UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA UNTUK PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella L. DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Bangun Adi Purnomo 20120210012

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(2)

ii

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA UNTUK

PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella L. DAN

PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

sebagai syarat untuk memperoleh derajat Sarjana Pertanian

Oleh :

Bangun Adi Purnomo 20120210012

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(3)

iii Dengan ini saya menyatakan :

1. Karya tulis saya Skripsi ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun diperguruan tinggi lainya

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penilaian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain kecuali arahan Tim Pembimbing

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya ataupun pendapat yang telah ditulis maupun dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan naskah dengan disebut nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainya sesuai dengan norma yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Yogyakarta Yang Membuat Pernyataan

Bangun Adi Purnomo 20120210012


(4)

iv

MOTTO

“Percaya akan kelebihan yang ada dalam diri kita” “Tidak ada yang tidak mungkin jika ada kemauan”


(5)

v 1. Allah SWT.

2. Nabi Muhammad SAW yang membaha manusia dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang.

3. Untuk bapak ku Sudirman yang selalu bekerja keras demi keluarganya, anak-anak tanpa kenal lelah, keringat mu yang bercucuran setiap saat menandakan ke ikhlasan seorang ayah dan kasih sayang mu.

4. Untuk ibu ku Sangadah yang selalu mengingatkan ku terutama pada hal Sholat, terimakasih ibu karna mu aku terlahir didunia ini, kasih sayang mu tak pudar walau akhir ayat, ketulusan mu merawat ku hingga aku bisa menjadi dewasa sungguh tak ternilai.

5. Adik ku Isnaeni Riski Utami harus bisa selalu menjadi kebanggaan keluarga.

6. Teman – teman yang selalu bisa bikin suasana pecah thanks you all.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah serta hidayahnya berupa limpahan ilmu yang tak terbatas dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba Untuk Pengendalian Hama Plutella xylostella L. Dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Tanaman Sawi” penelitian skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menempuh jenjang S-1 di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Pada kesempatan ini pula penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berkenan membantu sehingga penulisan penelitian ini dapat terwujud. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Ir. Achmad Supriyadi. M.M. selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu senggangnya dalam memberikan bimbingan skripsi. 2. Ir. Haryono, M.P. selaku dosen pendamping yang telah memberikan waktu

luangnya untuk memberikan masukan informasi terhadap skripsi saya. 3. Ir. Sukariyati Susilo Dewi, M.S. selaku dosen penguji, yang memberikan

arahan terkait materi-materi penelitian dan berkenan menguji penelitian ini. 4. Dekan dan segenap perangkat Fakultas Pertanian UMY, semoga selalu

menjadi yang terbaik dan maju terus Fakultas Pertanian UMY.

5. Laboratorium Proteksi Universitas Muhamadiyah Yogyakarta dan seluruh pihak yang bersedia memberikan kelengkapan informasi data dan kerjasamanya.

Penulis yakin bahwa didalam penulisan penelitian ini masih jauh dari sempurna dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan untuk penulis khususnya.

Yogyakarta, Desember 2016 (Penulis)


(7)

vii

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi INTISARI ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined.

I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A.Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Perumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

II. TINJAUAN PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

A.Tanaman Sawi ... Error! Bookmark not defined.

B. Ulat Plutella xylostella ... Error! Bookmark not defined.

C. Daun Mimba ... Error! Bookmark not defined.

D.Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.

III. METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Bahan dan Alat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

D.Tata Cara Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Parameter Pengamatan ... Error! Bookmark not defined.


(8)

viii

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A.Kecepatan Kematian ... Error! Bookmark not defined.

B. Mortalitas ... Error! Bookmark not defined.

C. Jumlah Daun ... Error! Bookmark not defined.

D.Kerusakan Daun ... Error! Bookmark not defined.

E. Berat Segar Tanaman ... Error! Bookmark not defined.

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A.Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.


(9)

ix

defined.

2. Mortalitas Hama Dan Kecepatan Kematian HamaError! Bookmark not defined.


(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus hidup Larva Plutella ... Error! Bookmark not defined.

2. Daun mimba ... Error! Bookmark not defined.

3. Mortalitas larva Plutella xylostela ... Error! Bookmark not defined.

4. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi ... Error! Bookmark not defined.


(11)

xi

1. Lay Out Penelitian... Error! Bookmark not defined.

2: Hasil Sidik Ragam Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3 : Kebutuhan Pupuk ... Error! Bookmark not defined.

4. Perhitungan Volume Semprot ... Error! Bookmark not defined.

5. Bagan Alur Penyiapan Insektisida Nabati dan Aplikasi .. Error! Bookmark not defined.

6. Resume ... Error! Bookmark not defined.


(12)

(13)

xiv

aims to know the proper concentration of mimba leaf extract on concentration special region Province.

The used research method was Complete Random Design (RAL) with a single factor which comprises 6 treatments including control and comparator. Each treatment was repeated 3 times. The treatments to be tested consists of a mimba leaf extract with concentrations of 100 g/l up to 400 g/l. Chemical pesticide Profonefos 2 ml/l and control used as comparison.

The results show that the treatment mimba leaves 300 g/l concentration most effective to control Plutella xylostella pests, with 16,16 leaf rate and the weight of plants is 115,84 gram.


(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia pada khususnya di pedesaan dan dataran tinggi, tanaman sawi banyak diusahakan karena dapat tumbuh di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Sawi juga dapat ditanam sepanjang tahun karena sawi termasuk tanaman yang tahan terhadap hujan. Sawi merupakan jenis sayuran yang digemari oleh konsumen karena memiliki kandungan gizi yang tinggi, komposisi zat-zat makan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah tanaman sawi yaitu berupa protein 2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g Ca 22,0 mg, P 38, 0 g, Fe 2,9 g, vitamin B 0,09 mg dan vitamin C 102 mg. Selain memiliki kandungan vitamin yang baik untuk kesehatan, tanaman sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala. Orang-orang mempercayai tanaman ini mampu berkerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk banyak-banyak mengkonsumsi sawi karena dapat memperbaiki fungsi ginjal (Haryanto, 1995).

Tanaman sawi (Brasica junceae L.) adalah salah satu tanaman sayuran yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Produksi sawi Indonesia menurut BPS (2012) pada tahun 2009 sebesar 562 ton dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi 583 ton sedangkan tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 235 ton. Salah satu faktor penyebab rendahnya produksi sawi di Indonesia adalah akibat serangan hama dan penyakit terutama hama Plutella xylostella. Akibat serangan hama ini, kehilangan hasil dapat mencapai 100%, terutama dimusim kemarau.


(15)

Selanjutnya dikemukakan juga bahwa petani dapat mengeluarkan 50% biaya produksi untuk pengendalian secara kimiawi selain faktor biaya penggunaan pestisida kima juga dapat merusak lingkungan (Pracaya, 2009).

Pada umumnya, untuk mengendalikan hama petani menggunakan pestisida kimiawi. Penggunaan pestisida kimia yang tidak terkontrol dalam pengendalian banyak berdampak negatif antara lain resitansi, residu, matinya organisme yang berguna, letusan hama kedua dan pencemaran lingkungan. Salah satu upaya untuk mengubah paradigma dalam mengendalikan organisme pengganggu tanaman adalah menerapkan pengendalian hama secara terpadu meliputi kultur teknis, pengendalian hayati, fisik dan mekanik atau dengan varietas tahan dan kimiawi yang sesuai aturan sebagai alternatif akhir. Cara pengendalian hama terpadu yang aman dan positif tidak menjadi acuan dalam pengendalian OPT oleh insan pertanian sekarang ini, akan tetapi sering timbul pengertian yang terbalik antara alternatif akhir menjadi alternatif pertama dan sudah melekat dalam perkembangan dunia pertanian untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman. Dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia dapat dikurangi dengan mencari inovasi baru yang berwawasan lingkungan hidup. Alternatif yang digunakan antara lain memanfaatkan bahan-bahan alami yang dapat diekploitasi dan mempunyai kemampuan biopestisida sebagai antrakan dan repelan yang berkemampuan mengenendalikan dan membunuh hama. Potensi mendapatkan bahan pestisida nabati dari tumbuhan di lingkungan sekitar sangatlah mudah. Salah satunya memanfaatkan pestisida nabati daun mimba sebagai bahan pestisida nabati yang menggantikan pestisida kimia.


(16)

3

Mimba (Azadirachta indica A. Juss) merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat racun terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera, Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui mengandung Azadirachti (Partopuro, 1989). Penelitian (Bukhari, 2004 ) menyatakan bahwa aplikasi ektrak daun mimba dengan konsentrasi 200 g/l sangat efektif dalam menekan perkembangan kepadatan populasi larva Pluttella xylostella pada tanaman kedelai. Sedangkan penelitian (Primiari A, dkk 2011) menyatakan bahwa ekstrak daun mimba berpengaruh terhadap mortalitas kutu daun hijau pada tanaman sawi, yaitu dengan waktu 96 jam setelah aplikasi.

Mekanisme kerja mimba berdasarkan kandungan bahan aktifnya, yaitu biji dan daun mimba mengandung azadirachtin meliantriol, salanin, dan nimbin, yang merupakan hasil metabolit sekunder dari tanaman mimba. Senyawa aktif tanaman mimba tidak membunuh hama secara cepat, tapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu juga berperan sebagai pemandul. Bukan hanya bersifat sebagai insektisida, tumbuhan tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida dan rodentisida. Senyawa aktif tersebut telah dilaporkan berpengaruh terhadap lebih kurang 400 serangga sebagai senyawa aktif utama (Sudarmo, 2005).


(17)

B. Perumusan Masalah

Pengendalian hama Pluttella xylostella secara kimia yang dilakukan petani dapat mengeluarkan 50% biaya produksi, selain faktor biaya penggunaan pestisida kima juga dapat merusak lingkungan. Penggunaan pestisida kimia yang tidak terkontrol dalam pengendalian banyak berdampak negatif, antara lain resitansi, residu, matinya organisme yang berguna, letusan hama kedua, dan pencemaran lingkungan (Pracaya, 2009). Dengan demikian perlu adanya penggunaan insektisida nabati untuk mengendalikan hama Pluttella xylostella, salah satunya dengan memanfaatkan daun mimba. Menurut penelitian, Bukhari (2004) menyatakan bahwa aplikasi ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 200 g/l efektif dalam menekan perkembangan kepadatan populasi larva Pluttella xylostella pada tanaman kedelai. Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitan ini adalah : Berapa konsentrasi ekstrak daun mimba yang tepat untuk membunuh ulat Plutella xylostella pada tanaman sawi ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi yang tepat dari ekstrak daun mimba untuk menekan populasi hama Plutella xylostella, sehingga didapatkan hasil tanaman sawi yang baik


(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Sawi

Sawi (Brassica juncea L.) termasuk sayuran daun dari keluarga cruciferae yang mempunyai ekonomi tinggi. Tanaman sawi berasal dari Tiongkok (cina) dan Asia Timur. Di daerah Cina tanaman ini dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, dan menyebar ke daerah Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia pada abad XI bersama dengan lintas perdagangan jenis sayuran subtropis lainya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang Pangalengan (Rukmana, 1994).

Menurut klasifikasi dalam tata nama tanaman, sawi termasuk ke dalam Devisi :Sphermatophyta: Sub Devisi: Agieospermae, Kelas: Dicotylidone, Ordo: Rhoeadales, Famili: Cruciferae, Genus ; Brassica, Spesies : Brasisca juncea L.

Sistem perakaran sawi memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 30- 50 cm (Rukmana, 1994). Akar berfungsi antara lain menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah serta menguatkan berdirinya batang tanaman. Batang sawi pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 1994). Daun berbentuk bulat atau bulat lonjong ada yang lebar ada yang sempit ada yang berkerut-kerut kriting, tidak berbulu, berwarna hiau muda, hijau keputih putihan sampai hijau tua. Daun memiliki tangkai daun panjang atau pendek, sempit atau lebar dan berwarna putih


(19)

sampai hijau bersifat kuat dan halus ( Cahyono, 2003). Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai kelopak daun, empat helai daun, mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 1994). Buah sawi termasuk buah polong yaitu bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah polong berisi 2-8 butir biji, biji sawi berbentuk bulat berwarna hitam dan berukuran kecil.

Kondisi Daerah penanaman yang cocok untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang harinya 21,1°C

penyinaran.matahari antara 10 - 13 jam per hari. Apabila ditanam ditempat yang kurang mendapat sinar matahari anatara 10- 13 jam per hari, pertumbuhan tanaman sawi menjadi kurang baik, dan mudah terserang penyakit, pada waktu kecil terjadi pertumbuhan memanjang. Namun beberapa varietas sawi yang juga dapat tahan terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik didaerah yang suhunya antara 27°C – 32°C (Rukmana, 2007). Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80% - 90%. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi adalah 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang dan dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainasenya baik (Cahyono, 2003).Penaman sawi pada musim hujan lebih menguntungkan karena adanya air yang cukup. Karena untuk pertumbuhan sawi


(20)

7

memerlukan banyak air, selain itu juga ada keuntungan serangan larva Plutella xylostella tidak begitu hebat seperti waktu pada musim kemarau. Waktu tanam yang baik adalah pada awal musim hujan atau awal musim kemaru. Jenis varietas sawi Prima toleran terhadap layu dan penyakit akar varietas tanaman sawi ini mempunyai potensi produksi 19,44 ton/ha atau 175 gram per tanaman.

B. Ulat Plutella xylostella

Hama-hama yang menyerang tanaman sawi terbagi dalam dua kelompok yaitu hama utama dan hama sekunder. Hama utama yaitu hama yang sering muncul dan menimbulkan kerugian, sehingga perlu dilakukan pengendalian. Sedangkan hama sekunder adalah jenis hama yang kadang-kadang muncul pada areal pertanaman, sehingga dapat dilakukan pengendalian atau tidak perlu dilakukan pengendalian hama utama pada tanaman sawi salah satunya adalah Plutella xylostella.

Ulat daun Plutella xylostella disebut juga ulat titip, hama bodes, hama putih, hama wayang atau ngengat punggung berlian. Ulat ini dapat diklasifikasikan ke dalam kelas: insecta, ordo microlep pedoptera, sub ordo: Micropidopetra, Famili pluteladae, genus: plutella, spesies: Plutella xylostella. Ulat ini mengalami 4 kali perubahan bentuk dalam hidupnya( metamorfase sempurna) yaitu stdium telur, ulat (larva), kepompong atau Pupa dan ngengat. Telur berwarna putih kekuningan, bentuk bulat panjang dengan lebar 0,26 mm dan panjang 0,49 mm, jika akan menetas telur-telur tesebut menjadi lebih gelap warnannya (Sastrodiharjo, 1975). Telur Plutella xylostella diletakkan pada bagian permukaan bawah daun dan tepi daun, hanya kadang-kadang saja diletakkan di atas permukaan daun. Telur tesebut


(21)

diletakkan satu per satu atau mengelompok dalam jumlah dua hingga tiga butir perkelompok pada satu daun atau pada daun-daun yang berlainan. Larva Plutella xylostella yang baru keluar dari telur warnanya hijau pucat sedang yang dewasa berwarna hijau terang dengan warna kepala lebih pucat dengan bintik- bintik atau garis coklat. Panjang larva 10 hingga 12 mm. Larva mempunyai empat instar, salah satu ciri setiap instar adalah mempunyai lebar kepala yang berbeda. Rata-rata lebar kepala instar pertama 0,16 mm, larva instar kedua 0,24 mm, larva instar ketiga 0,36 mm dan larva instar keempat 0,59 mm. Adapun stadia pupa mula-mula pupa berwarna hijau muda kemudian berubah menjadi hijau tua, pupa yang dewasa berwarna coklat mengkilat dengan panjang 6 mm. Stadia pupa kisaran antara 5-15 hari (Rismunandar, 1986).

Siklus hidup Plutella xylostella sangat bervariasi, tergantung pada kondisi lingkungannya. Di dataran rendah stadia telur, stadia larva dan pupanya berlangsung berturut-turut selama sekitar tiga hari, enam dan empat hari. pada dataran tinggi stadia telur berlangsung sekitar enam hari, stadia larva 14 hari dan stadia pupa sekitar tujuh hingga 11 hari (Sudarwohadi,1987).

Larva Plutella xylostella merusak sawi dengan memakan epidermis dan daging daun bagian bawah yang masih muda terutama pada pucuk-pucuk daun, dan yang tersisa adalah urat-urat daun dan epidermis sebelah atas sehingga membentuk seperti jendela (Rismunandar, 1986). Apabila tingkat populasi larva tinggi, maka terjadi kerusakan berat pada daun dan hampir seluruh daun dimakan larva sehingga hanya tinggal tulang-tulang daun (Sudarwohadi,1987).


(22)

9

Gambar 1. Siklus hidup larva Plutella

C. Daun Mimba

Azadirachta indica A . Juss atau yang lebih dikenal dengan nama tanaman pohon mimba adalah tanaman asli Afrika dan Asia. Di Asia tanaman ini banyak terdapat di India, Burma, Cina selatan dan Indonesia (Suharti, 1995). Di Indonesia pohon mimba dijumpai di sepanjang pantai utara Jawa, dari Indramayu sampai Banyuwangi, Pasuruan, Lamongan, Nganjuk, Jombang, Blitar, Ponorogo, Tuban, Madiun, Bojonegoro, Bondowoso, Gianyar, Negara, dan Lombok Timur (Anonim,2002).

Mimba atau mimba (Azadirachta indica A.Juss) adalah tanaman berbentuk pohon. Tanaman mimba termasuk famili Miliaceae, tingginya 10–25 m, batang tegak berkayu. Daunnya majemuk, letak berhadapan dengan panjang 5–7 cm dan lebar 3–4 cm. Tanaman mimba tumbuh pada daerah subhumid sampai semiarid


(23)

dengan curah hujan 450-750 mm/tahun. Tanaman mimba dapat tumbuh pada ketenggian tempat 670 m dpl, pada daerah kering dan panas tanpa irigasi.

Daun mimba dan Insektisida nabati lainya, merupakan insektisida yang berbahan baku mengandung senyawa aktif berupa metabolit sekunder yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik pengaruh pada aspek fisiologis maupun tingkah laku dari hama tanaman serta memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian hama. Bagian tanaman yang dapat digunakan sebagi insektisida nabati misalnya berupa daun, biji, akar dan batang yang bersifat insektisidal yang terkandung di dalamnya. Pemanfaatan insektisida nabati untuk organisme penganggu tanaman dapat diperoleh dari sektar kita salah satunya daun mimba ( Prijono,1988). Karena dampak pemakaian pestisida sintetis/kimia pada produksi pertanian telah menimbulkan dampak yang tidak baik untuk kesehatan, mulai dari munculnya penyakit-penyakit berbahaya seperti kanker, maupun kasus keracunan yang berakhir pada kematian. Tak hanya itu, pemakaian pestisida kimia secara terus menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan keseimbangan ekologis terganggu.


(24)

11

Selain menyebabkan revolusi genetis pada hama-hama tertentu, dimana mereka menjadi tahan terhadap pestisida, juga dapat membunuh predator-predator alami yang bermanfaat bagi pertanian. Daun dan biji mimba mempunyai senyawa beracun, senyawa beracun ini berfungsi sebagai penolak (repellent), zat antifeedant, racun sistemik, racun kontak, zat anti fertilitas dan penghambat pertumbuhan penelitian. Adapun komponen zat racun yang terdapat mimba antara lain Azadirachtin, Salanin Meliantriol Nimbin dan nimbiin, masing-masing senyawa racun ini mepunyai peranan masin-masing. Azadirachtin berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu suatu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, ataupun proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini seringkali mengakibatkan kematian (Chiu, 1988). Salanin berperan sebagai penurun nafsu makan atau antifeedant yang mengakibatkan daya rusak serangga sangat menurun, walaupun serangganya sendiri belum mati. Oleh karena itu, dalam penggunaan pestisida nabati dari mimba, seringkali hamanya tidak mati seketika setelah disemprot knock down, namun memerlukan beberapa hari untuk mati, biasanya 4-5 hari. Namun demikian, hama yang telah disemprot tersebut daya rusaknya sudah sangat menurun, karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1993). Meliantriol berperan sebagai penghalau (repellent) yang mengakibatkan serangga hama enggan mendekati zat tersebut. kasus ini terjadi ketika belalang Schistocerca gregaria menyerang tanaman di Afrika, semua jenis tanaman terserang belalang, kecuali satu jenis tanaman, yaitu mimba


(25)

(Sudarmadji, 1999). Penelitian Rusdy, 2009 menyatakan ekstrak mimba dengan konsentrasi 200 g/l mampu mengendalikan hama spedoptera litura F pada tanaman slada. Selain itu ekstrak tanaman mimba juga bersifat toksik terhadap siput air Biomphalaria glabarata, siput ini merupakan inang cacing parasit penyebab schistosomiasis bilharzia. Ekstrak buah mimba mampu mematikan hingga 100% siput Melania scabra, siput ini banyak ditemukan di Asia Timur, merupakan vektor penyakit cacing hati (Neems Foundation, 2000; Gopalsamy et al., 1990).

D. Hipotesis

Perlakuan dengan Konsentrasi ekstrak daun Mimba 200 g/l yang paling efektif mengendalikan hama Plutella xylostella pada tanaman sawi.


(26)

13

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April sampai dengan bulan Juni 2016.

B. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sawi, polybag, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk SP-36 pupuk KCL, daun mimba, pestisida sintetik Profonofos dan larva Plutella xylostella instar 2 yang diperoleh dari laboratorium fakultas pertanian Universitas Gajah Mada, pestisida kimia berbahan aktif Profonefos diperoleh dari toko pertanian.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, gembor, timbangan, blender, hand sprayer, gelas ukur, corong, saringan , kurungan kasa, tali rafia, ajir, cat, kayu pisau, papan nama, hand board, kertas dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode percobaan yang disusun dalam RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan faktor tunggal yang terdiri dari 6 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 3 kali, sehingga terdapat 18 unit percobaan. Adapun perlakuannya sebagai berikut :

A : Tanpa Perlakuan (kontrol)

B : Ekstrak Daun Mimba Konsentrasi 100 g/l C : Ekstrak Daun Mimba Konsentrasi 200 g/l


(27)

D : Ekstrak Daun Mimba Konsentrasi 300 g/l E : Ekstrak Daun Mimba Konsentrasi 400 g/l F : Pestisida Kimia Profonefos Konsentrasi 2 ml/l

D. Tata Cara Penelitian

Pelaksanaan penelitian dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri dari persiapan media tanam, pembuatan ekstrak daun mimba, penanaman bibit sawi, dan pembuatan sungkup.

a. Penyiapan media tanam

Tanah yang digunakan adalah tanah yang gembur. Tanah tersebut dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, kemudian dimasukan ke dalam polybag. Pemupukan susulan dilakukan satu minggu setelah penanaman dengan pupuk urea 3,33 g/polybag, TSP 76 g/polybag, dan KCl 4,32 g/polybag.

b. Penanaman sawi

Penanaman tanaman sawi dilakukan setelah bibit berumur 1 minggu dengan cara membuat lubang tanam, lalu masukan bibit yang sudah disiapkan kedalam lubang tanam dan timbun dengan permukaan tanah sisa dari pembuatan pengelolahan media tanam. Lakukan penyiraman hingga lembab atau basah.


(28)

15

c. Penyulaman

Penyuluman dilakukan sejak tanaman dipindahkan kemudian tanam polybag dengan cara mengganti atau menyulam tanaman yang mati atau tumbuhan yang tidak normal menggunakan tanaman baru dengan umur bibit yang sama. Penyulaman dilakukan maksimal sampai umur 1 minggu dan dilakukan pada sore hari.

d. Pembuatan sungkup

Pembuatan sungkup dilakukan dengan cara membuat kerangka sungkup yang dirangkai dengan bambu muda dan kemudian diperkuat dengan diikat tali rafia. Setelah kerangka selesai, kerangka sungkup dilapisi dengan kain kasa strimin disekitar sungkup. Sungkup difungsikan untuk mencegah ulat Plutella xylostella keluar dari polybag ketika proses pengamatan. Pemasangan sungkup dilakukan pada saat hama Pllutella xylostella diletakan ketanaman sawi tersebut.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan yang terdiri dari aplikasi ekstrak daun mimba (sesuai perlakuan masing-masing), penyulaman, pemeliharaan, pemanenan dan pengamatan.

a. Pembuatan insektisida nabati.

Daun mimba yang masih segar dipisahkan dari batang daun kemudian daun mimba di cuci dan di timbang sesuai perlakuan. Lalu, daun mimba diblender sampai halus. Hasil blender kemudian dibuat konsentrasi 100 g/l, 200 g/l, 300 g/l


(29)

dan 400 g/l kemudian diaduk hingga tercampur dan didiamkan selama 24 jam kemudian disaring dan dibuang ampasnya setelah itu dimasukan ke sprayer sebanyak 5,4 ml untuk setiap satu tanaman. Fungsi dari inkubasi adalah agar kandungan senyawa Azadirachtin , Salanin Meliantriol Nimbin yang terdapat dalam daun tercampur dengan pelarut air.

b. Aplikasi ekstrak insektisida nabati

Cara aplikasi insektisida nabati ekstrak daun mimba adalah dengan cara menyemprotkan dengan hand sprayer, penyemprotan dilakukan pada umur 14 hari atau 4 hari setelah setelah larva Plutella xylostella instar 2 dimasukan ke dalam sungkup, penyemprotan selanjutnya dilakukan umur 21 dan 28 hari setelah tanam atau 7 hari setelah penyemprotan terakhir yang dilakukan. Volume larutan pestisida untuk luas 1 Ha tanaman diperlukan lebih kurang 600 liter untuk satu kali aplikasi dengan menggunakan alat semprot (sprayer) dengan volume semprot 5,4 ml/ tanaman (Nataweguna dalam Ratnasari, 2003).

c. Pemeliharaan

Uuntuk menjaga tanaman tidak kelebihan atau kekurangan air, penyiraman disesuaikan dengan keadaan cuaca dan kelembaban tanah. Setelah tanaman berumur 15 hari dilakukan penyiangan dan penggemburan tanah disekitar perakaran tanaman, supaya lingkungan disekitar tanaman bersih sehingga tidak terdapat gulma yang mengganggu tanaman sawi.


(30)

17

d. Pemanenan

Pemanenan tanaman sawi dapat dilakukan pada umur 45 hari setelah tanam dengan ciri-ciri daun bagian bawah sudah menguning. Pemanenan tanaman dapat dilakukan memotong pangkal batang menggunakan pisau.

E. Parameter Pengamatan

1. Jumlah Pluttellaxylostella yang mati

Data pengamatan jumlah hama yang mati digunakan untuk menghitung tingkat mortalitas dan tingkat efektifitas (efikasi) ekstrak daun mimba jika dibandingkan dengan kontrol. Pengamatan jumlah hama yang mati dilakukan setiap 12 jam sekali, dimulai sebelum dan setelah pengaplikasian ekstrak daun mimba pertama yaitu hari ke 14 dan pengaplikasian berikutnya yaitu hari ke 21 dan hari ke 28 dengan mencatat jumlah hama yang mati ditandai dengan tidak adanya aktifitas atau pergerakan dari Plutella xylostella.

2. Mortalitas

Mortalitas menunjukkan tingkat kemampuan atau daya bunuh ekstrak daun mimba dalam membunuh Plutella xylostella. Tingkat mortalitas dapat dihitung dengan rumus :

Mortalitas = a � � � � � � �� �


(31)

3. Kecepatan kematian

Kecepatan kematian dapat dihitung dengan rumus :

V =N

T + N T +

N T +

N T

Keterangan : V = Kecepatan kematian (ekor/Hari) T = Pengamatan jam ke-

N = Jumlah Plutella xylostella yang mati (ekor)

5. Intensitas kerusakan daun.

Pengamatan tingkat kerusakan didaun dihitung dengan menggunakan kriteria skoring. Nilai skoring dihitung dengan menggunakan rumus towsnad dan hasilnya dinyatakan dalam %.

∑(� � � )

Rumus =---X 100 Z X N

Keterangan :

I : Intensitas kerusakan daun. N : Jumlah sampel yang diamati. V : nilai skala kerusakan terendah.

n : jumlah sampel yang di amati dengan skoring yang sama. Z : nilai skala kerusakan tertinggi.


(32)

19

Skala skoring tingkat kerusakan daun : 0: tanpa kerusakan.

1: kerusakan 1-25%. 2 : kerusakan 26-50% . 3: kerusakan 51- 75 %. 4:kerusakan 76-100%.

6. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung dari daun terbawah sampai daun teratas yang sudah membuka sempurna dinyatakan dalam satu helai penghitungan jumlah daun dilakukan setiap dua hari sekali. Dimulai dari awal penanaman di polybag sampai pemanenan.

7. Bobot segar tanaman

Penimbangan berat tanaman dilakukan setelah panen sawi. Pemanenan dilakukan ketika umur 45 hari setelah tanaman atau setelah hama Plutella xylostella pada setiap perlakuan mati. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong dengan menggunakan gunting dari akar kemudian memimbangnya.

F. Analisis Data

Uji efektivitas dari berbagai perlakuan disajikan dalam bentuk grafik dan histogram. Hasil pengamatan kuantitatif dianalisis dengan menggunakan Sidik Ragam atau analysis of variance (ANOVA). Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diujikan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan's Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf α 5%.


(33)

20

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Kecepatan Kematian

Penambahan kosentrasi ekstrak daun mimba memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan kematian (lampiran 2a). Kecepatan kematian Larva Plutella xylostella pada perlakuan ekstrak daun mimba konsentarsi 400 g/l berbeda nyata dengan konsentrasi lainnya. Kecepatan kematian larva Plutella xylostella pada perlakuan dengan konsentrasi 400 g/l sebesar 4,16 ekor/hari, sedangkan perlakuan pada konsentrasi 100 g/l maupun konsentrasi 200 g/l kecepatan kematiannya sebesar 2,30 ekor/hari dan 2,46 ekor/hari. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mimba semakin tinggi juga kecepatan kematiannya. Perilaku larva Plutella xylostella setelah aplikasi (hari ke 0) mengalami reaksi terkejut dan menggeliat tetapi tidak langsung menyebabkan kematian, hal ini dikarenakan sifat racun pada ekstrak daun mimba bersifat racun sistemik. Kematian larva Plutella xylostella perlakuan konsentrasi 400 g/l cenderung lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan kosentrasi 100 g/l dan 200 g/l. Kematian larva Plutela xylostella pada konsentasi 400 g/l dan 300 g/l terjadi pada hari kedua, sedangkan perlakuan lainnya cenderung lebih lambat. Perilaku larva Plutela xylostella yang ditunjukan pada konsetrasi 100 g/l dan 200 g/l tidak nampak terkejut seperti yang diaplikasikan pada konsentrasi 400 g/l. Perilaku Plutella xylostella setelah dilakukan aplikasi pada konsentrasi 100 g/l dan 200 g/l, larva Plutella xylostella tetap melakukan aktivitasnya (tidak menunjukkan kematian


(34)

21

kecepatan kematian pada perlakuan kontrol lebih lambat dibanding semua perlakuan. Hal ini dikarenakan perlakuan kontrol tidak ada pestisida yang menghambat perkembangan plutella xylostella. Pada perlakuan kontrol seharusnya tidak ada mortlitas yang terjadi. Mortalitas yang terjadi pada kontrol dikarenakan sifat alamiah seperti kegagalan adaptasi dengan lingkungan setempat. larva Plutella xylostella tidak terhambat perkembanganya oleh pestisida daun mimba dan menyebabkan tingkat kematian menjadi paling rendah.

Tabel 1. Mortalitas Hama dan Kecepatan Kematian Hama

Perlakuan Kecepatan Kematian Mortalitas ( ekor/hari) (%) Tanpa perlakuan 1,80 d 100 Ekstrak daun mimba konsetrasi 100 g/l 2,30 d 100 Ekstrak daun mimba konsentrasi 200 g/l 2,46 dc 100 Ekstrak daun mimba konsetrasi 300 g/l 3,20 c 100 Ekstrak daun mimba konsentrasi 400 g/l 4,16 b 100 Pestisida sintentik Profonofos 2 ml/l 5,86 a 100

Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dalam satu kolom menunjukkan beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%.

Pada insektisida sintetik profonefos 2 ml/l menunjukkan tingkat kecepatan kematian yang paling banyak, karena dipengaruhi kandungan kimia yang kompleks. Kandungan insektisida buatan antara lain campuran bahan aktif yang beracun, sinergis dan bahan –bahan lainya dengan cara racun syaraf, racun lambung dan berbentuk pekatan yang dapat dimulsikan dalam air, sehinga mortalitas pada insektisida lebih besar dibandingkan dengan insektisida nabati. Prilaku dari larva Plutella xylostella setelah diaplikasi dengan pestisida kimia larava plutella xyllostella nampak menggeliat. Setelah itu, larva plutella xylostelaa terlihat lemas dalam hitungan jam dan terjadi mortalitas. Akan tetapi,


(35)

sebelum terjadi mortalitas Larva Plutella xylostella menunjukkan gejala menurun daya makannya.

Pengamatan pada semua perlakuan mengalami mortalitas hingga 100%. Kecepatan kematian menunjukkan semakin tinggi konsentrasi semakin cepat kecepatan kematianya. Seperti yang sudah dijelaskan oleh Prijono (1988), semakin banyak atau pekat konsentrasi insektisida nabati yang diberikan maka semakin besar pengaruhnya terhadap kecepatan kematian organisme sasaran karena akumulasi racun yang ditimbulkan oleh insektisida tersebut. Hal ini diduga semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi juga kandungan azadirachtin, meliantriol, saponin dan salanin sehingga, dapat menghambat perkembangbiakan larva Plutella xylostella. Terhambatnya perkembangbiakan larva Plutella xylostella mengakibatkan pertumbuhan tanaman sawi menjadi maksimal sehingga, didapatkan hasil tanaman sawi yang tinggi dilihat dari parameter berat segar tanaman, jumlah daun dan kerusakan daun.

Senyawa saponin berpengaruh terhadap kerusakan dinding sel kulit Plutella xylostella. Saponin dapat menurunkan tegangan permukaan sitoplasma sel dari hama Plutella xylostella, sehingga sitoplasma menurun. Larva Plutella xylostella mati karena jalannya impuls saraf terganggu (Peni, 1997). Selaian itu, mortalitas terjadi karena Plutella xylostella tidak mampu menguraikan bahan aktif insektisida yang terserap kedalam tubuhnya, bahan aktif tersebut masih tetap toksik sampai mencapai sasaran yang mematikan. Penelitian (Amianah, dkk., 1999) menyatakan bahwa senyawa yang terdapat pada daun mimba


(36)

23

merupakan racun sistemik, karena dapat menembus ke seluruh jaringan tubuh serangga, sehingga mematikan serangga dengan rentan waktu relatif lama.

B. Mortalitas

Mortalitas menunjukkan tingkat kemampuan atau daya bunuh ekstrak daun mimba dalam membunuh Plutella xylostella. Hasil sidik ragam pada semua perlakuan (tabel 1) menunjukkan ekstrak daun mimba tidak memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap mortalitas larva Plutella xylostella. Ekstrak daun mimba dengan konsentrasi 100 g/l sampai 400 g/l dan perlakuan Profonefos 2 ml/l nilai mortaliatas 100%.

Gambar 1. Mortalitas larva Plutella xylostela

Pada gambar 3 menunjukkan bahwa insektisida ekstrak daun mimba pada semua perlakuan mengalami mortalitas hingga 100%. Namun, dari masing-masing konsentrasi mengalami mortalitas hingga 100% pada waktu yang berbeda-beda. Konsentrasi ekstrak daun mimba 400 g/l, plutella xylostella mengalami kematiaan 100% pada pengamatan yang kedelapan atau pada tiga hari setelah aplikasi,

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

m o rta li ta s (E k o r) Pengamatan Ke


(37)

konsentrasi 300 g/l pada pengamatan kesebelas atau pada hari kelima setelah aplikasi sedangkan konsentrasi 200 g/l dan 100 g/l mortalitas 100% pada pengamatan yang ketiga belas atau pengamatan pada hari yang keenam setelah aplikasi ekstrak daun mimba. Jika dibandingkan dengan pestisida sintetik mortalitas 100% lebih cepat dibanding dengan pestisida daun mimba, karena kerja pestisida sintetik sebagai racun kontak. Lambatnya daya kerja ekstrak daun mimba dipengaruhi konsentrasi bahan aktif alami dan faktor lingkungan karena bahan campuran insektisida seperti air sebagai bahan pelarut sangat rentan terhadap penguapan, sehingga menjadi salah satu faktor pembatas daya kerja insektisida nabati.

C. Jumlah Daun

Jumlah daun merupakan salah satu parameter yang menunjukkan hasil dari tanaman sawi. Dari hasil sidik ragam rerata jumlah daun (lampiran 2b). masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang beda nyata.

Tabel 2. Jumlah Daun, Kerusakan Tanaman, Berat Segar Tanaman.

Perlakuan Kerusakan tanaman (%) Jumlah Daun ( helai) Berat segar tanaman (gram)

Tanpa perlakuan 33,25 c 13,66 c 111,04 b

Daun mimba konsentrasi 100 g/l 25,66 b 14,33 c 108,65 b Daun mimba konsentrasi 200 g/l 25,66 b 14,66 bc 111,76 b Daun mimba konsentrasi 300 g/l 23,16 b 16,16 ba 115,84 ba Daun mimba konsentrasi 400 g/l 16,20 a 16,33 ba 118,48 ba Pestisida Profonofos 2 ml/l 12,20 a 17,50 a 126,83 a Keterangan : Angka rerata yang diikuti oleh huruf yang tidak sama dalam satu

kolom menunjukkan beda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5%.


(38)

25

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan ekstrak daun mimba konsentrasi 300 g/l dan 400 g/l berbeda nyata dengan perlakuan yang lainya tetapi tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun mimba konsentrasi 200 g/l dan pestisida profonefos.

Racun mimba ini berkerja dengan cara menghambat proses pertumbuhan dan proses pergantian kulit pada larva Plutella xylostella sehingga larva Plutella xylostella mati dan tidak dapat berkembangbiak. Selain itu ekstrak daun mimba juga mempunyai rasa yang pahit sehingga menyebabkan larva Plutella xylostela tidak mau memakan tanaman sawi dan larva menjadi terhenti fase perkembangbiakannya. Terhentinya fase perkembangbiakan larva Plutella xylostella mengakibatkan pertumbuhan sawi ini menjadi tidak terhambat dan jumlah daun yang tumbuh menjadi optimal sehingga, hasil akhir tanaman sawi menjadi optimal.

Pada (gambar 4) menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun semua perlakuan hampir sama pada hari pertama setelah tanam atau sampai dengan hari yang ke 17. Hal ini dikarenakan pada hari ke 1 setelah tanam sampai hari ke 17 setelah tanam tidak ada hama-hama yang menyerang tanaman sawi sehingga pertumbuhan tanaman sawi tidak terganggu. Namun, pada pada hari yang ke 21 pertambahan jumlah daun mulai berbeda-beda untuk setiap perlakuannya. Hal ini dikarenakan diinveksikan pada hari yang ke 18 sehingga pertumbuhan daun menjadi terhambat. Dari histogram di atas juga menunjukkan peningkatan jumlah


(39)

Gambar 2. Rerata Jumlah Daun Tanaman Sawi

daun pada perlakuan dengan konsentrasi 300 g/l dan 400 g/l cenderung lebih tinggi, hal ini dikarenakan pada konsentrasi hama tersebut mengalami mortalitas yang lebih cepat, dibanding dengan perlakuan 100 g/l dan 200 g/l. Mortalitas pada konsentrasi 400g/l Plutella xylostella terjadi pada hari ketiga setelah aplikasi dan mortalitas pada kosentrasi 300 g/l terjadi pada hari yang keempat setelah aplikasi. Sehingga menyebabkan kenaikan jumlah daun yang paling tinggi, Jika dibandingkan dengan konsetrasi 200 g/l dan 100 g/l, kenaikan jumlah lebih signifikan. Hal ini dikarenakan perlakuan dengan konsentrasi 200 g/l dan 100 g/l hama larva Plutella xylostella lebih lambat mortalitasnya, yaitu sampai pada 28 hari setelah tanam sehingga pertambahan daun menjadi terhambat. Grafik diatas menjukan semakin tinggi konsentrasi semakin tinggi juga peningkatan jumlah daunnya karena sebagaimana diketahui bahwa semakin tinggi daun mimba semakin

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Ju m lah D au n ( He lai )

Hari Setelah Tanam


(40)

27

tinggi juga senyawa racun yang terkandung, sehingga menghambat perkembangan dan mempercepat mortalitas hama Plutella xylostella.

Perlakuan dengan pestisida kimia kloropifos 2 ml/l menunjukkan peningkan jumlah daun yang tumbuh paling signifikan dibandingkan dengan perlakuan insektisida ekstrak daun mimba, hal ini dikarenakan mortalitas pada pestisida sintetik paling tinggi yaitu mengalami mortlitas total yang paling cepat di banding perlakuan ekstrak daun mimba dan perlakuan lainya setelah investasi hama Plutella xylostella sehingga pertumbuhan daun menjadi tidak terhambat, dan menyebabkan peningkatan jumlah daun yang signifikan. Namun, pada perlakuan kontrol kerusakan daun menjadi paling tinggi, hal ini dikarenakan mortalitas pada perlakuan kontrol semua perlakuan, mortalitas total terjadi pada hari terahir setelah pengamatan sehingga jumlah daun menjadi terhambat.

Ekstrak daun mimba dengan bahan aktif azahdirachitin, salinin, meliatriol, dan nimbin merupakan insektisida yang bersifat sistemik. Djojosumarto (2000) menyatakan bahwa insektisida sistemik merupakan senyawa racun yang dapat diserap jaringan daun pada umumnya. Sehingga daun telah disemprot dengan ekstrak daun mimba ketika dimakan oleh hama Plutella xylostella, hama tersebut akan mengalami mortalitas. Jika dilakukan aplikasi dengan konsentrasi yang rendah maka larva Plutella xylostella tidak mengalami mortalitas jika, senyawa yang terkandung pada daun mimba dapat menghambat daya makan dan menurunkan aktivitas pecernaan pada larva Plutella xylostella, sehingga akan mengurangi tingkat kerusakan daun, dan tidak mengganggu pertumbuhan jumlah daun. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Aradila (2009) bahwa azadirachtin berperan sebagai


(41)

antifeedant dengan menghasilkan reseptor kimia (chemoreseptor) pada bagian mulut (mouth part) yang dengan reseptor kimia yang mengganggu persepsi rangsangan untuk makan. Larva Plutella xylostella akan enggan memakan daun yang telah disemprot ekstrak daun mimba karena rasanya yang pahit.

D. Kerusakan Daun

Hasil sidik ragam kerusakan daun (lampiran 2 c). pada ekstrak nabati daun mimba konsentrasi 400 g/l menunjukkan pengaruh beda nyata terhadap perlakuan yang lainnya tetapi tidak berbeda nyata dengan pestisda profonefos. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin kecil tingkat kerusakan daunnya. Namun, sebaliknya semakin kecil konsentrasi yang diberikan menunjukkan kerusakan yang semakin tinggi. Keadaaan ini berkaitan langsung dengan tinggi rendahnya poulasi hama pada daun tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa ekstrak mimba dengan bahan aktif diantaranya azahdiractin, salanin, meliatriol, dan nimbin merupakan bahan yang bersifat sistemik lokal. Djojosumarto (2000) menyatakan bahwa, insektisida sistemik lokal adalah kelompok insektisida yang dapat diserap oleh jaringan daun, ditranslokasikan kebagian-bagian daun, tetapi tidak kebagian-bagian ditranslokasikan lain dari daun. Insektisida seperti ini disebut berdaya kerja transminar atau insektisida yang mempunyai daya penetrasi kedalam jaringan daun. Dengan demikian besar kecilnya konsentrasi sangat berpengaruh dengan tingkat mortalitas hama yang ditimbulkannya. Nursal dan Etti (2005) menyatakan bahwa steroid yang terdapat dalam tumbuhan dan bersama subtansi skunder lainya berperan sebagai pertahanan diri dari serangan serangga, karena saponin yang


(42)

29

terdapat pada makanan yang dikonsumsi serangga dapat menurunkan aktivitas enzim pencernaan dan penyerapan makanan, sedangakan terpenoid dan flafonoid merupakan pertahanan tumbuhan yang bersifat penghambat makan dan bersifat toksin pada serangga.

Plutella xylostela memakan senyawa aktif, maka plutella xylostela akan mengalami kematian. Namun, sebaliknya larva yang toleran akan tetap bertahan sampai dapat mengikuti stadia berikutnya menjadi pupa atau imago. Bagi serangga yang tidak tahan terhadap terhadap senyawa aktif tersebut, sebelum akhirnya mati serangga dapat memaksimumkan pemanfaatan sumber energi didalam tubuhnya. Sebagai konsekuensi keadaan ini larva akan mengalami hambatan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga intensitas kerusakan Daun yang ditimbulkan juga sedikit. Pada insektisida profenefos, kerusakan daun akibat serangan Plutella xylostella rendah. Hal ini dikarenakan tingkat kecepatan kematian paling tinggi. Adapun naik turunya intensitas kerusakan daun dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Gambar 5 menunjukkan bahwa kerusakan daun pada setiap perlakuan berbeda-beda. Kerusakan daun disebabkan oleh adanya hama Plutella xyllostela. Jumlah hama dipengaruhi oleh konsentrasi ekstrak daun mimba. Semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi juga tingkat mortalitas hama plutella xylostella.


(43)

Gambar 3. Rerata Kerusakan Daun Tanaman Sawi Keterangan :

A : Tanpa perlakuan B :konsentrasi 100 g/l C: Konsentrasi 200 g/l D : Konsentrasi 300 g/l E : Konsentrasi 400 g/l F : Pestisida Profonefos 2ml/l

. Pada perlakuan konsentrasi 400 g/l kerusakan daun mulai menurun pada pengamatan yang kedua sampai dengan pengamatan yang ke 4 hal ini dikarenakan pada pengamatan yang dilakukan kedua mortalitas Plutella xylostella terjadi hingga 100% pada hari tersebut, sehingga kerusakan daun menurun hingga 15% begitu juga perlakuan konsentrasi 400 g/l mengalami kerusakan mengalami penurunan pada hari yang sama. Jika dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi 200 g/l dan 100 g/l kerusakan daun mengalami kenaikan dari pengamatan kedua, sampai pengamatan yang ke empat, perbedaan ini dikarenakan Plutella xylostella memakan daun sawi sampai pengamatan keempat, karena mortalitas hingga 100% terjadi pada hari yang keempat setelah aplikasi.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

1 2 3 4

K ER U SA K A N D A U N ( % ) PENGAMATAN (HARI) A B C D E F


(44)

31

Pada insektisida sintetik Profonofos kerusakan daun mengalami penurunan kerusakan daun yang paling signifikan yaitu dari kerusakan daun paling tinggi 15% turun menjadi 12,5% pada akhir pengamatan. Kerusakan daun pada perlakuan ini menjadi paling rendah dibanding perlakuan pestisidia daun mimba hal ini dikarenakan mortalitas pada Plutella xylostella terjadi paling tinggi jika dibandingkan dengan pestisida daun mimba, sehingga pertumbuhan tidak terhambat dan mengalami penurunan kerusakan daun. Namun, jika dibandingkan dengan perlakuan kontrol kerusakan daun pada kontrol cenderung mengalami peningkatan yang paling tinggi, dari kerusakan awal pengamatan 21% naik menjadi 33,5% pada akhir pengamatan. Hal ini dikarenakan perlakuan kontrol mengalami kecepatan kematian yang paling rendah dibanding dengan kecepatan kematian perlakuan yang lainya sehingga mengalami peningkatan kerusakan daun yang paling tinggi. Kerusakan daun yang disebakan oleh hama Plutella xylostella dijumpai pada saat empat hari setelah investasi Plutella xylostella, dengan ciri-ciri daun berlubang-lubang seperti jendela karena kulit ari biasanya tidak dimakan apabila serangan hebat maka tinggal tulang daunnya saja

E. Berat Segar Tanaman

Dari hasil sidik ragam berat tanaman ( lampiran 2d ) perlakuan ekstrak daun mimba konsentrasi 300 g/l, 400 g/l tidak berbeda nyata dengan pestisida sintetik Perfonefos dan perlakuan yang lainya. terhadap hama Plutella xylostella. Selain itu, faktor yang mempengarui berat tanaman juga dari proses fotosintesis. Larva Plutella xylostella menyebabkan intensitas kerusakan tinggi dan menyebakan berat tanaman menjadi rendah. Faktor lain yang menyebabkan konsentrasi 100 g/l lebih


(45)

rendah dibandingkan dengan perlakuan lain adalah luas daun yang lebih kecil jika dibandingkan perlakuan lain. Hal ini dikarenakan oleh kurangnya unsur hara dan fotosintesis sehingga berat tanaman menjadi lebih rendah. Pada perlakuan 300 g/l, sampai 400 g/l dan petisida sintetik dapat membunuh hama Plutella xylostella lebih cepat dibanding dengan konsentrasi 100 g/l dan 200 g/l sehingga, tanaman menjadi subur. Hambatan pertumbuhan pada tanaman tersebut lebih sedikit dikarenakan termakannya daun oleh larva Plutella xylostella, juga lebih kecil jika dibandingkan dengan konsetrasi 100 g/l dan berpengaruh pada berat segar tanaman.

Penggunaan pestisida kimia banyak membantu petani dalam usaha taninya, tetapi dalam jangka waktu yang lebih lama, pestisida nabati dapat memberikan hasil yang lebih baik bagi lingkungan dan kesehatan manusia, karena efek negatif yang ditimbulkan oleh pestisida nabati lebih kecil bila dibandingkan dengan pestisida kimia. Ditinjau dari segi ekonomi pestisida nabati jauh lebih murah. sehingga mampu menekan biaya produksi tani.

Pada penelitian ini didapatkan hasil yang berbeda pada masing-masing parameter. Pada parameter mortalitas, semua perlakuan menunjukkan 100% sehingga dapat dikatakan semua perlakuan sama keefektifannya. Pada parameter kecepatan kematian cenderung lebih baik pada perlakuan pestisida daun mimba 300 gram/liter. Pada parameter jumlah daun yang menunjukkan hasil paling efektif pada perlakuan pestisida daun mimba 300 gram/liter. Parameter berat tanaman menunjukkan perlakuan pestisida daun mimba 300 gram/liter paling baik. Dari semua perlakuan dapat disimpulkan bahwa perlakuan pestisida daun mimba 300


(46)

33

gram/liter memiliki hasil yang paling efektif untuk mengendalikan hama Plutella xylostella.


(47)

34

Dari hasil hasil penelitian dapat di ambil kesimpulan

Ekstrak daun mimba konsentrasi 300 g/l cenderung lebih efektif untuk mengendalikan hama Larva Plutella xylostella dan diperoleh rerata jumlah daun 16,16 helai dan berat tanaman 115,84 gram.

B. Saran

Dari hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah :

Perlu adanya pelarut lain seperti etanol atau perekat lain agar dapat menambah keefektifan pestisida nabati ekstrak daun mimba.


(48)

35

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Mimin. dkk. 1994.Telaah Kandungan Kimia Ekstrak Mimba (momordica charantia L., Cucurbitaceae) Skripsi Strata-1.ITB: Bandung

Bukhori, 2004. Efektifitas Ekstrak Daun Mimba Sebagai Pengedali Ulat Plutella padaTanamanKedelai.http://ejournal.unigha.ac.id/data/Journal%20vol% 201%20no%201%2011.pdf. di akses Febuari 20016

Cahyono.2003. Tanaman Holtikultura.Penebar Swadaya.Jakarta China Agricultural University, Guangzhou. pp. 69-77

Chiu, S.F. 1988. Recent advances in research on botanical insecticides in China.South. dalam https://books.google.co.id/books?isbn=9793357177 Dadang dan D. Prijono. 2008. Insektisida Nabati, Prinsip, pemanfaatan, dan

Pengembangannya. Departemen Proteksi Tanaman, IPB, Bogor.

Djojosumarto P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Yogyakarta: Kanisius. Gardner, F.P., R.B. Pearce, dan R.L. Mitchell. 1991. Physiology of Crop Plants (Fisiologi Tanaman Budidaya, alih bahasa oleh Susilo, H.). Universitas Indonesia Press

Haryanto, 1995. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta. balieachmad.blogspot.com/2012/09/pestisida-nabati.html

Jacobson, M. 1981. Neem research in the US departement of agriculture: chemical, biologi and cultural aspect : Natural Pestoicides from the Neem Tree ( Azadirachta indica A. Juss) edited by Schurmutterer., K.R.S. Ascher, and R Kanisius.

Kardinan, Agus, 2000, Pestisida Nabati: Ramuan dan Aplikasi, Penebar Swadaya. Neems Foudation. 2000. Azadirachta indica (The tree and effects on other

Organism). http//www.neemsfoundation.org.

Nataweguna H. 1983. Pestisida Dan Kegunaanya. Amrico. Bandung.

Nursal & Etti, S. S. 2005.Kandungan Senyawa Ekstrak Lengkuas (Loctuca Indica L.), Toksisitas & Pengaruh Subletalnya Terhadap Mortalitas Larva Partopuro, F.P. 1989. Ekstraksi daun Nimba. Pusat Antar Universitas Ilmu hayati.

Institut Teknologi Bandung.Nyamuk Aedes Aegypti L. LaporanHasil Penelitian Dosen Muda)


(49)

Pracaya, 2009. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26391/1/Reference.pdf

Prijono, D., 1988, Pengujian Insektisida: PenuntunPraktikum, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Primiari A, facthur R dan Nugrahaningsih. 2016. Uji Efektivitas Daun Mimba

Terhadap Mortalitas Kutu daun Hijau. UNM

Ratnasai, D. 2003. Penggunan Pestisida Mimba Untuk Pengendalian Hama Ulat Plutella pada Tanaman Kubis. Skripsi UMY.

Rismunandar. 1986. Hama Tanaman Pangan dan Pembasmiannya. CV. Sinar Baru Rukmana, R. 1994. Budidaya Sawi Bunga dan Brokoli. Kanisius. Jakarta. Dalam

http://thisisuumrmdhn.blogspot.co.id/2015_11_01_archive.html

Ruskin, F.R., 1993. Neem : a tree for solving global problems. National Academy Press, Washington, D.C. 141 pp.

Sri,N., dan Umi. B. 2016 Budidaya Tanaman Sawi. dalam

https://digilib.uns.ac.id/...=/Budidaya-Tanaman-Sawi-Brassica-JunceaL-abst.di akses tanggal 25 april 2016

Sudarmadji, D. 1994. Prospek dan kendala dalam pemanfaatan mimba sebagai insektisida nabati.. Dalam Prosiding Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. D. Soetopo (editor). Bogor.

Sudarmadji, D. 1999. Mimba, Insektisida Alami. Trubus. Tahun IV no.44 hal 20-21

Sudarmo S. 2005. Pestisida Nabati. Pembuatan dan Pemanfaatannya. Penerbit Sudarwohadi. 1987. Pengendalian terpadu Hama Ulat Daun Sawi P. XylostellaI

(Lepidoptera: Yponomeutidae) pada Tanaman Sawi. Universitas Padjajaran. Bandung.

Susanti,D N., Tri, W F. dan suyoko. 2016.Efektifitas Ekstrak Etannol Daun Mimba ( Azadiractha Indica A. Juss) Sebagai Larvasida Terhadap Larva Aedes aegypti. repository.ubaya.ac.id/13195/.di akses 2016 .


(50)

37

LAMPIRAN

Lampiran 1. Lay Out Penelitian

D3. B2. E1.

D1 A2 C2

E2 F3 E3

A1 F2 B3

C1

D2

A3

C3

B1

F1

Keterangan:

A: Tanpa perlakuan B: Konsentrasi 100 g/l C: Konsentrasi 200 g/l D: Konsentrasi 300 g/l E: Konsentrasi 400 g/l


(51)

Lampiran 2: Hasil Sidik Ragam Penelitian

Sidik Ragam

a. Kecepatan kematian

Sumber DB JK KT F

Hitung Prob>F Model 5 33.880 6.77600 32.27 <.0001s Galat 12 2.5200 0.21000

Total 17 36.400

Keterangan : s : beda nyata (<0.05) b. Jumlah daun

Sumber DB JK KT F

Hitung

Prob >F Model 5 31.611 6.322222 7.34 0.0023s

Galat 12 10.333 0.861111

Total 17 41.944

Keterangan: s : beda nyata (<0.05) c. Kerusakan daun

Sumber DB JK KT F

Hitung

Prob >F Model 5 830.500 166.1 22.52 0.0001s

Galat 12 88.500 7.375

Total 17 919.000


(52)

39

d. Berat tanaman

Sumber DB JK KT F

Hitung Prob >f Model 5 654.546 130.9092 2.56 0.0842ns

Galat 12 612.498 51.04154

Total 17 1267.045

Keterangan: ns : tidak beda nyata


(53)

Lampiran 3 : Kebutuhan Pupuk

Kebutuhan pupuk dasar

1.

Urea

=

a p p k k ar

�2

=

, k

=

0,03663 kg

=

, ra

=

3, 33 gram/tanaman

2.

TSP

=

a p p k k ar

�2

=

, k

�2

=

0,00836 kg

=

, ra


(54)

41

3. KCl

=

a p p k k ar

�2

=

, k

�2

=

0,47522 kg

=

47,522 gram

=

, ra

�2

=

4,32 gram/tanaman


(55)

Lampiran 4. Perhitungan Volume Semprot

Kebutuhan 1 ha : 600 L (600.000 ml) Jarak tanaman : 30 cm X 30 cm

Jumlah tanaman per ha : (

, � � , � : (

,

: 111.111 tanaman / ha Jumlah tanaman/ ha : 111.111

Volume semprot :( .

.


(56)

43

Lampiran 5. Bagan Alur Penyiapan Insektisida Nabati dan Aplikasi

100 g, 200 g, 300 g dan 400 g daun

mimba yang sudah di cacah

Diblender

Ditambah air 1 liter

Di endapkan selama 24 jam

Disaring dan di ambil filtratnya

Masuk spreyer dengan volume

semprot 600 l/ha


(57)

Lampiran 6. Resume

Perlakuan Mortaliatas Kecepatan kematian

Jumlah Daun

Kerusakan Tanaman

Berat Tanaman

Kontrol X

100 g/l X

200 g/l X

300 g/l X X X X

400 g/l X X X X X

Profonefos 2 ml/l


(58)

45

Lampiran 7. Gambar Penelitian

Penyiapan media tanaman Penyaringan ekstrak mimba

Penyacahan daun mimba Pestisida kimia


(59)

Larava plutella xylostella investasi hama plutella

Penyemprotan ekstrak Hama plutella xylostella mati


(1)

3. KCl

=

a p p k k ar �2

=

, k

�2

=

0,47522 kg

=

47,522 gram

=

, ra

�2

=

4,32 gram/tanaman


(2)

Lampiran 4. Perhitungan Volume Semprot

Kebutuhan 1 ha : 600 L (600.000 ml) Jarak tanaman : 30 cm X 30 cm

Jumlah tanaman per ha : (

, � � , � : (

,

: 111.111 tanaman / ha Jumlah tanaman/ ha : 111.111

Volume semprot :( .

.


(3)

Lampiran 5. Bagan Alur Penyiapan Insektisida Nabati dan Aplikasi

100 g, 200 g, 300 g dan 400 g daun

mimba yang sudah di cacah

Diblender

Ditambah air 1 liter

Di endapkan selama 24 jam

Disaring dan di ambil filtratnya

Masuk spreyer dengan volume

semprot 600 l/ha


(4)

Lampiran 6. Resume

Perlakuan Mortaliatas Kecepatan kematian Jumlah Daun Kerusakan Tanaman Berat Tanaman

Kontrol X

100 g/l X

200 g/l X

300 g/l X X X X

400 g/l X X X X X

Profonefos 2 ml/l


(5)

Lampiran 7. Gambar Penelitian

Penyiapan media tanaman Penyaringan ekstrak mimba

Penyacahan daun mimba Pestisida kimia


(6)

Larava plutella xylostella investasi hama plutella

Penyemprotan ekstrak Hama plutella xylostella mati


Dokumen yang terkait

Pengendalian Ulat Daun Plutella xylostella (Lepidoptera: Plutellidae ) dan Ulat Krop Crocodolomia binotafis (Lepidoptera: Pyralidae) dengan jamur Beauveria bassiana Pada Tanaman Kubis

0 25 143

Uji Efektifitas Ekstrak Daun Mengkudu Terhadap Hama Kubis Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) di Laboratorium

11 57 60

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN MIMBA UNTUK PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella L. DAN PENGARUHNYA TERHADAP HASIL TANAMAN SAWI

0 4 10

EFEKTIVITAS EKSTRAK BIJI DAN DAUN MIMBA (Azadirachta indica A. JUSS) (MELIACEAE) TERHADAP Plutella xylostella Lin. (LEPIDOPTERA; PLUTELLIDAE).

0 0 1

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.) SEBAGAI PENGENDALI HAMA Plutella xylostella TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.).

9 58 137

PENGARUH PESTISIDA NABATI TAPAK LIMAN (Elephantopus scaber L.) TERHADAP PENGENDALIAN HAMA ULAT TRITIP (Plutella xylostella) TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.).

7 33 131

EFEKTIVITAS PESTISIDA NABATI PERASAN DAUN KAYU KUNING (Arcangelisia flava L.) TERHADAP PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella PADA TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.).

2 11 164

PENGENDALIAN HAMA Plutella xylostella TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) MENGGUNAKAN PERASAN DAUN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum).

12 52 130

UJI EFEKTIVITAS LARVASIDA EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP MORTALITAS ULAT TRITIP(Plutella xylostella) PADA TANAMAN KUBIS

0 1 16

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK AKAR MENGKUDU (Morinda citrifolia L.) TERHADAP MORTALITAS HAMA ULAT DAUN (Plutella xylostella L.) PADA TANAMAN BROKOLI (Brassica oleracea L.) - Repository UNRAM

0 1 13