mengalaminya secara langsung, dan bila agak stabil dalam karakteristik yang sesungguhnya. Sebaliknya, orang dapat mempertahankan citra yang sangat berbeda atas suatu objek, jika objek tersebut kompleks, dan jarang dialami dan berubah sesuai dengan waktu.

2.2.3 Hubungan Antara Citra dan Perilaku.

Sebagian besar organisasi tertarik dengan pengukuran dan modifikasi citra karena mereka mengira bahwa citra memiliki pengaruh besar terhadap perilaku orang. Mereka mengasumsikan bahwa ada hubungan erat antara citra orang atas organisasi dan perilaku mereka terhadap itu. Namun, hubungan antara citra dan perilaku tidak demikian sesungguhnya. Citra hanya satu komponen dari sikap, Dua orang dapat memandang sebuah rumah sakit sebagai rumah sakit besar dan sebaliknya seseorang


(35)

juga memiliki sikap yang berlawanan terhadap rumah sakit tersebut. Selanjutnya, hubungan antara sikap dan perilaku juga lemah, seorang pasien mungkin lebih menyukai rumah sakit kecil daripada rumah sakit besar, karena rumah sakit kecil lebih dekat ke rumahnya atau karena dokter pasien memiliki hak istimewa memberi rujukan hanya pada rumah sakit kecil.

Meskipun demikian, kita tidak akan menghilangkan pengukuran dan perencanaan citra hanya karena sulit merubahnya dan efeknya terhadap perilaku tidak jelas. Mengukur suatu citra organisasi adalah langkah penting dalam memahami apa yang sedang terjadi terhadap organisasi tersebut. Dan meskipun hubungan diantara citra dan perilaku tidak kuat, tetapi tetap eksis. Setiap organisasi harus membuat investasi dalam mengembangkan citra terbaik sedapat mungkin (Kotler dan Clarke, 1987).

2.3Konsep Puskesmas Ruang Rawat Inap

Puskesmas Ruang Rawat Inap adalah puskesmas yang diberi tambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong pasien gawat darurat, baik berupa tindakan operatif terbatas maupun asuhan keperawatan sementara dengan kapasitas kurang lebih 10 tempat tidur. Rawat inap itu sendiri berfungsi sebagai rujukan antara yang melayani pasien sebelum dirujuk ke institusi rujukan yang lebih mampu, atau dipulangkan kembali ke rumah. Kemudian mendapat asuhan perawatan tindak lanjut oleh petugas perawat kesehatan masyarakat dari puskesmas yang bersangkutan di rumah pasien.


(36)

Pendirian puskesmas harus memenuhi kriteria sebagai berikut : (1) puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari rumah sakit, (2) puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor dari puskesmas sekitarnya, (3) puskesmas dipimpin oleh seorang dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai, (4) jumlah kunjungan puskesmas minimal 100 orang per hari, (5) penduduk wilayah kerja puskesmas dan penduduk wilayah 3 puskesmas disekelilingnya minimal rata-rata 20.000 orang/Puskesmas, (6) pemerintah daerah bersedia untuk menyediakan anggaran rutin yang memadai (Depkes RI, 2009).

Puskesmas rawat inap diarahkan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat antara lain; kecelakaan lalu lintas, persalinan dengan penyulit, penyakit lain yang mendadak dan gawat.

2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata hari perawatan 3 hari atau maksimal 7 hari. 3. Melakukan pertolongan sementara untuk mempersiapkan pengiriman penderita

lebih lanjut ke Rumah Sakit.

4. Melakukan metoda operasi pria dan metoda operasi wanita untuk keluarga berencana.

Selain itu ruang rawat inap dilengkapi dengan fasilitas tambahan berupa : 1. Ruangan tambahan seluas 246 meter persegi yang terdiri dari ruangan perawatan,

operasi sederhana, persalinan, perawat jaga, pos operasi, kamar linen, kamar cuci, dapur, laboratorium.


(37)

2. Peralatan medis dan perawatan berupa peralatan operasi terbatas, obstetri patologis, resusitasi, vasektomi, dan tubektomi, tempat tidur dan perlengkapan perawatan.

3. Tambahan tenaga meliputi seorang dokter yang telah mendapat pelatihan klinis di Rumah sakit selama 6 bulan (dalam bidang kebidanan, kandungan, bedah, anak dan penyakit dalam), 2 orang perawat/bidan yang diberi tugas secara bergiliran dan seorang pekarya kesehatan untuk melaksanakan tugas administratif di ruang rawat inap.

Pendirian puskesmas rawat inap didasarkan pada kebijaksanaan :

1. Puskesmas dengan ruang rawat inap sebagai pusat rujukan antara dalam sistem rujukan, berfungsi untuk menunjang upaya penurunan kematian bayi dan ibu maternal, keadaan-keadaan gawat darurat serta pembatasan kemungkinan timbulnya kecacatan.

2. Menerapkan standar praktek keperawatan yang bertugas di ruang rawat inap puskesmas sesuai dengan prosedur yang diterapkan.

3. Melibatkan pasien dan keluarganya secara optimal dalam meningkatkan pelaksanaan asuhan keperawatan (Depkes RI, 2009)


(38)

2.4Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Definisi Konsep :

(1) Need (Kebutuhan) masyarakat yaitu keinginan untuk memperoleh dan mengkonsumsi pelayanan rawat inap di puskesmas yang meliputi keiginan/tidak inginnya untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang ada, dalam hal ini puskesmas rawat inap.

(2) Citra pelayanan rawat inap adalah ide, pendapat/penilaian seseorang terhadap puskesmas didasari atas apa yang mereka ketahui atau mereka kira tentang puskesmas yang diukur melalui fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan peetugas kesehatan, ketersediaan sarana non medis dan kondisi lingkungan.

Variabel Dependen

Need masyarakat Citrapelayanan rawat inap

- Fasilitas pelayanan - Peran dokter - Pelayanan petugas

kesehatan

- Ketersediaan sarana non medis


(39)

2.5Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pembahasan, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: terdapat pengaruh citra pelayanan rawat inap yakni fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, ketersediaan sarana non medis dan kondisi lingkungan) terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei dengan tipe explanatory research. Menurut Singarimbun (1995) tipe explanatory research yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian melalui uji hipotesa. Dalam penelitian ini, ingin diketahui pengaruh citra pelayanan rawat inap terhadap need masyarakat di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2011. Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini adalah karena Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2010 merupakan salah satu puskesmas dengan cakupan masyarakat yang rendah memanfaatkan fasilitas rawat inap puskesmas, dimana jumlah penduduk sebanyak 112.668 jiwa dengan kunjungan sebanyak 62885 dan yang memanfaatkan fasilitas tersebut hanya 33 orang.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pengguna fasilitas pelayanan rawat inap di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010 yaitu dalam satu tahun terakhir yang pernah menggunakan rawat inap sebanyak 33 orang,


(41)

Umumnya pasien yang rawat inap di puskesmas adalah dengan persalinan, berikut rincian pasien yang pernah di rawat inap di puskesmas yaitu :

Tabel 3.1 Data Paien Rawat Inap Di Puskesmas Gelugur Darat Tahun 2009

No Bulan Jlh

Pasien

Diagnosa Lama

Rawatan

1. Januari 5 orang - Primi Gravida - Gravida III (2 orang) - Gravida II

- Gravida IV

1-2 hari

2. Februari 2 orang - Gastro entritis (GE) + Dehidrasi sedang - Gravida + febris

1 hari

3. Maret 3 orang - Primi Gravida (2 orang) - Gravida III

1-2 hari 4. April 5 orang - Gravida V Abortus

Imminens

- Gravida II + Post date + Panggul sempit

- Gravida III - Gravida IV - Multi para

1-2 hari

5. Mei 3 orang - Gravida III (2 orang) - Gravida II

2 hari 6. Juni 2 orang - Gravida II (2 orang) 1-2 hari 7. Juli 3 orang - Gravida III (2 orang) 1 hari 8. Agustus 2 orang - Gravida III

- Gravida V + Pre Eklamsi

1 hari Dirujuk ke Rs Imelda 9. November 4 orang - Gravida III + Plasenta

Previa

- Gravida IIII + Anemia - Gravida III (2 orang)

Dirujuk ke Rs Imelda 1 hari 10. Desember 4 orang - Gravida III (2 orang)

- Gravida VII - Gravida IV

1-2 hari Dirujuk 2 hari


(42)

3.3.2 Sampel

Sehubungan dengan keterbatasan pengguna rawat inap di puskesmas, maka penetapan jumlah sampel penelitian yang digunakan menggunakan metode “total sampling” di mana seluruh populasi menjadi sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden yang pernah di rawat inap di Puskesmas Gelugur Darat yang berpedoman pada kuesioner penelitian yang meliputi hal yang berkaitan dengan citra pelayanan (fasilitas pelayanan, peran dokter, petugas pelayanan kesehatan, dan kondisi lingkungan).

Data sekunder diperoleh dari Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas Gelugur Darat Medan, dan kantor Dinas Kesehatan Kota Medan.

3.5 Definisi Operasional Variabel 3.5.1 Variabel Bebas

a. Fasilitas pelayanan adalah penilaian atau pandangan pasien mengenai sesuatu yang berhubungan dengan fasilitas rawat inap. Adapun indikator aspek ini meliputi :

- Tersedianya fasilitas rawat inap membantu kemudahan dan kelancaran dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat

- Kondisi ruangan tindakan pelayanan gawat darurat - Kondisi tata ruang rawat inap


(43)

- Keberadaan laboratorium di puskesmas - Ketersediaan obat yang ada

- Jumlah, jenis dan kondisi peralatan kerja

- Tingkat keserasian hubungan antar lingkungan/fasilitas yang ada di puskesmas

b. Peran dokter adalah penilaian atau pandangan pasien mengenai peran dokter dalam melayani dan mengobati pasien. Adapun indikator aspek ini meliputi : - Komunikasi yang dilakukan dokter terhadap pasien

- Dokter senantiasa bertindak sopan dan ramah terhadap pasien. - Tidak diskriminatif/membeda-bedakan pasien.

- Pelaksanaan tugas yang sesuai dengan harapan pasien - Keakraban terhadap pasien

- Terciptanya suasana yang nyaman

- Ketanggapan, kecepatan dan ketepatan dalam proses pelayanan - Kemauan untuk mendengar keluhan pasien

c. Pelayanan petugas kesehatan adalah penilaian atau pandangan pasien mengenai pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan terhadap pasiennya yang meliputi :

- Penyampaian informasi terhadap pasien

- Perhatian dan kesigapan petugas terhadap keluhan pasien - Pelayanan yang tidak membeda-bedakan antara pasien

- Jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan terhadap petugas


(44)

- Prosedur pelayanan untuk rawat inap

- Kerapihan dan kebersihan penampilan petugas - Suasana kenyamanan dan keakraban terhadap pasien - Keberadaan perawat jaga di ruang rawat inap

d. Ketersediaan sarana non medis adalah penilaian atau pandangan pasien tentang kelengkapan sarana non medis yang dipakai pada proses pelayanan yang meliputi :

- Penggunaan Ambulan puskesmas dalam keperluan pelayanan - Ketersediaan dapur untuk keperluan rawat inap

- Kondisi/keadaan tempat tidur di ruang rawat inap - Ketersediaan ruang tunggu

- Ketersediaan tempat parkir di lokasi puskesmas - Fasilitas kebersihan ruangan

- Penerangan ruang rawat inap - Ketersediaan kamar mandi/toilet

e. Kondisi lingkungan adalah penilaian atau pandangan pasien tentang lingkungan yang ada di sekitar lokasi puskesmas, yang meliputi :

- Tingkat kebersihan dan kenyamanan di ruang rawat inap - Kondisi sirkulasi udara/ventilasi di ruang rawat inap - Kerja sama dengan pelayanan kesehatan lain

- Lokasi rawat inap yang mudah dijangkau dan mudah dicapai - Situasi/keadaan tata letak rawat inap puskesmas


(45)

- Pengelolaan sampah di rawat inap puskesmas

- Situasi dan keamanan disekitar rawat inap puskesmas

3.5.2 Variabel Terikat

Need masyarakat yaitu keinginan pasien untuk memperoleh dan mengkonsumsi jasa yang ada di pelayanan rawat inap yang diukur melalui keinginan/tidak inginnya untuk menggunakan pelayanan rawat inap puskesmas.

3.6Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Bebas

Variabel independen (bebas) pengaruh citra pelayanan rawat inap menggunakan skala interval. Variabel terdiri dari fasilitas pelayanan, peran dokter, pelayanan petugas kesehatan, dan kondisi lingkungan. Indikator dibagi dalam beberapa tingkatan dan diberikan nilai/skor, dimana pengukurannya dapat dilihat pada tabel 3.1 :

Tabel 3.2 Aspek skala pengukuran variabel bebas No Citra

pelayanan rawat inap

Jumlah indikator

Kriteria Bobot nilai indikator Bobot nilai seluruh indikator Skala pengukuran

1. Fasilitas pelayanan

8 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 20-24 14-19 8-13 Interval

2. Peran dokter 8 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 20-24 14-19 8-13 Interval

3. Petugas kesehatan

8 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 20-24 14-19 8-13 Interval


(46)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

4. Ketersediaan sarana non medis

8 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 20-24 14-19 8-13 Interval

5. Kondisi lingkungan

8 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 3 2 1 20-24 14-19 8-13 Interval

3.6.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah need masyarakat yang diukur dengan keinginan masyarakat untuk memperoleh dan mengkonsumsi pelayanan rawat inap di puskesmas..

Tabel 3.3 Aspek skala pengukuran variabel dependen No Variabel

Dependen Jumlah indikator Kategori Jawaban Nilai Bobot

Kategori Bobot nilai seluruh indikator

Skala

pengukuran

1 Need pelayanan rawat inap oleh masyarakat

5 1. Tidak 2. Ya 1 2 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 9-10 7-8 5-6 Interval


(47)

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data menggunakan uji statistik regresi linier berganda karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel bebas citra pelayanan rawat inap puskesmas meliputi fasilitas pelayanan, peran dokter, petugas kesehatan, kondisi lingkungan terhadap variabel terikat (need masyarakat). Rumus regresi linier berganda : Y =

a

+

b

1X1 +

b

2X2 + … +

b

5X5

Keterangan :

Y = variabel terikat X = variabel bebas

a

= konstanta


(48)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Data Geografis

Puskesmas Gelugur Darat terletak di Jalan Pendidikan No.8 Kecamatan Medan Timur Kota Medan. Luas wilayah kerja puskesmas Gelugur Darat sekitar 776 Ha mencakup 11 kelurahan yaitu :

1. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel Baru 2. Kelurahan Pulo Brayan Bengkel 3. Kelurahan Pulo Brayan Darat I 4. Kelurahan Pulo Brayan Darat II 5. Kelurahan Glugur Darat I 6. Kelurahan Glugur Darat II 7. Kelurahan Sidodadi

8. Kelurahan Gang Buntu 9. Kelurahan Perintis 10.Kelurahan Gaharu 11.Kelurahan Durian

Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang ada di wilayah kerja puskesmas Gelugur Darat terdapat 1 unit puskesmas pembantu (Pustu) yaitu Pustu Pulo Brayan Bengkel yang terletak di Kelurahan Pulo Brayan Bengkel.


(49)

Letak wilayah kerja Puskesmas Gelugur Darat memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Deli

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Tembung

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Kota - Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat

4.1.2 Data Demografi

Jumlah penduduk yang terdapat di wilayah kerja puskesmas rawat inap Gelugur Darat berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah %

1. Laki – laki 63.784 47.9

2. Perempuan 69.383 52.1

Sumber : SP2TP Puskesmas Glugur Darat, 2010

Mata pencaharian penduduk terbanyak di wilayah kerja puskesmas Gelugur Darat adalah sebagai wiraswasta sebanyak 12.814 orang, sedangkan mata pencarian sebagai Petani hanya 80 orang. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Gelugur Darat Kecmatan Medan Tahun 2010

No. Pekerjaan Jumlah %

1. Pegawai Negeri/ TNI 4.421 7.56

2. Pegawai Swasta 21.043 36

3. Wiraswasta 12.814 21.92


(50)

Tabel 4.2. (Lanjutan)

5. Pedagang 2.088 3.57

6. Petani 80 0.14

7. Lain-lain 15.525 26.56

Jumlah 58.447 100

Sumber : SP2TP Puskesmas Glugur Darat, 2010

4.2 Pelayanan rawat inap puskesmas

Pelayanan rawat inap merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat, yang memiliki fasilitas ruang rawat inap dengan kapasitas enam tempat tidur, dan dipisah menurut jenis kelamin pasien. Dalam memberikan jasa pelayanan rawat inap kepada masyarakat, Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat memiliki petugas sebanyak 14 orang yang terdiri dari 8 orang perawat, dan 6 orang bidan rawat inap.

Pasien yang memanfaatkan pelayanan rawat inap umumnya adalah ibu dengan persalinan, selain itu juga melayani pasien lainnya seperti, Diare, Hipertensi, DBD, dan juga berperan sebagai puskesmas yang menampung pasien DBD dari RSU. Dr. Pirngadi Medan. Rata-rata dalam sebulannya rawat inap puskesmas menangani 1-2 pasien, dan terkadang dalam 1 atau 2 bulan sama sekali tidak ada pasiennya.

Tersedianya fasilitas puskesmas rawat inap di wilayah Gelugur Darat telah banyak diketahui oleh masyarakat dan diharapkan dapat mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Ketersediaan fasilitas rawat inap puskesmas belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, hal ini dipengaruhi oleh banyaknya masyarakat yang langsung menggunakan pelayanan kesehatan tingkat


(51)

lanjut untuk memecahkan permasalahan kesehatannya, yang seharusnya dapat ditangani oleh puskesmas yang memiliki fasilitas rawat inap.

4.3 Analisis Univariat

4.3.1 Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian jumlah populasi dan sampel, diperoleh responden sebanyak 33 orang, dengan persentase tertinggi pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 29 orang (87,9%). Responden yang penulis wawancarai terlihat bahwa pasien yang melakukan rawat inap di Puskesmas Gelugur Darat adalah seluruhnya perempuan yaitu sebanyak 33 orang (100%). Dilihat dari tingkat pendidikan responden yang paling tinggi adalah SLTA yaitu sebanyak 22 orang (66,7%). Menurut jenis pekerjaan responden, persentase tertinggi adalah ibu rumah tangga yaitu sebanyak 26 orang (78,8%). Berdasarkan tingkat penghasilan keluarga, persentase tertinggi adalah <UMP yaitu sebanyak 28 orang (84,8%). Dilihat dari jumlah kunjungan pasien ke puskesmas Gelugur Darat dalam 1 terakhir, persentase tertinggi adalah 1 kali kunjungan sebanyak 14 orang (42,4%), dan dapat diihat selengkapnya pada table di bawah ini :

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Karakteritik Responden berdasarkan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat penghasilan dan jumlah kunjungan pasien dalam 1 tahun terakhir di Puskesmas Rawat Inap Gelugur Darat Medan Tahun 2010.

No Karakteristik Sosiodemografi Jumlah

F %

1. Umur (tahun) - <20 - 20-35 - >35

-

29 4

0 87,9 12,1


(52)

Tabel 4.3. (Lanjutan)

2. Jenis Kelamin - Laki-laki - Perempuan - 33 0 100

Total 33 100

3. Tingkat Pendidikan - SD - SMP - SLTA - Akademi - Sarjana 2 7 22 2 - 6,1 21,2 66,7 6,1 0

Total 33 100

4. Pekerjaan - Petani - PNS - Pedagang - TNI/POLRI - Ibu rumah tangga

2 - 5 - 26 6,1 0 15,2 78,8

Total 33 100

5. Tingkat Penghasilan Keluarga - > UMP (Rp.1.020.000) - < UMP

5 28

15,2 84,8

Total 33 100

6. Jumlah Kunjungan ke Puskesmas 1 tahun terakhir

- 1x kunjungan - 2x kunjungan - ≥3x kunjungan

14 9 10 42,4 27,3 30,3

Total 33 100

4.3.2 Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas 4.3.2.1 Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan meliputi pandangan/penilaian pasien tentang kemudahan, kondisi ruangan gawat darurat, kondisi tata ruang, kenyamanan, laboratorium, ketersediaan obat, kondisi alat kerja, dan keserasian pasien terhadap fasilitas pelayanan yang ada di rawat inap puskesmas.


(53)

Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Fasilitas Pelayanan di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Item Pertanyaan Baik Sedang Buruk Total

N % N % N % %

1. Kemudahan dan kelancaran dalam pemberian pelayanan kesehatan (rawat inap) kepada anda

14 42,4 12 36,4 7 21,2 100

2. Kondisi ruangan pelayanan rawat inap

9 27,3 14 42,4 10 30,3 100 3. Kondisi tata ruang rawat inap 8 24,3 14 42,4 11 33,3 100 4. Kenyamanan pelayanan dari

ketersediaan fasilitas

6 18,2 17 51,5 10 30,3 100 5. Keberadaan laboratorium di

puskesmas

3 9,1 9 27,3 21 63,6 100 6. Ketersediaan obat yang ada di

pelayanan rawat inap

4 12,1 13 39,4 16 48,5 100 7. Jumlah, jenis dan kondisi

peralatan kerja

4 12,1 14 42,4 15 45,5 100 8. Tingkat keserasian hubungan

dengan fasilitas/lingkungan yang ada di puskesmas rawat inap

3 9,1 11 33,3 19 57,6 100

Total 51 19,3 104 39,4 109 41,3 100

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai kemudahan dan kelancaran dalam pemberian pelayanan kesehatan (rawat inap) kepada pasien adalah responden terbanyak menyatakan baik yaitu sebanyak 14 pasien (42,4%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai kondisi ruangan gawat darurat adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 14 pasien (42,4%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai kondisi tata ruang rawat inap adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 14 pasien (42,4%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai kenyamanan pelayanan dari ketersediaan fasilitas adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 17 pasien (51,5%).


(54)

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai keberadaan laboratorium di puskesmas adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 21 pasien (63,6%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai ketersediaan obat yang ada di pelayanan rawat inap adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 16 pasien (48,5%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai jumlah, jenis dan kondisi peralatan kerja adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 15 pasien (45,5%).

Hasil distribusi fasilitas pelayanan mengenai tingkat keserasian hubungan antar lingkungan/fasilitas yang ada di puskesmas rawat inap adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 19 pasien (57,6%).

Berdasarkan tabulasi distribusi responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa citra pelayanan rawat inap mengenai fasilitas pelayanan di puskesmas rawat inap terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 17 pasien (51,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Fasilitas Pelayanan di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Kategori Citra Pelyanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Fasilitas Pelayanan

Jumlah

f %

1 Baik 4 12,1

2 Sedang 17 51,5

3 Buruk 12 36,4


(55)

4.3.2.2. Peran dokter

Peran dokter meliputi pandangan/penilaian pasien tentang komunikasi, keramahan, tidak diskriminatif, pelaksanaan tugas, keakraban, terciptanya suasana yang nyaman, kecepatan dan ketepatan dan kemauan untuk mendengar keluhan pasien terhadap peran dokter di rawat inap puskesmas.

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Peran Dokter di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Item Pertanyaan Baik Sedang Buruk Total

N % N % N % %

1. Komunikasi dokter dalam memberikan pelayanan terhadap anda

13 39,4 15 45,5 5 15,1 100

2. Dokter senantiasa bertindak ramah (sopan) dan bersahabat kepada anda

9 27,3 20 60,6 4 12,1 100

3. Tidak diskriminatif/membeda-bedakan pelayanan kepada pasien

8 24,2 20 60,6 5 15,2 100 4. Pelaksanaan tugas sesuai dengan

harapan anda

5 15,1 13 39,4 15 45,5 100 5. Keakraban terhadap pasien 14 42,4 13 39,4 6 18,2 100 6. Terciptanya suasana yang

nyaman

6 18,2 19 57,6 8 24,2 100 7. Kecepatan dan ketepatan dalam

proses pelayanan

5 15,1 19 57,6 9 27,3 100 8. Kemauan untuk mendengarkan

keluhan pasien

5 15,1 13 39,4 15 45,5 100

Total 65 24,6 132 50 67 25,4 100

Hasil distribusi peran dokter mengenai komunikasi dokter dalam memberikan pelayanan terhadap pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 15 pasien (45,5%).


(56)

Hasil distribusi peran dokter mengenai tindakan dokter yang senantiasa ramah (sopan) dan bersahabat kepada pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 20 pasien (60,6%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai tidak diskriminatif/membeda-bedakan pelayanan kepada pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 20 pasien (60,6%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai pelaksanaan tugas sesuai dengan harapan pasien adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 15 pasien (45,5%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai keakraban terhadap pasien adalah responden terbanyak menyatakan baik yaitu sebanyak 14 pasien (42,2%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai terciptanya suasana yang nyaman adalah responden terbanyak menyatakan 19 pasien (57,6%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai kecepatan dan ketepatan dalam proses pelayanan adalah responden terbanyak menyatakan 19 pasien (57,6%).

Hasil distribusi peran dokter mengenai kemauan untuk mendengar keluhan pasien adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 15 orang (45,5%).

Berdasarkan tabulasi distribusi responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa citra pelayanan rawat inap mengenai peran dokter di puskesmas rawat inap terbanyak berada pada kategori sedang, yaitu sebanyak 17 pasien (51,6%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.7. berikut:


(57)

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Peran Dokter di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Kategori Citra Pelyanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Peran Dokter

Jumlah

f %

1 Baik 8 24,2

2 Sedang 17 51,6

3 Buruk 8 24,2

Jumlah 33 100

4.3.2.3 Pelayanan petugas kesehatan

Pelayanan petugas kesehatan meliputi pandangan/penilaian pasien tentang penyampaian informasi terhadap pasien, perhatian dan kesigapan petugas terhadap keluhan pasien, pelayanan yang tidak membeda-bedakan antara pasien, jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan petugas kesehatan, prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit, kerapian dan kebersihan penampilan petugas, suasana kenyamanan dan keakraban terhadap pasien, keberadaan perawat/bidan jaga di ruang rawat inap puskesmas.

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Pelayanan Petugas Kesehatan di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Item Pertanyaan Baik Sedang Buruk Total

N % N % N % %

1. Penyampaian informasi terhadap anda

5 15,2 20 60,6 8 24,2 100 2. Perhatian dan kesigapan petugas

terhadap keluhan anda

5 15,2 11 33,3 17 51,5 100 3. Pelayanan yang tidak

membeda-bedakan antara pasien

0 0 22 66,7 11 33,3 100 4. Jaminan keamanan dan

kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan petugas

6 18,2 14 42,4 13 39,4 100

5. Prosedur pelayanan untuk rawat inap


(58)

Tabel 4.8 (Lanjutan)

6. Kerapian dan kebersihan penampilan petugas

3 9,1 17 51,5 13 39,4 100 7. Suasana kenyamanan dan

keakraban terhadap pasien

3 9,1 20 60,6 10 30,3 100 8. Keberadaan perawat jaga di ruang

rawat inap

2 6,1 9 27,2 22 66,7 100

Total 29 11 126 47,8 109 41,2 100

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai penyampaian informasi terhadap pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 20 pasien (60,6%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai perhatian dan kesigapan petugas terhadap keluhan pasien adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 17 pasien (51,5%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai pelayanan yang tidak membeda-bedakan antara pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 22 pasien (66,7%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai jaminan keamanan dan kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan petugas adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 14 pasien (42,4%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 15 pasien (45,5%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai kerapian dan kebersihan penampilan petugas adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 17 pasien (51,5%).


(59)

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai suasana kenyamanan keakraban terhadap pasien adalah responden terbanyak menyatakan sedang yaitu sebanyak 20 pasien (60,6%).

Hasil distribusi petugas pelayanan kesehatan mengenai keberadan perawat/bidan jaga di ruang rawat inap adalah responden terbanyak menyatakan buruk yaitu sebanyak 22 pasien (66,7%).

Berdasarkan tabulasi distribusi responden diatas, setelah dilakukan pengolahan data maka diketahui bahwa citra pelayanan rawat inap mengenai pelayanan petugas kesehatan di puskesmas rawat inap terbanyak berada pada kategori buruk, yaitu sebanyak 18 pasien (54,5%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.9. berikut:

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Citra Pelayanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Pelayanan Petugas Kesehatan di Puskesmas Gelugur Darat Medan Tahun 2010

No Kategori Citra Pelyanan Rawat Inap Puskesmas Mengenai Pelayanan Petugas Kesehatan

Jumlah

f %

1 Baik 1 3,0

2 Sedang 14 42,4

3 Buruk 18 54,5

Jumlah 33 100

4.3.2.4 Ketersediaan sarana non medis

Ketersediaan sarana non medis meliputi pandangan/penilaian pasien tentang penggunaan ambulan puskesmas dalam keperluan pelayanan rawat inap, ketersediaan dapur, kondisi dan kemudahan memahami simbol/petunjuk, ketersediaan ruang tunggu bagi keluarga pasien, kondisi tempat parkir yang ada, ketersediaan fasilitas


(1)

Frequencies

Frequency Table

Statistics

33 33 33 33 33 33 33

0 0 0 0 0 0 0

Valid Missing N

NM1 NM2 NM3 NM4 NM5

jumlah need masyarakat

jumlah kategori need

masyarakat

NM1

22 66.7 66.7 66.7

11 33.3 33.3 100.0

33 100.0 100.0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

NM2

27 81.8 81.8 81.8

6 18.2 18.2 100.0

33 100.0 100.0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

NM3

14 42.4 42.4 42.4

19 57.6 57.6 100.0

33 100.0 100.0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

NM4

29 87.9 87.9 87.9

4 12.1 12.1 100.0

33 100.0 100.0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

NM5

31 93.9 93.9 93.9

2 6.1 6.1 100.0

33 100.0 100.0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jumlah need masyarakat

13 39.4 39.4 39.4

9 27.3 27.3 66.7

5 15.2 15.2 81.8

3 9.1 9.1 90.9

1 3.0 3.0 93.9

2 6.1 6.1 100.0

33 100.0 100.0

5 6 7 8 9 10 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

jumlah kategori need masyarakat

3 9.1 9.1 9.1

8 24.2 24.2 33.3

22 66.7 66.7 100.0

33 100.0 100.0

1 2 3 Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

33

33

33

33

33

33

2.24

2.00

2.52

2.33

2.42

2.58

.663

.707

.566

.692

.614

.663

.279

.258

.350

.287

.311

.406

.279

.258

.273

.230

.270

.261

-.237

-.258

-.350

-.287

-.311

-.406

1.603

1.480

2.009

1.648

1.785

2.330

.012

.025

.001

.009

.003

.000

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters

a,b

Absolute

Positive

Negative

Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

jumlah

kategori

fasilitas

pelayanan

jumlah

kategori

peran dokter

jumlah

kategori

pelayanan

petugas

kesehtan

jumlah

kategori

non medis

jumlah

kategori

kondisi

lingkungan

jumlah

kategori need

masyarakat

Test distribution is Normal.

a.

Calculated from data.

b.


(4)

Correlations

1 .456** .535** .434* .533** .226

. .008 .001 .012 .001 .207

33 33 33 33 33 33

.456** 1 .390* .431* .360* .420*

.008 . .025 .012 .040 .015

33 33 33 33 33 33

.535** .390* 1 .497** .517** .316

.001 .025 . .003 .002 .073

33 33 33 33 33 33

.434* .431* .497** 1 .547** .251

.012 .012 .003 . .001 .159

33 33 33 33 33 33

.533** .360* .517** .547** 1 .288

.001 .040 .002 .001 . .104

33 33 33 33 33 33

.226 .420* .316 .251 .288 1

.207 .015 .073 .159 .104 .

33 33 33 33 33 33

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N

jumlah kategori need masyarakat

jumlah kondisi lingkungan

jumlah kategori non medis

jumlah kategori pelayanan petugas kesehtan

jumlah peran dokter

jumlah fasilitas pelayanan

jumlah kategori need

masyarakat

jumlah kondisi lingkungan

jumlah kategori non medis

jumlah kategori pelayanan

petugas kesehtan

jumlah peran dokter

jumlah fasilitas pelayanan

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(5)

Regression

Variables Entered/Removed

b

kondisi

lingkungan

kategori ,

peran

dokter

kategori,

non medis

kategori ,

pelayanan

petugas

kesehatan

kategori

a

.

Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: need masyarakat kategori

b.

Model Summary

.846

a

.716

.675

.350

Model

1

R

R Square

Adjusted

R Square

Std. Error of

the Estimate

Predictors: (Constant), kondisi lingkungan kategori ,

peran dokter kategori, non medis kategori , pelayanan

petugas kesehatan kategori

a.

ANOVA

b

8.633

4

2.158

17.634

.000

a

3.427

28

.122

12.061

32

Regression

Residual

Total

Model

1

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Predictors: (Constant), kondisi lingkungan kategori , peran dokter kategori, non

medis kategori , pelayanan petugas kesehatan kategori

a.

Dependent Variable: need masyarakat kategori

b.


(6)

Coefficients

a

-.125

.386

-.324

.748

.157

.142

.127

1.110

.276

.408

.110

.462

3.708

.001

.128

.171

.087

.753

.458

.452

.160

.389

2.814

.009

(Constant)

peran dokter kategori

pelayanan petugas

kesehatan kategori

non medis kategori

kondisi lingkungan

kategori

Model

1

B

Std. Error

Unstandardized

Coefficients

Beta

Standardized

Coefficients

t

Sig.

Dependent Variable: need masyarakat kategori

a.