1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk
mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, yang merata, baik materiil maupun spiritual berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia, hal ini sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alenia keempat menetapkan tujuan
Negara Republik Indonesia yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksankan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dan pasal 27
Undang-Undang Dasar 1945 menjamin hak setiap warga Negara untuk memperoleh pekerjaan.
Dengan menjamin hak setiap warga Negara untuk memperoleh pekerjaan berarti negara juga melindungi dan menjamin kesejahteraan segenap bangsa
Indonesia. Pembangunan sektor ketenagakerjaan selama ini telah memperluas kesempatan kerja serta memberi penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup
bagi tenaga kerja dan keluarganya. Namun kemampuan bekerja itu sendiri dapat terganggu berbagai halangan atau resiko sosial- ekonomi yang menimpa tenaga
kerja baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua, maupun meninggal dunia.
1
“Pada hakikatnya program jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan untuk memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasilan keluarga
sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan yang hilang”. Oleh karena itu untuk menanggulangi atau menghindari resiko-resiko tersebut
maka diperlukan jaminan sosial kepada tenaga kerja.
2
Jaminan sosial tenaga kerja yang menanggulangi berbagai resiko sekaligus akan memberikan ketenangan bagi pekerja sehingga membantu meningkatkan
produktivitasnya kerja. Disamping itu, program jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek
yaitu memberikan perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup dan merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbang tenaga dan
pikiran kepada perusahaan tempatnya bekerja. Untuk menjamin kelangsungan hidup tenaga kerja tersebut, maka pemerintah perlu memberikan perlindungan,
keselamatan dan perawatan kesehatan, salah satunya adalah dengan memberikan jaminan sosial kepada tenaga kerja itu sendiri maupun keluarganya.
3
1
Lalu Husni 2014, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Rajawali Pers, Jakarta, h.151
2
Ibid, h.152
3
Zaeni Asyhadie, 2013, Aspek-Aspek Hukum Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, selanjutnya disingkat Zaeni Asyhadie I, h. 36
Agar manfaat dapat dinikmati secara luas, maka kepesertaan pengusaha dan tenaga kerja dalam jaminan sosial tenaga kerja bersifat
wajib. Penyelenggaraan program jaminan sosial merupakan salah satu tanggung jawab dan kewajiban negara untuk memberikan perlindungan sosial ekonomi
kepada masyarakat Indonesia, mengembangkan program jaminan sosial
berdasarkan funded social security, yaitu jaminan sosial yang didanai oleh peserta dan masih terbatas pada masyarakat pekerja di sektor formal.
4
Sejarah terbentuknya jaminan sosial dimulai dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951 Tentang Kecelakaan Kerja, Peraturan Menteri Perburuhan
selanjutnya disebut PMP Nomor 8 Tahun 1956 Tentang Pengaturan Bantuan Untuk Usaha Penyelenggaraan Kesehatan Buruh, PMP Nomor 5 Tahun 1964
Tentang Pembentukan Yayasan Dana Jaminan Sosial selanjutnya disebut YDJS, diberlakukannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1969 Tentang Pokok-Pokok
Tenaga Kerja, secara kronologis proses lahirnya asuransi sosial tenaga kerja semakin transparan. Setelah mengalami kemajuan dan perkembangan pada tahun
1977 dikeluarkan Peraturan Pemerintah selanjutnya disebut PP Nomor 33 Tahun 1977 Tentang Pelaksanaan Program Asuransi Sosial Tenaga Kerja selanjutnya
disebut ASTEK, yang mewajibkan setiap pemberi kerjapengusaha swasta dan badan usaha milik Negara selanjutnya disebut BUMN untuk mengikuti program
ASTEK. Tonggak penting berikutnya adalah lahirnya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja selanjutnya disebut
Jamsostek. Melalui PP Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja menetapkannya PT
Jamsostek sebagai badan penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja. Selanjutnya pada akhir 2004, pemerintah juga menerbitkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional selanjutnya disebut SJSN sebagai wujud komitmen pemerintahan dalam Penyelenggaraan
4
Asri wijayanti, 2009, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Sinar Grafika, Jakarta, h. 122
Jaminan Sosial Nasional, selanjutnya ditindaklanjuti dengan membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial selanjutnya disebut BPJS berdasarkan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Hal ini juga berkait dengan Keputusan Mahkamah Konstitusi terhadap perkara
Nomor 007PUU-III2005, yang menyatakan materi muatan pasal 5 ayat 1, ayat 3 dan ayat 4, dan pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Tentang
SJSN bertentangan dengan ketentuan pasal 18 dan pasal 18 A Undang-Undang Dasar 1945, dan pasal 1 ayat 3, pasal 28D ayat 1 dan ayat 3, pasal 28 I ayat
2 dan pasal 33 ayat 4 dan ayat 5 Undang-Undang Dasar 1945. Penyelenggara jaminan sosial selanjutnya akan dilaksanakan oleh 2 dua badan penyelenggara
jaminan sosial, yaitu badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan selanjutnya disebut BPJS kesehatan dan badan penyelenggara jaminan sosial ketenagakerjaan
selanjutnya disebut BPJS ketenagakerjaan. Menurut Internasional Labour Organization selanjutnya disebut ILO
Social Security pada prinsipnya adalah perlindungan yang diberikan oleh masyarakat untuk para warganya, melalui berbagai usaha dalam menghadapi
resiko-resiko ekonomi atau sosial yang dapat mengakibatkan terhentinya atau berkurangnya penghasilan.
5
5
Lalu Husni, loc.cit.
Oleh sebab itu manfaat perlindungan tersebut dapat memberikan perlindungan dasar bagi tenaga kerja, guna menjaga harkat dan
martabat sebagai manusia, dalam hal ini resiko-resiko yang timbul di dalam hubungan kerja.
Hotel Bali Mandira Beach Resort SPA adalah salah satu dari hotel yang telah melaksanakan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan selanjutnya disebut UUK pada pasal 99 yaitu setiap pekerjaburuh dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga
kerja. Dalam rangka menciptakan perlindungan jaminan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan pekerjanya perlu diketahui bagaimana bentuk-bentuk
dan manfaat jaminan sosial bagi tenaga kerja kontrak di Hotel Bali Mandira Beach Resort SPA. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana bentuk
jaminan sosial dan manfaat jaminan sosial yang diberikan oleh hotel tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menuliskan hasilnya dalam
karya ilmiah berupa skripsi dengan judul”Jaminan Sosial Terhadap Pekerja Kontrak Pada Hotel Bali Mandira Beach Resort SPA”.
1.2. Rumusan Masalah