SEBAB-SEBAB MUNCULNYA DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM DI JERMAN

(1)

SKRIPSI

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM DI JERMAN

Disusun oleh:

ANGGERIANI SULISTIA NINGSIH 20120510211

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

SKRIPSI

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM DI JERMAN

Factors Emergence Of Discrimination to Muslim People in Germany

Diajukan guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S-1 pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:

ANGGERIANI SULISTIA NINGSIH 20120510211

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anggeriani Sulistia Ningsih

NIM : 20120510211

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik sarjana baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ataupun di perguruan tunggi lain. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain yang telah ditulis atau di publikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama dan dicantumkan di daftar pustaka. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila ada kesalahan dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 28 Maret 2016 Penulis


(4)

MOTTO

“Maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan. Kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain.”


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulilahirobilal’alamin ucap syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat limpahan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi sederhana ini penulis persembahkan untuk:

• Kedua orang tua penulis, mama Wirda Ningsih dan papa Jumali atas semua cinta dan kasih sayang serta pengorbanan selama ini untuk penulis, terimakasih telah menjadi orang tua yang luar biasa.

• Adik penulis Muhammad Nahl Fairuz Albar, terimakasih atas kasih sayang serta dukungan selama ini untuk penulis.

• Seluruh keluarga besar penulis, terimakasih untuk kebahagiannya.

• Dika Isnan Wicaksono, terimakasih telah menemani hari-hari penulis, terimakasih telah menjadi penerima keluh kesah yang baik dan penyemangat untuk penulis. Terimaksih untuk nasihat yang di berikan kepada penulis. Semoga kita sukses bersama dan bisa membanggakan kedua orang tua kita. Amin.

• Teman-teman HI UMY 2012, senang bisa menjadi bagian dari kalian, semoga cita-cita kita semua tercapai. Amin.

• Sahabat dekat penulis, Zulfa Nafiatur Rofiah, Annisa Fitriah, Putri Ayu Rhoviani, Gema Bajaning, Rina Mar’atus, Muthia Melinda, Eka Triyaningrum, Nadhirotus Sofia, Fauziatul Mardhiyah, terimakasih telah menjadi saudara, penyemangat, pendengar yang setia, dan selalu ada di saat suka maupun duka. Semoga kita sukses kelak dan tidak melupakan satu sama lain.

• Sahabat penulis, Galisa Denox Maharanti, terimakasih untuk segala hal yang pernah kita lakukan bersama. Semoga apa yang kita cita-citakan tergapai.

• Sahabat penulis, Wininda Qusnul Khotimah dan Nike tandra terimaksih telah menemani hari-hari penulis, terimakasih untuk semua semangat yang diberikan untuk penulis. • Kepada siapapun yang terlewat belum disebutkan namanya, dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terimakasih banyak atas pengetahuan, pengalaman dan dukungan selama penulis di bangku kuliah hingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan study penulis di bangku perkuliahan. Ini semua tidak lepas dari doa, pengetahuan, dan pengalaman berharga dari kalian semua. Terimakasih.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Sebab-Sebab Munculnya Diskriminasi Terhadap Islam Di Jerman.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam jenjang perkuliahan Strata 1 Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan, bantuan, dan saran maka hambatan yang penulis alami akhirnya dapat teratasi dengan baik. Khususnya berkat bimbingan dan saran dari pembimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan segenap terimaksih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya untuk kelancaran dan kemudahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini sehingga selesai sesuai waktu yang di harapkan.

2. Kedua orang tua penulis, Ibu Wirda Ningsih dan Bapak Jumali atas curahan cinta, kasih sayang, perhatian, doa, dukungan serta pengorbanan yang tiada henti untuk penulis.

3. Dosen pembimbing skripsi, Ibu Siti Muslikhati, S.IP., M.Si atas sumbangan waktu, dukungan, dan pemikirannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si, selaku ketua jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Seluruh dosen prodi HI tanpa terkecuali, atas ilmu berharga yang telah diberikan selama penulis menempuh study.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya masih ada kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pengetahuan di masa mendatang.

Terimakasih atas segala do’a, semangat, dan saran yang diberikan. Sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, semoga dapat memberikan manfaat.

Yogyakarta, 28 Maret 2016


(7)

DAFTAR ISI

SKRIPSI...1

MOTTO ...3

HALAMAN PERSEMBAHAN ...4

KATA PENGANTAR ...5

DAFTAR ISI...6

DAFTAR GAMBAR ...8 BAB I PENDAHULUAN...Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah...Error! Bookmark not defined.

B. Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Pemikiran...Error! Bookmark not defined. D. Hipotesa ...Error! Bookmark not defined. E. Tujuan Penulisan...Error! Bookmark not defined. F. Jangkauan Penelitian...Error! Bookmark not defined. G. Metode Penelitian ...Error! Bookmark not defined. H. Sistematika Penulisan ...Error! Bookmark not defined.

BAB II DOMESTIK POLITIK JERMAN ...Error! Bookmark not defined. A. Sejarah berdirinya Jerman...Error! Bookmark not defined.

B. Struktur pemerintahan negara Jerman. ...Error! Bookmark not defined.

BAB III KEBEBASAN BERAGAMA DI JERMAN DAN DISKRIMINASIError! Bookmark not defined.

A. Komposisi penduduk di Jerman...Error! Bookmark not defined. B. Kebijakan toleransi beragama di Jerman. ...Error! Bookmark not defined.

C. Bentuk-bentuk diskriminasi terhadap Islam di Jerman.Error! Bookmark not defined. BAB IV DESAKAN DARI KELOMPOK ANTI-ISLAM DAN PARTAI ALTERNATIF DI JERMAN...Error! Bookmark not defined.


(8)

B. Partai alternatif anti-Islam di Jerman “Alternative für Deutschland” (AFD).Error! Bookmark not defined.


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Struktur Pemerintahan Jerman ...Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 1 Jumlah (persen) Warga Anti-Islam ...Error! Bookmark not defined.


(10)

(11)

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA DISKRIMINASI TERHADAP ISLAMDI JERMAN

Anggeriani Sulistia Ningsih

Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Anggeriani.sulistia.2012@fisipol.umy.ac.id

Abstract

This research is discusses about the causes appearing of Islam discrimination in Germany. Germany has given the law on freedom of embrace religion, namely Grundgesetz (German Law) Article 4, paragraph 1 which mentions “Freedom of religion and have a philosophical view of life should not be disturbed”. Initially discrimination occured because people in German more

respectful with protestant religion than other religions, because most of people in German embrace Cristianity Protestant, the tragedi of september 11, 2011 in America changes Germany society’s opinion about Islam. Islam is a Religion theorist who must fight, because of this

tragedy the group of Islam opposition is appearing “Pegida”. Discrimination received by Muslims includes about employment discrimination, shelter, and health.


(12)

Abstrak

Penelitian ini mebahas tentang penyebab munculnya diskriminasi Islam di Jerman. Jerman telah memberikan hak kebebasan dalam memeluk agama, yang disebut Grundgesetz (UU Jerman) Pasal 4, ayat 1 yang berbunyi “Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup

yang tidak boleh diganggu”. Jerman lebih peduli terhadap agama Protestan dibanding agama

lainnya, sebab sebagian besar orang Jerman memeluk agama Kristen Protestan, kejadian 11 September 2011 di Amerika membuat pemerintah Jerman mengubah opini tentang Islam. Islam adalah agama teori yang harus di perjuangkan, karena tragedi ini kelompok penentang Islam muncul yang disebut “Pegida”. Diskriminasi yang diterima oleh orang Muslim termasuk

mengenai diskriminasi pekerjaan, tempat tinggal, dan kesehatan.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Jerman merupakan gabungan antara bekas Jerman Barat (Republik Federal Jerman) dan bekas Jerman Timur (Republik Demokrasi Jerman) yang bersatu pada tanggal 3 Oktober 1990. Jerman adalah negara federal yang terdiri dari 16 Negara Bagian, dengan otonomi penuh kecuali kebijakan Politik Luar Negeri, Pertahanan dan Keuangan yang masih berada ditangan Pemerintah Pusat/Federal. Parlemen Jerman menetapkan bahwa Berlin kembali menjadi Ibukota Jerman, dan selanjutnya dilakukan pemindahan ibukota dari Bonn ke Berlin pada akhir tahun1999.(Jerman selayang pandang, 2011)

Jerman menerapkan toleransi beragama pasca Perang Salib, serta budaya juga ditoleransi. Di saat itulah negara-negara di Eropa lebih mengenal Islam, dan hubungan antara Jerman dan Islam pun berlanjut. Pada tahun 1739, Frederick Wiliam I mendirikan masjid di Postdam, itulah tanda Islam mulai diterima di Jerman.(Dwi, 2013)

Saat ini Jerman mempunyai UU tentang kebebasan beragama, yaitu Grundgesetz (UUD Jerman), pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan “Die Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die

Freiheit des religiosen und weltanschaulichen Bekenntnisses sind unverletzlich. (Kebebasan beragama dan memiliki pandangan filosofis hidup tidak boleh diganggu) pernyataan diatas merupakan dukungan dari pemerintahan jerman untuk bebas bergama yang harusnya diterapkan dan ditaati. (Fahmy Zarkasyi, 2008)


(14)

Secara umum, mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen, baik Potestan maupun Katholik. Selain itu terdapat pula minoritas yang menganut agama Islam, Budha dan Yahudi. Kondisi keagamaan di negara ini begitu bebas,dan setiap penduduk bebas menentukan dan memilih kepercayaannya. Selain itu kebiasaan penduduknya sebagian besar menganggap bahwa beragama hanyalah sebagai sebuah formalitas. Sehingga dengan mudah penduduk di jerman merubah kepercayaan yang dianutnya. Berpindah agama dianggap wajar apabila berpindah keagama Protestan ataupun Katolik, akan tetapi akan menjadi permasalahan apabila beralih kepercayaan ke agama Islam atau Yahudi. Karena agama Islam dan Yahudi merupakan agama yang dianut oleh minoritas penduduk di Jerman. Hal inilah yang menjadi pokok permasalahan di Jerman yang membedakan aspek keagamaan di negaranya.(prihartini, 2015)

Warga Jerman memperlakukan agama protestan lebih istimewa dari pada agama lain, terutama agama islam. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari adanya sebuah Gereja Katolik yang berada di tengah kota Frankfurt kini menjadi Gedung terhormat, untuk memberikan Hadiah Nobel Perdamaian bagi para ahli yang berprestasi. Sejak tahun 1950 sampai 2012, dari sekian banyak yang mendapat hadiah nobel mulai Max Tau sampai Liao Yiwu, 80% di antaranya adalah dari kalangan Kristen Protestan dan 20% tersisa dari Yahudi. Sementara itu yang beragama Katolik dan lainnya tidak didapati informasi pernah mendapat penghargaan terhormat itu. Salah satu fenomena inilah yang bukti bahwa kebangkitan kapitalisme Eropa dipengaruhi oleh etika Protestan yang pada gilirannya memberikan mereka posisi-posisi strategis.(Irwansyah)

Sedangkan sikap diskriminatif masyarakat Jerman terhadap warga minoritas Muslim makin meningkat. Dengan demikian hak-hak yang di peroleh warga Muslim di Jerman dengan penganut agama lainnya berbeda. Misalnya, imigran Turki yang mayoritas beragama Muslim karena memang populasi Muslim terbesar di Jerman adalah populasi etnis Turki.(Hendra, 2009)


(15)

Timbulnya diskriminasi yang terjadi di Jerman meliputi bidang ekonomi, diskriminasi yang dialami oleh etnis minoritas Turki terkait dengan kesempatan kerja dan edukasi sebagai salah satu penunjang dalam mendapatkan pekerjaan. Beberapa orang etnis Turki yang berhasil mendapatkan kewarganegaraan Jerman memang telah mampu bergerak menuju jenjang politik dan ekonomi yang lebih baik, namun secara kelompok, etnis minoritas Turki masih tidak diuntungkan secara ekonomi dan masih terus dipekerjakan di sektor pekerjaan bergaji rendah. Diskriminasi sosial dan budaya pada etnis minoritas Turki secara umum terjadi dalam bentuk pembatasan budaya seperti diskriminasi sosial secara informal serta keluhan mengenai praktek keagamaan Islam.(Reiman, 2009)

Asal mula adanya etnis Turki di Jerman adalah sebagai imigran, maka etnis Turki mendapatkan perlakuan yang berbeda dari warga asli Jerman. Diskriminasi ini terlihat dari perlakuan birokrasi yang mengesampingkan etnis Turki ini. Secara politik, etnis Turki juga kesulitan untuk memperoleh kewarganegaraan. Adanya hambatan terhadap perolehan kewarganegaraan serta adanya pertentangan dari pihak ekstrim kanan di Jerman membuat etnis Turki termarginalisasi dibidang politik.(Hochmuth)

Pada tahun 1997, The Runnymede Trust mendefinisikan anti-Islam sebagai "ketakutan atau kebencian kepada Islam dan karena itu, dengan takut dan tidak suka semua umat Islam," yang menyatakan bahwa hal itu juga mengacu pada praktek diskriminasi terhadap Muslim dengan mengecualikan mereka dari ekonomi, sosial, dan kehidupan masyarakat bangsa.(DW, 2008)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis menarik rumusan masalah. “MengapaJerman melakukan diskriminasi terhadap Islam?”


(16)

C. Kerangka Pemikiran Teori Sistem Politik

Studi politik berusaha memahami bagaimana keputusan-keputusan yang otoritatif atau sah dibuat dan dilaksanakan dalam suatu masyarakat. Jika dapat berusaha memahami kehidupan politik dengan melihat segi-seginya satu persatu. Dengan menyelidiki berfungsinya lembaga-lembaga voting, dapat dipelajari sifat-sifat dan akibat-akibat dari praktek politik seperti manipulasi, propaganda, dan kekerasan. Dan dengan menggabungkan hasil-hasil penyelidikan itu dapat diperoleh suatu gambaran kasar tentang apa yang terjadi dalam setiap unit politik.

Profesor Easton mengusulkan suatu metode untuk menganalisa berbagai jenis sistem politik. Yaitu dengan menelaah sistem-sistem politik berdasarkan ciri-ciri dasar seperti: (1) unit-unit yang membentuk sistem itu dari luasnya batas-batas pengaruh sistem itu, (2) “ input” dan “output” dari sistem yang tercermin dalam keputusan-keputusan yang dibuat (output) dan proses pembuatan keputusan (input) didalam sistem tersebut. (3) jenis dan tingkat diferensiasi dalam sistem tersebut, dan (4) tingkat integrasi sistem politik yang mencerminkan tingkat efisiensinya.

Sebagai suatu sistem, tentu saja sistem politik memiliki ciri-ciri tertentu. Untuk memberikan gambaran yang menyeluruh tentang pendekatan ini akan ditunjukan terlebih dahulu ciri-ciri utamanya dengan keterangan sekedarnya.


(17)

BAGAN PROSES POLITIK LINGKUNGAN

1. Ciri-ciri identifikasi. Untuk membedakan suatu sistem politik dari sistem sosial lainnya, mengidentifikasikannya dengan menggambarkan unit-unit dasarnya dan membuat garis batas yang memisahkan unit-unit itu dari unit-unit yang ada diluar sistem politik itu.

2. Input dan output. Konsekuensi yang disebut output adalah sistem politik yang memiliki konsekuensi-konsukensi penting bagi masyarakat, yaitu keputusan-keputusan otoritatif. Untuk menjamin tetap bekerjanya suatu sistem diperlukan input-input secara tetap. Tanpa input-input sistem itu tidak akan berfungsi, tanpa output juga tidak dapat mengidentifikasikan pekerjaan yang dipekerjakan oleh sistem itu. Dalam hubungan ini yang perlu diteliti lebih lanjut adalah bagaimana mengidentifikasikan input-input dan kekuatan-kekuatan yang membentuk dan merubah input-input itu, menelusuri proses-proses yang mentransformasikan input-input itu menjadi output-output, menggambarkan kondisi-kondisi umum yang dapat memelihara proses-proses itu, dan menarik hubungan antara output dengan input berikutnya dalam sistem tersebut.

SISTEM

POLITIK

INPUT OUTPUT

Tuntutan

Dukungan

UMPAN BALIK

LINGKUNGAN Keputusan

atau Kebijakan


(18)

Perilaku setiap sistem politik, seperti halnya organisme tubuh manusia yang sampai tingkat tertentu merupakan tanggapan terhadap struktur dan kebutuhan-kebutuhan internalnya sendiri. Tetapi perilakunya itu juga mencerminkan tanggapan terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan tempat sistem itu bekerja.

3. Diferensiasi dalam suatu sistem. Lingkungan memberikan energi untuk mengaktifkan suatu sistem serta informasi tentang arah penggunaan energi. Dengan cara ini suatu sistem dapat melakukan pekerjaannya. Dan sistem itu menghasilkan suatu jenis output yang berbeda dengan input yang diperoleh dari lingkungannya.

4. Integrasi dalam suatu sistem. Fakta tentang diferensiasi ini membukakan suatu wilayah yang luas bagi penelitian sistem-sistem politik. Diferensiasi struktural ini mengatur kekuatan-kekuatan yang selalu berubah secara potensial yang bisa merusakkan integrasi sistem itu.

Penjelasan diatas memberikan pemahaman tentang kehidupan politik membutuhkan teori yang umum, dengan keterkaitannya terhadap masalah pertukaran input-output antara suatu sistem dengan lingkungannya, dapat memberikan suatu pendekatan yang bermanfaat. Teori sistem itu merupakan suatu cara ekonomis untuk mengorganisasikan data politik yang cerai-berai dan menjanjikan keuntungan yang menarik.(mas'oed, 2011)

Jerman menggunakan federal parlementer sebagai bentuk pemerintahannya, dengan Presiden sebagai kepala negara dan konselor (Bundeskanzler) sebagai kepala pemerintahan (Bundesregierung). Kabinet Jerman (Bundeskabinett atau Bundesregierung) adalah badan eksekutif dari republik federal Jerman. Kedua badan tersebut terdiri dari kanselir dan menteri kabinet. Awalnya jerman menerapkan kebebasan


(19)

beragama di Negaranya, akan tetapi pemerintah Jerman bersikap tidak adil terhadap Muslim di Jerman. Seperti hal perkerjaan, kesehatan, ataupun tempat tinggal. Dalam hal ini ada pihak yang menuntut adapula pihak yang memberi dorongan kepada pemerintah Jerman. Di jelaskan pada gambar di bawah ini:

Dalam konteks ini, sesuai dengan bagan proses politik yang di sebutkan oleh Easton bahwa adanya kelompok-kelompok anti-Islam yang di dukung oleh partai alternatif anti-Islam yang tidak menyetujui Muslim sebagai bagian dari Jerman dan Pemerintah sebagai badan pembuat kebijakan yang juga menerapkan kebebasan beragama di Negaranya bersikap tidak adil sehingga terjadi berbagai macam bentuk diskriminasi Islam di Jerman.

Konsep Islamophobia

Secara umum Islamophobia adalah ketakutan berlebihan yang tidak memiliki dasar berpikir yang kuat tentang Islam bahkan dapat disebut dengan mengada-ada. Tidak ada pembenaran yang logis di dalamnya, yang ada hanyalah prasangka-prasangka yang terlahir akibat persepsi-persepsi buruk yang terus menerus ditanamkan kepada diri

-Kelompok Anti-Islam (Pegida) -Partai Alternatif anti-Islam Alternative fur deutscland/AFD Pemerintah mendiamkan aktivitas diskriminasi Jerman terhadap Muslim -Diskriminasi Pekerjaan -Diskriminasi Kesehatan -Diskriminasi tempat tinggal -Diskriminasi pendidikan Tuntutan Dukungan


(20)

seseorang bahwa Islam adalah agama yang penuh dengan kekerasan, kebencian, egois, tidak toleran dan membatasi pemeluknya dengan aturan-aturan yang ketat sehingga tidak adanya kebebasan di dalamnya yang berujung persepsi bahwa Islam adalah kuno, ekstrim, agama yang membawa kehancuran, dan sebagainya. Namun dalam kenyataannya anggapan tentang Islam adalah agama yang diskriminatif sama sekali tidak di benarkan. Islamphobia menurut Trust Runnymede Komisi Anti-Semitisme dari Inggris yang juga secara luas telah diterima oleh masyarakat sebagai defenisi Islamophobia yang legal, yaitu : “Islamophobia is the shorthand way of referring to dread or hatred of Islam and, therefore, to fear or dislike of all or most Muslims” (Islamophobia adalah cara

singkat yang mengacu kepada ketakutan atau kebencian terhadap Agama Islam-dan, oleh karena itu ketakutan atau ketidaksukaan ditujukan kepada semua umat Muslim. Saat ini, Islamophobia muncul dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan menengah keatas. Mulai dari mereka yang mencela maupun yang mengkritik Islam. Islamophobia, ditunjukkan dari setiap kalangan dan mendukung kebencian tersebut dengan mengatas namakan pembenaran ideologi. Akibatnya, ekspresi tersebut dianggap oleh mereka sebagai pembenaran dalam pemahaman mereka. Dalam memahami atau menjelaskan fenomena yang telah memiliki dampak yang dramatis dalam ruang yang relatif singkat dan melibatkan banyak orang, yang paling banyak bertanggung jawab atas hal ini adalah Media. Media yang merupakan alat informasi kesetiap tempat maupun kalangan, membuat banyak orang yang Phobia terhadap Islam karena informasi yang diterima tidak dinyatakan dengan benar, kebanyakan didalamnya mengandung unsur propaganda dan menyusulnya kasus 11 September 2001 yang mempertegas ketakutan mereka. Kurangnya informasi tentang kebenaran Islam yang diterima dan yang diinformasikan oleh banyak


(21)

orang terutama media mengakibatkan kesimpangsiuran tentang kebenaran Islam, dan untuk mendefinisikan Islamophobia, bagi banyak orang itu adalah sesuatu yang serius yang berarti bahwa hasil akhirnya adalah kembali kepada keyakinkan diri pribadi.(Nata, 2015)

Dalam konteks ini, kelompok Anti-Islam (Pegida) menolak Islamisasi di dunia barat. Dan secara umum mereka menolak masuknya imigran Islam dari Negara-negara konflik karena mereka menganggap imigran tersebut bepotensi merusak stabilitas dengan ajaran Islam radikal. Lalu aktivitas Pegida di dukung juga oleh partai alternatif Islam di Jerman yang juga membenci para imigran terutama imigran Muslim.

D. Hipotesa

Jerman melakukan diskriminasi terhadap islam karena: 1. Desakan dari kelompok anti-Islam (Pegida).

2. Dukungan dari partai politik“Alternative für Deutschland” (AFD). E. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sebab-sebab munculnya diskriminasi terhadap Islam di Jerman.

2. Memenuhi kewajiban penulis sebagai mahasiswa untuk mengerjakan tugas akhir dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai syarat melengkapi proses pendidikan strata satu.

F. Jangkauan Penelitian

Untuk memudahkan penulis di dalam memperoleh data bahan analisa, maka penulisan ini tentu memerlukan batasan. Penelitian ini memfokuskan pada


(22)

sebab-sebab munculnya diskriminasi terhadap Islam di Jerman yang di teliti setelah adanya tragedi 11 september 2001 karena setelah kejadia itu Islam dianggap sebagai teroris. Namun ada kemungkinan apabila penulis akan sedikit membahas masalah diluar fokus pembahasan namun tidak keluar dari topik pembahasan, jika dianggap perlu dan masih ada hubungan yang relevan dengan penelitian ini.

G. Metode Penelitian 1. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif yaitu dengan menggambarkan fenomena yang terjadi dan untuk mengetahui sebab-sebab diskriminasi yang terjadi di Jerman.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis ialah telaah pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti baik berupa buku, jurnal, dokumen, makalah, laporan majalah, surat kabar dan artikel serta internet.

3. Jenis data

Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur.

4. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, dengan menggambarkan permasalahan yang ada


(23)

kemudian menganalisisnya melalui keterkaitan antara konsep dan fakta-fakta yang ada.

5. Metode penelitian

Metode penulisan yang penulis gunakan adalah metode deduktif, yaitu dimana penulis menggambarkan masalah secara umum kemudian menarik kesimpulan yang bersifat khusus.

H. Sistematika Penulisan

BAB I terdiri dari pendahuluan. Bab ini berisi dasar penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu latar belakang permasalahan, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, tujuan penelitian, jangkauan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II menjelaskan tentang domestik politik di Jerman.

BAB III menjelaskan tentang kebebasan beragama di Jerman dan diskriminasi terhadap Islam di Jerman.

BAB IV membahas tentang desakan dari gerakan anti-Islam di Jerman yang menyebutkan bahwa Islam adalah teroris.

BAB V adalah penutup yang berisi kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta adanya saran yang penulis berikan terhadap penulisan skripsi ini.


(24)

BAB II

DOMESTIK POLITIK JERMAN

Nama resmi Jerman ialah republik federal Jerman (bundesrepublik deutschland). Memiliki ibukota negara yang terletak di Berlin. Jerman dikepalai oleh seorang presiden, dan kepala pemerintahan Jerman dipimpin oleh seorang konselir. Bentuk pemerintahan negara ini ialah republik parlementer federal.

Pemerintahan suatu negara tidak akan terlepas dari yang namanya politik, begitu juga jerman. Sistem politik yang berjalan di Jerman ialah politik dengan azas tria politica. Azas tersebut sudah dijalankan diseluruh negara bagian yang terbagi ke dalam 16 negara bagian. Semua negara bagian Jerman memiliki undang-undang dasar masing-masing, namun semuanya harus sesuai dengan hukum yang bergerak di negara republik, yakni demokratis dan sosial. Semua itu berasal dari norma Grundgesetz.(amalia, 2014)

A. Sejarah berdirinya Jerman.

Jerman berbentuk Persatuan Jerman. Pada 1871, Jerman berdiri, berbentuk Kekaisaran Jerman. Setelah Perang Dunia II, Kekaisaran Jerman terbagi menjadi dua negara, yaitu Jerman Barat (Republik Federasi Jerman) dan Jerman Timur (Republik Demokrasi Jerman). Kedua negara itu memiliki ideologi yang berbeda. Sejak penyatuan kembali (reunifikasi) Jerman Barat dan Jerman Timur pada 1990, Jerman memiliki nama resmi yang dikenal dengan istilah Republik Federasi Jerman. Saat sekarang, Jerman terdiri dari 39 Federasi yang berdaulat. Berlin merupakan ibu kota negara tersebut. (Portal sejarah, 2014)


(25)

Era sejarah dimulai sejak abad ke-5, biasa dinamakan Abad Pertengahan oleh sejarawan Eropa. Pada masa ini, panggung sejarah didominasi oleh suatu federasilonggar berbagai kaum feodal yang dikenal sebagai Kekaisaran Suci Romawi, yang membentang selama hampir 10 abad, dari abad ke-9 sampai tahun 1806. Pada masa kejayaannya, teritori kekaisaran ini mencakup wilayah modern Jerman, Austria, Slovenia, Ceko, Polandia Barat, Perancis timur, Swiss, dan Italiautara modern. Setelah pertengahan abad ke-16, ketika kehilangan banyak teritori bangsa non-Jerman, kekaisaran ini disebut sebagai "Kekaisaran Romawi Suci Bangsa Jerman".

Perang Napoleon mengubah alur sejarah, dari orientasi feodalisme menjadi negara militeristik, dengan terbentuknya Konfederasi Jerman tahun 1815–1866,Kekaisaran Jerman tahun 1871–1918, dan Republik Weimar tahun 1919–1933. Setelah pemerintahan Jerman Nazi Adolf Hitler tahun 1933–1945 yang membawa kehancuran bangsa ini dalam Perang Dunia II, muncullah Republik Federal Jerman (Jerman Barat) dan Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) sebagai simbol Perang Dingin, hingga Jerman bersatu kembali pada tahun 1990. (KataIlmu)

B. Struktur pemerintahan negara Jerman.

Negara Jerman adalah sebuah negera federasi di Eropa barat. Awalnya pemerintahan negara ini berbentuk kekaisaran. Seusai perang Perancis-Prusia (1870-1871) sistem pemerintahan negara ini berubah menjadi sistem parlementer dengan kanselir pemegang pemerintahan. Kanselir pertama adalah Otto Von Bismarck. Pemerintahan yang sehari-harinya dipegang oleh Kanselir memegang peranan seperti perdana menteri. Posisi kanselir diraih secara otomatis oleh kandidat utama partai


(26)

pemenang pemilihan umum federal. Struktur pemrintahan akan dijelaskan pada gambar berikut ini :

Gambar 2. 1 Struktur Pemerintahan Jerman

Pada tahun 1989, Grundgesetz telah dinyatakan sebagai undang-undang dasar yang terbaik dan paling liberal yang pernah terdapat di bumi Jerman. Penerimaan rakyat terhadapnya melebihi sikap terhadap konstitusi Jerman yang manapun sebelumnya. Dengan Grundgesetz telah diciptakan sebuah negara, yang sejauh ini belum pernah dilanda krisis konstitusional yang serius. Grundgesetz terbukti merupakan landasan yang kokoh bagi kehidupan suatu masyarakat negara demokratis yang stabil. Kehendak penyatuan kembali yang terkandung di dalamnya terlaksana pada tahun 1990. Berdasarkan Perjanjian Unifikasi yang mengatur bergabungnya Republik Demokratik


(27)

Jerman dengan Republik Federal Jerman, mukadimah dan pasal penutup Grundgesetz mengalami penyusunan baru, dan kini menyatakan bahwa dengan bergabungnya Republik Demokratik Jerman maka rakyat Jerman sudah kembali memperoleh kesataunnya. Sejak tanggal 3 oktober 1990 Grundgesetz berlaku untuk seluruh Jerman.(Utami)

Pada bagian pertama Grundgesetz tercantum uraian hak-hak asasi disertai kewajiban negara untuk menghormati dan melindungi martabat manusia. Jaminan ini dilengkapi dengan hak umum atas kemerdekaan mengembangkan kepribadian bagi setiap individu. Hak tersebut menjamin perlindungan menyeluruh bagi warga terhadap kesewenang-wenangan pihak negara. Penghormatan terhadap martabat manusia dan kemerdekaan mengembangkan kepribadian berlaku baik bagi warga Jerman maupun warga asing. Di antara hak-hak kemerdekaan klasik yang tercantum dalam Grundgesetz tergolong antara lain: kebebasan beragama, kebebasan mengeluarkan pendapat (termasuk kebebasan pers) dan perlindungan hak milik. Selain itu, kemerdekaan seni dan ilmu pengetahuan, hak berkoalisi, perlindungan atas kerahasiaan isi surat, kiriman pos dan telekomunikasi, perlindungan terhadap pemaksaan kerja dan kerja-paksa, kedaulatan penuh atas tempat tingal, dan hak menolak wajib militer berdasarkan alasan hati nurani.Hak-hak asasi juga mengenai perlindungan dan jaminan terhadap kelembagaan sosial seperti perkawinan, keluarga, gereja dan sekolah. Beberapa hak asasi secara tegas dirumuskan sebagai hak untuk memperoleh pelayanan dan manfaat, seperti misalnya hak seorang ibu untuk memperoleh perlindungan dan perawatan kesejahteraan oleh masyarakat.


(28)

Pada bagian prinsip negara hukum yang tertuang dalam Grundgesetz adalah pembagian kekuasaan. Fungsi-fungsi kekuasaan negara dipercayakan kepada badan legislatif, badan eksekutif dan badan yudikatif yang masing-masing bediri sendiri. Arti penting pembagian kewenangan dini terletak pada pembentukan kekuasaan negara melalui pengawasan dan pembatasan timbal balik yang membuahkan perlindungan bagi kebebasan seitap warga. Elemen penting yang kedua dalam prinsip negara hukum adalah berlakunya hukum secara mutlak pada semua perbuatan negara. Prinsip pemerintahan atas dasar hukum ini berarti, bahwa badan eksekutif alias pemerintah tidak boleh melanggar hukum yang berlaku, terutama konstitusi dan undang-undang (keutamaan undang-undang); selanjutnya untuk segala bentuk interfensi ke dalam ruang hukum dan ruang kemerdekaan individu dibutuhkan suatu dasar hukum formal (persyaratan adanya undang-undang). Semua tindakan alat negara dapat diperiksa kesesuaian hukumnya oleh hakim yang independen, bila ada pengaduan hak yang tersangkut.

Sistem pemerintahan Jerman secara umum, seperti sistem federasi di Jerman yang mempunyai tradisi konstitusional yang panjang, yang hanya pernah diselingi oleh sistem negara kesatuan di bawah rezim Nazi (1933-1945). Jerman termasuk contoh negara federal yang klasik. Federalisme telah terbukti tangguh, baik keistimewaan maupun masalah-masalah regional dapat diperhatikan dan teratasi dengan lebih baik melalui sistem ini dibandingkan melalui sistem pemerintahan terpusat. Tatanan federal di Jerman menjembatani persatuan ke luar dengan keanekaragaman di dalam. Pelestarian keanekaragaman itu adalah fungsi tradisional federalisme. Kini fungsi tersebut menjadi semakin penting berkenaan dengan tuntutan regional seperti


(29)

perlindungan bangunan bersejarah, pelestarian tradisi tata kota serta pengembangan kebudayaan daerah.

Tugas utama federasi adalah mempertahankan kemerdekaan. Pembagian antara federasi dengan negara bagian adalah elemen penting dalam sistem pembagian kewenangan dan keseimbangan kekuasaan. Termasuk di dalamnya keikutsertaan negara bagian dalam kegiatan politik pada tingkat federasi melalui perannya di Bundesrat.Tatanan federal juga memperkuat prinsip demokrasi karena memungkinkan keterlibatan politik warga dalam lingkungannya. Demokrasi akan lebih hidup, bila warganya ikut terlibat dalam proses politik di daerah yang dikenalnya melalui pemilihan umum dan pemungutan suara.Sistem federasi masih mempunyai beberapa kelebihan, misalnya kesempatan bereksperimen dalam lingkup terbatas dan munculnya persaingan sehat antar negara bagian. Salah satu negara bagian dapat saja menerapkan sesuatu yang baru, misalnya dalam bidang pendidikan, dan dengan demikian merintis pembaruan di seluruh wilayah federal. Dalam tatanan Negara federal ada kewenangan dan hak yang di sebutkan sebagai berikut: (Ditpsmk, 2003)

a. Kewenangan Negara bagian

kewenangan legislatif federasi, dengan memperhatikan apakah diperlukan peraturan hukum yang berlaku di seluruh wilayah federal, ataukah diinginkan peluang bagi negara bagian untuk menciptakan undang-undang sendiri. Hal ini jelas lagi dengan adanya pembagian kewenangan federasi dalam penetapan hukum yaitu kewenangan penuh, kewenangan bersaing dan kewenangan membuat undang-undang pokok. Federasi mempunyai kewenangan legislatif penuh antara lain atas bidang-bidang hubungan luar negeri, pertahanan,


(30)

moneter dan alat pembayaran, hubungan udara dan sebagian peraturan perpajakan.Ada tiga macam tugas yang diemban pemerintahan negara bagian: pertama tugas yang semata-mata menjadi urusan sendiri (misalnya sekolah, kepolisian dan perencanaan regional). Kemudian tugas melaksanakan hukum federal sebagai urusan dan tanggung jawab sendiri (misalnya undang-undang perencanaan bangunan, perizinan usaha, pelestarian lingkungan), dan terakhir tugas melaksanakan peraturan hukum federal atas mandat federasi (misalnya pembangunan jalan negara, bantuan pendidikan). Dengan demikian tata Negara yang digariskan oleh konstitusi Republik Federal Jerman dalam kenyataannya telah berkembang menjadi tatanan yang bersifat sentral dalam bidang legislatif.

b. Hak Swapraja komunal

Pemerintahan kota dan desa yang otonom adalah pencerminan kemerdekaan warga yang menjadi tradisi di Jerman. Tradisi ini kemudian di teruskan oleh Grundgesetz dan menjamin pemerintahan komunal yang otonom pada tingkat kota komune (gemeinde) dan kabupaten (kreis). Dengan demikian mereka berhak untuk mengatur segala urusan masyarakat setempat secara mandiri

dalam kerangka hukum nasional.

Hak swaraja terutama mencakup bidang angkutan umum di wilayah komunal, pembangunan jalan setempat, pengadaan listrik, air dan gas, pengolahan air limbah, dan perencanaan tata kota. Selain itu pembangunan dan pemeliharaan sekolah-sekolah, teater, museum, perpustakaan umum, rumah sakit, gedung olah raga dan kolam renang. Setiap komune bertanggung jawab pula untuk


(31)

pendidikan lanjutan dan pembinaan remaja. Setiap satuan swapraja juga menentukan sendiri apakah tindakannya efisien dan ekonomis. Banyak masalah setempat yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh komune dan kota-kota kecil. Tugas seperti ini dapat diambil alih oleh kabupaten sebagai satuan wilayah yang lebih besar. Kabupaten inipun dengan badan-badan yang dipilih secara demokratis, merupakan bagian dari sistem swapraja komunal. Kota-kota yang agak besar tidak ternasuk administrasi kabupaten, melainkan berdiri sendiri. Swapraja komunal dan kemandirian daerah tidak akan ada artinya, bila komune-komune tidak memiliki uang yang cukup untuk membiayai pelaksanaan tugasnya. Keuangan yang memadai selalu mejadi bahan pembahasan. Setiap komune berhak menarik sendiri pajak dan iuran tertentu, seperti pajak bumi dan pajak usaha. Di samping itu komune berhak atas pajak konsumsi dan pajak kemewahan yang ditarik oleh negara bagian dari warga setempat. Namun itu semua biasanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan komune. Karena itu setiap komune mendapat andil dari federasi maupun dari negara bagian, misalnya dari pajak imbalan kerja dan pajak pendapatan. Selain itu ada bantuan dari dana pengimbangan antar komune, yang dikelola secara intern oleh setiap negara bagian. Selain itu swapraja komunal mengenakan pungutan untuk pelayanan jasa. Sistem swapraja komunal memberi peluang bagi masyarakat untuk turut serta dalam pelaksanaan politik dan dalam pengawasan. Dalam rapat terbuka untuk warga setempat, setiap warga dapat berbicara langsug dengan wakil-wakil rakyat yang dipilih, ia dapat memeriksa anggaran pendapatan dan belanja, atau ikut dalam diskusi


(32)

mengenai rencana pembangunan. Kota dan Gemeinde adalah sel-sel kebersamaan politik masyarakat yang terkecil. Sel-sel itu harus senantiasa berkembang dan memperbarui diri, agar kemerdekaan dan demokrasi dalam negara dan masyarakat tetap terpelihara.

Dalam sistem demokrasi yang dianut oleh Republik Federal Jerman (demokratis-parlementer) partai-partai politik memegang peran yang konstitutif. Yang berarti jika salah satu partai politik menang dalam pemilu baik tingkat daerah ataupun tingkat federal/pusat, maka partai ini berkuasa penuh dan bertanggung jawab atas pelaksanaan politik dalam periode pemerintahan yang ditentukan. Kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh Negara terbagi dalam 3 lembaga pemerintahan yaitu:

1. Lembaga legislatif. a. Bundestag (DPR)

Bundestag Jerman adalah Dewan Perwakilan Rakyat Republik Federal Jerman. Parlemen ini dipilih oleh rakyat setiap empat tahun. Pembubarannya (sebelum masa jabatan berakhir) hanya dapat dilakukan dalam situasi khusus dan menjadi kewenangan Presiden Federal. Tugas Bundestag yang utama adalah menetapakan undang-undang, memilih Kanselir dan mengawasi pemerintah. Sidang pleno Bundestag adalah forum perdebatan besar di parlemen, terutama dalam diskusi mengenai masalah penting politik dalam negeri dan luar negeri. Pekerjaan awal mempersiapaan perundangan dilaksanakan dalam rapat-rapat komisi yang biasanya bersifat tertutup. Disini aspirasi politik harus dipertemukan dengan pandangan para ahli dari bidangnya masing-masing. Dalam lingkup tugas komisi terletak juga titik berat pengawasan parlemen atas perilaku pemerintah. Tanpa


(33)

pembidangan itu, penyelesaian begitu banyak masalah yang beraneka ragam tak mungkin tercapai. Bundestag menentukan komisi-komisi sesuai dengan pembagian bidang tugas yang berlaku pada pemerintah. Ini mencakup Komisi Luar Negeri, Komisi Sosial sampai Komisi Anggaran Belanja Negara, yang juga memainkan peranan penting, karena mewujudkan kewenangan parlemen atas pendapatan dan belanja negara. Kepada Komisi Petisi setiap warga dapat mengajukan permohonan maupun keluhannya.Anggota-anggota Bundestag Jerman dipilih dalam pemilihan yang umum, langsung, bebas, sama dan rahasia. Mereka masing-masing adalah wakil seluruh rakyat, tidak terikat pada penugasan dan perintah siapapun dan hanya bertanggung jawab pada hati nuraninya sendiri. Jadi mereka memiliki mendat bebas. Sesuai keanggotaan partai, mereka bergabung dalam fraksi-fraksi atau kelompok. Hati nurani dan solidaritas politis pada partai sendiri kadang-kdang dapat bertabrakan.Namun, walaupun seorang anggota parlemen keluar dari partainya, ia masih tetap memegang mandatnya di Bundestag.Disinilah tampak dengan jelas ketidaktergantungan anggota-anggota parlemen.Ketidaktergantungan para anggota parlemen secara keuangan dijamin melalui pemberian honorarium yang tingginya sesuai dengan arti penting kedudukan seorang wakil rakyat. Siapa yang sedikitnya delapan tahun menjadi anggota parlemen berhak mendapatkan pensiun setelah mencapai batas usia yang ditentukan.

b. Bundesrat (Dewan utusan negara bagian)

Bundesrat turut serta dalam pembuatan undang-undang dan administrasi negara federal. Berbeda dengan sistem senat di federasi lain seperti di Amerika Serikat


(34)

atau Swis, Bundesrat tidak terdiri dari wakil rakyat yang dipilih. Anggota Bundesrat tidak terdiri dari wakil rakyat yang dipilih. Anggota Bundesrat adalah pejabat pemerintah negara bagian atau orang yang diberi kuasa oleh pemerintah tersebut. Sesuai dengan jumlah penduduknya, setiap negara bagian mempunyai tiga, empat, lima atau enam suara. Dalam pemungutan suara, setiap Negara bagian hanya dapat memberikan suaranya sebagai kesatuan. Lebih dari setengah undang yang dibuat memerlukan persetujuan Bundesrat. Artinya, undang-undang tersebut tak dapat diputuskan tanpa direstui oleh Bundesrat terutama adalah undang-undang yang berkaitan dengan kepentingan negara bagian, misalnya dengan keuangan atau kewenangan administrasi mereka. Bagaimanapun juga, perubahan terhadap UUD memerlukan persetujuan Bundesrat dengan mayoritas dua pertiga dalam hal perundangan lain, Bundesrat mempunyai hak keberatan saja, yang dapat dibatalkan oleh keputusan Bundestag. Bila kedua dewan tersebut tidak dapat mencapai kesepakatan, maka Komisi Perantara, yang anggotanya berasal baik dari Bundestag maupun dari Bundesrat, akan bersidang.Di Bundesrat, kepentingan negara bagian sering kali didahulukan dari kepentingan partai. Akibatnya, pemungutan suara dapat membawa hasil yang tidak sesuai dengan pembagian kursi di parlemen. Ini menunjukkan sistem federasi yang hidup. Setiap Negara bagian mendahulukan kepentingan khususnya di Bundesrat dan akan bersekutu dengan Negara bagian lain yang bertujuan sama, tanpa peduli partai apa yang berkuasa di sana. Ini membuat situasi mayoritas yang berganti-ganti. Kompromi harus selalu ditemukan, apabila partai-partai yang membentuk pemerintah federal tidak memiliki mayoritas di Bundesrat.


(35)

c. Bundesversammlung (Badan Permusyawaratan).

Bundesversammlung yang dibentuk pada tahun 1951 berlokasi di kota Karlsruhe bertugas untuk mengawasi agar semua ketentuan peraturan di dalam UUD dipenuhi, Hanya Bundesversammlung yang dapat memutuskan apakah suatu partai yang berbahaya terhadap kebebasan-demokrasi UUD dilarang atau tidak.

2. Lembaga eksekutif.

a. Pemerintah federal (Bundeskanzler)

Pemerintah Federal Jerman, disebut juga kabinet, terdiri atas Kanselir dan para menteri. Kanselir Federal mempunyai posisi istimewa dan mandiri dalam pemerintah dan dihadapan para

menteri. Ia memegang kabinet federal, ia saja yang berhak membentuk kabinet. Kanselir memilih menteri dan mengajukan usulan kepada Presiden Federal untuk mengangkat maupun memberhentikan mereka. Selain itu, Kanselir juga menentukan jumlah menteri dan bidang tugas mereka. Beberapa kementrian disebutkan dalam Grundgesetz Kementerian Luar Negeri, Kementerian-kementerian Federal Dalam Negeri, Kehakiman, Keuangan dan Pertahanan.sistem pemerintahan Jerman juga dijuluki sebagai demokrasi Kanselir. Kanselir Federal adalah satu-satunya orang dalam kabinet yang dipilih oleh parlemen, hanya ialah yang bertanggung jawab terhadap Dewan Perwakilan Rakyat.

b. Presiden federal (Bundespresident)

Kepala negara Republik Federal Jerman adalah Presiden Federal. Ia dipilih oleh Majelis Federal (Bundesversammlung). Federal terdiri dari para anggota Bundestag yang dipilih oleh parlemen di setiap negara bagian. Presiden Federal


(36)

dipilih oleh Majelis Federal dengan suara terbanyak untuk periode lima tahun. Presiden Federal mewakili negara Jerman secara hukum antar bangsa. Ia mengikat peranjian atas nama Jerman dengan negara lain serta mengakreditasi dan menerima para duta besar. Namun kewenangan politik luar negeri tetap pada Pemerintah Federal.Presiden Federal mengangkat dan memberhentikan para hakim federal, pegawai negeri di tingkat federal, serta para perwira. Ia mengawasi kesesuaian proses penyusunan undang-undang dengan konstitusi, sebelum undang-undang itu diumumkan dalam Lembaran Undang-Undang Federal.Dengan memperhatikan perbandingan suara di parlemen Presiden mengusulkan calon untuk dipilih sebagai Kanselir Federal, kemudian atas usulan Kanselir ia melantik serta memberhentikan para menteri Pemerintah Federal. Bila Kanselir Federal gagal dalam usahanya memenangkan kepercayaan di Bundestag, maka kepala negara, berdasarkan usul Kanselir, dapat membubarkan Bundestag. Presiden Federal mewujudkan kesataun seluruh masyarakat politik dengan cara khusus. Ia memanifestasikan kebersamaan dalam negara dan tata konstitusional yang melampaui segala batas partai. Walaupun sebagaian tugasnya besifat representatif, ia dapat menjadi penengah yang netral diluar pertarungan politik sehari hari dan dengan demikian menjadi tokoh penuh wibawa. Dengan pemikiran dan pernyataan mendasar tentang tema-tema besar saat ini, ia dapat memberikan pedoman bagi orientasi politik dan moral para warga.

3. Lembaga yudikatif.

Perundang-undangan Republik Federal Jerman kebanyakan berupa hukum tertulis. Cakupannya hampir pada semua bidang kehidupan, sehingga dewasa ini legislasi


(37)

merupakan penyesuaian dan perubahan (amandemen) terhadap hukum yang sudah ada. Tata hukum Jerman dibentuk oleh Undang-Undang Konstitusional, tetapi juga dipengaruhi perundang-undangan Masyarakat Eropa dan hukum internasional. Keseluruhan perundang-undangan federal mencakup sekitar 1900 undang-undang dan 3000 peraturan hukum. Perundang-undangan negara bagian meliputi bidang kepolisian dan hukum komunal, disamping itu terutama sekolah dan universitas, serta pers dan media elektronik.Dalam kurun waktu keterpisahan selama empat dekade, tata hukum Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman berkembang jauh berbeda. Setelah bergabungnya Republik Demokratik Jerman ke dalam Republik Federal pada tahun 1990, diputuskan untuk mengambil tindakan cepat untuk sejauh mungkin mempersamakan kedua tata hukum agar tercapai kesatuan hukum di seluruh wilayah Jerman. Hal ini menjadi sangat penting mengingat perluya pengembangan ekonomi di negara-negara bagian baru. Dengan memperhatikan situasi khusus dan perkembangan Jerman Timur selama ini, diberlakukan aturan-aturan penyesuaian secara meluas pada hampir setiap bidang hukum. Proses penyesuaian struktur peradilan, dengan beberapa pengecualian, saat ini telah dirampungkan. (Ideologi Jerman)

Walau secara konstitusional Jerman dipimpin oleh kanselir namun negara karena Jerman juga menganut sistem parlementer sehingga pimpinan negara dipegang oleh presiden yang dipilih setiap 5 tahun sekali.


(38)

BAB III

KEBEBASAN BERAGAMA DI JERMAN DAN DISKRIMINASI TERHADAP ISLAM

Jerman menerapkan toleransi beragama pasca perang salib, disaat itulah negara-negara di Eropa lebih mengenal islam. Saat ini pemerintah Jerman menerapkan UU tentang kebebasan beragama yang harus ditaati. Padakenyataannya, di Jerman Islam belum mendapatkan perlakuan yang adil sesuai UU, hak-hak yang diperoleh warga Muslim di Jerman dengan penganut agama lainnya berbeda. Secara umum mayoritas penduduk Jerman menganut agama Kristen, baik Protestan maupun Katolik.(nugraha, 2015)

A. Komposisi penduduk di Jerman.

Jerman adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk yang paling padat di antara negara-negara Uni Eropa.Bahkan salah satu Badan Monitor Demografi Jerman, Statistisches Bundesamt atau (Federal Statistical Office of Germany) semenjak reunifikasi, Jerman termasuk salah satu dari 16 negara penduduk terpadat di dunia dengan jumlah penduduk sekitar 82 juta penduduk pada tahun 2011 dan termasuk dalam 18 negara dengan penduduk terpadat di dunia dengan jumlah penduduk 80,996,685. Komposisi populasi Jerman sendiri dikarakteristikkan dengan pertumbuhan pada angka 0 atau pertumbuhan yang menurun.

Dengan mengacu pada beberapa data sebelumnya, dapat diketahui kemudian bahwa isu esensial demografi yang dihadapi oleh Jerman adalah fenomena Grey Population atau membeludaknya penduduk usia tua, dan rendahnya angka kelahiran. Statistik menyebutkan tingkat fertilitas perempuan rata-rata di Jerman adalah 1.41 anak


(39)

per wanita dari tingkat normal 2.1 anak per wanita. Pada saat yang bersamaan angka harapan hidup bagi lansia di Jerman cenderung tinggi dengan rata-rata 80.19 tahun. Hal ini kemudian semakin mendukung pertumbuhan populasi penduduk usia tua, ditambah lagi faktor lain berupa legalisasi aborsi terhadap anak, dimana kehamilan diluar nikah yang umumnya terjadi pada remaja diberikan pilihan berupa melahirkan normal atau melakukan aborsi, walau kemudian 60% diantaranya memilih melakukan aborsi. Fenomena Grey Population ini kemudian membawa hambatan bagi kehidupan sosio-kultural, lebih-lebih lagi terhadap pertumbuhan ekonomi Jerman pada umumnya. Terkait dengan komposisi populasi lainnya, United Nations Population Fund memasukkan Jerman ke dalam salah satu dari tiga negara dengan penduduk migran internasional terbesar di dunia. Lebih dari 16 juta penduduk Jerman atau sekitar 7,3% dari jumlah populasi Jerman merupakan para migran internasional. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal di antaranya adalah sejak reunifikasi Jerman pada tahun 1960-an, Jerman menjadi salah satu negara yang cukup menarik perhatian terutama dari Eropa Timur dan Eropa Selatan sebagaimana para warga negara Turki.Tidak hanya itu, kebanyakan migran juga datang karena faktor ekonomi dan sekaligus menjadi tujuan utama para pengungsi dikarenakan konstitusi Jerman memberikan Hak Political Assylum. Karenanya kemudian, penduduk di Jerman sendiri terdiri dari bangsa Turki sebanyak 2,4%, 6,1% merupakan bangsa Yunani, Italia, Polandia, Rusia, Serbia-Kroasia, dan Spanyol. Sedangkan 91,5% merupakan keturunan asli bangsa Jerman.(Arwindaaprilia, 2014)

Mayoritas penduduk di Jerman, sekitar 75 juta jiwa, memegang paspor Jerman. Sekitar seperlima di antaranya memiliki latarbelakang migrasi, artinya baik ia atau orangtuanya atau bisa juga kakek-neneknya datang ke Jerman untuk bermigrasi, sebagai


(40)

pendatang atau pun pelarian. Tidak sampai 10 persen penduduk Jerman adalah mereka yang tidak berkebangsaan Jerman atau tidak memegang paspor Jerman.Kira-kira 43 juta jiwa berada dalam kisaran usia kerja. 10 persen di antaranya adalah wiraswasta dan sekitar 36 juta jiwa bekerja sebagai pegawai. Penyedia lapangan kerja utama berasal dari sektor pelayanan, dikuti oleh sektor industri serta sektor pembangunan dan konstruksi. Menduduki tempat ketiga adalah sektor pemerintahan: sekitar 4,5 juta jiwa bekerja sebagai pegawai negeri. Patut dicatat bahwa menurut statistik tahun 2009 terdapat kira-kira 3,4 juta jiwa yang menganggur.

Melihat usia penduduk Jerman, hampir 75% atau 61 juta jiwa berusia lebih dari 25 tahun. Menurut statistik berdasarkan usia, semakin muda usia, semakin sedikit jumlahnya. Angka kelahiran di Jerman sangat rendah. Jerman memiliki sedikit sekali jumlah anak: hanya terdapat sekitar 4 juta jiwa penduduk yang berusia di bawah 6 tahun, dan penduduk lajang merupakan mayoritas di Jerman, sekitar 46 juta jiwa baik yang belum menikah ataupun yang bercerai.(Welle, 2010)

Lebih dari 50 juta jiwa penduduk Jerman memeluk agama Kristen, terbagi antara 25,7 juta pemeluk Katolik dan 25,1 juta Protestan. Sementara, menurut perkiraan, terdapat sekitar 4,3 juta penduduk yang memeluk agama Islam di Jerman. Luas wilayah negara bagian terbesar di Jerman adalah Bayern, diikuti oleh Niedersachsen dan Baden-Württemberg. Nordrhein-Westfalen adalah negara bagian dengan jumlah penduduk terbanyak.

Wilayah paling padat penduduknya adalah wilayah ibukota Berlin. Di Berlin tinggal sekitar 3.800 jiwa penduduk per kilometerperseginya. Lain halnya


(41)

Mecklenburg-Vorpommern yang setiap kilometerperseginya hanya didiami oleh sekitar 72 penduduk.(Tatsachen)

B. Kebijakan toleransi beragama di Jerman.

Kehidupan agama di Jerman ditandai oleh pluralisme dan sekularisasi yang semakin berkembang. Sebanyak 58,8 persen penduduk Jerman beragama Kristen dan menjadi anggota Gereja Katolik atau Gereja Protestan. Struktur organisasi gereja berupa 27 keuskupan Katolik dan Konferensi Uskup Jerman serta gereja-gereja wilayah (Landeskirche) Protestan dan Gereja Protestan di Jerman (Evangelische Kirche in Deutschland - EKD) sebagai badan persekutuan. Gereja Katolik dengan hampir 24 juta anggota dalam 12.000 paroki merupakan bagian dari Gereja Katolik Roma sedunia yang dikepalai oleh Paus. Gereja Protestan di Jerman (EKD) beranggotakan 20 gereja wilayah Protestan yang berdiri sendiri dan yang bermazhab lutheran, reformasi atau unitarian. Gereja wilayah tersebut dengan sekitar 23 juta anggota mencakup bagian terbesar umat Kristen Protestan. Bagian penduduk yang tidak bergabung dengan umat beragama ber-jumlah 34 persen.(Nugraha)

Karena adanya semakin banyak anggota umat yang berusia lanjut, sedangkan angka orang yang keluar dari gereja tetap tinggi, jumlah anggota gereja-gereja Kristen menurun. Tahun 2014 tercatat 218.000 orang yang keluar dari Gereja Katolik saja. Khususnya di Jerman bagian timur ada jarak antara masyarakat umum dan gereja. Sebagai akibat migrasi, agama Islam semakin berarti penting untuk kehidupan agama. Penduduk Muslim di Jerman berasal dari 50 negara jumlahnya diperkirakan mencakup 4 juta orang, tetapi tidak ada registrasi sentral. Di banyak kota telah terbentuk jemaah Islam


(42)

yang cukup besar. Deutsche Islamkonferenz (Konfe-rensi Islam Jerman) yang didirikan tahun 2006 merupakan forum resmi untuk dialog antara pihak negara dan kaum Muslim.

Kehidupan Yahudi di Jerman, yang pernah musnah akibat pembantaian orang Yahudi oleh rezim Nazi, mulai tumbuh kembali dengan adanya arus pendatang dari wilayah bekas Uni Soviet setelah berakhirnya konflik Timur-Barat. Kini sekitar 200.000 warga Yahudi tinggal di Jerman. Kurang lebih 100.500 orang di antaranya bergabung dalam 107 je-maat Yahudi yang menunjukkan spektrum keagamaan yang luas. Umat Yahudi diwakili oleh Majelis Pusat (Zentralrat der Juden in Deutschland) yang didirikan tahun 1950. Di Jerman tidak ada gereja negara. Hubungan antara negara dan agama didasarkan atas kebebasan beragama dan beribadat yang dijamin oleh konstitusi, atas prinsip pemisahan antara negara dan gereja yang berarti sikap netral negara dalam hal falsafah hidup, dan atas hak komunitas keagamaan untuk menentukan urus-annya sendiri. Negara dan umat beragama bekerja sama atas dasar kemitraan. Pemerintah ikut membiayai taman kanak-kanak dan sekolah yang diselenggarakan oleh badan keagamaan. Gereja memungut iuran untuk membiayai layanan sosial, penarikannya dilakukan oleh kantor pajak. Sekolah diharuskan memberi pelajaran agama sebagai mata pelajaran reguler (pembatasan berlaku di Berlin dan Bremen). Pelajaran agama Islam masih diperluas. Sekitar 700.000 anak dan remaja Muslim \

bersekolah di Jerman. Sedang dididik guru tambahan, supaya mereka mendapat pelajaran agama Islam. Di Jerman, kebebasan beragama dijamin oleh Undang-Undang. Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Dasar Jerman (Grundgesetz) menyebutkanDie Freiheit des Glaubens, des Gewissens und die Freiheit des religiösen und weltanschaulichen


(43)

hidup tidak boleh diganggu). Akan tetapi warga Jermanlebih mengagungkan agama protestan dengan di bangunnya sebuah gereja di Frankfurt untuk memberikan penghargaan nobel. Kebangkitan kapitalisme yang di pengaruhi oleh etika Protestan sehingga mereka diberikan posisi-posisi yang strategis.(DW)

Gambar 3. 1 Jumlah (persen) Warga Anti-Islam

Dari data di atas, terlihat bahwa di Jerman sebanyak 34 % tidak menaruh tolerasnsi terhadap Islam dan sebanyak 56 % menaruh toleransi terhadap Islam. Data ini diperoleh pada tahun 2011 . Namun hingga kini, setelah diskriminasi warga Muslim muncul di Negara–negara Eropa terutama di Jerman, rasio warga Jerman anti-Islam semakin meningkat jumlahnya. (pamungkas, 2011)

C. Bentuk-bentuk diskriminasi terhadap Islam di Jerman.

Perkembangan Islam yang meningkat di berbagai aspek di Jerman seperti kehidupan sosial, budaya, ekonomi, pendidikan dan juga sampai pada keikutsertaannya


(44)

warga muslim dalam perpolitikan di Jerman pada akhirnya memicu berbagai respon dari kalangan masyarakat, ada yang pro terhadap perkembangan positif tersebut namun ada juga yang kontra dengan perkembangan Islam yang signifikan di Jerman ini, masalah-masalah pun mulai timbul akibat dari perkembangan Islam di Jerman tersebut yang tentu saja datang dari gerakan anti Islam Jerman yang menganggap Islam sebagai suatu ancaman kawasan dikarenakan Islam yang semakin eksis dalam menyebarluaskan ajarannya. Juga munculnya aksi diskriminasi dan juga rasisme dikalangan anti Islam.(Peucker, 2010)

1. Diskriminasi Pekerjaan

Pekerjaan merupakan hal penting dalam proses pemenuhan kebutuhan manusia. Tanpa pekerjaan suatu keluarga tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk bertahan hidup, selain untuk memenuhi kebutuhan pekerjaan juga dapat menaikkan status sosial di masyarakat. Oleh karena itu, seluruh orang memerlukan pekerjaan, tidak menutup kemungkinan untuk masyarakat Muslim di Jerman. Akan tetapi, Muslim di Jerman tidak mendapatkan perlakuan yang sama dalam pekerjaan, seperti yang berada dalam kasus menurut ‘european forum for migration studies (efms)’ pada

oktober 2009, terdapat kasus dimana seorang perempuan Muslim yang lamaran kerjanya ditolak oleh suatu pengadilan yang mengatur untuk menolak lamaran kerja suatu wanita muslim berumur 26 tahun. Wanita tersebut melamar pekerjaan sebagai arsitek yang mendukung tim manajemen konstruksi, dia memasukkan lampiran lamaran kerjanya yang mencakup CV dengan foto yang menunjukkan dia menggunakan kerudung. Di hari yang sama pengadilan tersebut membalas via e-mail yang menjelaskan bahwa dia bukanlah orang yang tepat sebagai buruh yang mereka


(45)

cari untuk manajemen konstruksi dan tim perencanaan proyek. Pengadilan tersebut juga menganggap bahwa kerudung merupakan simbol dari politik penindasan dan bukan menunjukkan kepercayaan suatu agama. Walapun pengadilan tersebut sadar bahwa wanita tersebut belum memenuhi semua hal yang dibutuhkan untuk melamar kerja (contohnya pengalaman bekerja), itu tetap dianggap sebagai suatu kasus diskriminasi agama tanpa hukum yang mengikat.

Pada 2010 Open Society Institute (OSI) merilis dua laporan penelitian di situasi sosial muslim di Berlin dan Hamburg, yang hasilnya berdasarkan dari diskusi grup, wawancara singkat dan mendalam, wawancara tatap muka dari 200 orang multi etnis di setiap kota (Berlin-Kreuzber dan Hamburg-Mitte). Di setiap kota, setengah dari responden menyatakan dirinya sebagai Muslim, setengahnya lagi non-Muslim dan kebanyakan masyarakat asli Jerman. Di Berlin, sebagai contoh, 38 dari 100 narasumber muslim melaporkan telah ditolak dalam pekerjaan dalam setahun terakhir, 20 orang dari 38 orang tersebut mengklaim bahwa diskriminasi etnis dan/atau agama merupakan alasan utama. 14 narasumber menyatakan bahwa mereka telah dihindari dari sebuah promosi dalam pekerjaan karena alasan diskriminasi. Sembilan dari mereka mendiskripsikan etnis atau agama mereka merupakan faktor yang menentukan. Selain itu, peneliti dar penelitian kualitatif ini menunjukkan diskriminasi merupakan hambatan wanita muslim berhijab ketika mencoba untuk menjadi seorang pekerja.

Di Hamburg, Muslim (34%) dan Non Muslim (38%) responden melaporkan diskriminasi dalam akses ke pasar tenaga kerja, walaupun kasus ini mendapat perlakuan berbeda beda. Ketika non Muslim responden berasumsi didiskriminasikan


(46)

kebanyakan karena umur mereka (13%), Muslim respondent menyatakan alasan dari diskriminasi itu adalah karena mereka beragama Islam.

Dari kedua studi OSI, juga menanyakan tentang menghormati kepercayaan mereka di tempat kerja. Di Hamburg, 53 persen Muslim responden menganggap rasa hormat dari para pekerja terlalu sedikit, 22 persen menyatakan bahwa agama mereka dihormati dengan baik. Di Berlin 54 persen narasumber Muslim melaporkan sebuah perlakuan yang tidak cukup ‘menyenangkan’, sedangkan 35 persen tidak berkomentar

dalam isu ini. Alasan utama untuk penilaian negatif di Berlin adalah ‘penolakan

seorang perempuan berhijab karena susah dalam mengatur waktu jam kerja untuk ibadah harian.(mario, 2010)

2. Diskriminasi Kesehatan

Kesehatan merupakan hal yang penting bagi setiap orang untuk di jaga. Memeriksakan kesehatan secara rutin juga merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi, akan tetapi di Jerman kesehatan masyarakat Muslim bukanlah hal yang penting. Masyarakat Jerman yang memeluk Islam tidak mendapat perlakuan yang sama dengan masyarakat lainnya dalam bidang kesehatan. Sebagai contoh yang penulis ambil, di Agustus 2010, sebuah praktek dokter dia kota kecil Hesse memutuskan untuk tidak melayani wanita muslim yang berhijab, pasien yang tidak menguasai keahlian dasar bahasa Jerman, dan keluarga islam yang memiliki lebih dari lima anak. Peraturan baru ini telah ditetapkan di praktik medisnya. Dia memutuskan aturan ini atas dasar pengalaman buruk dan kesulitan dalam merawat pasien Muslim berhijab dan mereka sering tidak mengerti perintah bahasa Jerman.


(47)

Dia memutuskan bahwa dia tidak bermaksud untuk mendeskriminasi siapapun, tapi beberapa peraturan daerah dibutuhkan untuk memenuhi peraturannya.

Kasus lainnya terjadi di Baden-Württemberg, seorang dokter gigi menolak untuk mengobati seorang remaja asli Turki berumur 16 tahun karena namanya “Cihad”,

sebuah nama arab yang umum, tapi juga sebuah istilah yang digunakan oleh Islam

‘ekstrim’ untuk ‘perang suci’. Dokter gigi tersebut menyatakan bahwa dia

menafsirkan nama ini sebagai sebuah ‘deklarasi untuk memerangi non-Islam’ dan

tidak memiliki keinginan untuk mengobati remaja tersebut. Dari kasus-kasus ini bisa di lihat bahwa adanya perbedaan perlakuan antara Muslim dan non-Muslim.(Schuster, 2010)

3. Diskriminasi Tempat tinggal

Diskriminasi tempat tinggal juga dialami oleh para imigran di Jerman. Berdasarkan kantor Basis & Woge manyampaikan sebuah kasus diskriminasi tempat tinggal. Dua laki-laki bersaudara dari Afghanistan mencari sebuah rumah untuk mereka dan orang tua mereka dan mereka menginginkan sebuah rumah kosong. Walaupun keluarga itu memenuhi semua ketentuan formal, mereka ditolak oleh perusahaan tempat tinggal, dengan pendapat bahwa orang tua mereka tidak memiliki perintah perizinan dari jerman yang cukup untuk memiliki tempat tinggal. Ini akan menimbulkan hubungan negatif antar tetangga. Kasus lainnya, ada ysng menawarkan asisten untuk wanita muslim yang kesulitan ketika mencari sebuah rumah. Setelah pemilik lahan dan wanita itu datang untuk menandatangani sebuah kesepakatan, seorang wanita lainnya telah diinformasikan bahwa penyewa lainnya mencela wanita


(48)

muslim itu karena jilbabnya. Wanita muslim itu telah diberitahu oleh pemilik lahan untuk mempertimbangkan kembali kepindahannya ke rumah tersebut. Dengan syarat dia diharuskan membayar sewa lebih tinggi dari keputusan sebelumnya dan renovasi atas kepindahannya akan dibatalkan. Walaupun sebelumnya telah ada keputusan antara Wanita muslim dan pemilik lahan. Setelah mengintervensi masalah ini, perjanjian telah ditandatangani dengan kesepakatan sebelumnya.(Fetzer, 2010)

4. Diskriminasi Pendidikan

Berdasasarkan dari pres rilis organisasi Islam IGMG dan media melaporkan pada Februari 2010, seorang murid kelas sepuluh Sekolah Menengah Atas telah diusir dari kelas di sekolahnya karena dia mengenakan jilbab, dia menggunakan jilbab sehingga dia di panggil ‘Khimar’ (bahasa arab dari jilbab), jilbabnya juga menutupi bagian atas

badannya tetapi tidak dengan wajahnya. Kasus ini mengingatkan pada kasus di tahun 2008, yang juga merupakan kejadian dalam bidang pendidikan. Kepala sekolah di Oberhausen (NRW) menyatakan dia sering memanggil seorang murid, murid tersebut berasal dari Bosnian kepala sekolah memanggilnya untuk berhenti menggunakan peci muslimnya. Di lain waktu, seorang murid berhenti sekolah di Sekolah Menengah Atas karena teman temannya mengisukan bahwa peci muslim dapat membuat komunikasi dikelas mustahil untuk dihendaki atau tidak diinginkan. Sekolah swasta bertanggung jawab atas praktik implementasi atas keputusan ini.(Woge, 2010)

Sikap pemerintah Jerman terhadap adanya berbagai bentuk diskriminasi Islam di Jerman seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa pemerintah Jerman pada dasarnya telah menindak lanjuti hal tersebut dengan melakukan berberapa upaya yaitu, dengan cara turut mensponsori pameran tentang Islam ke seluruh Jerman pada tahun 2006 melalui Kementerian Kehakiman


(49)

Jerman. Pameran tersebut bertujuan untuk memberikan lebih banyak informasi tentang Islam sebagai agama yang mengajarkan perdamaian dan toleransi dengan kelompok-kelompok yang cenderung membolehkan tindak kekerasan dengan mengatasnamakan Islam. (Magdalena, 2006)

Undang-undang anti diskriminasi di Eropa telah diterapkan, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi tingkat diskriminasi Islam di Eropa termasuk di Jerman. Hal tersebut dikatakan oleh

Marco Perolini, ahli Amnesti Internasional

"Undang-undang Uni Eropa yang melarang diskriminasi atas dasar agama atau kepercayaan di bidang ketenagakerjaan tampaknya menjadi tidak berlaku secara efektif di seluruh Eropa, seperti yang kita amati tingkat pengangguran yang lebih tinggi terjadi di kalangan umat Islam.” Tuturnya. Bahkan seorang anggota blok konservatif Jerman Kanselir Angela Merkel, Volker Kauder, mengatakan Islam bukanlah bagian dari tradisi dan identitas Negara itu dan karena itu bukan termasuk dalam Jerman.(VoaIslam, 2012) Pada akhirnya, diskriminasi terhadap Islam di Jerman masih tetap berlangsung hingga saat ini.


(50)

BAB IV

DESAKAN DARI KELOMPOK ANTI-ISLAM DAN PARTAI ALTERNATIF DI JERMAN

Ada banyak gerakan yang muncul di Jerman. Gerakan seperti Stürzenberger di Jerman dalam beberapa tahun terakhir. Gerakan Stürzenberger muncul sebagai tanggapan mengenai pembangunan masjid. Selama dua tahun terakhir, telah terjadi pembakaran terhadap rumah–

rumah orang muslim di Berlin, Hanau dan Hannover. Menurut sebuah studi oleh Friedrich Ebert Foundation, 56 persen warga Jerman menganggap Islam menjadi "agama kuno dan tidak mampu mengarungi kehidupan modern" dan banyak yang percaya kebebasan beragama bagi umat Islam harus "dibatasi secara substansial."

A. Desakan dari kelompok anti-Islam (Pegida).

Pegida (Patriotische Europäer gegen die Islamisierung des Westens) atauPatriotic Europeans Against the Islamisation of the West, adalah organisasi politik anti-Islam yang didirikan di Dresden pada Oktober 2014. Organisasi ini menolak apa yang disebut dengan Islamisasi di dunia barat. Meski demikian, tujuan dari organisasi ini sebenarnya menolak imigran dengan menjadikan gerakan anti-Islam sebagai kendaraan. Organisasi ini rajin melakukan unjuk rasa setiap minggu di Dresden dan saat ini telah menyebar ke beberapa state di Jerman dalam bentuk demonstrasi kecil-kecilan. Popularitas Pegida terus meningkat kini jumlah pendukungnya mencapai 15 ribu orang. Ribuan orang berdemo di jalanan kota Dresden, Jerman. Mereka datang dari seluruh penjuru negeri. Paul adalah salah


(51)

satunya. Pensiunan dokter dari ibukota Jerman, Berlin tersebut mengatakan aksi sangat penting untuk menunjukan bahwa Pegida berisi orang-orang biasa, bukan dari ideologi garis kanan. Pegida secara umum menolak masuknya imigran dari negara-negara konflik, seperti Suriah, Irak dan sekitarnya. Mereka menganggap imigran berpotensi merusak stabilitas dengan menyebar ajaran Islam radikal. Pegida memulai aktivitasnya dari Dresden yang menyebar ke berbagai kota besar Jerman lainnya. Kemudian, para pendukung gerakan anti-Islam ini mengorganisir berbagai aksi unjuk rasa dan propaganda anti-Islam di berbagai negara Eropa seperti Austria, Swedia, Denmark dan Inggris. Meskipun gerakan yang menentang Pegida di Eropa juga tidak kecil, tapi gerakan Islamophobia di Eropa kian hari semakin gencar. Lebih dari sekedar unjuk rasa dan propaganda anti-Islam, serangan terhadap imigran Muslim juga semakin masif. Berdasarkan data statistik Jerman, serangan terhadap imigran di negara ini melebihi wilayah lainnya di Eropa. (Ranah, 2009)

Pada tahun 2013, terjadi sebanyak 159 kasus penyerangan. Jumlah tersebut, naik di tahun 2014 menjadi 179 kasus.Pegida memanfaatkan sentimen anti-imigran yang marak di Jerman untuk menarik dukungan besar terhadap gerakan anti-Islam di Eropa. Dengan mempertimbangkan tingginya imigran Muslim yang datang dari negara-negara Islam ke Eropa, faktanya gerakan anti imigran tidak lain dari gerakan anti-Islam dan pembatasan lebih ketat terhadap Muslim di Eropa.Di Jerman muncul keyakinan bahwa kelompok Pegida memainkan peran penting sebagai gerakan anti imigran. Dilaporkan, para pendiri Pegida adalah orang-orang yang memiliki rekam jejak kriminal. Diberitakan, anggota dewan pendiri Pegida memiliki masalah kriminal, bahkan sebagian pernah menjalani hukuman penjara. (Antara, 2013)


(52)

Menurut majalah mingguan Jerman, kebanyakan anggota kelompok Pegida adalah hooligan sayap kanan ekstrem pendukung klub sepakbola kota Dresden. Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri, sebagian pendukung Pegida adalah pengikut Neo-Nazisme. Dalam sebuah polling yang digelar belum lama ini mengenai kelompok tersebut menunjukkan bahwa sepertiga rakyat Jerman tidak menentang keberadaan kelompok Pegida. Bahkan, sebanyak 65 persen responden menilai Kanselir Jerman tidak menaruh perhatian besar terhadap masalah imigran yang datang ke Jerman.Gerakan anti-imigran dan anti-Islam di Eropa memiliki kesamaan konsepsi. Partai sayap kanan moderat yang tidak bisa menyuarakan sikap anti-Islamnya, bersembunyi di balik topeng gerakan anti-imigran, dan menciptakan berbagai pembatasan terhadap para imigran dengan target melancarkan anti-Islam. Pemimpin organisasi kelompok kanan tersebut, Lutz Bachmann, telah membangun opini sejak Oktober ketika ia mulai melancarkan protes terhadap pembangunan pusat pengungsi di Dresden.(Pegida, 2015)

Sebuah pendapat dari 1.006 orang, yang di lakukan olehForsa untuk majalah Stern Jerman menemukan 13 persen dari orang yang menjadi koresponden akan menghadiri pawai anti-Muslim yang ada di sekitarnya. Dalam pendapat tersebut juga ditemukan 29 persen orang percaya bahwa Islam memiliki pengaruh seperti pada kehidupan di Jerman, sehingga demo anti imigran Islam di Jerman diperbolehkan. Psikolog Jerman, Oliver Decker, dariUniversity of Leipzigmengatakan dalam sebuah wawancara pada hari Senin dengan surat kabar bisnis Jerman Wirtschaftswoche. "Mereka melihat Islam sebagai sebuah bahaya dan sebuah target, karena ada ketakutan besar mengenai kebijakan imigrasi negara.” Anti-Islam umumnya tidak


(53)

membedakan antara Sunni, Syiah dan Alevi, atau antara Islam militan dan percaya damai. Dalam imajinasi mereka, Islam bukanlah agama melainkan ideologi politik yang harus diperangi. Muslim dituduh mencoba untuk mengambil alih dunia, merusak kedaulatan negara demokratis dan menginfiltrasi sistem hukum mereka. Platform internet Politically Incorrect berbunyi: "Penyebaran Islam berarti bahwa keturunan kita dan mungkin kita juga akan hidup dalam Islam yang didominasi tatanan sosial berorientasi pada Syariah dan Al-Quran dan tidak ada lagi terhadap konstitusi dan hak asasi manusia. Jadi banyak dari gerakan tersebut mengatasnamakan ketidaksukaan kepada muslim karena mereka takut pertumbuhan Islam yang terus meningkat di Jerman akan menyebabkan disintregasi warga negara Jerman sendiri.(DW, 2015)

Sebagian besar warga Jerman menolak anggapan bahwa Islam adalah bagian dari negaranya. Menurut jajak pendapat Forsa untuk sebuah mingguan terbitan Hamburg, Stern, 52 persen responden menilai Islam bukan bagian dari Jerman.Sementara 44 persen mengaku sepakat dengan pernyataan bekas Presiden Christian Wulf 2010 silam, bahwa "Islam sudah menjadi bagian dari Jerman."Kebanyakan yang menjawab setuju mengenai keberadaan Islam memiliki afiliasi dengan partai-partai liberal atau partai Hijau. Sekitar 61 persen kelompok usia 14 hingga 29 tahun juga bagian dari kelompok yang mendukung.Sebaliknya 69 persen warga di Jerman Timur menolak anggapan tersebut. Mereka juga didukung oleh kelompok usia 60 tahun ke atas dan sebagian besar berafiliasi dengan partai berhaluan konservatif atau ekstrim kanan.


(54)

Sedikitnya 18 ribu warga ikut dalam aksi unjuk rasa dengan teman “melawan Islamisasi barat” di kota dresden, Jerman timur. Sebagai bentuk protes semakin

meningkatnya jumlah warga Muslim yang tinggal di Jerman. Dalam aksinya mereka beralasan bahwa warga muslim telah mempengaruhi gaya hidup dan kultur masyarakat Jerman. Sementara itu di sejumlah kota lainnya seperti Rostock (timur), Cologne (barat), Munster (barat laut), Stuttgart ( selatan), dan Hamburg (utara), ribuan warga juga mengadakan aksi unjuk rasa tandingan menentang apa yang disebut sebagai rasisme baru di Jerman. Sekitar 25.000 warga Jerman berdemonstrasi di kota Dresden dengan membawa slogan-slogan anti-Islam dan anti-imigran sambil melangsungkan belasungkawa kepada korban serangan bersenjata di Prancis.Warga di Dresden nampaknya tidak mengindahkan seruan dari Kanselir Jerman Angela Merkel dan sejumlah politisi senior Jerman untuk tidak mengikuti demonstrasi dari Pegida, kelompok yang menentang arus Islamisasi di Eropa. (sangsoko, 2014)

Pemimpin Pegida, Lutz Bachmann menuntut pemerintah untuk mengesahkan undang-undang imigrasi baru, memaksakan program integrasi bagi para imigran, dan memastikan bahwa warga Jerman yang turut berperang di negara lain tidak kembali lagi." Kami terus mendapatkan dukungan tambahan setiap pekannya," kata salah satu pendiri pegida Kathrin Oertel."Kami semua menentang semua bentuk kekerasan dengan latar relijius baik itu oleh Muslim ataupun Kristen. Masyarakat tengah menghadapi hal itu dan kini mereka memikirkannya dengan lebih dalam," kata Oertel.Para pengunjuk rasa itu serempak mengenakan pakaian serba hitam dan mengibarkan bendera Jerman. Salah seorang di antara mereka membawa spanduk bertuliskan, "turut berduka cita pada keluarga korban teror di Paris."Sebagian


(1)

mempertimbangkan tingginya imigran Muslim yang datang dari negara-negara Islam ke Eropa, faktanya gerakan anti imigran tidak lain dari gerakan anti-Islam dan pembatasan lebih ketat terhadap Muslim di Eropa.Di Jerman muncul keyakinan bahwa kelompok Pegida memainkan peran penting sebagai gerakan anti imigran. Dilaporkan, para pendiri Pegida adalah orang-orang yang memiliki rekam jejak kriminal. Diberitakan, anggota dewan pendiri Pegida memiliki masalah kriminal, bahkan sebagian pernah menjalani hukuman penjara. (Antara, 2013)

Menurut majalah mingguan Jerman, kebanyakan anggota kelompok Pegida adalah hooligan sayap kanan ekstrem pendukung klub sepakbola kota Dresden. Fakta lain yang tidak bisa dipungkiri, sebagian pendukung Pegida adalah pengikut Neo-Nazisme. Dalam sebuah polling yang digelar belum lama ini mengenai kelompok tersebut menunjukkan bahwa sepertiga rakyat Jerman tidak menentang keberadaan kelompok Pegida. Bahkan, sebanyak 65 persen responden menilai Kanselir Jerman tidak menaruh perhatian besar terhadap masalah imigran yang datang ke Jerman.Gerakan anti-imigran dan anti-Islam di Eropa memiliki kesamaan konsepsi. Partai sayap kanan moderat yang tidak bisa menyuarakan sikap anti-Islamnya, bersembunyi di balik topeng gerakan anti-imigran, dan menciptakan berbagai pembatasan terhadap para imigran dengan target melancarkan anti-Islam. Pemimpin organisasi kelompok kanan tersebut, Lutz Bachmann, telah membangun opini sejak Oktober ketika ia mulai melancarkan protes terhadap pembangunan pusat pengungsi di Dresden.(Pegida, 2015)

Partai alternatif anti-Islam di Jerman“Alternative für Deutschland” (AFD)

Partai ini sangat dekat dengan kelompok garis keras Jerman yang membenci pendatang terutama pendatang muslim. Mereka melarang pendirian mesjid dan menganggapnya sebagai penguburan identitas Jerman. Gerakan mereka mendapatkan simpati dari kalangan muda dari bekas Jerman Timur yang rata-rata aktif di dunia maya. Dikhawatirkan bahwa kemenangan


(2)

partai ini menjadi legitimasi bagi gerakan kelompok garis keras Jerman. Dalam salah satu kasus, pernah ada penghinaan yang dilakukan seorang pemuda garis keras kepada muslimah bercadar, dengan mengatakan “Scheisse (kotoran), Du gehoerst nicht hier (kamu harus keluar dari sini)”. Pengadilan Jerman membebaskan pemuda itu karena korban ketika memberi keterangan kepada hakim tetap memakai cadar, yang mana dianggap tidak valid ucapannya. Cadar dianggap menutupi mimik sehingga hakim tidak bisa menilai kejujuran korban. Bagi muslim yang tinggal di bekas Jerman Timur, ini adalah dimensi baru keagresifan anti-Islam karena sudah merambah ke legitimasi politik.(Ngadirin, 2016)

Kesimpulan

Islam adalah agama yang dewasa ini paling sering disorot media internasional. Agama ini seperti tidak akan pernah habis diperbincangkan. Mainstream dunia terhadapnya pun seringkali berubah. Terkadang agama ini dianggap agama yang penuh dengan perdamaian dan rasa kasih, namun tak jarang pula agama ini distigmakan sebagai agama yang bengis dan gila perang. Hal ini tak lain adalah akibat fenomena-fenomena yang mengiringinya di atas rel panjang sejarah umat manusia ini. Dalam beberapa tahun terakhir ini pun Islam tak pernah absen dari media internasional. Salah satunya adalah munculnya istilah “anti-Islam” yang menjadi gambaran akan ketakutan seseorang terhadap agama Islam dan para penganutnya. Menanggapi munculnya istilah ini pun telah menimbulkan pro dan kontra. Di satu pihak anti-Islam dianggap sebagai istilah yang wajar dan harus muncul sebagai bentuk respon terhadap banyak kejadian tak manusiawi yang dilakukan oleh umat muslim (orang yang beragama Islam). Di lain pihak, dianggap istilah yang irrasional, yang merujuk pada ketakutan yang irasional pula. Karena istilah ini pada kenyataannya sering kali malah mendiskripsikan umat Islam secara keseluruhan sebagai tanggung jawab atas kesalahan segelintir orang yang mengatas namakan agama tersebut.


(3)

Istilah anti-Islam sendiri merupakan refleksi atas rasa khawatir warga dunia (tidak hanya non-muslim) atas kegiatan teror beberapa orang yang mengaku dirinyaIslam. Sedangkan menjadikannya sebagai dasar gerakan sosial yang mendiskripsikan kelompok atau golongan tertentu sama sekali tidak bisa dibenarkan.

Di Jerman anti-Islam sebenarnya sudah lama ada sebagai gambaran atas ketakutan warga negaranya atas peristiwa 11 September 2011 di Amerika. Jerman mulai bersikap tidak adil terhadap Muslim di negaranya, munculnya tindakan-tindakan diskriminasi terhadap Muslim di Jerman di dukung oleh masyarakat Jerman yang tidak menyukai Islam. Masyarakat Jerman juga mengadakan demonstrasi anti-Islam. Mereka menganggap bahwa Islam bukanlah bagian dari mereka. Terlebih lagi dengan di bentuknya kelompok gerakan Pegida (Patriotische Europaer Gegen die Islamisierung des Abendlandes).Gerakan ini secara mencolok menstigmakan Islam sebagai agama yang immoral dan sadis. Hal ini tentunya berlawanan dengan cita-cita negaranya sendiri. Sehingga dari kalangan pejabat negara Jerman muncul kecaman atas pesan-pesan yang disuarakan Pegida. Gerakan ini tergolong rasis dan mencederai keberagaman agama di negara Jerman.


(4)

Referensi

(t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari KataIlmu: http://www.katailmu.com

(t.thn.). Dipetik Februari 30, 2016, dari Ideologi Jerman: http://www.mosselgermany.com (2003, September 30). Dipetik Februari 24, 2016, dari Ditpsmk: http://www.ditpsmk.net

(2014, November 20). Dipetik Februari 29, 2016, dari Portal sejarah: http://www.portalsejarah.com

(2015, Oktober 20). Dipetik Maret 16, 2016, dari Pegida: http://www.tempo.com

amalia, R. (2014, April 8). Politik pemerintahan Jerman. Dipetik februari 4, 2016, dari http://www.rizatulamalia.html

Antara. (2013). Dipetik Maret 15, 2016, dari Gerakan anti islam pegida: http://www.antaranews.com

Arwindaaprilia. (2014, Desember 30). Dipetik Februari 24, 2016, dari http://www.arwindaaprilia.com

Berlin, K. (2011). Jerman selayang pandang. Dipetik Desember 11, 2015, dari http://dwpbaru.kbri-berlin

DW. (t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari http://www.DW.com

DW. (2015, Januari 6). Dipetik Maret 16, 2016, dari Gerakan anti islam di jerman makin marak: http://www.DW.com

DW. (2015, Januari). Dipetik Maret 11, 20016, dari Siapa dalang di belakang gerakan anti islam jerman: http://www.dw.com

DW. (2008).Jerman Dalam Statistik. Dipetik Desember 8, 2015, dari http://www.dw.de/jerman-dalam-statistik

Dwi, N. K. ( 2013).Jerman Sebagai Negara Mayoritas Islam.

Fahmy Zarkasyi, H. P. (2008). Hak dan kebebasan beragama Dalam Perspektif Islam, Duham dan Keindonesiaan.Jakarta.

Fetzer, J. S. (2010). Discrimination of Muslim in Germany. 6.

Hendra. (2009, Juli 10). Islamphobia Terjadi di Jerman . Dipetik Desember 11, 2015, dari muslimah ditikam di pengadilan jerman: http://www.dakwatuna.com/

Hochmuth, H. (t.thn.). . Dipetik Desember 11, 2015, dari Penilaian Jerman Terhadap Warga Turki: http://www.turkishweekly.net

Irwansyah. (t.thn.). Islamica. Dipetik Desember 2015, 2015, dari Islamica.uinsby : http://islamica.uinsby.ac.id


(5)

Islam, J. (2014). Kelompok Anti Islam Di Jerman. Dipetik Desember 11, 2015, dari http://www.jurnalislam.com

Jerman selayang pandang. (2011). Dipetik January 4, 2016, dari KBRI Berlin: http://dwpbaru.kbri-berlin

Magdalena. (2006, Mei 8).menteri kehakiman jerman akui adanya diskriminasi terhadap islam. Dipetik Mei 16, 2016, dari Berita dunia Islam: http://www.eramuslim.com

mario. (2010). Discrimination in Germany. 5.

mas'oed, m. (2011).Perbandingan sistem politik.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. meyer, J. (2016). Dipetik Maret 20, 2016, dari Partai anti imigran raih kursi dalam pemilu jerman: http://www.voaindonesia.com

Nata, K. D. (2015). Upaya anti silam di jerman menghadapi gerakan anti Islam. http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id.

Ngadirin, N. (2016). Dipetik Maret 20, 2016, dari Partai AFD mendapat simpati warga: hhtp://alamislami.com

Nugraha. (t.thn.). Dipetik Februari 29, 2016, dari http://www.kompasiana.com

nugraha, P. (2015, Januari 10). Dipetik Februari 29, 2016, dari Kompasiana: http://www.kompasiana.com

pamungkas, F. (2011). Dipetik Februari 29, 2016, dari

Politik_Pemerintahan_Eropa_Dampak_Islamophobia_di_Jerman: http://www.academia.edu Peucker, M. (2010, Oktober). Dipetik Maret 5, 2016, dari http://www.mariopeucker.com

prihartini, i. (2015). Persebaran Agama Islam di Jerman . Dipetik Desember 11, 2015, dari scribd: http://www.scribd.com

Ranah. (2009). Dipetik Maret 15, 2016, dari http://indonesian.irib.ir

Ranah. (t.thn.). Fenomena Islamophobia di Eropa. Dipetik Januari 4, 2016, dari http://indonesian.irib.ir

Reiman, A. (2009, Januari 11). Dipetik Desember 11, 2015, dari Tantangan Bagi Muslim Pendatang Di Tanah Jerman: http://www.suaramedia.com

Romauli, U. (2012, 05 29). Studi hubungan isternasional. Dipetik Desember 12, 2015, dari https://utariromauli.wordpress.com

sangsoko, A. (2014, Desember 16). Dipetik Maret 17, 2016, dari 15 ribu warga jerman tolak islamisasi di eropa: http://www.republika.co.id

Schuster, F. (2010). Healt Care, Racism and discrimination.

tahrir, H. (2011, April 7). Dipetik Maret 19, 2016, dari Jerman tolak untuk akui islam: http://www.hizbu-tahrir.or.id


(6)

Tatsachen. (t.thn.). Dipetik Februari 24, 2016, dari Facts about germany: http://www.tatsachenueberdeutcshland.com

Utami, N. (t.thn.). Dipetik Februari 30, 2016, dari http://www.prezi.com

VoaIslam. (2012, April 25). Amnesti internasional negara-negara eropa lakukan diskriminasi terhadap muslim. Dipetik Mei 16, 2016, dari http://www.voa-islam.com

Welle, D. (2010, April 26). Dipetik Februari 24, 2016, dari Dw.com: http://www.DW.com Woge. (2010). Zwei Jahre Antidiskriminierungberatung.